Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fatmawati

NIM : 200105010016
Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

TEORI PERMINTAAN DALAM ISLAM


1. Pengertian permintaan
Pengertian permintaan yang dikutip dari pendapat Muhammad, permintaan
adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dan dalam
periode tertentu . Sedangkan menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus
dalam bukunya microeconomic,
“there exists a definite relationship between the market price of a good and
the quantity demanded of that good, other things held constant. this relationship
between price and quality bought is called the demand schedule, or the demand
curve”.
Jadi permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen dalam suatu
pasar yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang di peroleh dan terdapat
hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik dan kuantitas yang diminta dari
yang baik, hal-hal lain tetap konstan. hubungan antara harga dan kualitas membeli
disebut jadwal permintaan, atau kurva permintaan.
Faktor yang mempengaruhi permintaan itu sendiri meliputi: (1) harga barang
yang diminta; (2) tingkat pendapatan; (3) Jumlah penduduk; (4) Harga barang lain
atau substitusi; (5) pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat; (6)
corak distribusi pendapatan dalam masyarakat; (7) citarasa masyarakat dan (8)
Ramalan mengenai masa yang akan datang.
2. Hukum permintaan
Menurut Muhammad, hukum permintaan adalah bila harga suatu barang naik,
maka permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut
turun maka permintaan akan naik. Atau dengan kata lain hukum permintaan adalah
makin rendah suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap
barang tersebut.
Dari pengertian diatas dijelaskan bahwa permintaan itu sangat dipengaruhi
oleh harga barang itu sendiri hal tersebut bisa terjadi karena kenaikan harga
menyebabkan tinggi rendahnya permintaan. Pengaruh yang di timbulakan
berdasarkan hukum permintaan di atas, yang pertama, Kenaikan terhadap harga
barang menyebabkan konsumen mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai
pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan, yang kedua, kenikan harga
menyebabkan pendapatan pembeli terhadap pendapatan riil berkurang.
Hal tersebut membuat para pembeli memilih barang lain yang tidak
mengalami kenaikan harga atau mengurangi pembelian barang yang mengalami
kenaikan harga. Didalam Islam pemikiran ekonomi perilaku ekonomi ini pernah
dirumuskan oleh para pemikir ekonomi islam masa silam, yaitu Abu yusuf, Ibn
taimiyah, Al ghozali dan Ibn khaldun.
3. Teori permintaan
Menurut muhamad teori permintaan adalah perbandingan lurus antara
permintaan terhadap harganya, yaitu apabila permintaan naik, maka harga relative
akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relative akan turun. Menurut
sadono sukirno teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah
permintaan dan harga. Jadi teori yang menerangkan adanya hubungan antara
permintaan terhadap harga ini merupakan pernyataan positif, yang biasanya kita kenal
dengan teori permintaan. Teori permintaan itu ialah perbandingan lurus antara
permintaan terhadap harganya, apabila permintaan itu naik, maka harga itu juga relatif
akan naik, begitupun sebaliknya, apabila permintaan itu turun, maka harga itu relatif
juga akan turun. Jadi dalam permintaan kita harus menyesuaikan dengan kebutuhan
kita bukan hanya sekedar menuruti segala keinginan kita, karena semakin besar
permintaan kita terhadap suatu produk, otomatis sumber dayanya pun bisa
mengakibatkan kelangkaan bahan produksi.
4. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen muslim merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan
dengan aktivitas membeli dan menggunakan produk barang dan jasa, dengan
memperhatikan kaidah ajaran Islam, dan berguna bagi kemaslahatan umat. Yang
demikian itu, dalam mengkonsumsi, menyimapan, mengelola, dan memeili barang
atau jasa dengan cara yang halal lagi baik, merupakan hal-hal yang sangat diagungkan
pembalasannya, dan dikabulkan do‟anya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan
Imam Muslim yang menyatakan yang Artinya: Hai manusia! Sesungguhnya Allah itu
baik, tidak akan menerima (sesuatu) kecuali yang baik (pula), dan sesungguhnya
Allah itu memerintahkan orang-orang beriman sebagaimana Dia memerintahkannya
kepada para rasul (dahulu). (HR. Muslim)
Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan syariah Islam, memiliki
perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini menyagkut nilai
dasar yang menjadi fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan
dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi. Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi
bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :
1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini
mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat
daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi.
Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat balasan
surga di akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present consumption.
2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral
agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi
moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan
ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan kebenaran
dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan
menjauhkan diri dari kejahatan.
3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan
sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan
alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.
(QS.2.265)
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena
mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka
hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.
5. Peningkatan Utilitas
Penerapan ilmu ekonomi, tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh
kurva indiferen (indifference curve). Dalam fungsi utilitas yang biasa digambarkan
adalah utility function antara dua barang (atau jasa) yang diminati oleh konsumen.
Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan
rasional: 1. Completeness (Lengkap) 2. Transivity (Konsisten) 3. Continuity
(Keberlanjutan)
Berdasarkan ketiga aksioma diatas, penjelasan tersebut berkaitan dengan
kurva indiferen. Semakin tinggi kurva indiferen maka semakin banyak barang yang
dikonsumsi, sehingga semakin tinggi kepuasan konsumen. Utilitas dikatakan tinggi
apabila utility function berada di sebelah kanan atas. Semakin ke kanan atas utility
function semakin baik. Misalnya, kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi dua
atau tiga tusuk sate lebih tinggi rasa kepuasannya dari pada mengkonsumsi setusuk
sate. Dalam Islam cara pikir ini juga ditemukan Rasulullah Saw. Bersabda,”Orang
beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai dari pada orang beriman yang lemah.”
Dalam hadis lain bermakna, “iri hati itu dilarang kecuali terhadap dua jenis orang:
yaitu orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, dan orang yang
kaya yang membelanjakan hartanya dijalan Allah.”
6. Tingkat Penggantian Barang
Tingkat penggantian Marjinal yaitu penggantian yang menggambarkan
besarnya pengorbanan ke atas konsumsi sesuatu barang dalam kurung makanan untuk
menaikkan konsumsi satu barang lainnya dalam kurung pakaian dan pada waktu yang
sama tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperolehnya tingkat penggantian
marjinal yang semakin bertambah kecil ini disebabkan oleh faktor berikut.
1. Pada waktu konsumen mempunyai suatu barang Y yang relatif banyak
jumlahnya dan barang X yang lebih sedikit jumlahnya, diperlukan pengurangan
konsumsi yang besar ke atas barang Y untuk memperoleh satu tambahan barang X
akan tetapi,
2. Semakin banyak barang X yang akan diperoleh semakin sedikit
pengurangan konsumsi barang Y yang harus dilakukan untuk memperoleh 1 barang
X.
7. Solusi Optimal
Sesuai dengan asumsi rasionalitas, maka konsumsi seorang muslim akan
selalu bertindak rasional. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan dari seorang
konsumen senantiasa didasarkan pada perbandingan antarberbagai preferensi,
peluang, dan manfaat serta madharat yang ada. Konsumen yang rasional selalu
berusaha menggapai preferensi tertinggi dari segenap peluang dan manfaat yang
tersedia. Konsumen yang rasional berarti konsumen yang memilih satu kombinasi
komoditas yang akan memberikan tingkat utilitas paling besar. Untuk mencapai
tingkat optimalisasi konsumen, seorang konsumen dibatasi oleh garis anggaran dari
pendapatannya atau berbaokan budget line pada utility function tertentu

Anda mungkin juga menyukai