Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fatmawati

NIM : 200105010016
Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam

ORGANISASI BISNIS DALAM ISLAM


Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Organisasi adalah “sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi yang sederhana ini dapat ditemukan
adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan
tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan
saling kait merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan
sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh berbagai asas tertentu.
Dalam Islam mengajarkan bahwa tujuan perusahaan harus tidak hanya untuk mencari
profit (nilai materi) setinggi-tingginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan
benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan
eksternal (lingkungan). Artinya pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang
bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan lainnya.
Disamping itu perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai (akhlak mulia) dalam setiap
aktivitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan persaudaraan
yang Islami, bukan sekadar hubungan fungsional atau profesional, dengan tujuan perbuatan
tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Islam tidak menolak setiap kerjasama yang memungkinkan terbentuknya organisasi
bisnis yang menguntungkan. Sesungguhnya salah satu tujuan dasar Islam adalah menggunakan
semua sumber dan kekuatan negara dalam memproduksi kekayaan serta untuk
mengkoordinasikan persediaan tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan dalam
kepentingan masyarakat. Semua bentuk organisasi bisnis seperti perdagangan, perniagaan,
pendidikan, transportasi, pembangunan dan masih banyak lagi dibentuk kaum muslimin untuk
melangsungkan perekonomian saat itu. Semua ini dan ribuan lebih organisasi bisnis dapat
dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip yang sama untuk pembangunan ekonomi kita dan untuk
memenuhi tuntutan zaman modern pada saat ini.
1. Organisasi Bisnis dengan Prinsip Musyarakah
a. Pengertian Al-Musyarakah
Secara bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-masing
sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha. Secara
etimologis, musyarakah adalah penggabungan, percampuran atau serikat. Musyarakah
berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership.
Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (atau keterampilan
usaha) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai kesepakatan.
Musyarakah memiliki dua jenis, yakni musyarakah pemilikan
dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah kepemilikan tercipta karena warisan,
wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan suatu aset oleh dua orang
atau lebih.
b. Jenis-Jenis Musyarakah
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun
sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah dibagi menjadi 5, yaitu:
1) Syirkah al-inan adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau atau lebih
dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja.
2) Syirkah al-mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau
lebih dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja.
3) Syirkah al-a’mal adalah kontrak kerja sama antara dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dalam
pekerjaan itu.
4) Syirkah al-wujuh adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi yang baik serta ahli dalam berbisnis.
5) Syirkah al-mudharabah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau
lebih dimana terdapat pihak yang menyediakan modal dan ada pula pihak yang
menyediakan keterampilan kerja.
Aplikasi dalam bisnis organisasi syari’ah, musyarakah memiliki dua bentuk,
yakni :
1) Pembiayaan Proyek. Musyarakah dalam hal ini biasanya diterapkan untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai proses tersebut.
2) Modal Ventura. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan
melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan
dalam skema modal ventura.

2. Organisasi Bisnis dengan Prinsip Mudharabah


a. Pengertian Mudharabah
Secara etimologi kata mudharabah berasal dari kata dharib. Dalam bahasa
arab kata ini termasuk diantara kata yang mempunyai banyak arti. Didalam Al-Qur’an
kata mudharabah tidak disebutkan secara jelas, tetapi hanya mengungkapkan musytaq
dari kata dharaba sebanyak 58 kali.
b. Unsur (rukun) Mudharabah
1) Ijab dan Qabul, antara kedua pihak memiliki syarat: ijab kabul itu harus
jelas menunjukkan maksud untuk melakukan kegiatan mudharabah.
2) Adanya dua pihak (pihak penyedia dana / shahibul mal dan
pengusaha / mudharib) syaratnya cakap bertindak hukum secara syar’i dan
memiliki wilayah al-tawkil wa al-wikalah (memiliki kewenangan
mewakilkan/memberi kuasa dan menerima pemberian kuasa.
3) Adanya Modal, syaratnya Modal harus jelas jumlah, jenis dan diketahui
oleh kedua belah pihak, harus berupa uang bukan barang, uang bersifat tunai
(bukan hutang).
4) Adanya Usaha (al-‘aml)
5) Adanya Keuntungan
c. Kesepakatan dan Implikasi kontrak mudharabah
Adapun hal-hal yang harus disepakati dalam mudharabah adalah :
1. Manajemen, pengelolaan usaha tersebut membutuhkan keratifitas dan
keterampilan tertentu, karena berkaitan dengan manajemen kebebasan
mudharib dalam merancang, merencanakan, mengatur dan mengelola usaha.
2. Tenggang Waktu (Duration) adalah lamanya waktu usaha.
3. Jaminan (dliman), Jaminan atau tanggungan menjadi penting
ketika shahibul mal khawatir akan munculnya penyelewengan dari mudharib.

Kesepakatan kontrak mudharabah yang menjadi hukum membawa beberapa


implikasi, diantaranya:
1. Mudharib sebagai amin (orang yang dipercaya), untuk modal yang telah
diserahkan kepadanya.
2. Mudharib sebagai wakil (semua transaksi yang ia sepakati)
3. Mudharib sebagai Mitra dalam Laba, mudharib akan mendapatkan bagian
laba dari usaha yang telah dia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai