Anda di halaman 1dari 17

POLA KEMITRAAN USAHA TANI KELAPA SAWIT KELOMPOK TANI

TELAGA BIRU DENGAN PT. SAWINDO KENCANA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemitraan usaha


Dosn pembimbing: Nurhayati S.Sos.M.si

Indah Utami Putri (182040115)


Putri Iramadhan (182040120)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVESIRTAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjatkan pja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kemitra usahaan ini.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang dapat
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadarisepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dngan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
tugas ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadapt pembaca

Bandung, 09 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Sejarah Berdirinya Pabrik Tahu Bulat CV. Mutiara....................................3

2.2 Analisis Keuangan Tahu Bulat CV. Mutiara...............................................3

2.3 Analisis Produksi Tahu Bulat CV. Mutiara.................................................4

2.4 Ananlisis SDM Tahu Bulat CV. Mutiara.....................................................6

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33

3.1 Simpulan.....................................................................................................33

3.2 Saran...........................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu Kemitraan Usaha ?
2. Bagaimana Implementasi Kemitraan Usaha ?
3. Bagaimana Mekanisme Pola Kemitraan ?
4. Mengetahui Penentuan Informasi ?

1.3 Tujuan Observasi


1. Untuk Mengetahui Kemitraan Usaha
2. Untuk Mengetahui Implementasi Kemitraan Usaha
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Pola Kemitraan
4. Untuk Mengetahui Mengetahui Penentuan Informasi

1.4 Kesimpulan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LATAR BELAKANG


.Perkembangan usaha agribisnis di Indonesia telah membuka wacana baru
dalam praktek-praktek agribisnis yang dilakukan terutama oleh petani atau
pembudidaya. Salah satu bentuk usaha agribisnis yang cukup banyak dilakukan
adalah dengan konsep kemitraan. Beberapa perusahaan mencoba untuk
menawarkan konsep kemitraan ini kepada para petani untuk memproduksi suatu
komoditas tertentu dan menjamin pemasaran hasil produksinya. Konsep dan pola
kemitraan yang ditawarkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain
berbeda-beda. Beberapa hal yang mempengaruhi konsep dan pola kemitraan
adalah jenis komoditas yang dibudidayakan, permintaan konsumen dari
komoditas yang dibudidayakan, serta pangsa pasar dari komoditas yang
dibudidayakan.

PT. Sawindo Kencana merupakan perusahaan pertama yang menjalankan


kemitraan pada tahun 1997 dengan 25 kelompok tani di Kecamatan Tempilang
termasuk kelompok tani Telaga Biru. Kemitraan hadir sebagai pemecah masalah
untuk mendongkrak perekonomian rakyat di kabupaten Bangka Barat. Pola
kemitraan yang ada saat ini merupakan kelanjutan, peningkatan, perluasan,
penataan, dan pemantapan dari kerja sama kemitraan sebelumnya. Secara garis
besar, di Indonesia terdapat lima pola kemitraan, yaitu Pola PIR, Pola Subkontrak,
Pola kemitraan perdagangan umum, Pola kemitraan keagenan, dan Pola KKPA.
Sistem kemitraan KKPA di Desa Tanjung Niur terjadi karena adanya saran dari
PT. Sawindo Kencana dengan pemerintah Kabupaten Bangka Barat untuk
mendirikan pola kemitraan. Kemitraan ini merupakan upaya untuk
mensejahterakan petani. Mekanisme kemitraan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur sejauh mana tujuan tersebut dapat tercapai. Ide awal yang
mengadakan kemitraan adalah PT.

2
Sawindo Kencana selaku perusahaan. Walaupun pada saat awal terjadinya
proses kemitraan, perusahaan mengalami kendala yaitu sebelum diadakannya
kerja sama, PT. Sawindo Kencana dalam melakukan kerja sama dengan kelompok
petani Telaga biru kurang adanya sosialisasi dengan kelompok tani. Banyak
masyarakat khususnya petani menganggap bahwa kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan dapat merugikan masyarakat dan hanya menguntungkan pada pihak
perusahaan saja. PT. Sawindo Kencana pada awalnya melihat potensi yang
dimiliki oleh masyarakat Desa Tempilang memiliki potensi cukup besar dalam
budidaya kelapa sawit. Melihat hal itu PT. Sawindo Kencana mengajak
masyarakat untuk bekerja sama dalam membudidayakan kelapa sawit dengan
membuat perjanjian bersama dengan masyarakat, dan membentuk kelompok
petani yang bersedia untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan.

Keberhasilan pola kemitraan tergantung pada penerapannya. Sunarko


mengatakan, kunci kemitraan adalah suatu proses yang memerlukan peningkatan
intensitas hubungan inti dan plasma berdasarkan kepercayaan satu dengan yang
lainnya yang nyata dan terukur. Kemitraan harus terdapat komitmen yang saling
memuaskan kedua pihak dan menumbuhkan saling ketergantungan. Tolak ukur
keberhasilan kemitraan dapat dilihat dari mekanisme, hak dan kewajiban, serta
efektivitas kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak. Menyingkapi
permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana
mekanisme pola kemitraan, hak dan kewajiban, efektivitas kerja sama, serta
kendala yang dihadapi oleh inti dan plasma.

2.2 RUMUSAN MASALAH


A. Kemitraan Usaha
Kemitraan usahatani adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau
besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan
oleh pengusaha besar dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan
sedangkan menurut Wie mengatakan, kemitraan merupakan kerjasama
usaha antara perusahaan besar atau menengah yang bergerak di sektor

3
produksi barang-barang maupun di sektor jasa dengan industry kecil
berdasarkan atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu
instrumen kerja sama yang mengacu pada terciptanya suasana
keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari saling percaya
antara perusahaan mitra dan kelompok melaui perwujudan sinergi
kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling
menguntungkan, dan saling memperkuat (Martodireso dkk,). Kemitraan
juga diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Konsep formal kemitraan yang tercantum dalam undang-undang No. 9
Tahun 1995 menyatakan, kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil
dengan 9 usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Konsep tersebut diperkuat pada peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1997
yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling
memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi Menurut
Pranadji dalam kemitraan agribisnis terdapat tiga pola yaitu sebagai berikut.
a) Pola kemitraan tradisional, pola kemitraan ini terjadi antara
pemilik modal atau peralatan produksi dengan petani penggarap,
peternak atau nelayan .
b) Pola kemitraan pemerintah, pola kemitraan ini cenderung pada
pengembangan kemitraan secara vertikal, model umumnya adalah
hubungan bapak-anak angkat yang pada agribisnisnya
perkembangan dikenal sebagai perkebunan inti rakyat.
c) Pola kemitraan pasar, pola ini berkembang dengan melibatkan
petan sebagai pemilik aset tenaga kerja dan peralatan produksi
dengan pemilik modal besar yang bergerak dibidang industri
pengolah dan pemasar hasil.

4
2.3 IMPLEMENTASI HUBUNGAN KEMITRA USAHAAN
1) Pola Inti Plasma
Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan
Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil
Menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan
sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan
produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan
bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha
Besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility)
untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk
jangka panjang.
2) Pola Sub Kontrak
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun
1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil
memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan,
subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara
Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai
perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku
subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan
(komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain
itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan
perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi,
penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi
pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan
perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang.
3) Pola Dagang Umum
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun
1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil

5
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha
Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau
Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah
atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang
umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau
menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian
hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra,
dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra
memasok kebutuhan perusahaan mitra.
4) Pola Waralaba
Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau
pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam
mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan
usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan
tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan
karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan
sumber-sumber permodalan.
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau
kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud
dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan (HAKI) atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
5) Pola Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra
dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa
usaha pengusaha mitra. Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara

6
UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan
merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau
memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang
menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan
langsung dengan pihak ketiga.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat
disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada
pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal
boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri
(self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).
6) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)
Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan
biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk
mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di
samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar
produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan
pengemasan. Perusahaam Mitra Kelompok Mitra Konsumen Masyarakat
Kelebihan dari pola KOA adalah : Sama dengan keunggulan sistem inti
plasma.

2.4 PENENTUAN INFORMAN KUNCI


Informan adalah orang yang memberi informasi atau orang yang menjadi
sumber data dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini dipilih secara
sengaja yaitu pengambilan hanya pada individu yang didasarkan pada
pertimbangan dan karakteristik tertentu .Penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang
sebagai informan kunci yang terdiri atas ketua kelompok tani, ketua koperasi, dan
teknisi perusahaan. Informan kunci tersebut dipilih dengan pertimbangan tingkat

7
pemahaman dan memiliki pengaruh dalam pola kemitraan kelapa sawit antara
Kelompok Tani Telaga Biru dengan PT. Sawindo Kencana.

2.5 MEKANISME POLA KEMITRAAN


Pengertian mekanisme adalah interaksi bagian satu dengan yang lainnya
dalam suatu sistem secara keseluruhan untuk menghasilkan fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuan (Bagus, 1996). Pola kemitraan yang diterapkan oleh PT.
Sawindo dengan kelompok Tani Telaga Biru adalah pola kemitraan inti plasma.
Proses perjanjian dan kesepakatan yang dilakukan merupakan perjanjian yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak, seperti simbiosis mutualisme yang
artinya saling menguntungkan. Dimana perusahaan berperan sebagai inti dan
petani sebagai plasma. Peran perusahaan sebagai inti yaitu perusahaan merupakan
wadah penerima hasil panen dari petani dan tempat pemasaran hasil panen yang di
dapatkan dari petani, sedangkan petani sebagai plasma yaitu petani hanya
menyiapkan lahan untuk dikelolah oleh perusahaan dan menerima hasil sebanyak
70% dan 30 % sisanya untuk membayar hutang di bank. Bank memberikan daftar
sisa hutang dan realisasi cicilan kepada petani melalui perusahaan untuk
diteruskan kepada koperasi secara berkala, antara 3 bulan dan 6 bulan sekali.

Bentuk kerjasama yang dijalankan yaitu dengan pola KKPA dalam proyek

Budidayan kelapa sawit. KKPA atau Kredit Koperasi Primer untuk Anggota
adalahfasilitas kredit yang diberikan kepada petani peserta melalui KUD dan
dipergunakanuntuk membangun kebun anak angkat (Yarsi, 2006). Pengadaan
tanah kebun plasmaKKPA project berasal dari penyerahan tanah oleh
pemilik/penguasa tanah yangdiserahkan kepada Negara melalui pemerintah
daerah yang selanjutnya diperuntukanbagi kelompok tani peserta plasma untuk
dijadikan areal kebun plasma.Kerjasama dalam pengembangan kebun plasma,
anggota koperasi diberipinjaman atau kredit KKPA dari koperasi dengan syarat
dan ketentuan sebagaimanadiatur dalam perjanjian kredit yaitu masing-masing
anggota koperasi menerimasebesar Rp. 21.365.700,- per kavling/paket (2ha).
Kebun plasma akan diserahkan olehInti kepada anggota koperasi sebagai petani
peserta terhitung sejak tanggal penyerahansampai masa produktif tanaman.

Pihak Inti akan melakukan rekavling pada tanah tersebut, membuat


saranaprasarana yang diperlukan serta menyiapkan petak kebun sawit yang akan

8
diserahkan kembali kepada anggota koperasi sesuai dengan hasil rekavling yang
ditetapkanbersama antara Inti, Koperasi, dan Kelompok Tani. Proses rekavling
selesai, petanidiberi bibit kelapa sawit dan melakukan penanaman setelah bibit
berumur 12 bulan,

dalam kurun waktu 12 bulan tersebut petani juga diberikan bimbingan teknis dan

penyuluhan. Petani melakukan pemeliharaan tanaman kelapa sawit seperti

memberantas hama yang menggangu tanaman, memelihara kesuburan tanah dan

menjaga keamanan kebun plasma terhadap bahaya-bahaya dari luar.

Anggota koperasi berkewajiban menjual produksi TBS dari hasil kebun kelapa

sawit yang dikelolanya kepada inti melalui koperasi dengan mutu yang memenuhi

standart yang ditentukan oleh inti. Inti berkewajiban membeli produksi TBS dari

anggota koperasi dengan harga sesuai pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

Apabila selama masa kredit anggota koperasi tidak dapat memenuhi kewajibannya

karena sebab-sebab diluar kemampuan kedua belah pihak seperti terjadi kerusakan

sebagian atau seluruh kebun kelapa sawit (kejadian diluar kemampuan manusia
dan

tidak terduga) maka hal tersebut disampaikan secara tertulis kepada Inti melalui

koperasi dengan terlebih dahulu disahkan oleh Kepala Desa dan Camat.

Peranan Koperasi dalam penyaluran KKPA yakni hanya sebagai koperasi

primer, yakni koperasi yang beranggotakan orang seorang, bukan koperasi


sekunder.

Koperasi selaku penyalur kredit dalam rangka KKPA akan memperoleh imbalan
dari

hasil penjualan TBS kebun plasma yang besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan

dalam rapat anggota. Koperasi sebagai penyalur KKPA, maka koperasi tidak

mempunyai tanggung jawab atas resiko pengembalian kredit.

Koperasi selaku penyalur mempunyai tugas untuk membuat pembukuan kredit

9
angsuran yang telah dilakukan oleh anggota koperasi dan pembukuan kredit
tersebut

menjadi bukti tentang outstanding dari pinjaman anggota koperasi kepada


koperasi.

Koperasi wajib membuka tabungan replanting kepada Bank untuk menampung

sebagian hasil penjualan TBS anggota koperasi yang dipergunakan untuk


membiayai

pembangunan kembali kebun plasma kelapa sawit milik anggota koperasi.

Akad Kredit dilakukan oleh Bank dengan masing-masing anggota penerima

KKPA, yang diketahui oleh pengurus koperasi. Pelaksanaan Akad Kredit, para

anggota diwakili oleh pengurus koperasi. Oleh karena itu, anggota penerima
KKPA

harus membuat Surat Kuasa kepada pengurus koperasi (Efairy, 2011).

Peran lain keporasi selain sebagai penyalur kemitraan, koperasi Bina Tani

Sejahtera juga mempunyai peran sebagai pengawas dan menentukan harga kelapa

sawit. Perusahan PT. Sawindo Kencana sebagai inti akan memberikan kuasa
kepada

koperasi untuk mengawas para anggota koperasi dalam menggunakan saprodi dan

penjualan buah hasil dari anggota koperasi untuk diberikan ke pihak inti agar
berjalan

lancar. Para anggota koperasi diberi kemudahan oleh koperasi untuk menjual hasil
dari

panennya kepada pihak inti melalui koperasi, karena dengan adanya koperasi
maka uang anggota koperasi akan terkontrol dan harga kelapa sawit akan stabil
dengan harga

yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui rapat.

Perjanjian dan kesepakatan yang dapat dilihat dari realisasi kemitraan yang

dilakukan antara PT. Sawindo dan Petani Telaga Biru sudah terealisasi dengan
baik.

10
Hal tersebut dilihat dari hubungan kerja sama yang dilakukan selama ini berjalan

dengan baik, dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dibalik hal tersebut
kendala

yang dimiliki oleh petani yaitu kurangnya tenaga kerja untuk memupuk, merawat,
dan

pada saat panen.

Kemitraan yang dijalankan meliputi saprodi yang berarti sarana produksi


yang

disediakan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan mulai dari proses yang
pertama

yaitu produksi dimana segala pupuk, bibit telah disediakan oleh perusahaan yang
akan

diberikan kepada kelompok tani. Kedua yaitu pemasaran, dimana hasil panen dari

petani akan dikelolah oleh perusahaan, sehingga petani tidak perlu repot dan sulit

dalam menjual hasil panen. Berikut ini merupakan bagan yang menjelaskan
tentang

mekanisme kemitraan antara PT. Sawindo dan Petani Telaga Biru.

BAB III

PENUTUP

1.1 SIMPULAN

1.2 SARAN

11
Apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kurang
tepat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Lampiran 1

Dokumentasi Kegiatan
Observasi Tahu Bulat CV. Mutiara

13
14

Anda mungkin juga menyukai