Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjatkan pja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kemitra usahaan ini.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang dapat
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33
3.1 Simpulan.....................................................................................................33
3.2 Saran...........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Kesimpulan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sawindo Kencana selaku perusahaan. Walaupun pada saat awal terjadinya
proses kemitraan, perusahaan mengalami kendala yaitu sebelum diadakannya
kerja sama, PT. Sawindo Kencana dalam melakukan kerja sama dengan kelompok
petani Telaga biru kurang adanya sosialisasi dengan kelompok tani. Banyak
masyarakat khususnya petani menganggap bahwa kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan dapat merugikan masyarakat dan hanya menguntungkan pada pihak
perusahaan saja. PT. Sawindo Kencana pada awalnya melihat potensi yang
dimiliki oleh masyarakat Desa Tempilang memiliki potensi cukup besar dalam
budidaya kelapa sawit. Melihat hal itu PT. Sawindo Kencana mengajak
masyarakat untuk bekerja sama dalam membudidayakan kelapa sawit dengan
membuat perjanjian bersama dengan masyarakat, dan membentuk kelompok
petani yang bersedia untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan.
3
produksi barang-barang maupun di sektor jasa dengan industry kecil
berdasarkan atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu
instrumen kerja sama yang mengacu pada terciptanya suasana
keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari saling percaya
antara perusahaan mitra dan kelompok melaui perwujudan sinergi
kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling
menguntungkan, dan saling memperkuat (Martodireso dkk,). Kemitraan
juga diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Konsep formal kemitraan yang tercantum dalam undang-undang No. 9
Tahun 1995 menyatakan, kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil
dengan 9 usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Konsep tersebut diperkuat pada peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1997
yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling
memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi Menurut
Pranadji dalam kemitraan agribisnis terdapat tiga pola yaitu sebagai berikut.
a) Pola kemitraan tradisional, pola kemitraan ini terjadi antara
pemilik modal atau peralatan produksi dengan petani penggarap,
peternak atau nelayan .
b) Pola kemitraan pemerintah, pola kemitraan ini cenderung pada
pengembangan kemitraan secara vertikal, model umumnya adalah
hubungan bapak-anak angkat yang pada agribisnisnya
perkembangan dikenal sebagai perkebunan inti rakyat.
c) Pola kemitraan pasar, pola ini berkembang dengan melibatkan
petan sebagai pemilik aset tenaga kerja dan peralatan produksi
dengan pemilik modal besar yang bergerak dibidang industri
pengolah dan pemasar hasil.
4
2.3 IMPLEMENTASI HUBUNGAN KEMITRA USAHAAN
1) Pola Inti Plasma
Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan
Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil
Menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan
sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan
produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan
bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha
Besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility)
untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk
jangka panjang.
2) Pola Sub Kontrak
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun
1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil
memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan,
subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara
Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai
perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku
subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan
(komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain
itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan
perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi,
penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi
pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan
perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang.
3) Pola Dagang Umum
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun
1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil
5
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha
Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau
Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah
atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang
umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau
menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian
hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra,
dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra
memasok kebutuhan perusahaan mitra.
4) Pola Waralaba
Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau
pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam
mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan
usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan
tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan
karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan
sumber-sumber permodalan.
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau
kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud
dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan (HAKI) atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
5) Pola Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra
dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa
usaha pengusaha mitra. Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara
6
UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan
merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau
memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang
menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan
langsung dengan pihak ketiga.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat
disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada
pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal
boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri
(self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).
6) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)
Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,
sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan
biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk
mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di
samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar
produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan
pengemasan. Perusahaam Mitra Kelompok Mitra Konsumen Masyarakat
Kelebihan dari pola KOA adalah : Sama dengan keunggulan sistem inti
plasma.
7
pemahaman dan memiliki pengaruh dalam pola kemitraan kelapa sawit antara
Kelompok Tani Telaga Biru dengan PT. Sawindo Kencana.
Bentuk kerjasama yang dijalankan yaitu dengan pola KKPA dalam proyek
Budidayan kelapa sawit. KKPA atau Kredit Koperasi Primer untuk Anggota
adalahfasilitas kredit yang diberikan kepada petani peserta melalui KUD dan
dipergunakanuntuk membangun kebun anak angkat (Yarsi, 2006). Pengadaan
tanah kebun plasmaKKPA project berasal dari penyerahan tanah oleh
pemilik/penguasa tanah yangdiserahkan kepada Negara melalui pemerintah
daerah yang selanjutnya diperuntukanbagi kelompok tani peserta plasma untuk
dijadikan areal kebun plasma.Kerjasama dalam pengembangan kebun plasma,
anggota koperasi diberipinjaman atau kredit KKPA dari koperasi dengan syarat
dan ketentuan sebagaimanadiatur dalam perjanjian kredit yaitu masing-masing
anggota koperasi menerimasebesar Rp. 21.365.700,- per kavling/paket (2ha).
Kebun plasma akan diserahkan olehInti kepada anggota koperasi sebagai petani
peserta terhitung sejak tanggal penyerahansampai masa produktif tanaman.
8
diserahkan kembali kepada anggota koperasi sesuai dengan hasil rekavling yang
ditetapkanbersama antara Inti, Koperasi, dan Kelompok Tani. Proses rekavling
selesai, petanidiberi bibit kelapa sawit dan melakukan penanaman setelah bibit
berumur 12 bulan,
dalam kurun waktu 12 bulan tersebut petani juga diberikan bimbingan teknis dan
Anggota koperasi berkewajiban menjual produksi TBS dari hasil kebun kelapa
sawit yang dikelolanya kepada inti melalui koperasi dengan mutu yang memenuhi
standart yang ditentukan oleh inti. Inti berkewajiban membeli produksi TBS dari
anggota koperasi dengan harga sesuai pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
Apabila selama masa kredit anggota koperasi tidak dapat memenuhi kewajibannya
karena sebab-sebab diluar kemampuan kedua belah pihak seperti terjadi kerusakan
sebagian atau seluruh kebun kelapa sawit (kejadian diluar kemampuan manusia
dan
tidak terduga) maka hal tersebut disampaikan secara tertulis kepada Inti melalui
koperasi dengan terlebih dahulu disahkan oleh Kepala Desa dan Camat.
Koperasi selaku penyalur kredit dalam rangka KKPA akan memperoleh imbalan
dari
hasil penjualan TBS kebun plasma yang besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan
dalam rapat anggota. Koperasi sebagai penyalur KKPA, maka koperasi tidak
9
angsuran yang telah dilakukan oleh anggota koperasi dan pembukuan kredit
tersebut
KKPA, yang diketahui oleh pengurus koperasi. Pelaksanaan Akad Kredit, para
anggota diwakili oleh pengurus koperasi. Oleh karena itu, anggota penerima
KKPA
Peran lain keporasi selain sebagai penyalur kemitraan, koperasi Bina Tani
Sejahtera juga mempunyai peran sebagai pengawas dan menentukan harga kelapa
sawit. Perusahan PT. Sawindo Kencana sebagai inti akan memberikan kuasa
kepada
koperasi untuk mengawas para anggota koperasi dalam menggunakan saprodi dan
penjualan buah hasil dari anggota koperasi untuk diberikan ke pihak inti agar
berjalan
lancar. Para anggota koperasi diberi kemudahan oleh koperasi untuk menjual hasil
dari
panennya kepada pihak inti melalui koperasi, karena dengan adanya koperasi
maka uang anggota koperasi akan terkontrol dan harga kelapa sawit akan stabil
dengan harga
Perjanjian dan kesepakatan yang dapat dilihat dari realisasi kemitraan yang
dilakukan antara PT. Sawindo dan Petani Telaga Biru sudah terealisasi dengan
baik.
10
Hal tersebut dilihat dari hubungan kerja sama yang dilakukan selama ini berjalan
dengan baik, dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dibalik hal tersebut
kendala
yang dimiliki oleh petani yaitu kurangnya tenaga kerja untuk memupuk, merawat,
dan
disediakan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan mulai dari proses yang
pertama
yaitu produksi dimana segala pupuk, bibit telah disediakan oleh perusahaan yang
akan
diberikan kepada kelompok tani. Kedua yaitu pemasaran, dimana hasil panen dari
petani akan dikelolah oleh perusahaan, sehingga petani tidak perlu repot dan sulit
dalam menjual hasil panen. Berikut ini merupakan bagan yang menjelaskan
tentang
BAB III
PENUTUP
1.1 SIMPULAN
1.2 SARAN
11
Apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kurang
tepat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
12
Lampiran 1
Dokumentasi Kegiatan
Observasi Tahu Bulat CV. Mutiara
13
14