Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga makalah “Laporan Hasil
Observasi Di Bank Syahriah Mandiri” dapat diselesaikan. Penulis yakin tanpa
ridha dan izin-Nya tidak mungkin makalah ini dapat terwujud. Salawat dan
semoga senantiasa tercurah limpahkan ke hadirat Nabi besar Muhammad saw ,
beserta para sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Allah telah menciptakan makhluk-Nya di dunia ini dengan berbeda-beda
dari sisi kekayaan, rezeki, akal pengetahuan dan lain sebagainnya. Maksudnya
adalah supaya manusia dapat mengembangkan potensinya masing-masing dan
bermuamalah.

Seiring dengan meluasnya perkembangan dakwah islam dan


meningkatnya semangat umat islam untuk mempelajari islam, meningkat pula
semangat untuk mengamalkan nilai nilai islam dalam berbgai aspek kehidupan,
termasuk dalam bidang ekonomi. Dengan demikian, pengetahuan atas ilmu
ekonomi islam sangat dibutuhkan dalam upaya mempelajari dan menerapkan
sistem ekonomi islam yang berlandaskan pedoman manusia, yaitu Al-Quran dan
As-sunnah.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis harap kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan baru bagi kita semua.

Ciamis, 14 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Konsep Jaminan Sosial (Social Security) Dalam Islam...............................3

2.2 Pendahuluan.................................................................................................3

2.3 Overview Surah Al-Maa’uun.......................................................................4

2.4 Tafsir Surah Al-Maa’uun Secara Umum.....................................................6

2.5 Tafsir Ekonomi Surah Al-Maa’uun.............................................................9

2.6 Tafsir Ekonomi Ayat ( َ‫ع الَّ ِذيْ فَ ٰذلِك‬


ُّ ‫) ْاليَتِ ْي ۙ َم يَ ُد‬..............................................10

2.7 Tafsir Ekonomi Ayat ( ‫ام ع َٰلى يَحُضُّ َواَل‬


ِ ‫) ْال ِم ْس ِك ْي ۗ ِن طَ َع‬...............................18

2.8 Jaminan Sosial Pada Tradisi Awal Pemerintahan Islam............................26

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................33

3.1..............................................................................Simpulan
....................................................................................................................33

ii
3.2.................................................................................. Saran
....................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang berbentuk bank dan


nonbank yang memiliki spirit islam dalam pelayanannya maupun produk-
produknya. Pelaksanaannya diawasi oleh sebuah lembaga yang disebut Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Lemabag keuangan syariah merupakan salah satu sektor
ekonomi islam yang berkembang pesat pada beberapa dekade terakhir. Hal ini
menunjukan bahwa lembaga keuangan syariah keberadaannya sudah diakui dan
dimanfaatkan oleh masyarakat muslim.        

Lemabaga keuangan syariah dalam menjalankan operasionalnya


menggunakan akad yang berprinsip syariah. Akad sendiri adalah pertalian ijab
qobul dari pihak yang menyatakan kehendak sesuai dengan kehendak
syariah,yang akan memiliki akibat hukum terhadap objeknya.

Akad merupakan keterkaitan dimana akan bertujuan akan melahirkan akibat


hukum baru. Penggunaan akad pada lembaga keuangan syariah terbagi menjadi
berbagai macam, diantaranya adalah : al-ijarah (sewa menyewa), al-wakalah
(pemberi kuasa), al-syirkah (persekutuan), al-wadiah (titipan), al-qardl (pinjam
meminjam), al-rahn (gadai), al-murabahah, dsan al-mudharabah. Akad yang
sering digunakan oleh Baitul Mal wat Tamwil (BMT) maupun lembaga keuangan
syariah lainnya kepada calon anggota yaitu mudharabah, murabahah dan
musyarakah. Hal ini karena akad-akad tersebut disamping mudah dijalankan juga
memberi keuntungan kepada anggota maupun lembaga.

Mudaharabah adalah kontrak antara dua pihak dimanasatu pihak yang


disebut rab al-mal(investor) mempercayakan uang kepada pihak kedua yang
disebut mudharib,untuk tujuan menjalankan usaha dagang. Mudharib
menyumbangkan tenaga dan waktunya untuk mengelola kongsi mereka sesuai
dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa
keuntungan jika ada akan dibagi antar investor dan mudharib berdasarkan
proporsi yang telah disepakati sebelumnya.        

Musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh orang yang mengikatkan diri
untuk bekerja sama,dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk
melakukan tindakan hukum terhadap modal yang dikelola. Musryarakah
merupakan dasar kedua dari konsep profit and loss sharing dalam perbankan
islam.

1
Murabahah secara umum adalah suatu penjualan barang seharga barang
btersebut ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam dunia lemabaga
keuangan penggunaan akad murabahah melibatkan tiga pihak, A,B dan C. Pihak
A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B tidak memilki barang-
barang dimaksud tetapi dia berjanji untuk membelikannya Dri pihak ketiga yaitu
C. B adalah perantara dan kontrak murabahah adalah antara A dan B. Perlu
diingat bahwa untuk harga asli dan laba harus diketahui oleh pihak A dan B.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi mudharabah di Bank Syariah Mandiri?


2. Bagaimana penerapan jaminan mudharabah di Bank Syariah Mandiri ?
3. Bagaimana analisa jaminan mudharib terhadap resiko mudharabah?
4. Apa saja produk funding dari akad wadiah di Bank syariah mandiri?
5. Dalam sistem wadiah, produk apa yang lebih unggul dan banyak diminati
masyarakat ?
6. Diantara sistem wadiah dan mudharabah, manakah yang lebih mempengaruhi
keuangan Bank Syariah Mandiri?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui implementasi mudharabah di Bank Syariah Mandiri


2. Mengetahui penerapan jaminan mudharabah di Bank Syariah Mandiri
3. Mengetahui analisa jaminan mudharib terhadap resiko mudharabah
4. mengetahui Apa saja produk funding dari akad wadiah di Bank syariah
mandiri
5. mengetahui Dalam sistem wadiah, produk apa yang lebih unggul dan banyak
diminati masyarakat
6. mengetahui Diantara sistem wadiah dan mudharabah, manakah yang lebih
mempengaruhi keuangan Bank Syariah Mandiri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BANK SYAHRIAH MANDIRI


Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank- bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan empat bank
(Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu
bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Bank Syariah Mandiri, diakses pada tanggal 23 Februari 2018. Tim
Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut
merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila
Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim
Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23

3
tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum
syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan
pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi
sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Di tahun 2008 sebagaimana telah
disebutkan di muka, Pemerintahan Indonesia telah mengundangkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Pasal 2
undang-undang dimaksud disebutkan bahwa Perbankan Syariah dalam melakukan
kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip
kehati-hatian. Kemudian dalam Pasal 3 disebutkan bahwa Perbankan Syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
PT. Bank Syariah Mandiri memakai sistem bagi hasil (profit and loss
sharing) ketika pemilik modal (surplus spending unit) bekerja sama dengan
perusahaan (deficit spending unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila
kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan
usaha menderita kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil
menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (didzalimin).
Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau mudharabah dengan berbagai
variasinya.

4
2.2 PENERAPAN AKAD MUDHRABAH
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik
modal dan keahlian dari pengelola.
Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal
dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat
kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan,
shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
menciptakan laba yang optimal.

2. Pengertian Mudharabah Menurut 4 Imam :


1. Mudharabah menurut Imam Hanafi, mudharabah adalah "Akad syirkah
dalam keuntungan, satu pihak pemilik modal dan satu pihak lagi pemilik
jasa."
2. Mudharabah menurut Imam Maliki, mudharabah adalah "Akad
perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan sebagian hartanya untuk
dijadikan modal kepada orang lain agar modal tersebut diperdagangkan
dengan pembayaran yang telah ditentukan (mas dan perak).
3. Mudharabah menurut Mazhab Hanabilah, mudharabah adalah "Pemilik
harta mengeluarkan sebagian hartanya dengan ukuran tertentu kepada
orang lain untuk diperdagangkan dengan bagian dari keuntungan yang
telah diketahui."
4. Mudharabah menurut Mazhab Syafi'i, mudharabah adalah "Akad yang
menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain untuk
diperdagangkan."

3. Tipe Mudharabah :
1. Mudharabah Mutlaqah: Dimana shahibul maal memberikan keleluasaan
penuh kepada pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut

5
dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun
pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai
dengan praktik kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf)
2. Mudharabah Muqayyadah: Dimana pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.

4. Implementasi Mudharabah Di BSM


Implementasi akad mudorobah di bsm yaitu tabungan. Tabungan adalah
simpanan uang yang berasal dari pendapatan yang tidak di belanjakan dan
bisa dilakukan oleh perorangan maupun instansi tertentu. Mudharabah terbagi
2 diantaranya Mudharabah muthalaqoh dan Mudharabah muqoyyadah.
Mudorobah muthalaqoh yaitu bank yang memiliki kewenangan penuh dalam
mengelola uang nasabah. Mudharabah muqoyyadah yaitu nasabah yang
memiliki kewenangan dalam menyalurkan uang tersebut, bank hanya jadi
pelantara antara nasabah tabungan dan nasabah peminjam, jika di peminjam
terjadi kerugian maka nasabah tabungan pun rugi.

5. Penerapan Jaminan Mudharabah Di BSM


Akad mudharabah pada sisi funding ini, yang bertindak sebagai
shahibul mal adalah nasabah yang menyalurkan dananya kepada bank.
Sementara itu, yang bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana adalah
bank syariah. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
Tentunya bank pada saat akan meminjamkan dana dari hasil akad
mudharabah, berhak meminta jaminan kepada si peminjam. Bank biasanya
meminta jaminan yang berbentuk aset atau non aset. Jaminan yang berbentuk
aset seperti: sertifikat, SHGB, SH, BPKB. Jaminan yang berbentuk non aset
seperti: SK.

6
6. Analisis Mudharib Terhadap Risiko Mudharabah.

Abstrak prinsip akad mudharabah yang paling mendasar adalah adanya


saling keterbukaan antara kedua belah pihak (pemilik dana dengan nasabah)
dalam hal untung dan rugi bisnis yang dijalankan. Karakteristik akad pada
mudharabah adalah peran ganda mudharib, yakni sebagai wakil (agen)
sekaligus mitra. Salah satu produk keuangan yaitu pemberian kredit kepada
masyarakat. Pengajuan permintaan kredit dari masyarakat tentu saja tidak
langsung disetujui oleh lembaga keuangan. Ada beberapa konsep yang
menjadi prinsip dalam pemberian kredit untuk mengantisipasi resiko yang
akan terjadi. Prinsip-prinsip ini yang kemudian menjadi acuan dan bahan
pertimbangan lembaga keuangan dalam menyetujui permintaan kredit dari
nasabah. Prinsip-prinsip tersebut dikenaal dengan prinsip 5C, yaitu :

1. Character. Kriteria yang pertama adalah character, yaitu melihat


bagaimana karakter dan latar belakang calon peminjam atau nasabah
yang mengajukan kredit. Kriteria ini akan dilihat dari wawancara
yang dilakukan oleh pihak bank. Dari karakkter ini akan dapat dilihat
juga bagaimana reputasi calon nasabah, apakah memiliki catatan
tindak kriminal atau kebiasaan buruk dalam keungan seperti tidak
melunasi pinjaman dengan melalui cek dari BI checking.
2. Capital. Capital atau modal yang dimiliki calon peminjam, yang
khususnya diberlakukan pada nasabah yang meminjam untuk usaha
atau bisnisnya. Adanya neraca keuangan dalam bank, sehingga dapat
mempertimbangkan aktiva dan pasiva yang dimiliki nasabah.
Dengan mengetahui modal aset yang dimiiki usaha nasabah tersebut,
pihak bank dapat sumber pembiayaan yang dimiliki. Selain itu, pihak
bank juga dapat melihat bagaimana laporan keuangan dari usaha
yang dijalankan nasabah untuk kemudian dijadikan acuan apakah
memang layak diberikan kredit atau tidak. 

3. Condition. Yaitu kondisi perekonomian baik yang bersifat


general atau khusus pada bidang usaha yang dijalankan nasabah. Jika

7
memang kondisi perekonomian sedang tidak baik atau sektor usaha
nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank akan mempertimbangkan
kembali dalam memberikan kredit. Hal ini terkait kembali dengan
bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar pinjamannya
nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi. 
4. Collateral. Merupakan jaminan yang diberikan pada calon nasabah
atau peminjam saat mengajukan kredit kepada bank. Jaminan ini
akan menjadi penjamin atau pelindung bagi pihak bank jika nantinya
nasabah tidak dapat membayar pinjaman yang diambil. Oleh karena
itu, idealnya besaran jaminan yang bersifat asset ataupun non asset
lebih besar jumlahnya lebih besar dari kedit yang diberikan. 
5. Capacity. Yaitu bagaimana kemampuan calon peminjam dalam
membayar kreditnya. Kriteria ini dilihat dari bagaimana nasabah
tersebut menjalankan usahanya atau seberapa besar penghasilan yang
diterima tiap bulannya. Jika pihak bank menilai bahwa nasabah
tersebut tidak memiliki kemampuan cukup untuk membayar kredit,
maka kemungkinan besar ajan kreditnya akan ditolak.

2.3 PENERAPAN AKAD WADIAH


1. Pengertian Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu.
Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut
wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga1.
Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Dalam bidang ekonomi syariah, wadiahadalah titipan nasabah yang
harus dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan
menghendaki. Bankbertanggungjawab atas pengembalian titipan tersebut.
Wadiah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Wadiah Yad Dhamanah - wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya

8
dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh
setiap saat kala si pemilik menghendakinya.
b) Wadiah Yad Amanah - wadiah di mana si penerima titipan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada
barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut

2. produk fanding dari akad wadiah


Produk fanding dari akad wadiah ada 2 diantaranya simpatik da
tabunganku. Simpatik adalah tabungan yang di berlakukan bagi yang
sudah memiliki KTP. Sedangkan tabunganku adalah tabungan yang
berlaku bagi pelajar atau bisa disebut simpanan pelajar.

3. Produk Wadiah yang Lebih diminati Nasabah


Produk yang menggunakan akad wadiah tentunya, hanya terdapat
pada tabungan. Pada penjelasan sebelumnya, produk wadiah di BSM
diantaranya tabunganku dan simpatik. Simpatik lebih unggul  karena untuk
umum, sedangkan tabunganku hanya untuk pelajar.

2.4 SISTEM YANG LEBIH BERPENGARUH BAGI KEUANGAN BANK 


Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan dalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya. Manajemen perusahaan
dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Besarnya
keuntungan harus dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal
mendapatkan keuntungan. Dalam Bank Syariah Mandiri, sistem yang lebih
berpengaruh bagi keuangan bank adalah akad mudharabah. Karena merupakan
produk penghimpunan dana bank syariah salah satunya dalam bentuk tabungan
dengan akad mudharabah dan pembagian keuntungan dan rugi dengan prinsip
bagi hasil. Dengan dana tabungan mudharabah yang semakin meningkat, bank
syariah dapat menggunakan dana tersebut untuk menjaga kelangsungan kegiatan
operasional bank serta meningkatkan laba yang dimiliki bank syariah.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Tabungan adalah simpanan uang yang berasal dari pendapatan yang tidak
dibelanjakan yang bisa dilakukan oleh perorangan maupun instansi tertentu.
Mudharabah terbagi dua, yaitu Mudharabah muthalaqoh dan Mudharabah
muqoyyadah.
Mudharabah Muthalaqoh yaitu bank yang memiliki kewenangan penuh
dalam mengelola uang nasabahMudharabah muqoyyadah yaitu nasabah yang
memilikikewenangan dalam menyalurkan uang.
Pada sisi funding ini, yang bertindak sebagai shahibul maal adalah nasabah
yang menyalurkan dananya kepada bank. Danproduk yang menggunakan akad
wadiah tentunya hanya terdapat pada tabungan. Produk fanding dari akad wadiah
ada dua diantaranya simpatik dan tabunganku.
Simpatik adalah tabungan yang berlaku bagi yang sudah memiliki KTP.
Tabunganku adalah tabungan yang berlaku bagi pelajar atau bisa disebut
simpanan pelajar.

3.2 SARAN
Apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kurang
tepat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacahya.

10
DAFTAR PUSTAKA

11
Lampiran 1

Dokumentasi Kegiatan
Observasi di Bank Syahriah Mandiri

12

Anda mungkin juga menyukai