Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respon pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan
kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Disekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan.
Gigitan serangga ataupun sengatan lebah biasanya disertai dengan masuknya racun
atau zat lain kedalam tubuh korba. Racun serangga tersebut dapat menyebabkan rasa
nyeri dan terkadang bisa menimbulkam reaksi alergi.
Korban oleh serangga biasanya ringan dan tidak banyak bahayanya. Rasa timbulnya
reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini bermacam-macam dan sangan
bergantung pada individu. Bukan saja bisanya tetapi komponen serangga itu sendiri
bersifat alergen. Kematian disebabkan reaksi anafilaksis dan timbul biasanya akibat
sengatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gigitan serangga ?
2. Apa penyebab gigitan serangga ?
3. Bagaimana patofisiologi pada gigitan serangga ?
4. Apa manifestasi klinis pada gigitan serangga ?
5. Bagaimana berat reaksi pada gigitan serangga ?
6. Bagaimana komplikasi pada gigitan serangga ?
7. Bagaimana pemeriksaan pada pasien dengan gigitan serangga ?
8. Bagaimana penatalaksanaan umum pada gigitan serangga ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan kegwat daruratan pada Gigitan Serangga secara
konsep teori ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien gigitan serangga
secara kasus ?

1|Page
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan pengertian gigitan serangga.
2. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan penyebab dari gigitan serangga.
3. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan patofisiologi dari gigitan
serangga.
4. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan manifestasi klinis dari gigitan
serangga.
5. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan berat reaksi pada gigitan
serangga.
6. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan komplikasi dari gigitan serangga
7. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan pemeriksaan pada pasien dengan
gigitan serangga.
8. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan penatalaksanaan umum pada
gigitan serangga.
9. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan asuhan keperawatan kegawat
daruratan gigitan serangga secara konsep teori.
10. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan asuhan keperawatan kegawat
gigitan serangga secara kasus.

2|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gigitan Serangga


Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali
menyebabkanbengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi
tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa
jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga
dibanding orang dewasa. Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga
yang menyengat atau menggigitseseorang.

B. Penyebab Gigitan Serangga


Beberapa gigitan serangga bisa mengeluarkan racun berupa protein dan substansi lain
yang dapat mencetus reaksi alergi pada korban gigitannya. Racun ini juga akan
menyebabkan merah dan bengkak di daerah gigitan. Lebah, tawon, dan semut merah
termasuk di dalam keluarga hymenoptera, yang gigitan/sengatannya dapat menyebabkan
reaksi serius bagi orang yang alergi terhadapnya. Serangga menggigit/menyengat dengan
cara yang berbeda-beda:
 Ketika lebah menyengat ia kehilangan seluruh alat sengatnya ( stinger ) dan akan mati
setelah menyengat.
 Sementara tawon dapat menyengat beberapa kali sebelum stinger –nya terlepas.
 Semut api melepaskan racun dengan menggigit menggunakan rahang bawah dan
memelintirkan badannya. Semut api bisa menggigit berkalikali.
 Ulat bulu melepaskan racun yang terdapat pada rambut atau duri mereka yang terlepas
ketika tersentuh pada kulit.
 Nyamuk menggigit menggunakan proboscis (organ berbentuk selang) untuk
menghisap darah. Beberapa spesies nyamuk sebagai vektor dari berbagai macam
penyakit.

C. Patofisiologi Gigitan Serangga


Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat
gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung di respon oleh sistem imun
tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks.

3|Page
Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamine, serotonin, asam
formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen
yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan
mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok :
a) Reakasi immediate
 Ditandai dengan reaksi local atau reaksi sistemik
 Timbul lesi karena adanya toksin yang di hasilkan oleh gigitan atau sengatan
serangga
 Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel
yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin
yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim hyaluronidase yang
juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat
mempercepat penyeberan dari racun tersebut.
b) Reaksi delayed

D. Manisfestasi Klinis
Dalam bentuk ultikari eksterna sampai reaksi alergi kronis yang muncul hebat dengan
reaksi anafilaksis dan didahului oleh reaksi setempat berupa kemerahan, bengkak, rasa
terbakar kemudian mual, muntah dan kesadaran menurun.
Tanda, gejala, dan reaksi dari gigitan serangga berbeda-beda antara serangga yang satu
dan lainnya, serta berbeda antara korban yang satu dan lainnya.
1) Sebagian besar gigitan dan sengatan serangga menyebabkan: gatal, nyeri, kemerahan,
dan bengkak.
2) Kulit yang tergigit/tersengat bisa melepuh dan terinfeksi, menjadi lebih buruk yang
bisa mencetus cellulitis.
3) Gigitan semut merah bisa menyebabkan pustula (bentol seperti jerawat) yang sangat
gatal dan nyeri.
4) Bagi orang yang tidak alergi, bekas dan keluhan sengatan lebah baru hilang dalam
waktu 48 jam sampai 1 minggu, tergantung dari parahnya sengatan.
5) Bila ada reaksi alergi, misalnya akibat sengatan lebah seseorang akan merasakan:
gatal-gatal, bersin, nafas memendek, sampai bisa tidak sadarkan diri, dan dapat
meninggal dalam 30 menit yang dikenal dengan istilah reaksi anaphylaxis.

4|Page
6) Sengatan jenis lebah hornet , bahkan dapat merusak jaringan otot, menyebabkan gagal
ginjal kemudian kematian.
7) Gigitan laba-laba bisa hanya menyebabkan reaksi lokal seperti melepuh, tapi bisa juga
menyebabkan reaksi sistemik seperti yang disebabkan oleh black widow. Gejala
sistemik dapat berupa sakit pada perut, mual, muntah, sakit pada dada atau dada terasa
tertekan, nafas berbunyi, nafas memendek, sulit menelan dan berbicara, lemah sampai
pingsan.

E. Berat Reaksi Pada Gigitan Serangga


1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis)
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kehidupan dan
membutuhkan pertolongan darurat. Tanda dan gejanya:
 Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital).
 Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau tenggorokan
 Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, telapak kaki, dan
selaput lendir (angioedema)
 Pusing dan kacau
 Mual, dan nyeri pada perut
2. Rasa gatel dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Reaksi racun oleh gigtan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga atau laba-laba
yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
 Laba-laba janda ( widow) yang berwarna hitam
 Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
 Laba-laba gembel (hobo)
 Kalajengking
3. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
 Seekor lebah dengan alat penyengatnya dibelakang lalu mati setelah menyengat.
Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif
daripada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan
jumlah yang banyak.
 Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets) dapat menyengat bekali-
kali, dan dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi.

5|Page
 Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahang nya, kemudian
memutar kepalanya dan menyengan dari perutnya dengan alur memutar dan
bekali-kali
4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan
5. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan
6. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk
mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal
dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
7. Infeksi virus
Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus west nile kepada seseorang, menyebabkan
inplamasi pada otak (encephalitis).
8. Infeksi parasit
Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

Adapun pengelompokkan berat reaksi pada gigitan serangga:


1. Reaksi ringan: urtikari, malaise, dan gelisah
2. Reaksi sedang: edema anasarka. Sesak nafas, wheezing. Nyeri perut mual
muntah.
3. Reaksi berat: reaksi sedang diikuti sesak hebat, disfagia, suara serak, pelo, tidak
sadar
4. Reaksi syok: salah satu gejala diatas diikuti dengan sianosis, tekanan darah
menurun, tidak sadar.

F. Komplikasi Gigitan Serangga


1. Infeksi sekunder akibat garukan.
2. Bila disertai keluhan sistemik, dapat terjadi syok anafilaktik
3. hingga kematian.

6|Page
G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
 Tanda Patognomonis : Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan,
dikelilingi zona eritematosa, di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas
tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman, bekas garukan
karena gatal.
 Dapat timbul gejala sistemik seperti : Takipneu, Stridor, Wheezing, Bronkospasme,
Hiperaktif peristaltik, Dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic.
 Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria, atau
edema pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh dapat diikuti
dengan reaksi anafilaksis. Gigitan serangga melepas antigen dan direspon oleh
sistem imunHistamin Mengakibatkan lesi Serotinin Asam Fomic/Kinin. Reaksi
Immedite Reaksi Delayed Mengakibatkan mikrosis jaringan yg lebih luas Lesi
timbul akibat toksin yg dihasilkan oleh gigitan serangga Kerusakan Integritas Kulit
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana
terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan
tes tusuk dengan alergen.

H. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Secara Umum


 Penanganan Pertama
a) Saat pertama kali diserang gigitan serangga, dipindahkan korban kedaerah yang
aman untuk menghindari jangkauan serangga yang bisa kembali menyerang.
b) Buang serangga atau lebah yang menyengat apabila masih menempel pada kulit.
Hal ini untuk mengurangi atau mencegah pelepasan racun dalam jumlah yang
lebih banyak.
c) Bersihkan bagian yang diserang seeangga menggunakan sabun atau air.
d) Kompres daerah yang digigit atau disengat menggunakan es batu untuk
mengurangi bengkak, nyeri dan peradangan yang ditimbulkan.
e) Cara lain yang banyak digunakan orang untuk meredakan bengkak yang
ditimbulkan oleh gigitan atau serangan serangga adalah dengan mengoleskan
pasti gigi. Dengan mengoleskan pasta gigi pada luka bekas gigitan maka akan
mengurangi resiko iritasi.

7|Page
f) Jika nyeri yang ditimbulkan begitu menyiksa, sebaiknya minum obat pereda
nyeri untuk meringankan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat sengatan atau
gigitan serangga. Dan bisa juga mengoleskan krim atau salep untuk meredakan
rasa sakit dan gatal sebagai reaksi yang ditimbulkan oleh serangan serangga.
Namun tentu saja, obat maupun salep ini tentunya harus sesuai anjuran resep
dokter.
 Penatalaksanaan secara medis
a) Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon peradangan baik
yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal dapat dikurangi
dengan sesegera mungkin mencuci daerah gigitan dengan air dan sabun, serta
kompres es.
b) Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi
saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila
disertai obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian epinefrin sub kutan.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3
hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
 Sistemik
1) Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7
hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
2) Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
 Topikal
1) Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat : misalnya krim mometason
furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5% diberikan selama 2
kali sehari selama 7 hari.

I. Asuhan Keperawatan Gigitan/Sengatan Serangga


1. Pengkajian
a) Data umum
 Nama
 Umur
 Alamat
 Jenis kelamin

8|Page
 Agama
b) Data Dasar
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Upaya yang sudah dilakukan
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
c) Pemeriksaan primer
 A (Airway)
 B (Breathing)
 C (Circulation)
 D (Disability)
d) Pemeriksaan fisik (Had to to)
e) Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :
 Mendesah
 Sesak nafas
 Tenggorokan sakit atau susah berbicara
 Pingsan atau lemah
 Infeksi
 Kemerahan
 Bengkak
 Nyeri
 Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
b) Rasa gatal, bengkak dan bintik-bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
c) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menurunya sistem kekebalan
tubuh
d) Nyeri akut berhubungan dengan proses toksisikasi

3. Intervensi
a) Gangguan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin

9|Page
Tujuan : memberikan kepatenan jalan nafas
Intervensi :
1. Jaga kepatenan jalan nafas
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Pantau frekuensi pernafasan
4. Atur posisi pasien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi.
5. Observasi warna kulit dan ada nya sianosis.
6. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot.
7. Pantau seri AGD
8. Berikan epinefrin sub kutan
9. Berikan O2 sesuai indikasi.

b) Rasa gatal, bengkak dan bintik-bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi :
1) Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
2) Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan
partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
3) Kolaborasi dalam pemberian antihistamin.

c) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menurunya sistem kekebalan


tubuh .
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi
Intervensi :
1) Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3) Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4) Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
5) Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
6) Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
7) Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi
dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
8) Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

10 | P a g e
d) Nyeri akut berhubungan dengan proses toksisikasi
Tujuan : mengurangi rasa nyeri
Intervensi :
1) Berikan kompres dengan air dingin.
2) Lakukan tehnik distraksi relaksasi.
3) Kaji skala nyeri pasien.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

11 | P a g e
BAB III
KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN


SERANGAN SERANGGA

Tn. B berumur 35 tahun datang ke IGD rumah sakit dengan keluarga nya, saat perawat
melakukan pengkajian menurut keluarga, Tn. B tersengat serangan tawon di bagian wajah
dan leher nya saat sedang membersihkan kebun di samping rumah nya. Menurut keluarga Tn.
B sebelum di bawa ke rumah sakit Tn. B hanya mengeluh gatal-gatal, lemas, sesak nafas,
pusing, mual muntah dan nyeri pada daerah wajah dan leher yang di sengat tawon, dan mulai
membengkak pada daerah yang di sengat. Kemudian keluarga Tn. B hanya memberikan
pengobatan dengan pasta gigi yang di tempelkan pada area yang di sengat. Di dapatkan hasil
pemeriksaan ttv TD : 110/90 mmHg, N : 100x/m , RR : 23x/m dan skala nyeri 8. Akral teraba
hangat, ctr < 3 detik. Terdengar suara stridor. Kesadaran pasien composmentis Nilai GCS :
15 pasien terlihat cemas. Terdapat bintik-bintik merah pada kulit pasien

A. Pengkajian
1) Data umum
 Nama : Tn. B
 Umur : 35 Tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Petani
 Status Perkawian : Kawin
 Alamat : Kp. Gombong Rt 17/05 Des. Mekar mukti Kec.
Cikarang Utara Kab. Bekasi

2) Data dasar
 Keluhan utama
Menurut keluarga Tn. B sebelum di bawa ke rumah sakit Tn. B hanya mengeluh
gatal-gatal, lemas, sesak nafas, pusing, mual muntah dan nyeri pada daerah wajah
dan leher yang di sengat tawon, dan mulai membengkak pada daerah yang di
sengat.

12 | P a g e
 Riwayat kesehatan sekarang
Istri Tn. B mengatakan bahwa Tn. B tersengat tawon saat membersihkan kebun di
samping rumah nya dan Tn. B mulai mengalami gatal-gatal dan sesak nafas.
 Upaya yang telah dilakukan
Keluarga memberikan pasta gigi yang dioleskan ke bekas sengatan serangga
 Riwayat kesehatan dahulu
Istri Tn. B mengatakan bahwa Tn. B belum pernah di rawat di rumah sakit.
 Riwayat kesehatan keluarga
Istri Tn. B mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang memliki penyakit
keturunan dan belum ada yang pernah di rawat dirumah sakit.

3) Pengkajian Primer
 Airway : tidak terdapat benda asing yang menghalangi jalan nafas klien, hanya
terdapat edema pada bagian leher yang tersengat tawon dan terdapat suara nafas
stridor.
 Brithing : pasien mengeluh sesak nafas dengan RR : 23x/m.
 Circulation : akral teraba hangat, ctr < 3 detik, pemeriksaan ttv TD : 110/90
mmHg, N : 100x/m, pasien tampak lemah, kesadaran composmentis
 Disability : nilai GCS : 15 E : 4 V : 5 M : 6, nyeri

B. Analisa Data
 Data Subjek
1. Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami gatal-gatal pada area sengatan
2. Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami nyeri pada wajah dan leher yang di
sengat tawon
3. Keluarga pasien mengatakan pasien mual dan muntah
4. Keluarga paien mengatakan pasien lemas
5. Keluarga pasien mengatakan pasien pusing
6. Keluarga pasien mengatakan sebelum di bawa kerumah sakit pasien diberi
pengobatan dengan menggunakan pasta gigi yang dioles ke area yang di sengat
7. Keluaraga Pasien mengataka pasien mengalami sesak nafas

13 | P a g e
 Data Objek
1. Hasil npemeriksaan ttv TD : 110/90 mmHg, N : 100x/m , RR : 23x/m
2. Skala nyeri 8
3. Akral hangat
4. Ctr < 3 detik.
5. Terdengar suara stridor
6. Nilai GCS : 15
7. Terdapat bintik-bintik merah pada kulit pasien
8. Kesadaran composmentis

C. Data Fokus
NO. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. Data Subjek : Proses Toksikasi Nyeri akut
1. Keluarga pasien
mengatakan pasien
mengalami nyeri pada
wajah dan leher yang di
sengat tawon.
2. Keluarga pasien
mengatakan sebelum di
bawa kerumah sakit
pasien diberi
pengobatan dengan
menggunakan pasta
gigi yang dioles ke area
yang di sengat.
Data Objek :
1. Hasil npemeriksaan ttv
TD : 110/90 mmHg, N :
100x/m.
2. Skala nyeri 8
3. Nilai GCS : 15

14 | P a g e
2. Data Subjek : Reaksi endotoksin, Gangguan jalan nafas
1. Keluarga Pasien inflamasi pada trakea. tidak efektif
mengataka pasien
mengalami sesak nafas
2. Keluarga paien
mengatakan pasien
lemas
3. Keluarga pasien
mengatakan pasien
pusing
Data Objek :
1. RR : 23x/m
2. Akral hangat
3. Ctr < 3 detik.
4. Terdengar suara stridor
5. Nilai GCS : 15
6. Kesadaran
composmentis
3. Data Subjek : Menurunya sistem Resiko tinggi terhadap
1. Keluarga pasien kekebalan tubuh infeksi
mengatakan pasien
mengalami gatal-gatal
pada area sengatan.
2. Keluarga pasien
mengatakan sebelum di
bawa kerumah sakit
pasien diberi
pengobatan dengan
menggunakan pasta
gigi yang dioles ke area
yang di sengat

15 | P a g e
Data Objek :
1. Terdapat bintik-bintik
merah pada kulit pasien

D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin, inflamasi
pada trakea.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Proses Toksikasi
3. Rasa gata, bintik-bintik merah, bengkak berhubungan dengan Proses inflamasi

E. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Gangguan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan 1. Untuk
nafas tidak keperawatatan 1x24 jam jalan nafas mempertahankan
efektif diharapkan pasien 2. Auskultasi bunyi jalan nafas yang
berhubungan mengalami perbaikan nafas adekuat.
dengan reaksi kondisi dengan kriteria 3. Pantau frekuensi 2. Untuk mendengar ada
endotoksin, hasil : pernafasan nya suara nafas
inflamasi pada 1. Pasien tidak lagi 4. Atur posisi pasien tambahan.
trakea. mengalami sesak nafas. dengan nyaman 3. Mengetahui frekuensi
2. Tidak terdapat sianosis dan atur posisi nafas dalam batas
3. Frekuensi nafas dalam kepala lebih tinggi. normal.
batas normal. 5. Observasi warna 4. Mempermudah pasien
kulit dan ada nya dalam bernafas.
sianosis. 5. Mencegah terjadi nya
6. Kaji adanya syok pada pasien.
distensi abdomen 6. Mengetahui apakah
dan spasme otot. ada gerakan atau
7. Pantau seri AGD bantuan tambahan
8. Kolabirasi : saat pasien bernafas.
Berikan O2 sesuai 7. Mengetahui nilai
indikasi. Dan obat normal aGD pada

16 | P a g e
bronkodilator. pasien.
9. Monitor respon 8. Dapat membantu
alergi selama 24 memenuhi kebutuhan
jam oksigen pada pasien
9. Menghindari reaksi
alergi yang lebih
berat.
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan kompres 1. Meredakan nyeri dan
berhubungan keperawatan selama 1x24 dengan air dingin. mengurangi bengkak.
dengan Proses jam diharapkan nyeri yang 2. Lakukan tehnik 2. Mengurangi nyeri.
Toksikasi dirasakan pasien distraksi relaksasi. 3. Mengetahui skala
berkurang dengan kriteria 3. Kaji skala nyeri nyeri yang dirasakan
hasil : pasien. pasien.
1. Pasien lebih rileks 4. Kolaborasi dalam 4. Dapat membantu
dan nyaman pemberian obat mempercepat
2. Nyeri berkurang analgetik penyebuhan pada
pasien.
Rasa gata, Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan area yang 1. Untuk menghindari
bintik-bintik keperawatan selama 1x24 terkena gigitan terkontaminasi lebih
merah, bengkak diharapkan rasa gatal yang dengan sabun dan air lanjut pada luka.
berhubungan di rasakan pasien dapat untuk 2. Mengurangi rasa gatal
dengan Proses berkurang dengan kriteria menghilangkan dan bintik merah pada
inflamasi hasil : partikel yang pasien.
1. Pasien tidak lagi terkontaminasi oleh
menggaruk-garuk serangga (seperti
luka nya. nyamuk).
2. Pasien lebih nyaman 2. Kolaborasi dalam
3. Bintik-bintik merah pemberian
pada kulit dapat antihistamin.
berkurang

17 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus :

Tn. B berumur 35 tahun datang ke IGD rumah sakit dengan keluarga nya, saat
perawat melakukan pengkajian menurut keluarga, Tn. B tersengat serangan tawon di bagian
wajah dan leher nya saat sedang membersihkan kebun di samping rumah nya. Menurut
keluarga Tn. B sebelum di bawa ke rumah sakit Tn. B hanya mengeluh gatal-gatal, lemas,
sesak nafas, pusing, mual muntah dan nyeri pada daerah wajah dan leher yang di sengat
tawon, dan mulai membengkak pada daerah yang di sengat. Kemudian keluarga Tn. B hanya
memberikan pengobatan dengan pasta gigi yang di tempelkan pada area yang di sengat. Di
dapatkan hasil pemeriksaan ttv TD : 110/90 mmHg, N : 100x/m , RR : 23x/m dan skala nyeri
8. Akral teraba hangat, ctr < 3 detik. Terdengar suara stridor. Kesadaran pasien
composmentis Nilai GCS : 15 pasien terlihat cemas. Terdapat bintik-bintik merah pada kulit
pasien

1) Pengkajian Primer
 Airway : tidak terdapat benda asing yang menghalangi jalan nafas klien, hanya
terdapat edema pada bagian leher yang tersengat tawon dan terdapat suara nafas
stridor.
 Brithing : pasien mengeluh sesak nafas dengan RR : 23x/m.
 Circulation : akral teraba hangat, ctr < 3 detik, pemeriksaan ttv TD : 110/90 mmHg, N
: 100x/m, pasien tampak lemah, kesadaran composmentis
 Disability : nilai GCS : 15 E : 4 V : 5 M : 6, nyeri
2) Intervensi yang bisa dilakukan :
1. Jaga kepatenan jalan nafas
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Pantau frekuensi pernafasan
4. Atur posisi pasien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi.
5. Observasi warna kulit dan ada nya sianosis.
6. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot.
7. Pantau seri AGD
8. Kolabirasi : Berikan O2 sesuai indikasi. Dan obat bronkodilator.
9. Monitor respon alergi selama 24 jam

18 | P a g e
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga
yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan artropoda
penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan
terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di
perkebunan, persawahan, dan lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah
dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).
Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi
dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang biasanya
muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga
akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok
maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh
atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang
sangat gatal disekitar area gigitan dan
kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan
akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai
pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari respon
sistem imun penderita masing-masing.

B. Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gigitan Serangga. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gigitan Serangga.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai