Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KEGAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI GIGITAN SERANGGA

DISUSUN OLEH :

MILU YUNI MARDANI

C2017077

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2020
KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN
SERANGGA

1. DEFINISI GIGITAN SERANGGA

a) Definisi gigitan serangga

Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan,
rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir
dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang
dewasa.

Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.Beberapa
contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah:

a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).


Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau
gejalanya adalah:
Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup
untuk organ-organ penting (vital) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema) Pusing
dan kacau Mual, diare, dan nyeri pada perut
Rasa gatal dengan bintik- bintik merah dan bengkak Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
Laba-laba gembel (hobo)
Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan
lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama
dengan jumlah yang banyak Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali.

Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan
dari rahangnya, kemudian memutar  kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali d.
Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan. Penyakit
serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.
Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai
empat belas hari setelah penggunaan anti serum. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis). Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan
menyebarnya malaria.
2. Definisi gigitan binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-
laba, kalajengking, dll. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. Ular yang berbisa
memiliki ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a) Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis:
kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b) Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan
mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi
klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis
c) hematemesis, gagal ginjal. c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin.
d) Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
e) Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
f) Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler
g) Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan
h) Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

2. ETIOLOGI
a. Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau
mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk
melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan
substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan
bengkak di lokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi
terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh
gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh
alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon
tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan
rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.

3. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi.
Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan
atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan
tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut. atau ratusan sengatan lebah
jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
Sedangkan tanda dan gejala dari gigitan binatang berbisa seperti ular yaitu :
Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari penampakan langsung misalnya
corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua lubang yang
 jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak
berbisa.
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang sederhana sampai sakit yang mengancam
nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan
gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.

Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :
Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di
daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ
internal seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut
atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba
dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan.
Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara
langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban,
menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

4. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa


a) Penatalaksanaan pada gigitan serangga Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka
carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah
gejala yang paling sering ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan infeksi
(kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter.Jika tidak
diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang digigit agar tidak terjadi infeksi.
Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba. Seseorang yang mempunyai riwayat
tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain.
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah

Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika


hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup
menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang
terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan
partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka
tidak dibersihkan.

Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti


diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil.
Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa

Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi;


dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di
rumah sakit
b. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama
adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di
instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan
autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada
memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka
gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket,
kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan
yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life
support.
Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama
implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Pertolongan Pertama :
Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua.
Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa
melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular
dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi
aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu
ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di
bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor),
ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif
dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam
beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah
direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini
semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara
signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan
kerusakan jaringan lokal.
Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit /
ketat yang dapat menghambat aliran darah
 jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk
mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut
nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap
perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu
menjadi membutuhkan intubasi.
Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan
berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa. ular
yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular
– ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari
reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah
gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan
fatal.
Jika berada di wilayah yang terpencil dimana
transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang
bidai pada ekstremitas yang tergigit.
Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka
tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai
menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau
ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak
menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan
tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang
pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini
terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau
ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai
ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan
membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian
imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik
ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa
dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal
pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.
c. Manajemen di Rumah Sakit
Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC
dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti
takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status
mental, hipotensi).
Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa.
Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan
endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong
korban bernafas. Korban dengan syok membutuhkan cairan
intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan
aliran darah ke organ-organ vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat
mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih
yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang
mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan
menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah
kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan
antivenin pada korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi
dalam ringan, sedang, atau berat.
Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema,
tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium
yang normal.
Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang
hebat; edema lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas
sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan pada
hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau
trombosit).
Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum
bercampur darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal,
perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time parsial
teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang
menunjukkan koagulopati konsumtif. Penderajatan envenomasi
merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom
ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi
yang berat.
Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar
perawatan jika korban datang dalam 12 jam setelah gigitan,
tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik.
Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SENGATAN DAN
GIGITAN ULAR

A. PENGKAJIAN
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :
~ Mendesah
~ Sesak nafas
~ Tenggorokan sakit atau susah berbicara
~ Pingsan atau lemah
~ Infeksi
~ Kemerahan
~ Bengkak 
~ Nyeri
~ Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

Pada gigitan ular dapat ditemukan data :


~ Tampak kebiruan
~ Pingsan
~ Lumpuh
~ Sesak nafas
~ syok hipovolemik 
~ nyeri kepala
~ mual dan muntah
~ nyeri perut
~ diare
~ keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan
~ flaccid paralysis
~ Miotoksisitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran
darah

R/ : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti
diphenhidramin (Benadryl) dalam pil, losion Calamine
R/ : mengurangi gatal – gatal

 Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran


darah ke jaringan
Tujuan : Menangani penyebab, Memperbaiki suplai darah ke
jaringan Intervensi
Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di
atasi(perdarahan luar) R/: Mengurangi keparahan
Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
R/: Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran 3.
Kaki di tinggikan dan di topang
R/: Meningkatkan suplai darah ke otak 
Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
R/: Sirkulasi tidak terganggu
Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien

 Rasa gatal, bengkak dan bintik  – bintik merah berhubungan


dengan proses inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut Intervensi
Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan R/: Mencegah
tersebarnya racun ke seluruh tubuh
Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga
(seperti nyamuk).
R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka
Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa
Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin
procain 900.000 IU
R/: Mencegah terjadinya infeksi
 Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
reaksi endotoksin

Intervensi
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis 2.
Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3. Beri kompres mandi hangat
4. Beri antipiretik 
5. Berikan selimut pendingin
 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2.Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika
memungkinkan
5. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
6. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuak
atau antisipasi dari lengan ekskresi atau sekresi
7. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
8. Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
9. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
10.Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
DAFTAR PUSTAKA

http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-
pada-pasien.html

Anda mungkin juga menyukai