Erma Rahmawati
202014046
2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Menurut Agrina & Zulfitri (2015) keluarga merupakan salah satu aspek penting
dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan sebagai
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang menjadi faktor penentu sehat-
sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah
kesehatan anggota keluarga.
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.
Anggota keluarga yang mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
1) Fungsi reproduksi
2) Fungsi ekonomi
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2013), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
2) Mempertahankan keintiman
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
B. KONSEP DASAR
1. Definisi
Keluarga baru menikah adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang belum
mempunyai anak (baru menikah). Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim (Friedman, 2015).
2. Tugas Perkembangan
i. Memilih nilai, moral, dan ideologi yang dapat diterima oleh keduanya
b. Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu
sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sendiri-sendiri
d. Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota) (Sulistyo, 2012).
a. Peran Formal :
b. Peran Informal :
a. Bahaya Fisik
Penyakit, pada keluarga baru menikah penyakit yang mungkin timbul adalah penyakit
menular seksual
b. Bahaya Psikologis
Pada keluarga baru menikah butuh waktu untuk penyesuaian diri, dan sering
menimbulkan percekcokan atau perbedaan pendapat.
Ketidak mampuan keluarga (suami/istri) memenuhi kebutuhan sek pada kelurga yang
baru dibina
Kecenderungan terhadap perubahan peran dalam perkawinan bagi pria dan wanita, dan
konsep yang berbeda tentang peran ini yang menganut kelas sosial dan kelompok
religius yang berbeda penyesuaian dalam perkawinan sulit sekarang daripada di masa
ketika peran masih begitu ketet dianut (Ali, 2011).
Agrina & Zulfitri. 2015. Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga Terhadap Tingkat. Journal
Ilmu Sosial 2 (2).
Dongoes, Moorhouse & Geissler. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Friedman. 2015. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3). Jakarta : EGC.
Padila. 2015. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga, Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep Keluarga
Terapi Herbal Dan Terapi Modelitas.Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmi.
Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. DATA UMUM
a. Puskesmas : Donorojo
b. No. Register :-
d. Nama KK : Tn. M
2. STRUKTUR KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Tinggal Serumah
: Pasien
b. Kebersihan Perorangan: Keadaan perorangan bersih, Ny.L mengatakan dia dan suami
mandi sehari dilakukan sebanyak 2 kali.
c. Penyakit sering diderita: Ny. L mengatakan dia dan suami sering mengalami batuk.
d. Penyakit keturunan: Ny. L mengatakan dia dan suami tidak memiliki penyakit
keturunan
e. Penyakit kronis menular/tidak menular: Ny. L mengatakan dia dan suami tidak
mempunyai penyakit kronis atau menular.
g. Pola makan : Ny. L mengatakan dia dan suami makan sehari 2-3x kadang diselangi
dengan buah dan sayur.
h. Pola istirahat: Ny. L mengatakan dia dan suami tidur cukup sehari kurang lebih 7-8
jam.
i. Pola eliminasi: Ny. L mengatakan dia dan suami biasanya BAB 1x sehari pada malam
hari, dan BAK kurang lebih 5-6x dalam sehari.
6. PSIKOLOGI
a. Keadaan Emosi: Ny. L mengatakan kondisi emosinya dan suami stabil dan jarang
marah-marah.
b. Kebiasaan tidak sehat: Ny. L mengatakan suaminya Tn. M merokok, sehari bisa habis
1-2 bungkus rokok, Tn. M mengatakan dia ingin berhenti merokok.
b. Hubungan dengan orang lain: Ny. L mengatakan hubungannya dengan tetangga dan
saudara terjalin dengan baik.
c. Kegiatan organisasi sosial: Ny. L mengatakan dia rutin mengikuti arisan dan
pengajian setiap 1 bulan sekali.
9. SPIRITUAL KELUARGA
Ketaatan Beribadah: Ny. L mengatakan sholat dilakukan sendiri apabila ditempat kerja
dan berjama’ah dengan Tn. M apabila dirumah.
10. KULTURAL KELUARGA
a. Suku/bangsa: Indonesia
c. Adat keyakinan yang mempengaruhi kesehatan: Ny. L dan Tn. M mempercayai ada
nya hal-hal gaib.
a. Pekarangan Rumah
b. Dalam Rumah
3) Ventilasi: Jendala dan ventilasi kayu, jendela tidak dibuka. Ventilasi berjumlah 4
dan jendela: 4
4) Jamban : WC jongkok
B. ANALISA DATA
C. SKORING
Dx 1:
Resiko Terjadinya Penyakit Saluran Pernafasan Pada Tn. M b.d Ketidak mampuan keluarga
mengambil keputusan untuk berhenti merokok
Kriteria Skor Bobot Rumus Menghitung
1. Sifat Masalah : 3/3 x 1 = 1
a. Aktual 3 1
2. Kemungkinan Masalah 1 2 1/2 x 2 = 1
dapat diubah :
b. Sebagian
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Terjadinya Penyakit Saluran Pernafasan Pada Tn. M b.d Ketidak mampuan
keluarga mengambil keputusan untuk berhenti merokok
2. Hambatan Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Tn. M Khususnya Ny. L b.d Kurangnya
Pengetahuan
3. Kurangnya Pengetahuan pada Keluarga Tn. M b.d Kurangnya Informasi
D. INTERVENSI
Nama KK : Tn. M Nama Mahasiswa : Erma Rahmawati
Alamat : Donorojo,Pacitan NIM :202014046
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI FORMATIF
G. EVALUASI SUMATIF
PENGKAJIAN
I. LATAR BELAKANG
A. Karakteristik Keluarga
Menurut Agrina & Zulfitri (2015) keluarga merupakan salah satu aspek penting dalam
keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok yang
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa keluargalah yang menjadi faktor penentu sehat-sakitnya anggota
keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah kesehatan
anggota keluarga.
Hal yang perlu dikaji mulai dari struktur keluarga hingga pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang kesehatan.
C. Masalah Keperawatan
d. Diagnosa Keperawatan
e. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian dari struktur keluarga hingga pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang kesehatan.
f. Tujuan Khusus
3. Menggali masalah apa saja yang tejadi pada keluarga yang ada kaitannya dengan
masalah kesehatan.
A. Metode
5. Wawancara
a. Panduan wawancara
b. Bolpoin
c. Format pengkajian
6. Observasi
a. Lembar observasi
b. Bolpoin
C. Waktu dan tempat
Rumah keluaraga binaan
A. Evaluasi struktur
B. Evaluasi proses
g. Evaluasi hasil
Diharapkan dari hasil pengkajian wawancara dapat ditemukan masalah keperawatan apa
saja yang terjadi didalam keluarga tersebut.
Pembimbing Mahasiswa
SCORING
I. LATAR BELAKANG
A. Karakteristik keluarga
Dari hasil wawancara atau pengkajian secara keseluruhan yang telah selesai dilakukan,
didapatkan data hasil yang dapat dilaporkan sebagai masalah dalam keluarga. Masalah
yang muncul dalam keluarga adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, hambatan
pemeliharaan rumah dan kurang pengetahuan.
Dari hasil data yang didapatkan nantinya akan memberikan suatu cara keperawatan apa
saja tindakan/rencana yang didapat dan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
DS : Ny.L mengatakan suaminya kadang batuk ringan, Ny.L mengatakan suaminya Tn.
M sering merokok, sehari bisa habis 1-2 bungkus rokok.
C. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
B. Tujuan umum
C. Tujuan khusus
A. Metode
Diskusi
i. Evaluasi struktural
1. Menyiapkan pre planning
2. Kontrak waktu dengan keluarga
3. Menyiapkan diagnosa keperawatan,, menyiapkan lembar scoring masalah
keperawatan, menyiapkan intervensi sesuai diagnose keperawatan
B. Evaluasi proses
Pembimbing Mahasiswa
IMPLEMENTASI
Kunjungan ke : 3 Tanggal : 18 Februari 2021
4) LATAR BELAKANG
A. Karakteristik keluarga
Dari hasil wawancara atau pengkajian secara keseluruhan yang telah selesai dilakukan,
didapatkan data hasil yang dapat dilaporkan sebagai masalah dalam keluarga. Masalah
yang muncul dalam keluarga adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, hambatan
pemeliharaan rumah dan kurang pengetahuan.
Dari hasil data yang didapatkan nantinya akan memberikan suatu cara keperawatan apa
saja tindakan/rencana yang didapat dan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
C. Masalah keperawatan
5) PROSES KEPERAWATAN
6. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan terkait pendidikan kesehatan bahaya merokok, rumah sehat
dan keluarga berencana (KB) atau pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
7. Tujuan khusus
6)IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. Metode
1. Diskusi
2. Penkes
6. Media dan alat
1. Laptop
2. Leflet
7. Waktu dan tempeh
Rumah keluarga binaan
7)KRITERIA EVALUASI
A. Evaluasi struktur
Pembimbing Mahasiswa
(SAP)
Waktu : 30 menit
I. PENDAHULUAN
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm dengan diameter 10
mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di cacah. Rokok di bakar disalah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya di hirup melalui mulut ujung lain. Bahan
dasar rokok adalah tembakau. Tembakau terdiri dari berbagai bahan kimia yang dapat
membuat seseorang ketagihan, walaupun mereka tidak ingin mencobanya lagi (Kemenkes,
2011).
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
III. SASARAN
IV. TARGET
V. MATERI
d. Pengertian merokok
e. Jenis-jenis perokok
VI. METODE
A. Diskusi
B. Tanya jawab
VII. MEDIA
A. Leaflet
B. Laptop
A. Waktu : 30 menit
B. Tempat : Di Rumah Tn. M
IX. SUSUNAN ACARA
b. Perkenalan b. Memperhatikan
k. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
l. Menjawab pertanyaan
X. MATERI
A. Latar Belakang Masalah
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm dengan diameter
10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di cacah. Rokok di bakar disalah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya di hirup melalui mulut ujung lain. Bahan
dasar rokok adalah tembakau. Tembakau terdiri dari berbagai bahan kimia yang dapat
membuat seseorang ketagihan, walaupun mereka tidak ingin mencobanya lagi
(Kemenkes, 2011).
Menurut Soetjiningsih (2010), kelompok remaja usia sekolah merupakan kelompok yang
memiliki resiko tinggi terhadap pengaruh buruk dari luar karena mereka belum memiliki
kematangan emosional yang stabil. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan di sekolah
sangat penting sebagai hasil dari promosi kesehatan.
1. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil
apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok
walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba- coba dan cara menghisap rokok
cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak dihisap masuk ke dalam paru-paru.
2. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang
lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang
merokok (Ridwan, 2015).
Nikotin merupakan zat yang mengandung candu yang bisa menyebabkan seseorang
ketagihan untuk terus menghisap rokok.
2. Tar
Tar merupakan bahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru
dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker.
3. Karbon monoksida
Gas yang dapat menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen
dalam tubuh.
4. Zat karsinogen
5. Zat iritan
Berikut ini contoh bahaya yang ditimbulkan dari asap rokok baik secara fisik maupun
psikologis:
a. Penyakit jantung
b. Penyakit paru
c. Kanker
d. Impotensi
e. Merusak gigi
f. Tuli
a. Adiksi (kecanduan)
c. Gejala depresi
d. Mood swing
A. Evaluasi Struktur
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Murni. 2015. Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi: Penyakit Tekanan Darah Tinggi . Bantul
: Kreasi Wacana
Nurarif. 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta :
Salemba Medika.
Ridwan. 2015. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Slient Kiler Hipertensi. Jakarta : Pustaka
Widyamara.
Soetjiningsih. 2010. Buku Ajar : Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Sub Pokok bahasan : Pendidikan Kesehatan Keluarga Berencana (KB) atau Pemilihan Alat
Kontrasepsi Yang Tepat
Waktu : 30 menit
I. PENDAHULUAN
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran. Keluarga berencana merupakan suatu program pemerintah
yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program
keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan
bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang (BKKBN, 2017).
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat - alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, Pil, Suntik dan
sebagainya (Anggraini & Martini, 2012).
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
B. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
III. SASARAN
IV. TARGET
V. MATERI
VI. METODE
A. Diskusi
B. Tanya jawab
VII. MEDIA
A. Leaflet
B. Laptop
A. Waktu : 30 menit
n. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
o. Menjawab pertanyaan
X. MATERI
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Keluarga berencana merupakan suatu program
pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil
kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang (BKKBN, 2017).
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat -
alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, Pil, Suntik dan
sebagainya (Anggraini & Martini, 2012).
a. Pil KB
Metodekontrasepsi dengan cara minum pil setiap hari dimana pil tersebut mengandung
hormon estrogen dan progestin, bekerja diserap oleh darah dan bekerja untuk menghenti
kan ovulasi. Alat kontrasepsi jenis ini pada umumnya perempuan sering mengalami
efek samping akan tetapi bisa membantu mengurangi pendarahan menstruasi,
mengurangi anemia dan kram pada perempuan.
b. Suntikan
Metode Kontrasepsi dengan cara memberikan suntikan secara berkala setiap satu atau
dua bulan. Suntikan tersebut mengandung hormone progestin (tanpa estrogen) yang
bekerja menghentikan ovulasi. Metode Kontrasepsi ini sangat efektif dan aman bagi
hampir semua perempuan, akan tetapi jika akan berhenti memerlukan beberapa waktu
untuk progam hamil kembali
c. Implant / Susuk
Alat kontrasepsi dengan cara meletakkan/menanamkan 1,2 atau 6 kapsul plastik kecil
yang mengandung hormone progestin (tanpa estrogen), kapsul tersebut tidak hancur di
dalam tubuh dan bersifat lentur. Pemasangan dan pencabutan sebaiknya dilakukan
oleh petugas medis yang terlatih dengan tindakan operasi sederhana serta pembiusan
lokal . Alat Kontrasepsi ini aman dan sangat efektif selama 3 tahun untuk 1-2 kapsul dan
5-6 tahun
untuk 6 kapsul.
d. IUD
Alat Kontrasepsi dengan cara memasang alat kecil yang dipasang di dalam rahim,
berbentuk rangka plastik yang lentur dengan lengan tembaga dan benang. Cara kerja
utama mencegah sperma bertemu dengan sel telur, aman dan efektif serta tidak
tergantung pada daya ingat . bekerja hingga 10 tahun tergantung akan jenisnya.
e. Kondom
Alat kontrasepsi pada pria dengan mencegah sperma dan air mani bertemu sel telur
dengan berbentuk rangka karet yang lentur dan dipasang pada penis . Sangat aman dan
efektif digunakan hanya satu kali saja. Alat kontrasepsi ini memberi perlindungan
terhadap HIV/IMS.
f. Vasektomi
Metode kontrasepsi pada pria dengan cara operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah
transportasi sperma pada testikel dan penis. Vasektomi bersifat permanen sangat efektif
dan aman, namun harus dipertimbangkan dengan baik.
g. Tubektomi
Metode kontrasepsi pada wanita dengan pemotongan saluran indung telur (tuba fallopi)
sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Tubektomi bersifat
permanen. Walaupun bisa disambungkan kembali, namun tingkat fertilitasnya tidak akan
kembali seperti sedia kala (BKKBN, 2016).
1. Evaluasi Struktur
4. Evaluasi mengenai hasil pendidikan kesehatan keluarga berencana (KB) atau pemilihan
alat kontrasepsi yang tepat
2. Evaluasi Proses
2. Keluarga Tn. M terutama Ny. L aktif bertanya dalam proses pendidikan kesehatan
tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya
3. Evaluasi Hasil
1. Keluarga Tn. M terutama Ny. L paham mana yang akan dipilih dari macam alat
kontrasepsi
2. Ny. L telah menetukan pilihannya yaitu melilih alat kontrasepsi IUD tanpa hormone
agar tidak mempengaruhi berat badannya
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini & Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press.
BKKBN. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
(SAP)
Pokok Bahasan : Asuhan Keluarga Dengan Pasangan Baru Menikah
Sub Pokok bahasan : Pendidikan Kesehatan Keluarga Pemeliharaan Rumah Yang Sehat Bagi
Keluarga
Sasaran : Ny. L
Waktu : 30 menit
I. PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan
(kecacatan). Berdasarkan pada pengertian di atas rumah sehat diartikan sebagai tempat
berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Riviwanto dkk, 2011).
Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat
melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat
untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan kekayaan
(Azwar, 2016).
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Keluarga Tn. M dan Ny. L memahami akan pentingnya rumah sehat bagi keluarga.
B. Tujuan Khusus
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga melalui terwujudnya rumah bersih dan sehat.
III. SASARAN
Sasaran ditujukan kepada Ny. L
IV. TARGET
Di harapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan Ny.L memahami tentang pentingnya rumah
yang sehat bagi keluarga.
V. MATERI
VI. METODE
A. Diskusi
B. Tanya jawab
VII. MEDIA
A. Laptop
A. Waktu : 30 menit
3. Parameter dan
Indikator Rumah Sehat
b. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
X. MATERI
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehat adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan
kelemahan (kecacatan). Berdasarkan pada pengertian di atas rumah sehat diartikan sebagai
tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Riviwanto dkk, 2011).
Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah
penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai
tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang status sosial, tempat menyimpan
kekayaan (Azwar, 2016).
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi rumah sehat adalah sebagai berikut :
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat menurut Adnani
(2011) yaitu:
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah hendaknya mudah
dibersihkan, tidak rawan kecelakaan, berwarna terang, dan harus menutup rata
kerangka atap.
2. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban
diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air
tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan
tampak bersih tidak berlumut.
3. Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, rata, tidak licin, stabil waktu
dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan, dan kedap air. Untuk mencegah
masuknya air ke dalam rumah, untuk rumah bukan panggung sebaiknya tinggi
lantai ± 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan.
4. Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.
Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
a. Ruang untuk istirahat/tidur
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan
kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar
yang cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya
untuk melakukan kegiatan.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil
pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang
dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat
teralirkan keluar.
c. Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang
ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.
d. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh
buruk yang dapat merugikan kesehatan.
1. Evaluasi Struktur
1. Keluarga Tn. M terutama Ny. L mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan rumah sehat
bagi keluarga.
2. Keluarga Tn. M terutama Ny. L aktif bertanya dalam proses pendidikan kesehatan
tentang rumah sehat bagi keluarga.
3. Evaluasi Hasil
1. Keluarga Tn. M terutama Ny. L memahami tentang rumah sehat bagi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, Hariza. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Azwar, A. 2016. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara Sumber
Widya Press.
Mubarak. Wahid, Iqbal. dan Chayatin, Nurul. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Salemba Medika.
ERMA RAHMAWATI
202014046
2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. Definisi Keluarga Dengan Lansia
Menurut Agrina & Zulfitri (2015) keluarga merupakan salah satu aspek penting
dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan sebagai
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang menjadi faktor penentu sehat-
sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah
kesehatan anggota keluarga.
Lanjut usia (Lansia) adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade dan merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2013).
2. Fungsi Keluarga
Menurut Padila (2015), keluarga memiliki 5 fungsi yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.
Anggota keluarga yang mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan
memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan
sumber daya manusia, dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini
sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan
atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahir keluarga baru dengan satu orang tua
(single parent).
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan rumah,
maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh
keluarga dibawah garis kemiskinan (pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi
untuk mencari sumber - sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga
dalam meningkatkan status kesehatan mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan
asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan
maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini mempengaruhi status kesehatan
individu dan keluarga.
3. Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2013), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini antara lain adalah :
7) Membina hubungan intim yang memuaskan
8) Menetapkan tujuan bersama
9) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social
10) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
11) Persiapan menjadi orang tua
12) Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
5) Suami merasa diabaikan
6) Peningkatan perselisihan dan argument
7) Interupsi dalam jadwal kontinu
8) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
9) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan)
10) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
11) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan)
12) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. e)
Konseling KB post partum 6 minggu
13) Menata ruang untuk anak
14) Biaya / dana (Child Bearing)
15) Memfasilitasi role learning angggota keluarga
16) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
7) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
8) Membantu anak bersosialisasi
9) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi
10) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga
11) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
12) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
6) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas
7) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
8) Menyediakan aktivitas untuk anak
9) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak
10) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
5) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi)
6) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gap komunikasi)
7) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
8) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (Anak 1 meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
8) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
9) Mempertahankan keintiman
10) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
11) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
12) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
13) Berperan suami – istri kakek dan nenek
14) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
6) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
dan waktu santai
7) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua
8) Keakrapan dengan pasangan
9) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
10) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lansia ( Lanjut usia)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
5) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup
6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
7) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
8) Melakukan life review masa lalu.
B. KONSEP DASAR
1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas,
tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa
oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke
jantung (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih (Smeltzer, et al. 2013).
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg,
hipertensi juga merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung
dan stroke.
2. Etiologi, faktor resiko dan faktor resiko yang tidak bisa diubah
Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :
a. Etiologi
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun
penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme,
penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).
b. Faktor resiko
Faktor resiko yang bisa dirubah menurut Triyanto (2014) :
1) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko
mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung.
2) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi.
Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan
adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah
secara intermitten.
3) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau
obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penderita yang memiliki berat badan normal.
4) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan
denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
5) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan
relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan
adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan
pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan
tekanan darah.
c. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
1) Genetik
2) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang
berlebih (Triyanto, 2014).
3. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Novianti, 2006 dalam Reni, 2015).
4. Patofisiologi
Perubahan struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga
menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013).
5. Manifestasi Klinis
Manisfestasi klinis menurut Ardiansyah (2012), muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
mantap
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
vasokonstriksi pembuluh darah
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda klinis
seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan
darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah
aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh
stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun
gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh
penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala, mual,
muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, et al. 2011).
6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2011) menyerang organ-organ
vital antar lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard menyebabkan
kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian menyebabkan
iskemia jantung serta terjadilah infark.
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif
sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke
unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian
hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah
di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan
pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang
diperdarahi otak berkurang.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi menurut Saferi & Mariza (2013).
Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
3) Batasi konsumsi alkohol
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
5) Menghindari merokok
6) Penurunan stress
7) Aromaterapi (relaksasi)
8) Terapi masase (pijat)
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis
penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada resep.
DAFTAR PUSTAKA
Buss, J. S., Labus. D,. 2013. Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah Edisi
2. Diterjemahkan oleh Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC.
Padila. 2015. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga, Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep
Keluarga Terapi Herbal Dan Terapi Modelitas.Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmi.
Smeltzer, C. Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sutanto. 2011. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: ANDI.
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. DATA UMUM
f. Puskesmas : Donorojo
g. No. Register :-
h. Tanggal : 22 Februari 2021
i. Nama KK : Tn. K
j. Alamat : Donorojo,Pacitan
No N H Jenis U P Peke A I
a u Kela m e rjaan g m
m b min u n a u
a r di m ni
A d di a sa
n g k i
g n a
g n
ot K
a e
l
1. S Laki 6 D Pens Is L
T u -laki 6 3 iuna la e
n. a t n m n
K m h g
i k
a
p
2. N I Pere 6 S Ibu Is L
y. s mpu 1 P rum la e
S t t ah n
r an h G tang m g
i ga k
a
p
3. N A Pere 2 S Wira Is L
n. n mpu 2 1 swas la e
R a an t ta m n
k h g
k
a
p
4. N A Pere 2 S Mah Is L
n. n mpu 0 1 asis la e
E a an t wi m n
k h g
k
a
p
2. STRUKTUR KELUARGA
3. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan : Serumah
: Meninggal : Pasien
5. BIOLOGIS KELUARGA
f. Penyakit sering diderita : Ny. S mengatakan dia sering merasakan pusing kaku, dan
juga nyeri pada tengkuk leher, Ny. S mengatakan suami dan anaknya tidak sering
sakit.
g. Penyakit keturunan : Ny. S mengatakan dia, suami, dan juga anaknya tidak
memiliki penyakit keturunan.
h. Penyakit kronis menular/tidak menular : Ny. S mengatakan dia, suami, dan anaknya
tidak mempunyai penyakit kronis atau menular
j. Pola makan : Ny. S mengatakan dia, suami, dan anaknya makan sehari 2-3x sehari,
Ny. S mengatakan dia tidak pantang makan sering mengkonsumsi gorengan dan
makanan yang asin serta kurang makan buah dan sayur.
k. Pola istirahat : Ny. S mengatakan dia, suami, dan anaknya tidur cukup sehari
kurang lebih 7-8 jam .
l. Pola eliminasi : Ny. S mengatakan dia, suami, dan anaknya biasanya BAB 1x
sehari pada pagi hari, dan BAK kurang lebih 5-6x dalam sehari
6. PSIKOLOGI
h. Keadaan Emosi : Ny. S mengatakan dia sering marah-marah, Ny. S mengatakan
kondisi emosi anak dan suaminya stabil dan jarang marah-marah.
i. Kebiasaan tidak sehat : Ny. S mengatakan dia sering mengkonsumsi gorengan dan
makan makanan asin serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur serta tidak rajin
mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan dokter.
j. Pengambilan Keputusan : Ny. S mengatakan yang mengambil keputusan di anggota
keluarganya adalah Tn. K sebagai kepala keluarga.
7. REKREASI
Ny. S mengatakan kegiatan rekerasi dilakukan apabila sempat, baginya dan keluarga
berkumpul dan menonton TV menjadi kegiatan rekreasi dan berkumpul.
9. SPIRITUAL KELUARGA
Ketaatan Beribadah : Ny. S mengatakan sholat dilakukan berjamaah bersama keluarga.
e. Pekarangan Rumah
f. Dalam Rumah
9) Jamban : WC jongkok
N Data Diagnosa
o Keparawatan
1.DS: Ny. S mengatakan sering merasakan pusing, Nyeri Akut pada
kaku dan juga nyeri pada tengkuk leher Ny. S b.d Agen
Injuri Biologis
DO: Ny. P tampak memegangi lehernya
RR : 20x/menit, S : 35 C
Q : Senut-senut
R : Tengkuk leher
S : Skala 5
T : Hilang timbul
Kriteria S B Rumus
k o Menghitung
o b
r o
t
5. Sifat Masalah: 3/3 x 1 = 1
Aktual 3 1
6. Kemungkinan Masalah dapat diubah : 1/2 x 2 = 1
Sebagian 1 2
7. Kemungkinan masalah dapat dicegah : 2/3 x 1 = 2/3
Cukup 2 1
8. Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 = 1
Masalah dirasakan & harus segera 2 1
ditangani
Jumlah total Hasil 3 2/3
Kriteria S B Rumus
k o Menghitung
o b
r o
t
5. Sifat masalah: 2/3 x 1 = 2/3
Resiko / ancaman kesehatan 2 1
6. Kemungkinan masalah dapat diubah: 1 2 1/2 x 2 = 1
Sebagian
7. Kemungkinan masalah dapat dicegah: 2/3 x 1 = 2/3
Cukup 2 1
8. Menonjolnya masalah: 1/2 x 1 = 1/2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1 1
Jumlah total Hasil 2 1/6
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut pada Ny. S b.d Agen Injuri Biologis
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada Ny. S b.d Kurangnya Pengetahuan
3. Kurang Pengetahuan pada Keluarga Tn. K khususnya Ny. S b.d kurangnya pengetahuan
E. INTERVENSI
Nama KK : Tn. K Nama Mahasiswa : Erma Rahmawati
Alamat : Pacitan NIM : 202014046
No N Evaluasi
o TUM TUK Kri Stan Intervensi
D teri dar
x a
1. 1. Setelah Setelah Ko Ny. 7. Kaji TTV
dilakuk dilakuka gni S 8. Berikan teknik
an n tif mam relaksasi napas
kunjun kunjunga pu dalam untuk
gan 3x n 3x men mengurangi
diruma dirumah gont nyeri
h keluarga rol 9. Beritahu
diharap khususny Nyer keluarga agar
kan a Ny. S i rutin
keluarg mampu: memeriksakan
a Mengont penyakit Ny. S
mampu rol Nyeri
mengat yang
asi dialami
Nyeri
Akut
2. 2. Setelah Setelah Ko Ny. 8. Kaji
dilakuk dilakuka gni S Pengetahuan
an n tif mam Ny. S tentang
kunjun kunjunga pu penyakitnya
gan 3x n 3x mer 9. Berikan
diruma dirumah ubah pendidikan
h diharapk pola kesehatan
keluarg an : Ny. mak tentang
a S an penyakitnya
diharap mampu yang 10. Ajarkan
kan merubah tidak kepada Ny. S
perilak kebiasaa seha agar
u n tidak t, mengurangi
kesehat sehatnya men konsumsi
an gura gorengan dan
beresik ngi makanan asin
o kons 11. Motivasi Ny.
berkura umsi S agar rutin
ng gore mengkonsums
ngan i obat
dan
mak
anan
asin
serta
rajin
men
gkon
sum
si
obat.
3. 3 Setelah Setelah Ko Ny. 8. Kaji
dilakuk dilakuka gni S pengetahuan
an n tif mem Ny. S tentang
kunjun kunjunga aha proses
gan 3x n 3x mi penyakit
diruma dirumah tenta 9. Berikan
h diharapk ng pendidikan
diharap an : peny kesehatan
kan Ny. S akit tentang
kurang memaha hipe Hipertensi dan
nya mi rtens faktor
pengeta tentang i penyebab
huan penyakit kekambuhann
tentang hipertens ya
penyaki i
t
hiperte
nsi
dapat
teratasi
F. IMPLEMENTASI
No N T
o TUK Implementa Respon t
D si d
x
1. 1. Setelah 1. Mengkaji TTV DS: Ny. S mengatakan dia
dilakukan dan skala nyeri sering merasakan pusing,
kunjunga Ny. S kaku dan juga nyeri pada
n 3x tengkuk leher
dirumah
DO : Ny. P tampak memegangi
keluarga
lehernya.
khususny
a Ny. S TD: 150/120 mmHg, N: N : 86
Mengontr S: 36 C
R: Tengkuk leher
S: Skala 5
T: Hilang timbul
2. 1. 2. Memberikan DS : Ny. S mengatakan
kompres hangat bersedia di ajari teknik
agar nyeri relaksasi napas dalam
berkurang DO: leher Ny. S tampak
melakukan teknik
relaksasi napas dalam
3. 1. 3. Memberitahu DS: Keluarga Ny. S mengatakan
keluarga agar akan memeriksakan Ny. S
rutin DO: Keluarga tempak
memeriksakan memperhatikan anjuran
penyakit Ny. S perawat
4. 2. Setelah 1. Mengkaji DS : Ny. S mengatakan dia tidak
dilakukan Pengetahuan pantang makan sering
kunjunga Ny. S tentang mengkonsumsi gorengan
n 3x pantangan dan makanan yang asin
dirumah penyakitnya serta kurang makan buah
diharapka dan sayur serta tidak rajin
n : Ny. S mengkonsumsi obat yang
mampu
merubah sudah diresepkan dokter .
kebiasaan
DO : Ny. S tampak tidak
tidak
paham
sehatnya.
5. 2. 2. Memberikan DS: Ny. S mengatakan bersedia
pendidikan diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan
tentang DO : Ny. S tampak
penyakitnya memperhatikan perawat
6. 2. 3. Menganjurkan DS : Ny. S mengatakan akan
kepada Ny. S mulai mengurangi
agar konsumsi gorengan dan
mengurangi makanan yang asin, serta
konsumsi akan membiasakan makan
gorengan dan buah dan sayuran.
makanan asin DO: Ny. S tampah
mendengarkan anjuran
perawat
7. 2. 4. Memotivasi Ny. DS: Ny. S mengatakan akan
S agar rutin memulai rajin dalam
mengkonsumsi mengkonsumsi obat yang
obat telah diresepkan dokter
DO: Ny. S tampak
memperhatikan perawat
8. 3. Setelah 1. Mengkaji DS : Ny. S mengatakan kurang
dilakukan pengetahuan memahami tentang
kunjunga Ny. S tentang penyebab kekambuhan
n 3x proses penyakit penyakit darah tinggi
dirumah DO : Ny. S tampak tidak
diharapka memahami tentang
n: penyebab kekambuhan.
Ny. S
memaham
i tentang
penyakit
hipertensi
9. 3. 2. Memberikan DS : Ny. S mengatakan bersedia
pendidikan diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan
tentang DO : Ny. S tampak
Hipertensi dan memperhatikan perawat
faktor penyebab
kekambuhannya
1. 1. Setelah 1. Mengkaji TTV DS : Ny. S mengatakan dia
dilakukan dan skala nyeri masih merasakan pusing,
kunjunga Ny. S kaku sedikit berkurang dan
n 3x juga nyeri pada tengkuk
dirumah leher sedikit berkurang
keluarga
DO : Ny. S tampak memegangi
khususny
lehernya dan meringis.
a Ny. S
mampu: TD: 140/100 mmHg, N : 82 x/
ol Nyeri 36 C
Q: Senut-senut
R: Tengkuk leher
S: Skala 4
T: Hilang timbul
2. 1. 2. Memberikan DS : Ny. P mengatakan bersedia
kompres hangat diajari teknik napas dalam
agar nyeri DO: leher Ny. S tampak
berkurang terkompres
3. 1. 3. Mengingatkan DS: Keluarga Ny. S mengatakan
keluarga agar sudah memeriksakan Ny. S
rutin ke puskesmas
memeriksakan DO : Keluarga tempak
penyakit Ny. S memperhatikan anjuran
perawat
4. 2. Setelah 1. Mengkaji DS: Ny. S mengatakan dia
dilakukan Pengetahuan sudah mulai memahami
kunjunga Ny. S tentang tentang apa saja yang boleh
n 3x pantangan dan tidak boleh
dirumah penyakitnya dikonsumsi.
diharapka
DO : Ny. S tampak
n : Ny. S
mulai paham
mampu
merubah
kebiasaan
tidak
sehatnya
5. 2. 2. Memberikan DS: Ny. S mengatakan bersedia
pendidikan diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan
tentang DO : Ny. S tampak
penyakitnya memperhatikan perawat
6. 2. 3. Menganjurkan DS: Ny. S mengatakan sudah
kepada Ny. S mulai mengurangi
agar konsumsi gorengan dan
mengurangi makanan yang asin, serta
konsumsi membiasakan makan buah
gorengan dan dan sayuran.
makanan asin DO : Ny. S tampah
mendengarkan anjuran
perawat
7. 2. 4. Memotivasi Ny. DS : Ny. S mengatakan sudah
S agar rutin mulai rutin dalam
mengkonsumsi mengkonsumsi obat yang
obat telah diresepkan dokter
DO : Ny. S tampak
memperhatikan perawat
8. 3. Setelah 1. Mengkaji DS : Ny. S mengatakan mulai
dilakukan pengetahuan memahami tentang
kunjunga Ny. S tentang penyebab kekambuhan
n 3x proses penyakit penyakit darah tingginya
dirumah DO : Ny. S tampak mulai
diharapka memahami tentang
n: penyebab kekambuhan.
Ny. S
memaham
i tentang
penyakit
hipertensi
9. 3. 2. Memberikan DS : Ny. S mengatakan bersedia
pendidikan diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan
tentang DO : Ny.S Tampak
Hipertensi dan memperhatikan perawat
faktor penyebab
kekambuhannya
1. 1. Setelah 1. Mengkaji TTV DS : Ny. S mengatakan sudah
dilakukan dan skala nyeri tidak pusing, kaku sudah
kunjunga Ny. S berkurang dan juga nyeri
n 3x pada tengkuk leher
dirumah berkurang
keluarga
DO : Ny. S tampak sudah tidak
khususny
memegangi lehernya dan
a Ny. S
sudah tidak meringis.
mampu:
Mengontr TD: 130/ 90 mmHg, N: 80 x/m,
Q: Senut-senut
R: Tengkuk leher
S: Skala 3
T: Hilang timbul
2. 1. 2. Memberikan DS : Ny. S mengatakan bersedia
kompres hangat diajari teknik relaksasi
agar nyeri napas dalam
berkurang DO : leher Ny. S tampak
terkompres
3. 1. 3. Mengingatkan DS: Keluarga Ny. S mengatakan
kembali pada akan rutin memeriksakan
keluarga agar Ny. S ke puskesmas agar
selalu rutin penyakitnya terkontrol
memeriksakan DO: Keluarga tempak
penyakit Ny. S memperhatikan anjuran
perawat
4. 2. Setelah 1. Mengkaji DS: Ny. S mengatakan dia
dilakukan Pengetahuan sudah memahami tentang
kunjunga Ny. S tentang apa saja yang boleh dan
n 3x pantangan tidak boleh dikonsumsi.
dirumah penyakitnya
DO : Ny. S tampak
diharapka
sudah paham
n : Ny. S
mampu
merubah
kebiasaan
tidak
sehatnya
5. 2. 2. Menganjurkan DS: Ny. S mengatakan sudah
kepada Ny. S mengurangi konsumsi
agar selalu gorengan dan makanan
mengurangi yang asin, serta
konsumsi membiasakan makan buah
gorengan dan dan sayuran.
makanan asin DO : Ny. S tampah
mendengarkan anjuran
perawat
6. 2. 3. Memotivasi DS : Ny. S mengatakan sudah
kembali Ny. S rutin dalam mengkonsumsi
agar rutin obat yang telah diresepkan
mengkonsumsi dokter
obat DO : Ny. S tampak
memperhatikan perawat
7. 3. Setelah 1. Mengkaji DS : Ny. S mengatakan sudah
dilakukan kembali memahami tentang
kunjunga pengetahuan penyebab kekambuhan
n 3x Ny. S tentang penyakit darah tingginya
dirumah proses penyakit DO : Ny. S Tampak sudah
diharapka memahami tentang
n : Ny. S penyebab kekambuhan dan
memaham menyebutkan faktor
i tentang penyebabnya.
penyakit
hipertensi
G. EVALUASI FORMATIF
No Tan N Evaluasi T
ggal o t
d
D
x
1. 23- 1 S : Ny. S mengatakan dia sering merasakan
02- pusing, kaku dan juga nyeri pada
2021 tengkuk leher
RR: 20x/menit, S: 36 C
Q: Senut-senut
R: Tengkuk leher
S: Skala 5
T : Hilang timbul
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Kaji TTV dan skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
- Beritahu keluarga agar rutin periksa
ke puskesmas
2. 23- 2 S : Ny. S mengatakan dia tidak pantang
02- makan sering mengkonsumsi gorengan
2021 dan makanan yang asin serta kurang
makan buah dan sayur serta tidak rajin
mengkonsumsi obat yang sudah
diresepkan dokter .
RR : 18 x/menit, S : 36 C
Q : Senut-senut
R : Tengkuk leher
S : Skala 4
T : Hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji TTV dan skala nyeri
- Ajari teknik relaksasi napas dalam
- Beritahu keluarga agar rutin periksa
ke puskesmas
5. 24- 2 S : Ny. S Pmengatakan dia sudah mulai
02- memahami tentang apa saja yang boleh
2021 dan tidak boleh dikonsumsi.
H. EVALUASI SUMATIF
N Tan N Evaluasi T
o ggal o t
d
D
x
1. 25- 1 S : Ny. S mengatakan sudah tidak pusing,
02- kaku sudah berkurang dan juga nyeri
2021 pada tengkuk leher berkurang
RR: 22 x/menit, S : 36 C
Q: Senut-senut
R: Tengkuk leher
S: Skala 3
T: Hilang timbul
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. 25- 2 S: Ny. S mengatakan dia sudah memahami
02- tentang apa saja yang boleh dan tidak
2021 boleh dikonsumsi dan mampu
menyebutkan kembali tentang diet
hipertensi.
PENGKAJIAN
Kunjungan ke : 1 Tanggal : 22 Februari 2021
V. LATAR BELAKANG
D. Karakteristik Keluarga
Menurut Agrina & Zulfitri (2015) keluarga merupakan salah satu aspek penting
dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga sebagai suatu kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu, keluargalah yang tetap berperan sebagai
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa keluargalah yang menjadi faktor penentu sehat-
sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada munculnya berbagai masalah
kesehatan anggota keluarga.
Lanjut usia (Lansia) adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade dan merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2013).
Hal yang perlu dikaji mulai dari struktur keluarga hingga pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang kesehatan.
F. Masalah Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan
-
B. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian dari struktur keluarga hingga pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang kesehatan.
C. Tujuan Khusus
D. Metode
1. Wawancara
a. Panduan wawancara
b. Bolpoin
c. Format pengkajian
2. Observasi
a. Lembar observasi
b. Bolpoin
C. Evaluasi struktur
D. Evaluasi proses
E. Evaluasi hasil
Diharapkan dari hasil pengkajian wawancara dapat ditemukan masalah keperawatan apa
saja yang terjadi didalam keluarga tersebut.
Pembimbing Mahasiswa
SKORING
V. LATAR BELAKANG
D. Karakteristik keluarga
Dari hasil wawancara atau pengkajian secara keseluruhan yang telah selesai dilakukan,
didapatkan data hasil yang dapat dilaporkan sebagai masalah dalam keluarga. Masalah
yang muncul dalam keluarga adalah Nyeri akut, Perilaku kesehatan cenderung beresiko,
dan kurang pengetahuan.
Dari hasil data yang didapatkan nantinya akan memberikan suatu cara keperawatan apa
saja tindakan/rencana yang didapat dan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
DS : Ny. S mengatakan dia sering merasakan pusing, kaku dan juga nyeri pada tengkuk
leher
F. Masalah keperawatan
1. Nyeri akut
1. Nyeri akut
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Kurang pengetahuan.
E. Tujuan umum
F. Tujuan khusus
D. Metode
Diskusi
A. Evaluasi struktural
4. Menyiapkan pre planning
5. Kontrak waktu dengan keluarga
6. Menyiapkan diagnosa keperawatan, menyiapkan lembar scoring masalah
keperawatan, menyiapkan intervensi sesuai diagnose keperawatan
B. Evaluasi proses
3. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
4. Keluarga mampu melakukan scoring dan menentukan prioritas masalah keperwatan
C. Evaluasi hasil
4. Diharapkan masalah keperawatan Nyeri akut. Dapat teratasi dengan prosentase 90
%.
5. Diharapkan masalah Perilaku kesehatan cenderung beresiko. Dapat teratasi dengan
prosentase 90 %.
6. Diharapkan masalah keperawatan Kurang pengetahuan. Dapat teratasi dengan
prosentase 90 %.
Pembimbing Mahasiswa
IMPLEMENTASI
I. LATAR BELAKANG
D. Karakteristik keluarga
Dari hasil wawancara atau pengkajian secara keseluruhan yang telah selesai dilakukan,
didapatkan data hasil yang dapat dilaporkan sebagai masalah dalam keluarga. Masalah
yang muncul dalam keluarga adalah nyeri akut, perilaku kesehatan cenderung beresiko,
dan kurang pengetahuan.
Dari hasil data yang didapatkan nantinya akan memberikan suatu cara keperawatan apa
saja tindakan/rencana yang didapat dan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
DS: Ny. S mengatakan dia sering merasakan pusing, kaku dan juga nyeri pada tengkuk
leher
DS: Ny. S mengatakan dia tidak ada pantangan makanan tertentu, sering mengkonsumsi
gorengan dan makanan yang asin, kurang makan buah dan sayur serta tidak rajin
mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan dokter
Q : Senut-senut
R : Tengkuk leher
S : Skala 5
T : Hilang timbul
F. Masalah keperawatan
4. Nyeri akut
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
6. Kurang Pengetahuan
1. Nyeri Akut
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Kurang Pengetahuan
B. Tujuan umum
C. Tujuan khusus
A. Metode
1. Diskusi
2. Penkes
3. Laptop
4. Leflet
D. Evaluasi struktur
E. Evalusi proses
F. Evaluasi hasil
Pembimbing Mahasiswa
(SAP)
Sasaran : Ny. S
Waktu : 30 menit
XII. PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan
darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,
2014).
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dengan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga
merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
XIII. TUJUAN
C. Tujuan Umum
D. Tujuan Khusus
1. Pengertian hipertensi
2. Tanda dan gejala hipertensi
3. Faktor resiko
4. Penatalaksanaan
XIV. SASARAN
XV. TARGET
XVI. MATERI
A. Pengertian hipertensi
B. Etiologi dan faktor resiko
C. Tanda dan gejala
D. Patofisiologi
E. Manifestasi klinis
F. Penatalaksanaan
XVII. METODE
C. Diskusi
D. Tanya jawab
XVIII. MEDIA
C. Leaflet
D. Laptop
C. Waktu : 30 menit
D. Tempat : Di Rumah Tn. K
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
6. Penatalaksanaan
b. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
c. Menjawab
pertanyaan
3. Post d. Menyimpulkan d. Menyimak
interaks
e. Mengevaluasi e. Menjawab pertanyaan
i
(memberikan pertanyaan)
f. Menjawab salam
f. Memberi salam
XXI. MATERI
D. Definisi
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg,
hipertensi juga merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal
jantung dan stroke.
E. Etiologi, faktor resiko dan Faktor resiko yang tidak bisa dirubah.
1. Etiologi
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal
maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab
timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh
darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme,
penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).
2. Faktor resiko
a. Faktor resiko yang bisa dirubah menurut Triyanto (2014):
1) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh
terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin
tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan
alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta
jantung
2) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf
simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan
meningkatkan tekanan darah secara intermitten.
3) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau
obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal.
4) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan
katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta
terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah.
5) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung
dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah
turun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
3. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
Berikut ini factor resiko yang tidak bisa diubah dari hipertensi menurut Triyanto
(2014) adalah sebagai berikut:
a. Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih banyak pada
kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat
keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita
hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan.
b. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang
berlebih.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan
oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging (Triyanto, 2014)
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Triyanto, 2014).
Gejala lain yang yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Notoadmojo, 2015).
G. Patofisiologi
H. Manifestasi Klinis
1. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
mantap.
2. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
3. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
4. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
vasokonstriksi pembuluh darah.
5. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
6. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda klinis
seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan
darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah
aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh
stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun
gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu
contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh
dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual,muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, et
al. 2011).
I. Komplikasi
1. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian
menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
2. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif
sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke
unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian
hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
3. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh
darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat
penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah
yang diperdarahi otak berkurang.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi menurut Saferi & Mariza (2013).
Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
a. Mempertahankan berat badan ideal
b. Mengurangi asupan natrium (sodium)
c. Batasi konsumsi alkohol
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
e. Menghindari merokok
f. Penurunan stress
g. Aromaterapi (relaksasi)
h. Terapi massage (pijat)
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
e. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada resep
D. Evaluasi Struktur
E. Evaluasi Proses
1. Keluarga Ny. S mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan Hipertensi dari awal
hingga
2. Keluarga Tn. K aktif bertanya khusunya Ny. S dalam proses pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
F. Evaluasi Hasil
Buss, J. S., Labus. D,. 2013. Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah Edisi
2. Diterjemahkan oleh Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
(SAP)
Sasaran : Ny. S
Waktu : 30 menit
I. PENDAHULUAN
Seseorang yang telah didiagnosis menderita hipertensi atau mengalami peningkatan tekanan
darah perisisten harus segera mencari pengobatan untuk mengontrol tekanan darah,
mencegah terjadinya komplikasi, dan mengurangi atau mengatasi tanda dan gejala yang
muncul seperti pusing, sakit kepala, tengkuk terasa pegal, mudah marah, sulit bernapas,
pandangan kabur, dan lain-lain (Rohimah & Kurniasih, 2016).
Pada umumnya ketika seseorang menderita hipertensi akan terjadi peningkatan tekanan
darah yang lebih dari normal, biasanya akan muncul tanda dan gejala yaitu salah satu
tengguk terasa pegal. Diakibatkan karena terjadi peningkatan tekanan pada dinding
pembuluh darah di daerah leher sehingga aliran darah menjadi tidak lancer. Hasil akhir dari
metabolisme di daerah leher kekurangan O2, nutrisi tertimbun, menimbulkan peradangan
pada daerah perlekatan otot dan tulang sehingga muncul rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan
oleh penderita hipertensi akan menggangu aktivitasnya sehari-hari (Rohimah & Kurniasih,
2016).
Penggunaan kompres hangat/panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap mampu
meredakan nyeri. Panas dapat mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia
neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri yang menyebabkan terjadinya
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah di daerah yang dilakukan (Rohimah & Kurniasih,
2016).
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga binaan mampu
mempratikkan cara teknik relaksasi napas dalam secara mandiri untuk mengurangi rasa
nyeri.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang cara melakukan teknik relaksasi napas
dalam selama 30 menit di harapkan teknik relaksasi napas dalam dapat mengurangi
nyeri pada kepala dan leher pada penderita hipertensi terutama bagi keluarga binaan.
III. SASARAN
Sasaran ditujukan kepada Ny. S
IV. TARGET
Di harapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan Ny. S dapat memahami tentang cara
melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri pada leher dan kepala Ny. S.
V. MATERI
A. Cara relaksasi napas dalam
B. Tujuan relaksasi napas dalam
C. Manfaat relaksasi napas dalam
VI. METODE
A. Diskusi
B. Tanya jawab
VII. MEDIA
A. Leaflet
B. Laptop
X. MATERI
A. Cara teknik relaksasi napas dalam
1. Atur posisi nyaman pada pasien
2. Minta pasien untuk napas melalui hidung
3. Minta pasien untuk menahan napas selama beberapa detik lalu hembusakan
perlahan lewat mulut
4. Lakukan latihan napas 2-4 kali dalam durasi kurang lebih 15 menit
Asmadi. 2016. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Muhith, A. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik (Teori dan Aplikasi). CV. Andi offset.
Yogyakarta
TARGET KETRAMPILAN MAHASISWA
PRAKTIK KLINIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN KELUARGA
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
Nim : 202014046