DISUSUN OLEH
1. Pendahuluan
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga
merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikaatan
perkawinan, adopsi, hubunga darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki
kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Kelurga memiliki keterikatan yang erat dengan kesehatan setiap
anggotanya (Friedman, 2011).
Keluarga menurut Harmoko (2012) adalah perkumpulan dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan
b. Fungsi Keluarga
Adapun lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2011), yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah
satu fungsi keluarga yang paling penting. Peran utama orang dewasa dalam
keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga
dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
2) Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman yang diberikan dalam keluarga
yang ditunjuk untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suamu-ayah dan
istri-ibu. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungdi
sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan
hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukkan pola sebagian besar
orang dewasa.
3) Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontinuitas antar generasi kelurga dan masyarakat yaitu
menyediakan anggota baru untuk masyarakat.
4) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi kelurga yang
paling relefan bagi perawat kelurga.
5) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang ssuai melalui proses
mengambilan keputusan.
2. Konsep Dasar :
a. Definisi
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada
anak-anak (Wong, Donna L. 2013). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari
(2013) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri,
virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsung sampai 14 hari.
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanakkanak,
namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. Secara klinis,
pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari
penyakit lain (Wong, Donna L. 2013). Sedangkan menurut Nelson (2014),
pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Istilah infeksi respriratori bawah seringkali digunakan untuk mencakup penyakit
bronkitis, bronkolitis, pneumonia atau kombinasi dari ketiganya. Gangguan pada
sistem imunitas tubuh pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya pneumonia
b. Etiologi
Menurut Sari (2013) :
a. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme gram
positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
c. Manifestasi Klinis
Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis pneumonia. Neonatus
dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya gejala-gejala fisis
pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien pneumonia viral dan bakterial
umumnya berbeda antara bayi yang lebih tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut
tidak selalu jelas pada pasien tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise,
nyeri dada akibat pleuritis dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada
bayi yang lebih tua dan anak (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi & Yuliani. 2010)
antara lain :
a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Rales (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
d. Pathways
Sumber : (NANDA NIC-NOC, 2015).
e. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastric dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia adalah:
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar, bronchial dapa
juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengindentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. E DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK PRESCHOOL,
KHUSUSNYA An. L DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA)
DISUSUN OLEH
1. Puskesmas :
2. No. Register :
3. Tanggal : 22 Feb 2021
4. Nama KK : Tn. E
5. Alamat : Padangan rt 4 rw 8 Jungke Karanganyar
A. STRUKTUR KELUARGA
NO NAMA HUB UMU PEND. PEKERJA AGAM IMUNISAS
ANGGO DGN R TERAKHI AN A I
TA KEL IR
Ibu rumah
2. Ny. S istri 25 th D3 Islam Lengkap
tangga
(5) Perahu
C. BIOLOGIS KELUARGA
1. Keadaan Kesehatan Sekarang: Ny. S mengatakan bahwa An. L mengalami batuk dan
pilek sudah +2 hari yang lalu, demam tinggi +5 hari dan terlihat sesak saat bernafas. Ny.
S mengatakan An. L juga sering rewel dan susah untuk makan. Ny. S mengatakan batuk
yang dialami pada An. L sering kambuh akibat perubahan cuaca dan akibat polusi udara
di sekitar rumah. Ny. S mengatakan An. L sudah diberikan obat dari Puskesmas namun
belum juga sembuh. Ny. S dan Tn.E mengatakan mereka sangat cemas dengan keadaan
anaknya sekarang karena takut jika kejang demam yang pernah dialami An. L setahun
yang lalu terulang kembali.
3. Penyakit sering diderita: Ny. S mengatakan bahwa anaknya pernah mengalami kejang
demam setahun yang lalu.
8. Pola istirahat tidur : Tn.E dan keluarga tidur sehari 6-7jam, jika anggota keluarga ada
yang sedang sakit tidur hanya 4-5jam sehari.
9. Pola eliminasi : An. L BAB 1x sehari, dan BAK 4x sehari. Ny.S BAB 2x sehari
dan BAK 5x sehari. Tn. E BAB 1x sehari dan BAK 4x sehari.
D. PSIKOLOGI KELUARGA
1. Keadaan Emosi : Tn.E seorang ayah yang sangat menyayangi keluarganya, Tn. E dan
Ny. S selalu ingin memberikan yang terbaik untuk putranya. Ny.S seorang penyabar dan
pengertian.
2. Kebiasaan tidak sehat : Tn. E mempunyai kebiasaan merokok sejak SMA dan sampe
sekarang belum bisa mengurangi kebiasaan merokoknya tersebut.
3. Pengambilan keputusan : jika salah satu anggota keluarga mengalami masalah. Tn.E
sering mengajak diskusi dan menyelesaikan masalah mengambil keputusan bersama-
sama anggota kelurga yang lain.
E. REKREASI : ketika sedang kumpul, keluarga Tn.E menghabiskan waktu bersama
dengan menonton tv dan bermain dengan putranya, dan jika dihari libur mereka selalu
mempunyai kebiasaan jalan-jalan pagi di sekitar desa.
1. Hubungan antar anggota keluarga : Tn.E dan keluarga mengatakan dalam keluarganya
komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka, jika ada masalah maka akan
dimusyawarahkan bersama.
2. Hubungan dengan orang lain : Tn.E dan Ny. S mengatakan bahwa tetangga di sekitar
rumah baik dan ramah sehingga kerukunan antar warga terasa sekali. Hubungan dengan
saudara juga baik sering berkumpul bersama dan mengadakan kegiatan bersama seperti
arisan kelurga dan piknik.
3. Kegiatan organisasi sosial : Tn.E dan Ny.S mengatakan sering mengikuti kegiatan di
kampung mulai dari kegiatan gotong royong, arisan, kumpulan PKK, dan lainnya.
G. SPIRITUAL KELUARGA
1. Ketaatan Beribadah : Tn.E dan Ny.S mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu
dan sholat sunah. Dan mereka selalu megajarkan kebiasaan sholat kepada anaknya sejak
dini.
H. KULTURAL KELUARGA
1. Suku/bangsa : jawa/Indonesia
2. Upaya mencari pertolongan kesehatan : keluarga mengatakan jika ada salah satu
anggota keluarga yang sakit segera diobati dengan membawanya ke puskesmas.
3. Adat keyakinan yang mempengaruhi kesehatan : mereka sudah terbiasa jika ada salah
satu keluarga yang sakit harus segera dibawa ke puskesmas atau klinik.
I. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Pekarangan umah
a. Pemanfaatan pekarangan : kebersihan pekarangan rumah jarang dijaga kerapihannya
dan dibersihkan hanya 3-5hari sekali. Dan disekitar rumah ditanami pohon buah-
buahan dan diteras terdapat berbagai macam tananam bunga hias.
2. Dalam rumah
a. Pencahayaan & Penerangan : penerangan dimalam hari kurang terang, dan ketika di
siang hari jendela jarang dibuka sehingga tampak gelap.
e. Sumbe air minum : sumber air minum yang digunakan yaitu air sumur dengan
kondiri air jernih dan tidak berbau.
Tn.E dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit
keluarga menganggap bahwa sakit yang dialami karena kelelahan saat beraktifitas atau
akibat perubahan cuaca.
Tn.E dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu keluarga yang sakit harus segera
dibawa ke puskesmas atau klinik terdekat.
3. Tindakan perawatan apa yang dilakukan oleh keluaga untuk mengatasi masalah ?
Tn.E dan Ny.S mengatakan setelah dibawa berobat ke puskemas atau klinik berharap
akan segera pulih, selalu menganjurkan dengan beristirahat atau tidur secukupnya dan
mengkonsumsi buah dan sayur.
4. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk menata lingkungan yang dapat menunjang
kesehatannya ?
Belum mengetahui tindakan yang dapat dilakukan, Tn. E dan keluarga mengatakan
jarang membersihkan pekarangan dan sudah menjadi kebiasaan tidak merapikan barang-
barang yang mungkin sudah tidak terpakai lagi.
Ya, Tn.E dan keluarga mengatakan sering berobat ke puskesmas atau klinik terdekat
karena keluarga selalu mengutamakan kesehatan anggota keluarganya.
ANALISA DATA
Data subjektif :
Data objektif :
Tujuan
No Dx. kep Intervensi keperawatan
Tujuan umum Tujuan Khusus
4. irama nafas
teratur
5. mampu
mendemonstasi
kan batuk
efektif
3. Penyebab
kejang demam
4. Cara mencegah
penyakit kejang
demam
EVALUASI SUMATIF
peningkatan suhu tubuh S : Ny. S mengatakan demam pada anaknya sudah erliana
ketidakmampuan anggota O : Badan An.L teraba tidak hangat, An.L sudah mulai
anggota keluarga yang sakit A : masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasi
P : hentikan intervensi
Ansietas b.d ketidakmampuan S : Tn. E dan Ny. S memahami kondisi anaknya erliana
keluarga mengenal masalah sekarang dan sudah mengerti perawatan yang akan
diberikan
O : Ny. S dan Tn.E sudah tidak cemas dan gelisah
A : masalah ansietas sudah teratasi
P :hentikan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Waktu : 30 menit
A. Pendahuluan
kejang demam adalah gangguan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, hl ini
terutama pada rentang usia 4bulan samapi 4 tahun. Berbagai kesimpulan telah dbuat oleh
para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia, tingkat suhu tubuh serta
kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap
bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38oC (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
B. Tujuan
D. Target : An. L
E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
F. Media : Leaflet
G. Proses Pelaksanaan
Pembukaan
1. Salam pembuka
1. Menjawab salam
1 5 menit 2. Memperkenalkan diri
2. Memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang akan
3. memperhatikan
diberikan
G. Materi (terlampir)
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan keluarga
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses : Keluarga antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang
kejang demam.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu :
a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian kejang demam.
b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab kejang demam.
c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah kejang demam.
d. Keluarga mampu menjelaskan Proses penyakit kejang demam
e. Keluarga mampu menyebutkan komplikasi kejang demam.
f. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan kejang demam.
g. Keluarga mampu menjelaskan cara perawatan kejang demam
KEJANG DEMAM
A. PENGERTIAN
Kejang demam adalah gangguan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, hl ini
terutama pada rentang usia 4bulan samapi 4 tahun. Berbagai kesimpulan telah dbuat oleh
para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia, tingkat suhu tubuh serta
kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap
bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38oC (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
B. ETIOLOGI
1. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otiti media,
pneumonia, dan infeksi saluran kemih.
C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
1. Faktor suhu
Anak dengan demam lebih dari 39oC mempunyai resiko untuk mengalami kejang 4,5
kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang mengalami demam kurang dari
39oC. Demam pada anak paling sering disebabkan oleh infeksi. Demam yang
disebabkan infeksi virus menjadi penyebab tersering terjadinya kejang demam.
2. Faktor usia
Kejang demam banyak mengenai anak usia 3 bulan-5 tahun dan terbanyak umur 14-
18 bulan. Usia tersebut berkaitan dengan fase perkembangan otak yaitu masa
development window, masa dimana dimulainya perkembangan otak dimulai fase
organisasi yaitu pada waktu anak berumur kurang dari 2 tahun.
Laki-laki lebih berisiko terjadi kejang demam, dua kali lipat lebih banyak dari
perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut disebabkan karena wanita di
dapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Riwayat kehamilan ataupun persalinan sebagai salah satu faktor resiko kejang
demam berkaitan dengan pematangan otak ataupun jejas pada otak akibat
prematuritas dan proses persalinan.
usia ibu saat hamil berperan dalam menentukan status kesehatan bayi yang
dilahirkan. Pada usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih brisiko
menyebabkan adanya komplikasi kehamilan dan persalinan.
7. Faktor BBLR
Bayi dengan berat lahir rendah yaitu bayi lahir kurang dari 2500gram. Resiko
terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi berat lahir kurang dari 2500gr. Bayi
dengan BBLR dapat mengalami hipokalsemia dan hipoglikemia. Keadaan tersebut
diatas dapat menyebabkan kerusakan otak sehingga pada perkembangan selanjutnya
terganggu da dapat menyebabkan kejang.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum yang
sering dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua tangan dan kaki
kaku, terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar tidak memberi respons
apabila dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang
demam akan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari
satu kali dalam 24 jam (Soebadi, 2015).
F. PENATALAKSANAAN
1. Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah terjadinya perpindahan posisi
tubuh
2. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa membahayakan pasien
- Amin & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
&NANDA NIC-NOC (jilid I). Yogyakarta: mediaction.
- Friedman, Marilyn M dkk. 2011. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &Praktik.
Jakarta : EGC
- Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
- Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam. Jakarta : EGC
- Riyadi dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta. Graha Ilmu.
- Sari, Kartika Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media.
- Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
- Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
- Suryanti. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
- Wong, Donna L dkk. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/Donna L. Wong ; alih
bahasa, Monica Ester ; editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih. Ed. 4. Jakarta :
EGC.