Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SENGATAN BINATANGAN BERBISA

Disusun oleh:

DEWI MELLIYUNITA (1807006)

Dosen Pengampu:
Nana Rohana, SKM., M. Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Yang Berjudul : Sengatan Binatang Berbisa


Di susun Oleh : Dewi Melliyunita
NIM : 1807006
Program Studi : S1 Keperawatan

Semarang, 07 Desember 2021

Nana Rohana, SKM., M.


Kep
Pembimbing Klinik
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................1
LEBARAN PENGESAHAN...............................................................................................2
KONSEP DASAR..............................................................................................................3
a. Pengertian ...............................................................................................................3
b. Etiologi.....................................................................................................................3
c. Patifisiologi .............................................................................................................3
d. Pathway ...................................................................................................................4
e. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil ........................................................................5
f. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)............................................................5
KONSEP PROSES KEPERAWATAN...........................................................................6
a. Pengertian Primer (Primery Survay : ABCD) ........................................................6
b. Tipe Pengkajian Sekunder (Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan diagnostic) .............7
c. Diagnosa Keperawatan Utama ................................................................................7
d. Intervensi Keperawatan dan rasional ......................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
KONSEP DASAR

a. Pengertian
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin
bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang adalah
merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat
menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil
racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa mempunyai efek pada hampir
setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis
yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun
tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat
ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya; sering kali mengandung factor
letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator; racun bersifat
kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.
            Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi
lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.

b. Etiologi
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa,
yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan
local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan
local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa
Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa
ular yang telah diketahui ada 2 macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang
dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan
stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan
larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,
mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati
dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan
jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
c. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa
terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi,
gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang
bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul
setelah satu atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan)
pada selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir
hidung, tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh. Pendarahan
alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine) atau hematuria, yaitu
pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti
usus dan lambung dapat keluar melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya
disertai keluhan pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa
haus,badan terasa lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan
akhirnya mati.

d. Patofisiologis
Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan protein.
Jumlah bisa, efek letal dan komposisinya bervariasi tergantung dari spesies dan usia
ular. Bisa ular bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur. Secara
mikroskop elektron dapat terlihat bahwa bisa ular merupakan protein yang dapat
menimbulkan kerusakan pada sel-sel endotel dinding pembuluh darah, sehingga
menyebabkan kerusakan membran plasma. Komponen peptida bisa ular dapat
berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh korban. Bradikinin, serotonin
dan histamin adalah sebagian hasil reaksi yang terjadi akibat bisa ular. Enzim yang
terdapat pada bisa ular misalnya L-arginine esterase menyebabkan pelepasan
bradikinin.
e. Pathway

Gigitan Ular, Serangga

Racun Ular Masuk kedalam Tubuh

Tosik Menyebar Melalui Darah Toksik Kejaringan Sekitar


Gigitan

Gangguan Sistem Gangguan Sistem


Neurologist Cardiovaskuler Inflamasi

Neurotosik Reaksi Endotosik Sistem Imun Nyeri

Gangguan Pada Hipotalamus Miokard MK : Resiko Infeksi MK : Nyeri Akut

Kontrol Suhu dan Nyeri Curah Jantung Gangguan Sistem Pernafasan


terganggu

MK : Hipertemi Sekresi Mediator MK : Penurunan Curah Obstruksi Saluran Nafas


Nyeri : Histamin, Jantung
Bradinin,
Prostagladin Kelumpuhan Otot Persarafan Sesak

MK : Nyeri Akut MK : Pola Nafas Tidak Efektif MK : Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif
f. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah,
BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

g. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit. Apabila
penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya tindakan dilapangan
adalah immobilisasi pasien dan pengiriman secepatnya. Jika penanganan lebih
dari 3-4 jam dan jika envenomasi sudah pasti, melakukan pemasangan torniket
limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah
gigitan, immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu usungan,
merupakan tindakan yang paling berguna. Bila memungkinkan, pertahankan
posisi ekstremitas setinggi jantung. Jika dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah
ular tersebut untuk identifikasi.
b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan laboratorium
dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu
protombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, dan
penentuan gadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat,
lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan,
dan waktu retraksi bekuan.
c. Derajat envenomasi harus dinilai, dan observasi 6 jam untuk menghindari
penilaian keliru dan envenomasi yang berat.
d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok jika
ada.
e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila syok
sudah diatasi dan anti bisa diberikan.
f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk menentukan
kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak.

KONSEP PROSES KEPERAWATAN

a. Pengertian Primer (Primery Survay : ABCD)


Airway : Spasme pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran pernapasan.
Breathing : Terjadi gangguan pernapasan karena pada bisa ular akan berdampak pada
kelumpuhan otot-otot saluran pernapasan sehingga pola pernapasan pasien terganggu.
Circulation : Perdarahan akibat sifat bisa ular yang bersifat haemolytik. Dimana zat
dan enzim yang toksik dihasilkan bisa akan menyebabkan lisis pada sel darah merah
sehingga terjadi perdarahan. Ditandai dengan luka patukan terus berdarah, haematom,
hematuria, hematemesis, hipotensi.
Disability : Cek adanya penurunan kesadaran
Exposure : Pembengkakan pada daerah gigitan dan kemerahan sampai dengan
perubahan warna kulit, adanya peningkatan suhu tubuh.

b. Pengkajian Sekunder (Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan Diagnostik)


Pemeriksaan Fisik
Cek dengan metode AMPLE serta melakukan pemeriksaan fisik :
a) Kepala : bentuk kepala, keadaan kepala
b) Mata : isokor/anisokor, reaksi pupil, konjungtiva anemis/tidak anemis
c) Hidung : simetris, adanya polip
d) Telinga : bentuk telinga, adanya serumen
e) Mulut : mukosa bibir, simetris\
f) Leher : penggunaan otot bantu pernafasan (sternokleidomastoidius), tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
g) Dada : pengembangan dada simetris, adanya suara nafas tambahan
h) Abdomen : simetris, bising usus, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada massa.
i) Ekstremitas : akral dingin, adanya jejas, udema, kekakuan otot

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah


lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah,
BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan

b. Diagnosa Keperawatan Utama (Minamal 3 diagnosa, lengkap sesuai rumusan


diagnose (Aktual : PES, Resiko : PE, Potensi : P)

Gigitan Ular dan Serangga


1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan Kontraktilitas
(D.0008)
2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik (D.0077)
3) Hipertermi berhubungan dengan Proses Penyakit (mis. infeksi, kanker)
(D.0130)
c. Intervensi Keperawatan dan rasional (Observasi, tindakan, edukasi, kolaborasi)

DAFTAR PUSTAKA (Minimal 5 dan 10 tahun terakhir)

Arnoldy, Safera. 2015. Makalah Gigitan Ular Bab I-IV. (online). Available :
https://www.academia.edu/16663854/MAKALAH_GIGITAN_ULAR_BAB_I-IV. Diakses
pada tanggal 08 Oktober 2021.

Bulechek, Gloria M. Butcher, Howard K. Dochterman, Joanne. Wagner, Cherly. 2013.


Nursing Intervensions Classification (NIC). USA : ELSEVIER.

Djoni Djunaedi. 2009. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. Sondi, Dian. 2013. Askep Gadar Giitan Binatang. (online). Available :
https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang. Diakses pada
tanggal 08 Oktober 2021.

Kasihsa, Dian. 2013. Askep Gadar Gigitan Binatang. (online). Available :


https://www.scribd.com/doc/172297625/Askep-Gadar-Gigitan-Binatang (diakses tanggal 08
Oktober 2021 pukul 10.00 WIB

Moorhead, Sue. Johnson, Mario. Maas, Meridean. Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). USA : ELSEVIER

Thok, Fian. 2015. Askep Gigitan Binatang. (online). Available :


https://www.scribd.com/document/260918651/ASKEP-GIGITAN-BINATANG. Diakses
pada tanggal 08 Oktober 2021.

Wiratni, Ayu. 2017. Pathway Gigitan Binatang. (Online) Available :


https://www.scribd.com/document/338433722/Pathway-Gigitan-Binatang, diakses pada
tanggal 08 Oktober 2021 pukul 10.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai