Anda di halaman 1dari 7

RESUME

SERANGGA SEBAGAI AGEN LANGSUNG PENYAKIT

OLEH:

RUSNI YANTI
J1A118039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
PENDAHULUAN

Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang diketahui memiliki


berbagai peran di alam termasuk sebagai vektor penyakit. Menurut Permenkes
Nomor 374 Tahun 2010, dijalaskan bahwa penyakit tular vektor merupakan
penyakit yang menular melalui hewan perantara (vektor). [ CITATION Feb20 \l
14345 ]. Dalam penyakit yang ditularkan melalui serangga, epidemitologi
meliputi, keadaan di mana serangga menularkan kuman yang menyerang manusia
maupun hewan, maupun kejadian-kejadian di mana serangga itu sendiri adalah
penyebab penyakit. [ CITATION Ris21 \l 14345 ]

Ada 6 penyakit tular vektor yang masih merupakan masalahkesehatan di


Indonesia, yaitu: Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis,
Chikungunya, Japanese Encephalitis, dan Pes. Penyakit-penyakit ini berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan pengendaliannya merupakan
prioritas Pembangunan Kesehatan

Upaya pemberantasan dan pengendalian penyakit menular seringkali


mengalami kesulitan karena banyak faktor yang memengaruhi penyebaran
penyakit menular tersebut. Lingkungan hidup di daerah tropis yang lembab dan
bersuhu hangat menjadi tempat hidup ideal bagi serangga yang berkembang biak.
Selain dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan vektor pembawa penyakit,
keberadaan serangga juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa aman
bagi masyarakat.
PEMBAHASAN

Entomofobia merupakan rasa takut irasional yang terus menerus berupa


rasa cemas dan gelisah/takut terhadap serangga dan merupakan perasaan
berlebihan dan ekstrim. Keadaan itu ditimbulkan karena keberadaan serangga
secara fisik dan biasanya dirasakan oleh satu orang. Pada kasus klinik sebab fobia
tersebut adalah kecemasan non-spesifik yang tidak pada tempatnya terhadap fokus
eksternal yang sebenarnya dapat dihindari. Pilihan serangga sebagai fokus
eksternal dapat terjadi secara kebetulan, simbolik atau mungkin berdasarkan nalar.
Bilamana bersifat simbolik, serangga sering merupakan perwujudan sesuatu yang
dianggap berbahaya, kotor atau menjijikkan. Contoh pemilihan serangga secara
nalar adalah yang dikemukakan oleh Villet pada seorang anak perempuan
penderita entomofobia terhadap serangga karena diberitahu bahwa saudara
perempuannya meninggal akibat pneumoni yang disebabkan serangga. Meskipun
jarang tetapi pada individu tertentu gangguannya dapat menjadi serius bahkan
dapat berkembang menjadi delusi parasitosis

Hama pengganggu peternakan yang berasal dari kelompok Arthropoda


dikenal dengan istilah Ektoparasit, karena hidupnya di luar tubuh inangnya
(hewan atau manusia). Ektoparasit ini ada yang bersifat obligat dan fakultatif.
Yang bersifat obligat artinya seluruh stadiumnya, contohnya, kutu penghisap
(Anoplura), menghabiskan seluruh waktunya pada bulu dan rambut. Kelompok
yang bersifat fakultatif artinya ektoparasit itu menghabiskan waktunya sebagian
besar di luar inangnya. Mereka datang mengganggu inang hanya pada saat makan
atau menghisap darah ketika diperlukannya. Contohnya, kutu busuk (Hemiptera:
Cimicidae), datang pada saat membutuhkan darah, setelah itu bersembunyi di
tempat-tempat gelap atau celah-celah yang terlindung, jauh dari inangnya.
Demikian juga yang dilakukan oleh berbagai jenis serangga penghisap darah dari
Ordo Diptera, khususnya famili Culicidae (nyamuk, agas, mrutu, lalat punuk),
Tabanidae (lalat pitak, lalat menjangan), lalat kandang (Stomoxys calcitrans), dan
lalat kerbau (Haematobia exigua).
Serangga dapat dijumpai hampir di semua daerah diatas permukaan bumi,
di darat, laut, dan udara. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau
binatang kecil lainnya, bahkan ada yang menghisap darah manusia dan mamalia.
Kehidupan serangga sudah ada sejak 400 juta tahun yang lalu, berkisar antara 2 ±
3juta spesies serangga yang telah teridentifikasi. Diperkirakan jumlah serangga
sebanyak 30 ± 80 juta spesies yang meliputi sekitar 50% dari keanekaragaman
spesies di muka bumi. Selain itu serangga juga memiliki keanekaragaman dalam
bentuk ukuran,bentuk tubuh, jumlah sayap, jumlah kaki, dan perilaku. contoh
serangga penggigit dan penghisap serangga yaitu ; nyamuk, kutu, Lalat Agas atau
Mrutu (biting midges), Pinjal (Flea).
adapun serangga sebagai penyebab sakit pada organ indra
 laba-laba
Laba-laba sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, dimana apabila laba-
laba menyengat seseorang maka gigitan langsung laba-laba tersebut sangat
menyakitkan dan menyebabkan memar merah dan bengkak. Gigitan laba-
laba ini dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, ruam merah, dan gatal.
Skenario terburuknya, Anda bisa mengalami gagal napas, mual dan
muntah, demam, hingga hilang kesadaran. [ CITATION Sus21 \l 1057 ]
 semut
Semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara
bergerombol, termasuk suku formicidae, terdiri atas bermacam jenis.
Semut dapat berbahaya bagi organ indera, salah satunya adalah semut
yang masuk kedalam telinga. Telinga merupakan salah satu organ tubuh
yang paling sensitif. Itu sebabnya, jika ada benda asing masuk ke dalam
saluran telinga, bisa berakibat fatal. Pasalnya, selain bisa menyumbat
telinga, hal ini juga menyebabkan iritasi bahkan mengganggu pendengaran
untuk sementara waktu.
 Lalat-lalat
Bahaya Lalat tidak boleh diabaikan. Belatung merupakan larva lalat yang
bisa menyebabkan berbagai macam masalah pada kesehatan manusia
terutama pencernaan. Tidak hanya itu lalat juga sangat berbahya apabila
masuk kedalam hidung dimana Gejala utama yang akan terjadi adalah
keluarnya cairan hidung yang berbau busuk, biasanya hanya pada satu sisi
hidung yang terdapat benda asingnya.
 kumbang
Kumbang air karnivora akan menggigit manusia jika merasa terganggu.
Gigitan itu biasanya dilakukan pada bagian tumit dan akan terasa
menyakitkan dan bisa menyebabkan luka yang sulit hilang. gigitan
kumbang juga bisa menyebabkan luka yang cukup parah dan racunnya
bisa merusak jaringan kulit.
 kalajengking
Sengatan kalajengking sangat menyakitkan, dan bisa berakibat fatal,
terutama untuk anak-anak. Mereka juga dapat menyengat lebih dari sekali.
Jika anak-anak yang terkena, jumlah racun yang sama dapat menimbulkan
komplikasi serius sehingga dibutuhkan perawatan medis segera. Gejala di
area sengatan dapat meliputi rasa sakit yang hebat, kesemutan dan mati
rasa, serta bengkak di sekitar area sengatan.

 lebah/tawon
Sengatan lebah adalah kondisi ketika bagian tubuh tertusuk atau tersengat
lebah. Lebah akan menyengat ketika merasa terancam. Sengatan tersebut
mengandung racun yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri.
Racun tersebut dapat menyebabkan reaksi alergi hebat pada orang tertentu,
hingga menyebabkan kematian.

Envenomisasi
Envenomisasi adalah keracunan akibat gigitan atau sengatan hewan-hewan
yang mengeluarkan venom seperti jenis jenis artropoda dan jenis hewan lainnya
seperti ular. Venom adalah toksin atau zat racun yang diinjeksikan pada
organisme lain dengan menggunakan apparatus khusus yang terhubung dengan
kelenjar yang menghasilkan venom dan dipergunakan untuk mengimmobilisasi
atau membunuh mangsa dan atau mempertahankan diri dari serangan predator.
Envenomisasi adalah keracunan akibat bisa. kasus venomisasi ini merupakan
kasus kegawat daruratan yang perlu penanganan secara cepat dan tepat.
Envenomisasi adalah proses dimana racun disuntikan dengan gigitan atau
sengatan dari hewan berbisa racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam
tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respon pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Kebanyakan
racun ditransmisikan melalui gigitan pada kulit korban tetapi beberapa racun ada
yang diterapkan secara eksternal terutama untuk jaringan yang sensitif seperti
jaringan yang mengelilingi mata. [ CITATION Sem17 \l 1057 ].

Alergi Serangga
Alergi serangga adalah reaksi yang berlebihan terhadap serangga. Istilah
yang lebih tepat ialah alergi sengatan serangga atau alergi bisa serangga, karena
alergennya bukan seluruh serangga tetapi bisanya yang masuk kedalam kulit.

Sekresi Berbau Busuk


Serangga, terutama ordo Hemiptera, Blatidae, dan Coleoptera, dapat
mengeluarkan bau busuk yang juga dapat berupa zat racun. Bau ini diproduksi
oleh kelenjar kulit. Sebenarnya bau busuk tersebut merupakan bagian dari
mekanisme untuk mempertahankan diri dari musuh-musuh alami seperti burung
dan serangga-serangga yang menjadi predator mereka. Contohnya seperti Kecoa
batu (Nauphoeta cinerea) mengeluarkan bau busuk dimana bau ini merupakan
sekresi dari beberapa bagian tubuhnya yang dapat menyebabkan efek bau. Selain
itu, ada juga kutu beras yang menggunakan lapisan lilin dari hasil sekresinya
untuk melindungi telur-telurnya dari bahaya sekitar dan menyebabkan bau apek
pada beras. Ada banyak serangga yang menimbulkan bau busuk selain yang telah
disebutkan diatas, seperti kutu busuk, walang sangit, stink bugs dan masih banyak
lagi.[ CITATION TSe15 \l 1057 ].

Miasis
Miasis adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia
atau hewan yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu Larva tersebut
memakan jaringan yang masih sehat maupun sisa-sisa Jaringan yang sudah mati,
substansi cairan tubuh, atau dari makanan yang ditelan hospes. (Soegijanto, 2016).
KESIMPULAN

Entomofobia merupakan rasa takut irasional yang terus menerus berupa


rasa cemas dan gelisah/takut terhadap serangga dan merupakan perasaan
berlebihan dan ekstrim. Keadaan itu ditimbulkan karena keberadaan serangga
secara fisik dan biasanya dirasakan oleh satu orang
Serangga pengganggu ketentraman yaitu lalat, agas, kutu, pinjal, kutu
busuk, lipas atau kecoa, dan nyamuk. Serangga sebagai penggit dan penghisap
adalah: nyamuk, kutu, Lalat Agas atau Mrutu (biting midges), dan pinjal (flea).
Serangga sebagai penyebab sakit pada organ indera, yaitu: laba-laba, semut, lalat,
kumbang, kalajengking, lebah/tawon. Serangga penyebab sakit antara lain: laba-
laba, semut, lalat, kumbang, kalajengking, dan lebah/tawon.
Envenomisasi adalah keracunan akibat gigitan atau sengatan hewan-hewan
yang mengeluarkan venom seperti jenis jenis artropoda dan jenis hewan lainnya
seperti ular.
Serangga, terutama ordo Hemiptera, Blatidae, dan Coleoptera, dapat
mengeluarkan bau busuk yang juga dapat berupa zat racun. Bau ini diproduksi
oleh kelenjar kulit. Sebenarnya bau busuk tersebut merupakan bagian dari
mekanisme untuk mempertahankan diri dari musuh-musuh alami seperti burung
dan serangga-serangga yang menjadi predator mereka. Contohnya seperti Kecoa
batu (Nauphoeta cinerea) mengeluarkan bau busuk dimana bau ini merupakan
sekresi dari beberapa bagian tubuhnya yang dapat menyebabkan efek bau.

Anda mungkin juga menyukai