Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
1. Ariffatul Azizah (P27820119007)
2. Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Dengan Gigitan
Binatang” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keprawatan
Kritis. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikan ini lebih sempurna.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Gigitan Binatang......................................................................2
2.1.1 Definisi.........................................................................................2
2.1.2 Macam-Macam Gigitan Binatang................................................2
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan................................................................25
2.2.1 Pengkajian....................................................................................25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................29
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................29
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................34
3.2 Saran.......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
3
b. Etiologi
Serangga tidak akan menyerang kecuali jika serangga
tersebut digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan
sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu
reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat
menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang
alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh
serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular.
c. Patofisiologi
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan
kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan
antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat
yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut
biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam
formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh
respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan
melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang
timbul melibatkan mekanisme imun.
d. Manifestasi Klinis
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan
tergantung dari berbagai macam faktor yang
mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-
gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan
4
4) Lebah:
a. Untuk reaksi ringan, lepaskan sengat yang
menusuk kulit secepat mungkin, hanya
dibutuhkan beberapa detik untuk semua racun
masuk ke tubuh. Bila sulit, keluarkan sengat
dengan ujung kartu kredit atau kuku, atau
menggunakan pinset. Hindari meremas
kantung racun yang menempel karena dapat
melepaskan racun lebih banyak lagi. Cuci
daerah yang disengat dengan sabun dan air.
Tempelkan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit dan meringankan pembengkakan.
b. Untuk reaksi berat lepaskan alat penyengat
sesegera mungkin, cuci dengan sabun dan air,
kompres dingin, oleskan krim hidrokortison
atau losion calamine untuk mengurangi
kemerahan, gatal atau pembengkakan. Jika
gatal atau bengkak sangat mengganggu,
gunakan antihistamin oral yang mengandung
diphenhydramine atau klorfeniramin. Hindari
menggaruk daerah yang disengat karena malah
memperburuk gatal dan bengkak dan
meningkatkan risiko infeksi.
c. Untuk serangan anafilaksis, segara panggil tim
medis atau bawa ke instalasi gawat darurat
secepat mungkin.
5) Lipan
Gejala Klinis :
Gejala klinis terkena gigitan lipan dapat berupa
iritasi kulit, pada area gigitan bewarna coklat, iritasi
mata dan sakit, eritema ( kulit kemerahan ) lokal,
edema ringan, vesikel ( lepuhan kecil pada kulit ).
11
Penatalaksanaan :
a. Bagian yang terkena gigitan segera dicuci bersih
menggunakan sabun dan air mengalir
b. Jika mata yang terkena, harus dicuci dengan air
mengalir sesegera mungkin.
Pertolongan Lanjutan
a. Kulit yang terkena harus dicuci dengan sabun
dan air
b. Jika terkena bagian mata harus meminta tetes
anestesi lokal segera, diikuti oleh irigasi
berlebihan dengan larutan garam atau air.
c. Memberikan krim steroid topikal untuk iritasi
kulit lokal.
Terapi obat yang diberikan :
a. Prednisolon / tetes mata sulfacetamide
b. Kortikosteroid topikal
c. Triamcinolone topikal
d. Hidrokortison topikal
6) Tomcat
Gejala Klinis :
Gejala klinis yang dapat timbul berupa muncul
warna kemerahan pada kulit, kulit terasa gatal,
iritasi atau peradangan pada kulit, kulit tampak
melepuh, jika parah akan timbul nanah pada kulit.
Penatalaksanaan :
a. Mencuci kulit yang terkena gigitan dengan air
sabun.
b. Mengoleskan salep kulit Hydrocortisone 1%,
salep betametasone dan antibiotik Neomycin
Sulfat 3 x sehari atau dengan salep acyclovir
5%.
12
4) Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam
stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga
kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan paresis
otot-otot yang bersifat progesif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot
pernafasan.
c. Komplikasi
Gigitan anjing menyebabkan kerusakan saraf,
kelumpuhan otot-otot serta kematian
d. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama bila digigit hewan:
1) Gigitan berupa luka ringan tanpa kemungkinan
rabies.
a) Cuci luka dengan sabun dan air.
b) Oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi.
c) Tutuplah luka tersebut dengan perban bersih
2) Gigitan berupa luka yang dalam.
a) Jika menyebabkan luka yang dalam pada kulit
atau kulit robek parah dan berdarah , tekanlah
luka dengan menggunakan kain bersih dan kering
untuk menghentikan perdarahan.
b) Setelah dilakukan tindakan pertama untuk
menghentikan perdarahan, nyeri, kemerahan
segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat.
3) Gigitan yang menimbulkan luka infeksi
Jika melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti
pembengkakan, nyeri, kemerahan segera hubungi
dokter atau rumah sakit terdekat.
4) Gigitan luka dengan dugaan rabies
16
2) Penatalaksanaan kegawatdaruratan
1. Airway.
Pada airway perlu diketahui bahwa salah satu
sifat dari bisa ular adalah neurotoksik. Dimana
akan berakibat pada saraf perifer atau sentral,
sehingga terjadi paralise otot lurik. Lumpuh
pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran
pernapasan, gangguan pernafasan,
kardiovaskuler terganggu dan penurunan
kesadaran. Korban dengan kesulitan bernafas
mungkin membutuhkan endotracheal tube dan
sebuah mesin ventilator untuk menolong korban
bernafas.
2. Breathing.
Pada breathing akan terjadi gangguan
pernapasan karena pada bisa ular akan
berdampak pada kelumpuhan otot-otot saluran
pernapasan sehingga pola pernapasan pasien
terganggu dan berikan oksigen
3. Circulation.
Pada circulation terjadi perdarahan akibat sifat
bisa ular yang bersifat haemolytik. Dimana zat
dan enzim yang toksik dihasilkan bisa akan
menyebabkan lisis pada sel darah merah
sehingga terjadi perdarahan. Ditandai dengan
luka patukan terus berdarah, haematom,
hematuria, hematemesis 0an gagal ginjal,
perdarahan addme, hipotensi. Cairan parenteral
dapat digunakan untuk penatalksanaan
hipotensi. Jika vasopresin digunakan untuk
penanganan hipotensi penggunaan harus dalam
jangka pendek.
24
3) Penatalaksanaan medis
1. Membersihkan bagian yang terluka dengan
cairan faal atau air steril.
2. Untuk efek lokal diannjurkan imobilisasi
menggunakan perban katun elastis dengan lebar
+ 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di
sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat
dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban
seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi
ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah
tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak
dianjurkan karena dapat mengganggu aliran
darah dan pelepasan torniket dapat
menyebankan efek sistemik yang leih berat.
3. Pemberian tindakan pendukung berupa
stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan
nafas ; penatalaksanaan fungsi pernafasan ;
penatalaksanaan sirkulasi ; penatalaksanaan
resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis
korban berupa hipotensi berat dan shock , shock
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan,
kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia
akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan
ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
4. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban
pernah mendapatkan toksoid maka diberikan
satu dosis toksoid tetanus.
5. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2
juta unit secara intramuskular.
25
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah klien mengeluh
nyeri pada bagian anggota tubuh yang terkena gigitan, umumnya
bagian yang terkena gigitan mengalami panas, pembengkakan
dan kemerahan atau perubahan warna
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Awal mula yang dirasakan klien biasanya mengeluh nyeri pada
bekas gigitan luka yang sudah mengalami pembengkakan
disertai kemerahan atau perubahan warna
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri
yang
dirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian persendian atau
lokasi dimana nyeri
dirasakan
S (Saverity) : Kaji skala nyeri dari 0-10.
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri
dirasakan
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Kaji adanya penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus,
hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang
dapat menyebabkan komplikasi dari gigitan ular. Kaji riwayat
penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang
dilakukan dan asupan makanan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan
komplikasi dari gigitan ular.
6. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dialami klien
mengenai kondisinya setelah tergigit ular.
27
7. Primary Survey
a. Airway
1) Jalan napas bersih
2) Tidak ada sumbatan jalan napas
3) Tidak ada sputum
b. Breathing
1) Peningkatan frekuensi pernafasan
2) Kelemahan otot pernafasan
3) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
2) Sakit kepala
3) Berkeringat banyak
4) Pusing
5) CRT >3
6) Sianosis
d. Disability
1) Dapat terjadi penurunan kesadaran (E4V4M5)
2) Kesadaran : sonmolen
3) Pupil : Isokor (2mm)
e. Exposure
Tidak ada perdarahan pada gigitan, adanya edema pada
luka, memar
8. Secondary Survey
a. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi , pernapasan per menit, dan suhu
umumnya mengalami peningkatan.
2) Status integument
Turgor kulit menurun, CRT>3 detik dan akral dingin
3) Kepala
Bentuk simetris, rambut tersebar merata
28
4) Wajah/Muka
Simetris tidak ada edema
5) Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
reflek pupil nomal,
6) Telinga
Pendengara normal
7) Hidung
Simetris, tidak ada serumen.
8) Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil
9) Leher
Reflek telan normal, tidak ada pembengkakan pada
tiroid
10) Dada dan Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
11) Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : s1, s2 normal
12) Abdomen
Inspeksi : bentuk datar dan normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : redup tidak ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : bising usus normal
13) Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
14) Ekstermitas
29
Intervensi :
Intervensi :
3.1 Kesimpulan
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat
atau menggigit seseorang. Gigitan serangga seringkali menyebabkan
bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatalgatal. Reaksi tersebut
boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam
beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena
gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect bites adalah gigitan yang
diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit
(senut-senut), dan gatalgatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan
gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari.
Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang
dewasa. Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa.
Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda
yang dapat menimbulakan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada
manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap terhadap suatu organ,
beberapa mempunyai efak pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien
dapat membebaskan bebarapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan
keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinnya.
3.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki
kekurangan dan jauh kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan
kritik dan saran yang membangun. Dan sebaiknya perawat mampu
memahami tentang konsep dasar gigitan binatang, sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan secara komprehensif.
34
DAFTAR PUSTAKA
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.