Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KLIEN


DENGAN GIGITAN BINATANG

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Ariffatul Azizah (P27820119007)
2. Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)

Tingkat III Reguler A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Dengan Gigitan
Binatang” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keprawatan
Kritis. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikan ini lebih sempurna.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 01 Agustus 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Gigitan Binatang......................................................................2
2.1.1 Definisi.........................................................................................2
2.1.2 Macam-Macam Gigitan Binatang................................................2
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan................................................................25
2.2.1 Pengkajian....................................................................................25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................29
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................29
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................34
3.2 Saran.......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka gigitan dapat disebabkan oleh hewan liar, atau hewan peliaraan.
Gigitan binatang adalah gigitan atau serangan yang diakibatkan oleh hewan
seperti anjing, kucing, monyet, ular, serangga, atau bila hewan itu terganggu
atau terkejut, yaitu dalam usaha mempertahankan diri dari lingkungan atau
sesuau yang mengancam keselamatan jiwanya. Hewan piaraan jinak
menggigit jika disakiti atau diganggu, lebih-lebih dalam keadaan tertentu.
Bila hewan menggigit tanpa alasan jelas, harus dicurigai kemungkinan hewan
tersebut menderita penyakit yang mungkin menular melalui gigitan misalnya
rabies.
Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit kadangkala
dapat mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan
jahitan, sedangkan beberapa lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan
sendirinya. Dalam kasus gigitan hewan tertentu terutama oleh binatang liar
dapat menularkan rabies, penyakit berbahaya yang dapat membahayakan
nyawa manusia Sebagian binatang memiliki bisa (racun) yang berfungsi untuk
melindungi dirinya dan menaklukkan mangsanya, banyak kasus terkena racun
dari binatang berbisa ini dapat diatasi dengan baik apabila berhasil ditangani
sejak dini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gigitan binatang?
2. Apa macam-macam dari gigitan binatang?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gigitan binatang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gigitan binatang
2. Mengetahui macam-macam dari gigitan binatang
3. Mengetahui asuhan keperawatn pada klien dengan gigitan binatang

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Gigitan Binatang


2.1.1 Definisi
Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan
atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan
binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan
yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada
gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa. Seseorang yang
tergigit mempunyai resiko terinfeksi. Pada umumnya bila
tergigit binatang, perlu mendapatkan pemeriksaan medis,
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk
kedalam tubuh melalui suntikan. Gigitan bintang atau engatan
serangga dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan/ atau
pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai binatang
walaupun tidak selalu membahayakan jiwa dapat menimbulkan
reaksi alergi yang hebat dan bahkan kadang-kadang dapat
berakibat fatal.
2.1.2 Macam-Macam Gigitan Binatang
1. Gigitan Serangga
a. Pengertian
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena
serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak,
kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatalgatal.
Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan
serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai
berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena
gigitan serangga dibanding orang dewasa.

2
3

b. Etiologi
Serangga tidak akan menyerang kecuali jika serangga
tersebut digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan
sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu
reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat
menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang
alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh
serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular.
c. Patofisiologi
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan
kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan
antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat
yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut
biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam
formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh
respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan
melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang
timbul melibatkan mekanisme imun.
d. Manifestasi Klinis
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan
tergantung dari berbagai macam faktor yang
mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-
gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan
4

serangga tersebut.Kulit yang terkena gigitan bisa rusak


dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut
terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan
mengakibatkan peradangan akut. Rasa gatal dengan
bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas,
pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah
gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis.Ini juga
diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga.Gigitan
serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan
dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari
serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan
lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan
sakit pada otot dan gagal ginjal.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh
gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya
adalah :
1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat
mengancam kahidupan dan membutuhkan
pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya
adalah:
a) Terkejut (shock).
Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah tidak mendapatkan masukan darah yang
cukup untuk organ-organ penting (vital)
b) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di
dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan.
c) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata,
telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir
(angioedema).
d) Pusing dan kacau
e) Mual, diare, dan nyeri pada perut
5

f) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan


bengkak Gejala tersebut dapat diikuti dengan
gejala lain dari beberapa reaksi.
2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari
serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal
tersebut misalnya:
a) Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
b) Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
c) Laba-laba gembel (hobo)
d) Kalajengking
3. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut
api.
a) Seekor lebah dengan alat penyengatnya di
belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah
madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah
madu kebanyakan dan sering menyerang
bersama-sama dengan jumlah yang banyak.
b) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow
jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket
kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi
alergi.
c) Serangan semut api kepada seseorang dengan
gigitan dari rahangnya, kemudian memutar
kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan
alur memutar dan berkali-kali.
4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau
serangan.
5. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
6. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada
pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati
6

gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum


menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah
dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai
empat belas hari setelah penggunaan anti serum.
7. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan
virus West Nile kepada seseorang, menyebabkan
inflamasi pada otak (encephalitis).
8. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan
menyebarnya malaria.
e. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan gigitan
serangga/binatang
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
f. Penatalaksanaan
1) Gigitan serangga reaksi ringan
a. Pindahkan ke daerah yang aman untuk
menghindari serangan
b. Buang serangga atau lebah yang menyengat
apabila masih menempel pada kulit. Hal ini
akan mencegah atau mengurangi pelepasan
racun.
c. Cucilah daerah gigitan dengan sabun dan air
d. Kompres dingin atau diisi dengan es batu untuk
mengurangi rasa sakit dan bengkak
e. Minum obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau
acetaminophen (parasetamol) untuk
meringankan rasa sakit akibat gigitan serangga
atau sengatan lebah
7

f. Oleskan krim/salep yang mengandung


hydrocortisone, lidokain atau pramoxine. Krim
lainnnya, seperti lotion calamine atau yang
mengandung oatmeal koloid atau baking soda
dapat membantu menenangkan kulit gatal.
g. Minum obat antihistamin yang mengandung
diphenhydramine (contohnya Benadryl), CTM,
cetirizine dan lain-lain
2) Gigitan serangga reaksi berat
Reaksi berat/parah akibat gigitan atau sengatan
serangga dapat menimbulkan gejala lebih dari
sekedar di tempat gigitan dan dapat berkembang
dengan cepat. Segera ke Dokter atau IGD jika tanda-
tanda atau gejala-gejala berikut terjadi:
a. Kesulitan bernafas
b. Pembengkakan pada bibir atau tenggorakan
c. Pingsan
d. Pusing
e. Kebingungan
f. Detak jantung cepat
g. Mual, muntah dan kram
Contoh penatalaksanaan jika terkena gigitan serangga
1) Nyamuk
a. Kurangi populasi nyamuk di sekitar rumah
dengan menggunakan penolak serangga dan
pakaian pelindung, hilangkan atau amankan
genangan air tempat nyamuk berkembang
biak.
b. Gunakan antihistamin oral dan losion untuk
meringankan gatal dari gigitan nyamuk.
c. Gunakan minyak kayu putih untuk mencegah
digigit nyamuk.
8

d. Kenakan pakaian berwarna terang, karena


nyamuk lebih tertarik pada warna gelap.
e. Pakailah permetrin yang mengandung obat
nyamuk untuk pakaian, sepatu, peralatan
berkemah dan tempat tidur jaring.
f. Kenakan topi lebar atau baju yang bisa
melindungi kepala dan leher dari gigitan
nyamuk. Kalau Anda berada di daerah dengan
populasi nyamuk yang signifikan,
pertimbangkan memakai kelambu untuk
menutupi tempat tidur.
2) Kalajengking
a. Cuci luka dengan sabun dan air.
b. Beri kompres dingin pada daerah yang terkena
untuk mengurangi rasa sakit dan
memperlambat penyebaran racun itu. Hal ini
paling efektif dalam dua jam pertama setelah
sengatan terjadi.
c. Cobalah untuk tetap tenang sehingga racun
menyebar lebih lambat.
d. Jangan mengonsumsi makanan atau cairan
karena sengatan bisa menyebabkan
pembengkakan tenggorokan dan kesulitan
menelan.
e. Gunakan penghilang rasa sakit seperti obat anti
inflamasi untuk membantu meringankan
ketidaknyamanan. Sebaiknya hindari
menggunakan obat nyeri karena bisa menekan
pernapasan.
f. Kalajengking cenderung menghindari kontak
dengan manusia. Untuk mencegah terjadinya
kontak tidak disengaja, bersihkan rumah dan
9

sekitar dari sampah kayu, papan, batu, batu


bata dan benda-benda lain bisa menjadi tempat
persembunyian yang baik bagi kalajengking,
pangkas rumput dan cabang pohon yang
menggantung ke atap, tutup rekahan di
tembok, selalu gunakan alas kaki bila berjalan
ke luar rumah, kocok dan periksa sepatu
sebelum memakainya.
g. Bila Anda menemukan seekor kalajengking
dan ingin membuangnya, gunakan penjepit
untuk memindahkannya ke lokasi yang lebih
aman.
3) Laba-laba

Jika digigit laba-laba pertapa coklat atau janda


hitam:

a. Bersihkan luka. Gunakan sabun dan air untuk


membersihkan luka dan kulit di sekitar gigitan.
b. Perlambat penyebaran racun. Jika gigitan pada
lengan atau kaki, ikat perban di atas gigitan
dan meninggikan anggota tubuh itu. Pastikan
perban tidak begitu ketat karena dapat
memotong sirkulasi di lengan atau kaki.
c. Gunakan kain dingin di tempat gigitan.
Tempelkan kain yang dibasahi dengan air
dingin atau diisi dengan es.
d. Cari bantuan medis segera. Pengobatan untuk
gigitan seekor janda hitam mungkin
memerlukan obat anti racun, sedangkan untuk
gigitan pertapa coklat mungkin diperlukan
berbagai obat.
10

4) Lebah:
a. Untuk reaksi ringan, lepaskan sengat yang
menusuk kulit secepat mungkin, hanya
dibutuhkan beberapa detik untuk semua racun
masuk ke tubuh. Bila sulit, keluarkan sengat
dengan ujung kartu kredit atau kuku, atau
menggunakan pinset. Hindari meremas
kantung racun yang menempel karena dapat
melepaskan racun lebih banyak lagi. Cuci
daerah yang disengat dengan sabun dan air.
Tempelkan kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit dan meringankan pembengkakan.
b. Untuk reaksi berat lepaskan alat penyengat
sesegera mungkin, cuci dengan sabun dan air,
kompres dingin, oleskan krim hidrokortison
atau losion calamine untuk mengurangi
kemerahan, gatal atau pembengkakan. Jika
gatal atau bengkak sangat mengganggu,
gunakan antihistamin oral yang mengandung
diphenhydramine atau klorfeniramin. Hindari
menggaruk daerah yang disengat karena malah
memperburuk gatal dan bengkak dan
meningkatkan risiko infeksi.
c. Untuk serangan anafilaksis, segara panggil tim
medis atau bawa ke instalasi gawat darurat
secepat mungkin.
5) Lipan
Gejala Klinis :
Gejala klinis terkena gigitan lipan dapat berupa
iritasi kulit, pada area gigitan bewarna coklat, iritasi
mata dan sakit, eritema ( kulit kemerahan ) lokal,
edema ringan, vesikel ( lepuhan kecil pada kulit ).
11

Penatalaksanaan :
a. Bagian yang terkena gigitan segera dicuci bersih
menggunakan sabun dan air mengalir
b. Jika mata yang terkena, harus dicuci dengan air
mengalir sesegera mungkin.
Pertolongan Lanjutan
a. Kulit yang terkena harus dicuci dengan sabun
dan air
b. Jika terkena bagian mata harus meminta tetes
anestesi lokal segera, diikuti oleh irigasi
berlebihan dengan larutan garam atau air.
c. Memberikan krim steroid topikal untuk iritasi
kulit lokal.
Terapi obat yang diberikan :
a. Prednisolon / tetes mata sulfacetamide
b. Kortikosteroid topikal
c. Triamcinolone topikal
d. Hidrokortison topikal
6) Tomcat
Gejala Klinis :
Gejala klinis yang dapat timbul berupa muncul
warna kemerahan pada kulit, kulit terasa gatal,
iritasi atau peradangan pada kulit, kulit tampak
melepuh, jika parah akan timbul nanah pada kulit.
Penatalaksanaan :
a. Mencuci kulit yang terkena gigitan dengan air
sabun.
b. Mengoleskan salep kulit Hydrocortisone 1%,
salep betametasone dan antibiotik Neomycin
Sulfat 3 x sehari atau dengan salep acyclovir
5%.
12

c. Jangan menggaruk luka, agar racun tidak


berpindah.
d. Segera ke dokter.
Terapi obat yang diberikan
a. Mengoleskan salep kulit Hydrocortisone 1%,
salep betametasone dan antibiotik Neomycin
Sulfat 3 x sehari atau dengan salep acyclovir
5%.
2. Gigitan Hewan Anjing
a. Definisi
Gigitan anjing (anjing gila ) menyebabkan penyakit
rabies yang disebabkan oleh suatu virus yang
ditemukan dalam air liur hewan berdarah panas yang
menyebar dari satu hewan ke hewan lain. biasanya
melalui gigitan atau jilatan (Andi,2011).
Rabies adalah penyakit zoonosis dan infeksi virus akut
yang menyerang sistem saraf pusat mausia dan
amamlia dengan mortalitas 100% (tanzil,2014)
b. Etiologi
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke
keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae
adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang
tidak bersegmen.
Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang
berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan
perantara bervariasi pada berbagai letak geografis.
Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu
ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan
melintang berbentuk bulat atau elip (Lonjong). Virus
tersusun dari Ribonukleokapsid dibagian tengah,
memiliki membran selubung (Amplop) dibagian
13

luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjolan


(Spikes) yang jumlahnya dari 500 buah. Pada membran
selubung (Amplop) terdapat kandungan lemak yang
tinggi.
Virus berukuran panjang 18 nm, diameter 75 nm,
tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5
nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut
lemak, alkohol 70%, yodium, fenol, dan klorofrom.
Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam
larutan gliserin 50%. Pada suhu 60 C virus mati dalam
waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku
(freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama
beberapa tahun
c. Patofisiologi
Sebagian besar penularan virus rabies terjadi melalui
gigitan anjing yang telah terinfeksi rabies. Virus masuk
ke dalam tubuh melalui luka bekas gigitan hewan
terinfeksi rabies dan luka terbuka yang terpapar saliva
dari hewan pembawa rabies yang telah terinfeksi.
Penularan rabies juga dapat terjadi melalui jilatan
hewan, transplantasi kornea, dari donor terinfeksi
rabies.
Bahkan vaksin rabies inaktif yang menyebabkan infeksi
rabies juga pernah dilaporkan. Selain itu, rabies juga
dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan
yang terluka dan terkena air liur yang mengandung
penyakit rabies, melalui saluran pencernaan yang
terluka saat memakan bahan makanan yang tercemar
virus rabies, serta terbawa angin dan masuk ke dalam
kornea mata. Virus yang masuk ke dalam tubuh akan
bereplikasi di neuromuscular junction dan kemudian
14

menjalar melalui lapisan lemak sistem saraf menuju


sistem saraf pusat.
Di dalam sistem saraf pusat, virus rabies kemudian
menyebar dan memperbanyak diri dalam neuron. Virus
berpredileksi di sel-sel sistem limbik, hipotalamus, dan
batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron,
virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam serabut
saraf eferen maupun saraf otonom. Dengan demikian
virus menyerang hampir setiap organ tubuh penderita
dan berkembang biak pada jaringan seperti kelenjar
ludah (Andriani, 2015).
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada
manusia yang terkena gigitan dari hewan rabies yaitu :
1) Stadium Prodormal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual
dan rasa nyeri ditenggorokan selama beberapa
hari.
2) Stadium Sensoris
Biasanya terasa nyeri di daerah bekas gigitan,
paraesthesia, panas, gugup, dan ancietas.
Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan
reaksi yang berlebihan terhadap rangsang
sensorik.
3) Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik meninggi
dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi,
hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan
dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai
puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini
adalah adanya macam-macam fobi, yang sangat
terkenal adalah hidrofobi.
15

4) Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam
stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga
kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan paresis
otot-otot yang bersifat progesif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot
pernafasan.
c. Komplikasi
Gigitan anjing menyebabkan kerusakan saraf,
kelumpuhan otot-otot serta kematian
d. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama bila digigit hewan:
1) Gigitan berupa luka ringan tanpa kemungkinan
rabies.
a) Cuci luka dengan sabun dan air.
b) Oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi.
c) Tutuplah luka tersebut dengan perban bersih
2) Gigitan berupa luka yang dalam.
a) Jika menyebabkan luka yang dalam pada kulit
atau kulit robek parah dan berdarah , tekanlah
luka dengan menggunakan kain bersih dan kering
untuk menghentikan perdarahan.
b) Setelah dilakukan tindakan pertama untuk
menghentikan perdarahan, nyeri, kemerahan
segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat.
3) Gigitan yang menimbulkan luka infeksi
Jika melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti
pembengkakan, nyeri, kemerahan segera hubungi
dokter atau rumah sakit terdekat.
4) Gigitan luka dengan dugaan rabies
16

Jika mencurigai gigitan disebabkan oleh hewan yang


mungkin membawa virus rabies , segera cuci luka
dengan air mengalir yang dicampur sabun atau
detergen. Segera hubungi dokter atau rumah sakit
terdekat.
Cara lain :
1) Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-
ulang
2) Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan
debridement
3) Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi
anestesi dengan cara blok atau umum
4) Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali
sehari
5) Berikan ATS atau HTIG
6) Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi
serum anti rabies disekitar luka
Jika mendapat gigitan dari binatang yang diduga
terinfeksi rabies, ada beberapa tindakan yaitu:
1) Segera cuci luka dengan air mengalir menggunakan
sabun atau detergen
2) Segera bawa ke pusat kesehatan atau rabies center
untuk pemberian vaksin abti rabies (VAR)
3) Lanjutkan terus pengobatan dengan melakukan
pemeriksaan, karena masa inkubasi rabies laam,
perlu waktu 2 minggu untuk melihat hasil suntikan
vaksin apakah ada gejala rabies
4) Jika positif, maka harus kembali diulang pemberian
vaksinnya selama 4 tahapan (mulai nol lagi, hari ke
7, hari ke 14 dan diberi vaksin booster pada hari ke
60).7. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan
infiltrasi serum anti rabies disekitar luka
17

3. Gigitan Binatang Berbisa (Ular)


a. Definisi
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular
berbisa. Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis
dan macam ular. Racun binatang adalah merupakan
campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang
dapat menimbulakan beberapa reaksi toksik yang
berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat
spesifik terhadap terhadap suatu organ, beberapa
mempunyai efak pada hampir setiap organ. Kadang-
kadang pasien dapat membebaskan bebarapa zat
farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun
yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun
mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan
mangsanya; sering kali mengandung factor letal. Racun
ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator;
racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit
jaringan.
b. Etiologi
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat pada 3
famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae,
dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan
local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang
menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada
anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa
Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu
8 jam. Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2
macam :
1) Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah
(hematoxic)
18

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu


bisa ular yang menyerang dan merusak
(menghancurkan) sel-sel darah merah dengan  jalan
menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah
merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut
(hemolysin) dan keluar  menembus pembuluh-
pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya
perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
2) Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan
jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang
menyebabkan jaringanjaringan sel saraf  tersebut
mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan
tampak kebirubiruan dan hitam (nekrotis).
Penyebaran dan peracunan selanjutnya
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan 2 saraf pusat, seperti saraf
pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular 
keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limpa.
c. Patofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang
kelenjar di bawah mata. Bisa ular dikeluarkan dari
lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas.
Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada
rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap
gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan
terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan
ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon panas
yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular
untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan
dikeluarkan. Semua metode injeksi venom ke dalam
19

korban (envenomasi) adalah untuk mengimobilisasi


secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar
bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa
menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular
terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A,
hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase,
protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase.
Mangsa gigitan ular jenis Elapidae, biasanya akan
mengalami pendarahan kesan daripada luka yang berlaku
pada saluran darah dan pencairan darah merah yang
mana darah sukar untuk membeku.
Bisa ular mengandung toksin yang berasal dari air liur.
Bisa tersebut bersifat:
1) Neurotoksin: berakibat pada sistem saraf dan otak.
Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik.
Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran
menurun sampai dengan koma.
2) Haemotoksin: berakibat pada jantung dan pembuluh
darah dan bersifat hemolitik dengan zat antara
fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan
koagulasi dengan mengaktifkan protrombin.
Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel
darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka
bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada
tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,
hematemesis, gagal ginjal.
3) Myotoksin: mengakibatkan efek pada jaringan otot.
Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan
ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel
otot.
20

4) Cytotoksin: Bekerja pada lokasi gigitan dengan


melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya
berakibat terganggunya kardiovaskuler
d. Manifestasi Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala
sistemik pada semua gigitan ular.
1) Gejala lokal:
a) Tanda gigitan taring (fang marks)
b) Nyeri lokal
c) Pendarahan lokal
d) Kemerahan
e) Limfangitis (peradangan / pembagkakan
pembuluh limfatik)
f) Pembesaran kelenjar limfe
g) Inflamasi (bengkak, merah, panas)
h) Melepuh
i) Infeksi lokal, terbentuk abses
j) Nekrosis (kematian sel)
2) Gejala sistemik:
a) Umum (general) : mual, muntah, nyeri perut,
lemah, mengantuk, lemas.
b) Kardiovaskuler (viperidae) : gangguan
penglihatan, pusing, pingsan, syok, hipotensi,
aritmia jantung, edema paru, edema
konjungtiva (chemosis).
c) Pendarahan dan gangguan pembekuan darah
(Viperidae) : Pendarahan yang berasal dari
luka yang baru saja terjadi (termasuk
pendarahan yang terus-menerus dari bekas
gigitan (fang marks) dan dari luka yang telah
menyembuh sebagian (oldrus mene parttly-
healed wounds), pendarahan sistemik spontan
21

– dari gusi, epitaksis, pendarahan intrakranial


(meningism, berasal dari pendarahan subdura,
dengan tanda lateralisasi dan atau koma oleh
pendarahan cerebral), hemoptisis, perdarahan
perektal (melena), hematuria, perdarahan
pervaginam, perdarahan antepartum pada
wanita hamil, perdarahan mukosa (misalnya
konjungtiva), kulit (peteki, purpura,
perdarahan diskoid, echimosis), serta
perdarahan retina.
d) Neurologis (Elapide, Russel Viper) :
Mengantuk, parestesia, abnormalitas
pengucapan dan pembahuan,
potosis,oftalmoplegia eksternal, paralisis otot
wajah dan otot lainnya yang dipersyarafi
nervus cranialais, suara sengau atau afonia,
regurgitasi cairan melalui hidung, kesulitan
untuk menelan sekret, paralisis otot pernafasan
dan flasid generalisata.
e) Destruksi Otot Skeletal (Sea Snake, beberapa
spesies kraits, bungarus niger and
f) Candidus, western Russell’s viper Daboia
russelli) : Nyeri seluruh tubuh, kaku dan nyeri
pada otot, trismus, miolobinuria, hiperkalemia,
henti jantung, gagal ginjal akut.
g) Sistem Perkemihan : Nyeri pungggung bawah,
hematuria, hemoglobinria, mioglobinuria,
oligoria atau anuria, tanda dan gejala uremia
(pernafasan asidosis, hiccup, mual, nyeri
pleura, dll)
h) Gejala Endokrin : Insufisiensi hipofisis atau
kelenjar adrenal yang disebabkan
22

infrakhipofisis anterior. Pada fase akut : Syok,


hipoglikemia. Fase kronik (beberapa bulan
hingga tahun setelah gigitan) : kelemahan,
kehilangan rambut seksual sekunder,
kehilangan libido, aminoria, atrofi testis,
hipotyroidsm.
e. Komplikasi
1) Syok hipovolemik
2) Edema paru
3) Kematian
4) Gagal napas
f. Penatalaksanaan
1) Pertolongan dirumah
Pertolongan pertama, jangan menunda
pengiriman kerumah sakit. Apabila penanganan
medis tersedia dalam Beberapa jam, satu-satunya
tindakan dilapangan adalah immobilisasi (membuat
tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan
cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar
tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau
kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa
ke dalam aliran darah dan getah bening ;
pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan
Elapidae ; hindari gangguan terhadap luka gigitan
karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan
menimbulkan pendarahan lokal. Setelah itu Korban
harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya,
dengan cara yang aman dan senyaman mungkin.
Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk
mencegah peningkatan penyerapan bisa.
23

2) Penatalaksanaan kegawatdaruratan
1. Airway.
Pada airway perlu diketahui bahwa salah satu
sifat dari bisa ular adalah neurotoksik. Dimana
akan berakibat pada saraf perifer atau sentral,
sehingga terjadi paralise otot lurik. Lumpuh
pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran
pernapasan, gangguan pernafasan,
kardiovaskuler terganggu dan penurunan
kesadaran. Korban dengan kesulitan bernafas
mungkin membutuhkan endotracheal tube dan
sebuah mesin ventilator untuk menolong korban
bernafas.
2. Breathing.
Pada breathing akan terjadi gangguan
pernapasan karena pada bisa ular akan
berdampak pada kelumpuhan otot-otot saluran
pernapasan sehingga pola pernapasan pasien
terganggu dan berikan oksigen
3. Circulation.
Pada circulation terjadi perdarahan akibat sifat
bisa ular yang bersifat haemolytik. Dimana zat
dan enzim yang toksik dihasilkan bisa akan
menyebabkan lisis pada sel darah merah
sehingga terjadi perdarahan. Ditandai dengan
luka patukan terus berdarah, haematom,
hematuria, hematemesis 0an gagal ginjal,
perdarahan addme, hipotensi. Cairan parenteral
dapat digunakan untuk penatalksanaan
hipotensi. Jika vasopresin digunakan untuk
penanganan hipotensi penggunaan harus dalam
jangka pendek.
24

3) Penatalaksanaan medis
1. Membersihkan bagian yang terluka dengan
cairan faal atau air steril.
2. Untuk efek lokal diannjurkan imobilisasi
menggunakan perban katun elastis dengan lebar
+ 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di
sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat
dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban
seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi
ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah
tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak
dianjurkan karena dapat mengganggu aliran
darah dan pelepasan torniket dapat
menyebankan efek sistemik yang leih berat.
3. Pemberian tindakan pendukung berupa
stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan
nafas ; penatalaksanaan fungsi pernafasan ;
penatalaksanaan sirkulasi ; penatalaksanaan
resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis
korban berupa hipotensi berat dan shock , shock
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan,
kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia
akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan
ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
4. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban
pernah mendapatkan toksoid maka diberikan
satu dosis toksoid tetanus.
5. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2
juta unit secara intramuskular.
25

6. Pemberian sedasi atau analgesik untuk


menghilangkan rasa takut cepat mati / panik.
7. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular
sebagian besar terdiri atas protein, maka
sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat
dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat
polivalen, yang mengandung antibodi terhadap
beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya
diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan
lokal yang luas .
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium :
a) Penghitungan jumlah sel-sel darah
b) Prothrombin time dan activated partial
thromboplastin time.
c) Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah
d) Tipe dan jenis golongan darah
e) Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN,
kreatinin
f) Urinalisis untuk myoglobinuria
g) Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala
sistemik
2) Pemeriksaan penujang lainnya:
a) Radiografi thoraks pada pasien dengan edema
pulmoner 
b) Radiografi untuk mencari taring ular yang
tertinggal
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat, keluhan utama
26

2. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah klien mengeluh
nyeri pada bagian anggota tubuh yang terkena gigitan, umumnya
bagian yang terkena gigitan mengalami panas, pembengkakan
dan kemerahan atau perubahan warna
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Awal mula yang dirasakan klien biasanya mengeluh nyeri pada
bekas gigitan luka yang sudah mengalami pembengkakan
disertai kemerahan atau perubahan warna
P (Provokatif)               : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri
yang
dirasakan klien
R (Region)                    : Kaji bagian persendian atau
lokasi dimana nyeri
dirasakan
S (Saverity)                  : Kaji skala nyeri dari 0-10.
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri
dirasakan
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Kaji adanya penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus,
hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang
dapat menyebabkan komplikasi dari gigitan ular. Kaji riwayat
penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik yang
dilakukan dan asupan makanan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan
komplikasi dari gigitan ular.
6. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dialami klien
mengenai kondisinya setelah tergigit ular.
27

7. Primary Survey
a. Airway
1) Jalan napas bersih
2) Tidak ada sumbatan jalan napas
3) Tidak ada sputum
b. Breathing
1) Peningkatan frekuensi pernafasan
2) Kelemahan otot pernafasan
3) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
2) Sakit kepala
3) Berkeringat banyak
4) Pusing
5) CRT >3
6) Sianosis
d. Disability
1) Dapat terjadi penurunan kesadaran (E4V4M5)
2) Kesadaran : sonmolen
3) Pupil : Isokor (2mm)
e. Exposure
Tidak ada perdarahan pada gigitan, adanya edema pada
luka, memar
8. Secondary Survey
a. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi , pernapasan per menit, dan suhu
umumnya mengalami peningkatan.
2) Status integument
Turgor kulit menurun, CRT>3 detik dan akral dingin
3) Kepala
Bentuk simetris, rambut tersebar merata
28

4) Wajah/Muka
Simetris tidak ada edema
5) Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
reflek pupil nomal,
6) Telinga
Pendengara normal
7) Hidung
Simetris, tidak ada serumen.
8) Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil
9) Leher
Reflek telan normal, tidak ada pembengkakan pada
tiroid
10) Dada dan Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
11) Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : s1, s2 normal
12) Abdomen
Inspeksi : bentuk datar dan normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : redup tidak ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : bising usus normal
13) Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
14) Ekstermitas
29

Ekstermitas atas :Tidak ada pembengkakan


Ekstermitas bawah : Akral dingin, bengkak pada
luka gigitan, nyeri pada luka gigitan
9. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan Darah
lengkap meliputi leukosit, trombosit, Hemoglobin,
hematokrit dan hitung jenis leukosit.
2) Pemeriksaan Penunjang lainnya :
a) Radiografi thoraks untuk melihat apakah ada edema
pulmoner\
b) Radiografi untuk mencari taring tulang yang teringal.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri,
gelisah, tekanan darah meningkat (D.0077)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya pernapasan d.d
dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan (D.0005)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah d.d
pengisian kapiler >3, akral teraba dingin, turgor kulit menurun
(D.0009)
4. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit (D.0142)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d
mengeluh nyeri, gelisah, tekanan darah meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tingkat nyeri menurun dengan
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Tekanan darah membaik

Intervensi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
30

Rasional : Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi ,


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri sehingga dapat
mengambil tindakan sesuai gejala yang dialami
b. Identifikasi skala nyeri
Rasional :
Untuk mengetahui skala nyeri sehingga dapat mengambil
tindakan sesuai gejala yang dialami
c. Identifikasi respon nyeri verbal
Rasional : Untuk mengetahui respon nyeri verbal sehingga
dapat mengambil tindakan sesuai gejala yang dialami
d. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (misal TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
terapi pijat, aromaterapi, kompres air dingin/hangat)
Rasional : Untuk mengurangi nyeri dari segi
nonfarmakologis
e. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rasional : Untuk mengurangi nyeri dari segi
nonfarmakologis
2. Diagnosa 2 : Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya
pernapasan d.d dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan pola napas membaik dengan
Kriteria Hasil :
a. Dispnea menurun
b. Penggunaan otot bantu napas menurun
c. Frekuensi napas membaik
Intervensi :
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Rasional : Untuk mengetahui adanya gangguan pola nafas
sehingga dapat mengambil tindakan sesuai gejala yang
dialami
b. Monitor adanya sumbatan jalan napas
31

Rasional : Untuk mengetahui adanya sumbatan napas


sehingga jika adanya sumbatan napas dapat dilakukan
tindakan
c. Posisikan semi fowler atau fowler
Rasional : posisi semi fowler atau fowler akan
meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga
meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru.
d. Berikan oksigen (bila perlu)
Rasional : Pemberian oksigen berguna untuk
mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
e. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Rasional : Pemberian bronkodilator bekerja dengan cara
melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan merelaksasi
otot-otot pada saluran pernapasan sehingga proses bernapas
menjadi lebih ringan dan lancar
3. Diagnosa 3 :Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan
darah d.d pengisian kapiler >3, akral teraba dingin, turgor kulit
menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan tingkat nyeri menurun dengan
Kriteria Hasil :
a. Pengisian kapiler membaik
b. Akral membaik
c. Turgor kulit membaik

Intervensi :

a. Periksa sirkulasi perifer (missal nadi perifer, edema,


pengisian kapiler, warna, suhu)
Rasional : Untuk mengetahui sirkulasi perifer apakah
membaik atau memburuk sehingga dapat segera diberikan
tindakan
b. Lakukan pencegahan infeksi
32

Rasional : Pencegahan infeksi dapat mengurangi resiko


komplikasi
c. Anjurkan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
(misal rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
Rasional : Dengan melaporkan tanda dan gejala darurat
dapat segera mendapatkan penanganan sesuai tanda dan
gejala
4. Diagnosa 4 : Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit
(D.0142)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan tingkat infeksi menurun dengan
Kriteria Hasil :
a. Kemerahan menurun
b. Nyeri menurun
c. Bengkak menurun
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan adanya infeksi
pada klien
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
Rasional : Memberikan perawatan kulit pada area edema
dapat mengurangi kemerahan
c. Jelaskan tanda dan gejala sistemik
Rasional : Untuk menambah pengetahuan klien mengenai
infeksi, sehingga jika klien mengalami infeksi klien dapat
mengambil tindakan pengobatan mandiri secara cepat untuk
mengurangi infeksi
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Tindakan
33

keperawatan ini dilaksanakan sesuai intervensi yang telah direncanakan


agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tindakan keperawatan ini ada 2
jenis yaitu tindakan mandiri perawat (observasi, terapeutik, dan edukasi)
dan tindakan kolaboratif.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian perkembangan kondisi pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada kriteria hasil.
(Nusdin, 2014). Tahap terakhir ini berupa gambaran terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah
klien seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan berdasarkan
SOAP (Subjuctive, Objective, Assesement, Plan) yang didasarkan pada
respon dan tujuan yang sudah dicapai atau belum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat
atau menggigit seseorang. Gigitan serangga seringkali menyebabkan
bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatalgatal. Reaksi tersebut
boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam
beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena
gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect bites adalah gigitan yang
diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit
(senut-senut), dan gatalgatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan
gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari.
Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang
dewasa. Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa.
Daya toksin bisa ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda
yang dapat menimbulakan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada
manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap terhadap suatu organ,
beberapa mempunyai efak pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien
dapat membebaskan bebarapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan
keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinnya.
3.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki
kekurangan dan jauh kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan
kritik dan saran yang membangun. Dan sebaiknya perawat mampu
memahami tentang konsep dasar gigitan binatang, sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan secara komprehensif.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adja, A. 2012. Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien dengan Gigitan


Serangga. https://www.scribd.com/doc/110981612/Askep-Gadar-Gigitan-
Hewan (diakses pada tanggal 01 Agustus 2021)

Charesmaeyya, W. 2015. Asuhan Keperawatan Gigitan Anjing.


https://www.scribd.com/document/258866783/ASKEP-GIGITAN-ANJING
(diakses pada tanggal 01 Agustus 2021)

Aisyah, S. 2021. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Binatang.


https://www.scribd.com/document/490447409/KE-1 (diakses pada tanggal 01
Agustus 2021)

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai