Anda di halaman 1dari 10

PRAKATA

Om Swastyastu,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Kebidanan Anak Sakit dengan judul “Tindakan Pertolongan Pertama pada Anak
dengan Gigitan Binatang Berbisa”
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Anak Sakit yang telah memberikan tugas dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga kami dapat lebih memahami apa yang telah
diajarkan dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Anak Sakit. Makalah ini disusun
sebagai tugas dan secara garis besar memuat tentang teori tindakan pertolongan
pertama pada anak dengan gigitan binatang berbisa.
Demikian makalah ini kami susun, terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu memberikan bahan-bahan atau referensi yang terkait sehingga
membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini. Di samping itu, kami juga
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, bahkan
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan.
Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 24 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...........................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................2
C.Tujuan........................................................................................................2
D.Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tindakan Pertolongan Pertama pada Anak dengan Gigitan Binatang Berbisa.
.................................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................8
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit kadang kala
dapat mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan
jahitan, sedangkan beberapa lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan
sendirinya. Dalam kasus tertentu gigitan binatang (terutama oleh binatang liar)
dapat menularkan penyakit rabies, penyakit yang berbahaya terhadap nyawa
manusia. Kelelawar, musang juga anjing menularkan sebagian besar kasus
rabies. Sebagian binatang memiliki bisa (racun) yang berfungsi untuk
melindungi dirinya dan berfungsi untuk menaklukkan mangsanya, banyak
kasus terkena racun dari binatang berbisa ini dapat diatasi dengan baik apabila
berhasil ditangani sejak dini, diantara binatang berbisa itu adalah, ular, liapan,
ikan terutama sejenis ikan lele (sembilang).
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering
terjadi di daerah tropis dan subtropis.
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang
setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta
orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali
lipat amputasi serta cacat permanen lain (Bataviase, 2010).
Orang-orang yang digigit ular karena memegang atau bahkan menyerang
ular merupakan penyebab yang signifikan di Amerika Serikat. Diperkirakan
ada 45.000 gigitan ular per tahun di Amerika Serikat, terbanyak pada musim
panas, sekitar 8.000 orang digigit ular berbisa. Di Amerika Serikat, 76 %
korban adalah laki-laki berkulit putih.
Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di Indonesia belum diketahui
secara pasti, tetapi pernah dilaporkan dari pulaku Komodo Nusa Tenggara

1
terdapat angka kematian 20 orang per tahun yang disebabkan gigitan ular
berbisa (Gunawan, 2009). Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat
gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami
menyampaikan informasi mengenai pertolongan pertama pada anak terhadap
gigitan ular berbisa.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pertolongan pertama pada anak yang terkena gigitan binatang
berbisa?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pertolongan pertama pada anak yeng terkena gigitan
binatang berbisa.

D. Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang pertolongan pertama pada anak
yang terkena gigitan binatang berbisa.

BAB II
PEMBAHASAN

Gigitan atau sengatan binatang berbisa, seperti ular, laba-laba atau


binatang berbisa lainnya, pada umumnya menyebabkan nyeri local dan tidak
memerlukan perawatan, namun anak-anak mempunyai risiko tinggi terjadi reaksi
berat. Reaksi klinis berat pada anak sering terjadi karena volume tubuh lebih kecil
untuk penyebaran racun atau bisa dibandingkan dengan orang dewasa.

2
A. Gigitan ular

Pada setiap kasus gigitan ular, harus dipastikan apakah gigitan tersebut
disebabkan oleh ular berbisa. Hal ini dapat ditentukan dari luka bekas gigitan
yang terjadi. Jika dari luka tidak dapat diidentifikasi maka dapat dilihat dari
gejala dan tanda akibat dari gigitan ular tersebut.

1. Sifat Bisa, Gejala dan Tanda Gigitan Ular


Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat
dibedakan menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi
jantung dan sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang
mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa yang
hanya bekerja pada lokasi gigitan. Tidak semua ular berbisa pada waktu
menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular,
meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ketubuhnya dapat menjadi
panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala
menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai
spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada
korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan
taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan
kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis
jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).

2. Pathway

3
3. Diagnosis
Gejala umum meliputi syok, muntah dan sakit kepala. Periksa jejas
gigitan untuk melihat adanya nekrosis lokal, perdarahan atau pembesaran
kelenjar limfe setempat yang lunak. Tanda spesifik bergantung pada jenis
racun dan reaksinya, meliputi:
a. Syok
b. Pembengkakan lokal yang perlahan meluas dari tempat gigitan
c. Perdarahan: eksternal: gusi, luka; internal: intracranial
d. Tanda neurotoksisitas: kesulitan bernapas atau paralisis otot
pernapasan, ptosis, palsi bulbar (kesulitan menelan dan berbicara),
kelemahan ekstremitas
e. Tanda kerusakan otot: nyeri otot dan urin menghitam.
f. Periksa Hb (bila memungkinkan, periksa fungsi pembekuan darah).

4. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama
a. Lakukan pembebatan pada ekstremitas proksimal bekas gigitan
untuk mengurangi penjalaran dan penyerapan bisa. Jika gigitan
kemungkinan berasal dari ular dengan bisa neurotoksik, balut
dengan ketat pada ekstremitas yang tergigit dari jari-jari atau ibu jari
hingga proksimal tempat gigitan.
b. Bersihkan luka
c. Jika terdapat salah satu tanda di atas, bawa anak segera ke rumah
sakit yang memiliki antibisa ular. Jika ular telah dimatikan, bawa
bangkai ular tersebut bersama anak ke rumah sakit tersebut
d. Hindari membuat irisan pada luka atau menggunakan torniket.

Perawatan di rumah sakit


a. Pengobatan syok/gagal napas
1) Atasi syok jika timbul.
2) Paralisis otot pernapasan dapat berlangsung beberapa hari
dan hal ini memerlukan intubasi dan ventilasi mekanik
hingga fungsi pernapasan normal kembali; atau ventilasi
manual (dengan masker atau pipa endotrakeal dan kantung
(Jackson Rees) yang dilakukan oleh staf dan atau keluarga
sementara menunggu rujukan ke rumah sakit rujukan yang
lebih tinggi terdekat. Perhatikan keamanan fiksasi pipa

4
endotrakeal. Sebagai alternative lain adalah trakeostomi
elektif.
3) Antibisa
Jika didapatkan gejala sistemik atau lokal yang hebat
(pembengkakan pada lebih dari setengah ekstremitas atau
nekrosis berat) berikan antibisa jika tersedia.
4) Siapkan epinefrin SK atau IM bila syok dan difenhidramin
IM untuk mengatasi reaksi alergi yang terjadi setelah
pemberian antibisa ular.
5) Berikan antibisa polivalen. Ikuti langkah yang diberikan
dalam brosur antibisa. Dosis yang diberikan pada anak sama
dengan dosis pada orang dewasa.
a) Larutkan antibisa 2-3 kali volume garam normal berikan
secara intravena selama 1 jam. Berikan lebih perlahan
pada awalnya dan awasi kemung-kinan terjadi reaksi
anafilaksis atau efek samping yang serius.
6) Jika gatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau
kesulitan bernapas, hentikan pemberian antibisa dan berikan
epinefrin 0.01 ml/kg larutan 1/1000 atau 0.1 ml/kg 1/10.000
SK. Difenhidramin 1.25 mg/kgBB/kali IM, bisa diberikan
sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 300
mg/hari). Bila anak stabil, mulai kembali berikan antibisa
perlahan melalui infus.
7) Tambahan antibisa harus diberikan setelah 6 jam jika terjadi
gangguan pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam,
jika pasien terus mengalami perdarahan atau menunjukkan
tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atau
kardiovaskular.
8) Pemberian antibisa dapat diulangi bila tidak ada respons.
Antikolinesterase dapat memperbaiki gejala neurologi pada
beberapa spesies ular (lihat buku standar pediatri untuk
penjelasan lebih lanjut)

B. Gigitan Binatang Bisa lainnya

5
Penatalaksanaan gigitan binatang berbisa lainnya sama dengan
penatalaksanaan pada ular berbisa yaitu berikan antibisa, jika tersedia dan
jika kelainan lokal berat atau terjadi efek sistemik.
Pada umumnya gigitan kalajengking dan laba-laba beracun
menimbulkan rasa sakit yang sangat tetapi jarang menimbulkan gejala
sistemik. Antibisa telah tersedia untuk beberapa spesies seperti widow
spider dan banana spider. Ikan beracun dapat menimbulkan rasa nyeri
lokal yang sangat hebat, tetapi jarang menimbulkan gejala sistemik.
Sengatan ubur-ubur kadang-kadang dengan cepat menyebabkan bahaya
yang mengancam nyawa. Berikan cuka dengan menggunakan kapas untuk
denaturasi protein bisa ubur-ubur yang menempel pada kulit. Sungut yang
menempel harus diambil hatihati. Menggosok-gosok luka sengatan dapat
memperluas dampak racun. Antibisa mungkin tersedia. Dosis antibisa
untuk ubur-ubur dan laba-laba harus ditentukan berdasar jumlah racun
yang masuk. Dosis yang lebih tinggi diperlukan pada gigitan yang
multipel, gejala yang berat atau apabila gejala timbul lambat.

BAB III
PENUTUP

6
A. Simpulan
Gigitan atau sengatan binatang berbisa, seperti ular, laba-laba atau
binatang berbisa lainnya, pada umumnya menyebabkan nyeri local dan tidak
memerlukan perawatan, namun anak-anak mempunyai risiko tinggi terjadi
reaksi berat.
Tindakan pertolongan pertama yang bisa dilakukan bidan pada kasus ini
yaitu; lakukan pembebatan pada ekstremitas proksimal bekas gigitan untuk
mengurangi penjalaran dan penyerapan bisa. Jika gigitan kemungkinan berasal
dari ular dengan bisa neurotoksik, balut dengan ketat pada ekstremitas yang
tergigit dari jari-jari atau ibu jari hingga proksimal tempat gigitan. Hindari
membuat irisan pada luka atau menggunakan torniket.

B. Saran
Saran untuk tenaga kesehatan:
Apabila terjadi kasus seperti di atas segera lakukan pertolongan pertama
dengan mencegah penyebaran racun dari bisa ular dan segera bawa ke rumah
sakit atau puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Niasari, dkk. 2003. Gigitan Ular Berbisa. Sari Pediatri, Vol.5, No. 3, Desember
2003: 92-98.

Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM. Penatalaksanaan Keracunan


akibat Gigitan Uar Berbisa.

World Health Organization. 2008. Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah


sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten. Jakarta: WHO Indonesia.

7
8

Anda mungkin juga menyukai