Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN GIGITAN ULAR


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan

Disusun oleh :

Lidya Aprilia Rafika Novia Ningsih


M. Amanu A Rikza Muzijatulloh
M. Rifki Elfaz Ruby Aldiliana
Mujahid Ali Bahjah Shania Ayu Rinjani P
Mumun Herawati Siti Mutiah Kusdiana
Nizar Ferdian N Sherin Vemita Septiana
Nuranisa Tuti Alawiah
Koko Kosasih Tedi Arif Muslim
Pupung Purwitasari Yasfi Gusbiansyah
Pahrunnisa Aulia

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Kharisma Karawang


Jl. Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass) Karawang, Jawa Barat 41316
Telp.(0267)412480, Fax.(0267)410842
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Kriteria Keberhasilan Otonomi Daerah Di
Bidang Kesehatan”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Uun Nurjanah, M. Kep selaku ketua Stikes Kharisma Karawang.


2. Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep selaku ketua prodi Diploma III Stikes
Kharisma Karawang
3. Astrid Berlian Utami, M. Kep selaku coordinator dan dosen mata kuliah
Kegawatdaruratan (Gadar)

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Karawang, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gigitan Ular............................................................................3

B. Penyebab Gigitan Ular..........................................................................3

C. Tanda dan Gejala Gigitan Ular.............................................................4

D. Komplikasi Gigitan Ular.......................................................................5

E. Pemeriksaan Penunjang Gigitan Ular...................................................5

F. Penatalaksanaan Medis Gigitan Ular....................................................5

G. Asuhan Keeperawatan Pasien dengan Gigitan Ular.............................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................9

B. Saran.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan ular berbisa dan ular tidak
berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari
luka yang sederhana sampai dengan ancamannyawa dan menyebabkan
kematian (BC&TLS, 2008).
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang
setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta
orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali
lipat amputasi serta cacat permanen lain (Bataviase, 2010).
Gigitan ular lebih umum terjadi di wilayah tropis dan di daerah dimana
pekerjaan utamanya adalah petani. Orang-orang yang digigit ular karena
memegang atau bahkan menyerang ular merupakan penyebab yang signifikan
di Amerika Serikat. Diperkirakan ada 45.000 gigitan ular per tahun di
Amerika Serikat, terbanyak pada musim panas, sekitar 8000 orang digigit ular
berbisa. Di Amerika Serikat, 76% korban adalah laki-laki kulit putih.
Studi nasional di negara tersebut melaporkan angka perbandingan antara
laki-laki dan perempuan adalah 9:1, dengan 50% korban berada pada rentang
usia 18-28 tahun. 96% gigitan berlokasi pada ekstremitas, dengan 56% pada
lengan (Andimarlinasyam,2009).
Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di Indonesia belum diketahui
secara pasti, tetapi pernah dilaporkan dari pulau Komodo di Nusa Tenggara
terdapat angka kematian 20 orang per tahun yang disebabkan gigitan ular
berbisa (Gunawan, 2009).
Efek lokal luka gigitan ular berbisa adalah pembengkakan yang cepat dan
nyeri (Sudoyo, 2010). Korban yang terkena gigitan ular berbisa harus
segeramendapatkan pertolongan. Prinsip pertolongan pertama terhadap gigitan
ular adalah menghindarkan penyebaran bisa dan yang kedua adalah mencegah
terjadinya infeksi pada bagian yang digigit. Dulu pernah dikenal cara
perawatan ala John Wayne yaitu “iris, isap, dan muntahkan” (slice, suck and

1
2

spit) atau tindakan insisi, penghisapan dengan mulut dan dimuntahkan sebagai
upaya untuk mengeluarkan bisa dan mencegah penyebaran bisa ke seluruh
tubuh (Networkbali, 2010).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gigitan ular
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan ular
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala gigitan ular
4. Untuk mengetahui komplikasi gigitan ular
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gigitan ular
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medic gigitan ular
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya
toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang
berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda
pada manusia.
Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ ; beberapa
mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat
membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan
keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari
bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif
yang bertujuan melumpuhkan mangsanya;sering kali mengandung factor
letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator;
racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan.

2. Penyebab
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang
berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat
menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan. Banyak
bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota
badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi
dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .  Daya toksik bisa ular yang telah
diketahui ada 2 macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan
jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah),
sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar

3
4

menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya


perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung,
tenggorokan, dan lain-lain.
b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel
saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan
tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan
selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan
jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh
limphe.

3. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan
ular,rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif.
Bila timbul parestesi, gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot
fasial, berarti envenomasi yang bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan
ular racun pelarut darah adakalanya timbul setelah satu atau dua hari, yaitu
timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada selaput tipis atau
5

lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung,
tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh.
Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine)
atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan
pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar
melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan
pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan
terasa lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan
akhirnya mati.

4. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas

5. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostic


Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung
sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu
protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan
penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang
hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu
pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

6. Penatalaksanaan Medik
a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit.
Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya
tindakan dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman
secepatnya. Jika penanganan lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi
sudah pasti, melakukan pemasangan torniket limfatik dengan segera
dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah gigitan,
immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu
6

usungan, merupakan tindakan yang paling berguna. Bila


memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung. Jika
dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular tersebut untuk
identifikasi.
b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan
laboratorium dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan
darah dan uji silang, waktu protombin, waktu tromboplastin parsial,
hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan gadar gula darah, BUN,
dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan
fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu
retraksi bekuan.
c. Derajat envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam untuk
menghindari penilaian keliru dan envenomasi yang berat.
d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan
tangani syok jika ada.
e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas
hanya bila  syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan.
f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk
menentukan kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak, sesuai dengan
jenis ular yang menggigit apakah berbisa atau tidak.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Gejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah
korban digigit ular. Kondisi korban setelah digigit :
a. Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk
b. Sakit kepala, pusing, dan pingsan
c. Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki
d. Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
e. Sukar bernapas dan berkeringat banyak
7

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi 
endotoksin 
b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
tak adekuat

3. Rencana Tindakan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi  endotoksin
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas Pantau frekuensi pernapasan
- Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
- Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
- Observasi warna kulit dan adanya sianosis
- Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
- Batasi pengunjung klien
- Pantau seri GDA
- Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
- Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)

b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada


hipotalamus
Intervensi :
- Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
- Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
- Beri kompres mandi hangat
- Beri antipiretik
- Berikan selimut pendingin

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh


tak adekuat
8

Intervensi :
- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
- Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka 
atau   antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaphoresis
- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu. Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan ular. Gejala-gejala
awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa terbakar, nyeri
ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bisa ular bersifat stabil dan
resisten terhadap perubahan temperatur, sementara komplikasi yang dapat
timbul, yaitu: syok hipovolemik, edema paru, gagal napas, bahkan kematian.
Untuk mengatasi hal tersebut maka untuk pertolongan pertama, jangan
menunda pengiriman kerumah sakit, lakukan evaluasi klinis lengkap, derajat
envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam, pertahankan posisi ekstremitas
setinggi jantung, serta bila perlu eksplorsi bedah dini sesuai dengan jenis
gigitan apakah jenis ular berbisa atau tidak.
Kecepatan pertolongan sangat mempengaruhi keselamatan jiwa klien,
maka dari itu sebagai tenaga kesehatan kita hendaklah bersikap cepat tanggap
terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih
mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien
dengan Keracunan Gigitan Ular.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hafid, Abdul, dkk.2006.Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/39 diakses pada Senin,
03 Februari 2020
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-3-1.pdf diakses pada Senin, 03 Februari 2020
Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka,
Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC :
Jakarta, Mei 1997. Hal. 99-100. 2.

10

Anda mungkin juga menyukai