Disusun oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Kriteria Keberhasilan Otonomi Daerah Di
Bidang Kesehatan”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan ular berbisa dan ular tidak
berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari
luka yang sederhana sampai dengan ancamannyawa dan menyebabkan
kematian (BC&TLS, 2008).
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang
setiap tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta
orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali
lipat amputasi serta cacat permanen lain (Bataviase, 2010).
Gigitan ular lebih umum terjadi di wilayah tropis dan di daerah dimana
pekerjaan utamanya adalah petani. Orang-orang yang digigit ular karena
memegang atau bahkan menyerang ular merupakan penyebab yang signifikan
di Amerika Serikat. Diperkirakan ada 45.000 gigitan ular per tahun di
Amerika Serikat, terbanyak pada musim panas, sekitar 8000 orang digigit ular
berbisa. Di Amerika Serikat, 76% korban adalah laki-laki kulit putih.
Studi nasional di negara tersebut melaporkan angka perbandingan antara
laki-laki dan perempuan adalah 9:1, dengan 50% korban berada pada rentang
usia 18-28 tahun. 96% gigitan berlokasi pada ekstremitas, dengan 56% pada
lengan (Andimarlinasyam,2009).
Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di Indonesia belum diketahui
secara pasti, tetapi pernah dilaporkan dari pulau Komodo di Nusa Tenggara
terdapat angka kematian 20 orang per tahun yang disebabkan gigitan ular
berbisa (Gunawan, 2009).
Efek lokal luka gigitan ular berbisa adalah pembengkakan yang cepat dan
nyeri (Sudoyo, 2010). Korban yang terkena gigitan ular berbisa harus
segeramendapatkan pertolongan. Prinsip pertolongan pertama terhadap gigitan
ular adalah menghindarkan penyebaran bisa dan yang kedua adalah mencegah
terjadinya infeksi pada bagian yang digigit. Dulu pernah dikenal cara
perawatan ala John Wayne yaitu “iris, isap, dan muntahkan” (slice, suck and
1
2
spit) atau tindakan insisi, penghisapan dengan mulut dan dimuntahkan sebagai
upaya untuk mengeluarkan bisa dan mencegah penyebaran bisa ke seluruh
tubuh (Networkbali, 2010).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gigitan ular
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan ular
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala gigitan ular
4. Untuk mengetahui komplikasi gigitan ular
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gigitan ular
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medic gigitan ular
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penyebab
Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang
berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat
menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan. Banyak
bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota
badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi
dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular yang telah
diketahui ada 2 macam :
a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan
jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah),
sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar
3
4
lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung,
tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh.
Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine)
atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan
pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar
melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan
pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan
terasa lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan
akhirnya mati.
4. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas
6. Penatalaksanaan Medik
a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit.
Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya
tindakan dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman
secepatnya. Jika penanganan lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi
sudah pasti, melakukan pemasangan torniket limfatik dengan segera
dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah gigitan,
immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu
6
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi
endotoksin
b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
tak adekuat
3. Rencana Tindakan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi endotoksin
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas Pantau frekuensi pernapasan
- Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
- Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
- Observasi warna kulit dan adanya sianosis
- Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
- Batasi pengunjung klien
- Pantau seri GDA
- Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
- Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
Intervensi :
- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
- Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka
atau antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaphoresis
- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu. Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan ular. Gejala-gejala
awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa terbakar, nyeri
ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bisa ular bersifat stabil dan
resisten terhadap perubahan temperatur, sementara komplikasi yang dapat
timbul, yaitu: syok hipovolemik, edema paru, gagal napas, bahkan kematian.
Untuk mengatasi hal tersebut maka untuk pertolongan pertama, jangan
menunda pengiriman kerumah sakit, lakukan evaluasi klinis lengkap, derajat
envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam, pertahankan posisi ekstremitas
setinggi jantung, serta bila perlu eksplorsi bedah dini sesuai dengan jenis
gigitan apakah jenis ular berbisa atau tidak.
Kecepatan pertolongan sangat mempengaruhi keselamatan jiwa klien,
maka dari itu sebagai tenaga kesehatan kita hendaklah bersikap cepat tanggap
terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih
mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien
dengan Keracunan Gigitan Ular.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hafid, Abdul, dkk.2006.Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/39 diakses pada Senin,
03 Februari 2020
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-3-1.pdf diakses pada Senin, 03 Februari 2020
Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka,
Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC :
Jakarta, Mei 1997. Hal. 99-100. 2.
10