Anda di halaman 1dari 25

HEPADNAVIRUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Virologi

Disusun oleh:
Kelompok 5 (D4 Tingkat 3)
Dania Saraswati (P17334117405)
Intan Dian S (P17334117407)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Virologi tentang Hepadnavirus.

Adapun makalah Virologi tentang Hepadnavirus ini telah kami usahakan


semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan bayak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami.

Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Cimahi, April 2020

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Hepadnavirus 3

2.2 Struktur Hepadnavirus 4

2.3 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Hepadnavirus 6

BAB 3 KESIMPULAN 19

3.1 Kesimpulan 19

DAFTAR PUSTAKA 20

iii
DAFAR GAMBAR
Gambar 1. Organisasi genom virus hepatitis B manusia (sirkular) .....................................4
Gambar 2. Struktur Virus Hepatitis B..................................................................................6
Gambar 3. Replikasi virus hepatitis B (HBV)......................................................................8
Gambar 4. DNA, RNA, mRNA, dan protein virus hepatitis B............................................9
Gambar 5. Mekanisme Virus Hepatitis B memasuki sel.....................................................12
Gambar 6. Penentu utama infeksi virus hepatitis B akut dan kronis (HBV).......................13
Gambar 7. Penyebaran virus hepatitis B (HBV) di dalam tubuh........................................14
Gambar 8. Gambaran serologi Virus Hepatitis B................................................................18

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Virus merupakan parasit obligat intraseluler. Virus mengandung
asam nukleat DNA atau RNA sajatetapi tidak kombinasi keduanya, dan yang
diselubungi oleh bahan pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel
tunggal) dan istilah bakteriofaga atau faga dipakai untuk virus yang menyerang jenis-
jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Selama siklus replikasi dihasilkan banyak sekali salinan asam nukleat dan
protein selubung virus. Protein-protein selubung tadi dirakit untuk membentuk kapsid
yang membungkus dan menstabilkan asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstra
sel serta memfalitasi perlekatan penetrasi virus saat berkontak dengan sel-sel baru
yang rentan. Infeksi virus dapat memiliki efek yang kecil atau bahkan tidak memiliki
efek sama sekali pada sel penjamu tetapi dapat pula menyebabkan kerusakan atau
kematian sel.
Hepadnavirus merupakan virus DNA berukuran kecil beruntai ganda parsial
3,2 kb yang mengkode tiga protein permukaan, yaitu antigen permukaan (HbsAg),
Antigen inti (HbcAG), protein pra inti (HbeAg), protein polimerase aktif yang besar,
dan protein transaktivator.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud hepadnavirus ?
2. Bagaimana struktur hepadnavirus ?
3. Apa penyakit yang disebabkan oleh hepadnavirus ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis menentukan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian hepadnavirus.
2. Untuk mengetahui struktuk hepadnavirus.
3. Untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh hepadnavirus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepadnavirus

Hepadnavirus tergolong dalam genus Orthohepadnavirus, famili Hepadnaviridae.


Hepadnavirus mempunyai genom DNA sirkular sepanjang 3,2 kb yang mempunyai 4 gen
dengan open reading frames (ORFs) yang saling tumpang tindih. ORFs mengkode untuk
protein polimerase (gen Pol), antigen core dan antigen e (gen C), protein surface antigen
besar, medium dan kecil (gen S) serta protein X (gen X). Genom ini akan menghasilkan 7
protein. Virus ini mempunyai 8 genotipe (A-H) berdasarkan perbedaan intergenotipik
lebih besar dari 8% dalam sekuen nukleotidanya. Genotipe hepadnavirus ini
menampakkan adanya diversitas geografik, genotipe tertentu mungkin hanya terlokalisasi
di area tertentu.

Famili Hepadnaviridae dibagi menjadi genus orthohepadnavirus dan avihepadna


virus, berdasarkan perbedaan host species dan struktur genomnya. Yang membedakan
dengan avihepadnaviruses ialah orthohepadnavirus terdiri dari gen regulator, yaitu gen X.
Sebuah studi terhadap avihepadnavirus dengan X ORF menunjukkan bahwa ORF intak
tidak diperlukan dalam infeksi in vivo, sedangkan pada orthohepadna gen X sangat
diperlukan untuk replikasi in vivo. Orthohepadnavirus, merupakan virus berbentuk
sferikal dengan envelope, berdiameter 42 nm, morfologi double-shelled (lapis ganda).
Lapisan terluar dari envelope virus terdiri dari HBsAg. Lapisan dalam merupakan
nukleokapsid ikosahedral dengan diameter 37 nm, terdiri dari hepatitis B core antigen
(HbcAg) yang dilampiri oleh genom virus. Nukleokapsid mengandung partially double-
stranded circular DNA genom yang secara kovalen berhubungan dengan viral
polymerase.

Virion akan berlimpah dalam darah selama masa transien infeksi dan beberapa
fase pada infeksi kronis, dengan titer mencapai 1010/ml. Partikel virus yang terbanyak
dalam darah bukan virion tetapi partikel virus non-infeksius HBsAg. Partikel ini dapat
ditemukan hingga 100 kali lebih banyak dari virion dan merupakan partikel antigenik
primer pada vaksin. HBsAg dijumpai sebagai partikel sferis berukuran 22 nm dan struktur
filamen berukuran 20 x 20-200 nm pada manusia yang terinfeksi. Partikel ini tidak
mengandung deoxyribonucleic acid (DNA), karena itu tidak infeksius.

3
Gambar 1. Organisasi genom virus hepatitis B manusia (sirkular).

Envelope protein dari HBsAg umumnya tersusun dari 3 jenis protein, large (L),
medium (M) dan small (S), yang memiliki sekuens yang sama tetapi M dan L memiliki
N-terminal (pre-S2 dan pre-S1). Rasio 3 protein ini pada virion sekitar 1:1:3 (L:M:S).
Ketiga protein ini merupakan protein membran integral, dengan internal hydrophobic
loop, 5 domain transmembran dan regio eksternal pada S (dikenal sebagai “A”
determinan). “A” determinan ini sangat antigenik. Domain eksternal merupakan bagian
yang dikenali antibodi dan seringkali merupakan tempat terjadinya antibody-escape
mutation, yang menyebabkan virus menjadi resisten terhadap netralisasi oleh antibodi
yang didapatkan melalui vaksinasi.

2.2 Struktur Hepadnavirus

Hepadnavirus genom HBV berupa dsDNA ulir ganda sirkular, dengan bentuk
tidak sepenuhnya ulir ganda. Pada bagian ujung terdapat ulir yang berhubungan dengan
DNA polymerase virus. Panjang genom yang sepenuhnya ulir ganda adalah 3020-3320
nukleotida, dan pada panjang ulir ganda yang tidak lengkap adalah 1700-2800 nukleotida
1725,26. Virus hepatitis B dibungkus oleh amplop lipid di bagian luar dan bagian dalam
nukleokapsid berbentuk ikosahedral yang tersusun oleh protein. Nukleokapsid
membungkus DNA virus dan DNA polymerase yang memiliki aktivitas reserve
transcriptase.

4
Partikel pleomorfik filamentosa dan sferis tanpa inti kapsid tidak infeksius,
mengandung bagian permukaan virion yang mengandung protein dan lipid. Bagian ini
disebut surface antigen (Hbs Ag). Bagian ini diproduksi sebagai ekses dari daur hidup
virus, diproduksi lebih banyak, sehingga dapat dideteksi dalam darah. Virus Hepatitis B
berbentuk partially double stranded, memiliki DNA berbentuk lingkaran, untaian luar
berupa lingkaran penuh, disebut untaian negatif dan untai dalam berupa lingkaran tidak
lengkap disebut untai positif. Untai luar terdiri dari sekitar 3200 nukleotida yang
berfungsi sebagai penyandi protein, sedangkan untai dalam berfungsi saat replikasi VHB.
Tiga daerah penyandi regio luar, yaitu Pre C, PreS1, PreS2. Empat daerah penyandi open
reading frames (ORF) dapat ditemukan pada untai luar DNA, yaitu ORF S yang
menyandi selubung VHB (HBsAg), ORF C yang menyandi HBcAg dan HBeAg, ORF P
yang menyandi enzim polimerase DNA dan ORF X yang menyandi HBxAg. 18,19
Protein kecil HBsAg disandi oleh gen S regio S, terdiri dari 226 asam amino (aa).

Protein ini menyususn 85% selubung virus. HBsAg memiliki determinan a (asam
amino 124-147), bersifat antigenin dan memiliki derajat kesamaan (homologi) tinggi
untuk berbagai isolat VHB di seluruh dunia, sehingga bermanfaat untuk diagnosis dan
pembuatan vaksin. Determinan a memiliki struktur lengkung ganda yang dipertahankan
oleh asam amino 121 dan 149. Perubahan asam amino determinan a akan mengubah
konformasi lengkung ganda ini dengan akibat perubahan antigenesitas HBsAg, sehingga
antibodi yang timbul setelah vaksinasi atau setelah sakit tidak mampu mengikat antigen
ini18 Protein X yang terdapat pada HBV ternyata berpotensi untuk menginduksi kejadian
hepatocellular carcinoma (HCC). Protein HBx memicu pertumbuhan sel secara progresif,
perbanyakan protein HBx berperan pada transkripsi methyl transferase, sehingga terjadi
hipermetilasi dari DNA, dan merangsang gen tumor. Disamping itu, HBV yang
mengalami mutasi pada promoter PreC berpotensi juga untuk terjadinya HCC. Infeksi
Virus Hepatitis B Hepatitis B adalah suatu sindroma klinis atau patologis yang ditandai
oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hepar, disebabkan oleh Virus
Hepatitis B (VHB), dimana infeksi dapat berlangsung akut atau kronik, terus menerus
tanpa penyembuhan paling sedikit 6 bulan.

5
Gambar 2. Struktur Virus Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu sindroma klinis atau patologis yang ditandai oleh
berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hepar, disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB), dimana infeksi dapat berlangsung akut atau kronik, terus menerus tanpa
penyembuhan paling sedikit enam bulan Virus Hepatitis B menyerang sel hati, seperti
terlihat pada Gambar diatas. Mekanisme terjadinya hepatitis akut, kronik atau karsinoma
hepatoseluler diawali oleh kerusakan sel hepar. Untuk terjadinya karsinoma hepatoselular
belum diketahui secara pasti, dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa faktor
penderita (umur, jenis kelamin, faktor genetik, imunologik) serta respon imun seluler
terhadap antigen VHB terlibat dalam klirens virus dan bertanggung jawab atas terjadinya
karsinoma.

2.3 Penyakit Yang di Sebabkan Oleh Hepadnavirus

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B,
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika
perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan, Hepatitis B kronis bila penyakit
menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi
anatomi selama 6 bulan

Virus hepatitis B adalah anggota keluarga Hepadnavidae, virus hepatitis B (VHB),


sesuai dengan nama keluarga (Hepadnavirus) adalah virus DNA dengan virion
beramplop (envelope) berukuran 42-nm, dengan sebagian DNA virion adalah utas ganda
(partially double stranded).

a) Replikasi

Replikasi HBV unik karena beberapa alasan. Pertama, HBV memiliki


tropisme yang jelas untuk hati. Genom kecilnya juga membutuhkan ekonomi, seperti

6
yang diilustrasikan oleh pola transkripsi dan terjemahannya. Selain itu, HBV
bereplikasi melalui perantara RNA dan menghasilkan dan melepaskan partikel umpan
antigenik (HBsAg). Perlekatan HBV ke hepatosit dimediasi oleh glikoprotein HBsAg.
Beberapa reseptor sel hati telah disarankan, termasuk reseptor transferin, reseptor
asialoglikoprotein, dan annexin hati manusia. Mekanisme masuknya tidak diketahui,
tetapi HBsAg berikatan dengan albumin serum manusia yang dipolimerisasi dan
protein serum lainnya, dan mengikat dan mengambilnya. protein dapat memfasilitasi
pengambilan virus oleh hati.

Pada penetrasi ke dalam sel, untai DNA parsial genom diselesaikan dengan
dibentuk menjadi lingkaran DNA untai ganda lengkap, dan genom dikirim ke
nukleus. Transkripsi genom dikendalikan oleh elemen transkripsi seluler yang
ditemukan dalam hepatosit. DNA ditranskripsi dari titik awal yang berbeda pada
lingkaran tetapi memiliki ujung 3 same yang sama. Ada tiga kelas utama (2100, 2400,
dan 3500 basis) dan dua kelas minor (900 basis) dari tumpang tindih RNA messenger
(mRNAs). MRNA 3500base lebih besar dari genom. Ini mengkode antigen HBc dan
HBe, polimerase, dan primer protein untuk replikasi DNA dan bertindak sebagai
templat untuk replikasi genom. HBe dan HBc adalah protein terkait yang
diterjemahkan dari kodon awal fase yang berbeda dari mRNA yang terkait erat. Hal
ini menyebabkan perbedaan dalam pemrosesan dan strukturnya, dengan pelepasan
HBe dan penggabungan HBc ke virion. Demikian pula, mRNA 2100-base
mengkodekan glikoprotein kecil dan menengah dari kodon start dalam fase yang
berbeda. MRNA 2400-basa, yang mengkode glikoprotein besar, tumpang tindih
dengan mRNA 2100-basa. 900Base mRNA mengkodekan protein X, yang
mempromosikan replikasi virus sebagai transaktivator transkripsi dan sebagai protein
kinase.

Replikasi genom menggunakan mRNA 3500-basis-thangenome yang lebih


besar. Ini dikemas ke dalam nukleokapsid inti yang mengandung DNA polimerase
(protein P) RNA-dependent. Polimerase ini memiliki aktivitas transkriptase terbalik
dan ribonuklease H, tetapi HBV tidak memiliki aktivitas integrase dari retrovirus.
RNA 3500-basa bertindak sebagai templat, dan DNA untai negatif disintesis
menggunakan primer protein dari protein P, yang tetap melekat secara kovalen ke
ujung 5.. Setelah ini, RNA terdegradasi oleh aktivitas H ribonuklease karena DNA
untai positif disintesis dari cetakan DNA indra negatif. Namun, proses ini adalah

7
terganggu oleh pembungkus nukleokapsid pada membran intraseluler yang
mengandung HBsAg, dengan demikian menangkap genom yang mengandung
lingkaran RNA-DNA dengan panjang RNA yang berbeda. Degradasi lanjutan dari
sisa RNA dalam virion menghasilkan sebagian genom DNA beruntai ganda. Vrion
kemudian dilepaskan dari hepatosit melalui eksositosis tanpa membunuh sel, bukan
dengan lisis sel. Seluruh genom juga dapat diintegrasikan ke dalam kromatin sel
inang. HBsAg, tetapi bukan protein lain, sering dapat dideteksi dalam sitoplasma sel
yang mengandung DNA HBV terintegrasi. Signifikansi DNA terintegrasi dalam
replikasi virus tidak diketahui, tetapi DNA virus terintegrasi telah ditemukan pada
karsinoma hepatoseluler.

Gambar 3. Replikasi virus hepatitis B (HBV)

Setelah masuk ke dalam hepatosit dan pelepasan inti nukleokapsid, genom


asam deoksiribonukleat (DNA) yang digandakan sebagian diselesaikan oleh enzim di
dalam inti dan kemudian dikirim ke inti. Transkripsi genom menghasilkan empat
messenger RNA (mRNA), termasuk mRNA yang lebih besar dari genom (3500
basis). MRNA kemudian bergerak ke sitoplasma dan diterjemahkan menjadi protein.
Protein inti berkumpul di sekitar mRNA 3500-basa, dan DNA akal-negatif disintesis
8
oleh aktivitas reverse transcriptase dalam inti. Asam ribonukleat (RNA) kemudian
didegradasi ketika DNA indra-positif (+) disintesis. Inti diselimuti sebelum selesainya
DNA akal-positif dan kemudian dilepaskan oleh eksositosis. HBsAg, antigen
permukaan hepatitis B.

Gambar 4. DNA, RNA, mRNA, dan protein virus hepatitis B

Lingkaran hijau bagian dalam mewakili genom DNA dengan nomor


nukleotida di tengahnya. DR1 dan DR2 adalah urutan pengulangan langsung dari
DNA dan penting untuk replikasi dan integrasi genom. Transkrip 3500-base
(lingkaran hitam tipis luar) lebih besar dari genom dan merupakan templat untuk
replikasi genom. Busur tebal mewakili mRNA untuk protein virus. Perhatikan bahwa
beberapa protein diterjemahkan dari mRNA yang sama tetapi dari kodon AUG yang
berbeda dan mRNA yang berbeda tumpang tindih. AAA, 3 ′ polyA (polyadenylate)
pada akhir mRNA; AUG, adenin, urasil, guanin; C, C mRNA (antigen inti hepatitis B
[HBcAg]); E, E mRNA (hepatitis Be antigen [HBeAg]); HBsAg, antigen permukaan
hepatitis B; l, glikoprotein besar; m, glikoprotein sedang; P, primer polimeraseprotein
untuk replikasi; s, glikoprotein kecil; S, S mRNA (HBsAg); X, X mRNA.

9
b) Respon imun tubuh terhadap Infeksi Virus Hepatitis B

Sistem imun tubuh manusia sebagai sistem pertahanan dan perlindungan


terhadap infeksi HBV. Yang mengadakan replikasi di dalam sel hepar, dan memakai
asam nukleat atau protein host. Sifat HBV dapat mengganggu sel khusus tanpa
merusak, jadi virus tidak meyebabkan kerusakan sel dan disebut sebagai virus non
sitopatik, bila terjadi kerusakan sel, maka hal tersebut akibat reaksi antigen antibodi,
virus dapat menjadi persisten dan menjadi kronik. Sifat HBV dapat juga merusak sel
atau mengganggu perkembangan sel, kemudian HBV menghilang dari tubuh, hal ini
HBV dapat bersifat sebagai virus sitopatik. Selanjutnya HBV dapat juga menginfeksi
jaringan tanpa menimbulkan respon inflamasi, atau berkembang dalam sel host tanpa
merusak sama sekali. Pada infeksi HBV, dapat terjadi peningkatan kadar Interleukin-8
(IL-8), Interleukin -10 (IL-10), Tumour Necrosis Factors-α (TNF-α), dan Interferon -γ
(TNF-γ).

Replikasi HBV terutama terjadi di sel hepar, meskipun DNA virus dapat
ditemukan pada sel Mononuklear darah perifer. Masuknya virus dimediasi oleh
envelope binding, yang kemudian dikenal oleh reseptor. Setelah masuk, virion
dilepaskan, nukleokapsid masuk kedalam nukleus, kemudian sintesis DNA sel
bergabung dengan DNA virion. Selanjutnya covalently closed circular DNA
(cccDNA) sebagai template trankripsi mRNA yang dimediasi oleh polimerase host.
Replikasi nukleokapsid dari protein core, encapsidated full-length pregenomic RNA
dan polimerase virus terjadi di sitoplasma. Genom DNA disintesis menjadi reserve
trancription dari pregenomic oleh polimerase virus. Pelepasan kapsid, relaksasi,
sirkuler DNA terbuka dapat ditransportasikan ke nukleus menjadi cccDNA dan
penambahan template mRNA atau dapat dilepaskan dari sel host melalui proses
sitosolik oleh polimerase oleh glikoprotein envelope, menempel kedalam retikulum
endoplasma dan ke badan golgi, selanjutnya melepaskan diri.

Respon imun non spesifik yang terjadi setelah masuknya HBV adalah
timbulnya interferon dan natural killer (NK) dan antibodi yang spesifik terhadap
HBV. Pengenalan dan pemusnahan sel yang terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi
sangat bermanfaat bagi host. Permukaan sel yang terinfeksi HBV mengalami
modifikasi, terutama dalam struktur karbohidrat menyebabkan sel manjadi sel target
sel NK. Sel NK mempunyai dua jenis reseptor permukaan, reseptor pertama
merupakan killer activating receptors, yang terikat pada karbohidrat dan struktur

10
lainnya yang diekspresikan oleh semua sel. Reseptor yang lainnya adalah killer
inhibitory receptors, yang mengenali molekul MHC kelas I dan mendominasi signal
dari reseptor aktivasi. Oleh karena itu sensitivitas sel target tergantung ekspresi MHC
kelas I, sel yang sensitif atau terinfeksi mampunyai MHC kelas I yang rendah, namun
sel yang tidak terinfeksi dengan molekul MHC kelas I yang normal akan terlindungi
dari sel NK. Produksi IFN-γ selama infeksi HBV akan mengaktivasi sel NK dan
meregulasi ekspresi MHC pada sel terdekat sehingga menjadi resisten terhadap
infeksi virus. Sel NK juga dapat berperan dalam ADCC bila antibodi terhadap protein
virus terikat pada sel yang terinfeksi.

Virion Virus Hepatitis B berikatan dengan reseptor permukaan dan masuk


kedalam sel hati. Partikel core virus pindah ke nukleus sel hati, genom keduanya
membentuk covalently closed circular DNA (cccDNA) sebagai cetakan untuk
transkripsi messenger RNA (mRNA), Enzim polimerase VHB bertindak sebagai
enzim reverse transcriptase (RT), untuk mensintesis DNA virus yang baru. Proses
respon imun tubuh dalam mengeliminasi HBV juga dimediasi oleh interferon gamma
(IFN-γ), merupakan protein asam yang labil, dihasilkan oleh sel T CD4 dan sel tipe
lain, seperti natural killer cells, sel T CD8 dan makrofag. Adanya polimorfisme pada
IFN-γ, ternyata berhubungan erat dengan progresifitas penyakit, peningkatan enzim
transferase dan viral load HBV Dewasa ini, terapi terhadap HBV banyak
digunakan IFNα, yang diperkirakan dapat menurunkan replikasi dari HBV. (Tam,
2014), terapi yang lain ada juga menggunakan varian interferon γ .

11
Gambar 5. Mekanisme Virus Hepatitis B memasuki sel

Pembatasan penyebaran virus dan mencegah reinfeksi, sistem imun tubuh


harus mampu menghambat masuknya virion kedalam sel dan memusnahkan sel
terinfeksi. Ada 2 mekanisme utama respon imun non spesifik terhadap HBV, yaitu
infeksi HBV secara langsung merangsang produksi IFN oleh sel-sel yang terinfeksi,
IFN berfungsi sebagai penghambat replikasi HBV, kedua adalah sel NK melisiskan
berbagai jenis sel yang terinfeksi virus, sel NK mampu melisiskan sel terinfeksi
walaupun HBV manghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC kelas I, karena sel
NK cendrung diaktivasi oleh sel sasaran yang MHCnya negatif. IFN tipe Iakan
meningkatkan kemampuan sel NK untuk memusnahkan virus yang berada di dalam
sel. Antibodi spesifik mempunyai peran penting pada awal infeksi, dimana dapat
menetralkan antigen virus dan melawan virus sitopatik yang dilepaskan oleh sel yang
mengalami lisis. Peran antibodi dalam menetralkan virus yang bebas atau virus dalam
dalam sirkulasi.

12
Gambar 6. Penentu utama infeksi virus hepatitis B akut dan kronis (HBV).

HBV menginfeksi hati tetapi tidak menyebabkan sitopatologi langsung. Lisis


imun yang dimediasi sel dari sel yang terinfeksi menghasilkan gejala dan
menyelesaikan infeksi. Kekurangan imunitas dapat menyebabkan penyakit kronis.
Penyakit HBV kronis mempengaruhi seseorang untuk hasil yang lebih serius. Panah
ungu menunjukkan gejala; panah hijau menunjukkan kemungkinan hasil.

13
Gambar 7. Penyebaran virus hepatitis B (HBV) di dalam tubuh.

Infeksi awal dengan HBV terjadi melalui injeksi, seks heteroseksual dan
homoseksual, dan kelahiran. Virus kemudian menyebar ke hati, bereplikasi,
menginduksi viremia, dan ditularkan ke berbagai sekresi tubuh selain darah untuk
memulai siklus lagi. Gejala disebabkan oleh imunitas yang dimediasi sel (CMI) dan
kompleks imun antara antibodi dan antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). IV,
Intravena.

c) Diagnosis Laboratorium Virus Hepatitis B

Kemajuan teknologi amplifikasi menggunakan teknik Polymerase Chain


Reaction (PCR), dengan kemudahan yang ditawarkan seperti sensitifitas, kecepatan
dalam menganalisis genom dan rekayasa genetik, kemudahan untuk mengisolasi gen
target, semakin memberikan banyak informasi data sekuen, dan dapat diperoleh di
berbagai database publik, serta dapat diakses oleh setiap orang yang
membutuhkannya secara bebas. Virus Hepatitis B ditemukan dengan banyak variasi
mutasi, adanya mutasi pada gen polymerase ini berpengaruh terhadap pemberian
terapi, sering terjadi resistensi terhadap anti viral yang diberikan, sehingga kerusakan
hepar semakin progresif akibat replikasi virus yang resisten terhadap obat yang
diberikan. Dari penelitian Zhang, tahun 2011, MicroRNAs dari VHB yang replikasi
lebih tinggi ekspresinya memicu untuk tingginya kejadian Carsinoma hepatoselular.

14
Prevalensi virus yang mengalami mutasi di China cukup tinggi, diantaranya mutasi
pada gen polymerase rtN238H, sehingga virus tersebut resisten dengan penobatan anti
virus lamivudin (LAM) dan adefovir.

Genotipe dari virus hepatitis B juga bervariasi, Genotipe HBV terbanyak di


Asia adalah B dan C, dimana genotipe C berpotensi merusak sel hepar lebih progresif
dibandingkan genotipe B, dan memberikan respon yaang buruk terhadap terapi
antivirus. Di Brazil lebih banyak ditemukan genotipe A, diikuti oleh genotipe D dan
F. Tapi ada satu genotipe C2 yang ditemukan pada orang Brazil. Di Korea juga
dilakukan penelitian, bahwa HBV yang dominan menginfeksi adalah HBV/C,
subgenotipe C2, substitusi asam amino atau nukleotida pada HBV berhubungan erat
dengan kejadian Hepato Cellular Carcinoma (HCC), yaitu sR24K (HBsAg), S1126T
(HBsAg) dan pcA1846T (pre core gene)19 Siburian et al (2013) melakukan
penelitian pada virus Hepatitis B di Sumatera barat, ditemukan banyak genotipe C,
diikuti oleh B. Dengan menggunakan mix primer, ditemukan VHB yang mutasi pada
Pre-S, dan basal core promoter (BCP). Utsumi et al. Tahun 2010 juga melakukan
penelitian pada anak-anak sekolah di Jawa Barat, ditemukan HBV DNA pada 5 orang
dengan carier HBV. Dilaporkan adanya mutasi d ke y atau w ke r pada carier HBV di
Indonesia. Mulyanto et al tahun 2009 melakukan penelitian pada VHB di Indonesia,
dari genotipe VHB yang ada di geneBank, A-I, diIndonesia ditemukan terbanyak
dengan urutan B,(66%), C(24%), D(7%),dan A (0,4%).22 Metode dalam menegakkan
diagnosis hepatitis B sangat diperlukan untuk dapat melakukan manajemen terapi
dengan tepat. Untuk menentukan keberhasilan terapi antiviral, sangat diperlukan
penentuan genotipe HBV, apakah ada mutasi pada core promoter dan precore.
Identifikasi dini HBV menggunakan metode molekuler seperti jumlah HBV DNA,
genotiping HBV, identifikasi mutant, genotipik dan fenotipik.

Pemeriksaan imunologi terhadap VHB sangat diperlukan, diantaranya adalah:

 Pemeriksaan Hepatitis B surface Antigen (HBsAg)


Pemeriksaan HBsAg bermanfaat untuk menetapkan hepatitis B
akut, timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang
setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam bulan, maka
didefinisikan sebagai pembawa (carier). HbsAg ditemukan pada hepatitis
B akut dini sebelum timbul gejala klinik atau pada akhir masa tunas.
 Pemeriksaan Antibodi Hepatitis B surface (AntiHBs)

15
Anti Hbs merupakan antibodi terhadap HBsAg, jika positif/reaktif,
menunjukkan pada fase konvalensi Hepatitis B, pada penderita hepatitis B
(biasanya subklinis) yang sudah lama, atau sesudah vaksinasi HBV. Jenis
Hepatitis B subklinis dapat diketahui dengan Anti HBs dengan atau tanpa
Anti HBc pada orang yang menyangkal adanya riwayat hepatitis akut.
HBs Ag yang negatif tetapi anti HBs positif, belum dapat dikatakan
seseorang tersebut bebas dari HBV, sebab adanya superinfeksi dengan
HBV mutant, banyak studi yang sudah meneliti, bahwa HBV DNA
dilaporkan positif pada pemeriksaan HBsAg yang negatif
 Pemeriksaan Hepatitis B envelope Antigen (HBeAg)

HBeAg timbul bersama atau segera setelah timbulnya HBsAg dan


akan menetap lebih lama dibandingkan HBsAg, biasanya lebih dari 10
minggu. Bila kemudian HBeAg menghilang dan terbentuk Anti HBe,
berpotensi mempunyai prognosis yang baik.

 Pemeriksaan antibodi Hepatitis B envelope (AntiHBe)


Anti HBe terbentuk setelah HBeAg menghilang, biasanya
terbentuknya AntiHBe memberikan kontribusi bahwa hepatitis B
membaik, infeksi mereda dan tidak akan menjadi kronis.
 Pemeriksaan antibodi Hepatitis B core (Anti-HBc),

Berupa IgM anti HBc HBV core tidak ditemukan dalam darah,
tetapi dapat dideteksi antibodi terhadap HBV core berupa IgM anti HBc,
yang muncul segera setelah HBsAg muncul, dan bertahan cukup lama.
Anti HBc yang positif tetapi HBsAg negatif, masih menjadi pertanyaan
pada transfusi darah, dimana kondisi tersebut berada pada fase windows
period, sehinggan beresiko untuk menularkan HBV kepada penerima
darah. Anti HBc positif tanpa HBsAg atau anti HBs, dapat
diinterpretasikan sebagai berikut, pertama penderita hepatitis B sudal lama
sembuh, dimana sudah kehilangan reaktivasi dari anti HBs. Kedua adalah
penderita Hepatitis B baru sembuh dan masih dalam masa jendela dimana
anti HBs belum muncul, ketiga ada penderita low level carier, dengan titer
HBsAg terlalu rendah, sehingga kondisi ini sangat berbahaya pada kasus
transfusi darah, pemberian serum immunoglobulin (gamma globulin).

16
 Hepatitis B Virus Desoxyribo Nucleic Acid (HBVDNA)

Pengukuran kadar HBV DNA dapat dilakukan dengan


menggunakan PCR, pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif
maupun direk kuntitatif, dapat juga menganalisis HBV DNA mutan.

Pengukuaran HBV DNA merupakan gold standard, tetapi pemeriksaan ini


memerlukan alat khusus, tenaga yang terampil dan biayanya mahal sehingga banyak
dilakukan pemeriksaan alternatif untuk dapat menggantikan pemeriksaan HBV DNA
ini, tetapi masih banyak ditemukan kelemahan dalam hasil uji pemeriksaan alternatif
tersebut. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh HBV yang mengalami mutasi pada
gennya.

Lusida et al melakukan penelitian di Papua pada tahun 2007, dengan metode


nested PCR menemukan subgenotipe VHB C dan D. Teknik pemeriksaan tersebut
menjadi lebih baik karena dilakukan pemeriksaan berulang dengan menggunakan
beberapa primer, sehingga untuk penemuan DNA VHB juga lebih baik. Virus
Hepatitis B adalah genetik blueprint dari virus, banyaknya partikel HBV DNA dalam
darah mengindikasikan berapa banyak virus yang diproduksi di hepar. Pengukuran
HBV DNA disebut juga viral load, yang diukur dalam International Unit per mililiter
atau IU/mL. Intrpretasi hasil HBV DNA adalah kecil dari 300 IU/mL, disebut infeksi
inaktif, level moderat adalah 300-10.000IU/mL, dan lebih dari 100.000 IU/mL,
disebut level tinggi.

17
Gambar 8. Gambaran serologi Virus Hepatitis B.

Deteksi HBV DNA dengan menggunakan PCR dapat dilakukan dengan


berbagai macam sistem, diantaranya dengan memakai darah yang dikeringkan di
kertas saring tanpa memakai darah yang banyak. PCR juga dapat mendeteksi adanya
carier HBV, dapat juga dengan memakai primer yang berbeda-beda.

18
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya
dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Virus merupakan parasit obligat intraseluler.Hepadnavirus
tergolong dalam genus Orthohepadnavirus, famili Hepadnaviridae. Hepadnavirus
mempunyai genom DNA sirkular sepanjang 3,2 kb yang mempunyai 4 gen dengan open
reading frames (ORFs) yang saling tumpang tindih. ORFs mengkode untuk protein
polimerase (gen Pol), antigen core dan antigen e (gen C), protein surface antigen besar,
medium dan kecil (gen S) serta protein X (gen X). Hepadnavirus genom HBV berupa
dsDNA ulir ganda sirkular, dengan bentuk tidak sepenuhnya ulir ganda. Pada bagian
ujung terdapat ulir yang berhubungan dengan DNA polymerase virus. Virus hepatitis B
adalah anggota keluarga Hepadnavidae, virus hepatitis B (VHB). Hepatitis B adalah
suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, suatu anggota famili
hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit
kurang dari 6 bulan sedangkan, Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak
menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama
6 bulan

19
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Y., 2017. Virus Hepatitis B Mutan.


Yulia, D., 2020. Virus Hepatitis B Ditinjau dari Aspek Laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas, 8(4).
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Virologi. Kemenkes. Jakarta.

Murray, Patrick R.; Rosenthal, Ken S.; Pfaller, Michael A. 2013. Medical
Microbiology. Edisi 7, Philadelphia: Elsevier Saunders.

20

Anda mungkin juga menyukai