Anda di halaman 1dari 2

Identifikasi Bakteri di udara Rumah Sakit diruangan IGD

BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Manusia membutuhkan beberapa materi utama untuk kelangsungan hidup, salah satunya
adalah udara. Udara dapat dikelompokkan menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan
manusia, karena hampir 90% aktivitas manusia berada dalam ruangan. Selain mempengaruhi
kesehatan manusia, kualitas udara dalam ruangan juga mempengaruhi kenyamanan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kenyamanan manusia dalam ruangan adalah suhu ruangan, yang
disebut dengan kenyamanan termal.
Pencemaran udara dalam ruangan dapat disebabkan oleh pembakaran, bahan kimia, dan
hasil proses biologi Salah satu proses biologi yang terjadi di alam adalah aktivitas mikroba.
Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal sebagai bioaerosol, keberadaanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: laju ventilasi, padatnya orang, sifat dan taraf
kegiatan orang-orang yang menempati ruangan. Udara bukan merupakan medium tempat
mikroba tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan air yang
semuanya sangat mungkin dimuati mikroba. Mikroorganisme yang paling banyak berkeliaran di
udara lingkungan rumah sakit adalah bakteri Bacillus, E.coli, Staphylococcus, Streptococcus,
Pseudemonas, dan spesies jamur seperti Aspergillus.
Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan sumber infeksi.
Bakteri penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit misalnya pada
kamar operasi dan ruang perawatan. Bakteri tersebut dapat berada dimana mana seperti; udara,
air, lantai makanan dan benda benda medis maupun non medis. Oleh karena itu harus
diperhatikan dan dikendalikan kemungkinan kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi secara
langsung, tidak langsung.
Udara (airborne infection) dan vectorborne diseases atau melalui vector (perantara) Hal
pertama yang harus diperhatikan adalah pengaplikasian sistem tata udara pada bangunan rumah
sakit harus benar, terutama untuk ruangan ruangan khusus seperti di ruang operasi bedah, ruang
Isolasi dan lain lain diperlukan pengaturan temperatur, kelembaban udara relatif, kebersihan cara
filtrasi dan udara ventilasinya, tekanan ruangan yang positif dan negatif, perbedaan tekanan antar
ruang fungsi tertentu dengan ruang disebelahnya, dan distribusi udara didalam ruangan untuk
meminimalkan sumber penyakit agar tidak menyebar ke udara (airborne) yang memperbesar
kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
Menurut hasil penelitian dari Badan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat
atau National Institition for Occupational safety and Health (NIOSH), menemukan bahwa
mikroorganisme merupakan salah satu sumber berbahaya pencemaran udara di dalam ruangan.
Mikroorganisme di udara merupakan merupakan unsur pencemaran yang sangat berarti sebagai
penyebab gejala berbagai penyakit antara lain iratasi mata, saluran pernapasan (ISPA), dan
beberapa penyakit menular melalui udara diantaranya difteri, tuberculosis, pneumonia, batuk
rejan. Mikroogranisme dapat berupa, kapang, fungi, protozoa, virus, dan bakteri. Timbulnya
infeksi nosokomial merupakan penyebab utama peningkatan mortalitas dan morbiditas pada
penderita yang di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat dinamis.
Infeksi nosokomial atau Hospital Acquired infection (HAI) merupakan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, parasit atau virus di rumah sakit, terjadi ≥ 48 jam sejak masuk rumah
sakit. Ruangan IGD merupakan tempat awal pasien mendapatkan prosedur dan atau tindakan
medis sehingga ruangan IGD menjadi salah satu tempat yang banyak menghasilkan limbah hasil
prosedur dan tindakan medis yang dilakukan serta salah satu tempat yang paling mungkin
menularkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber dan pola bakteri aerob
yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial: di dinding, lantai, peralatan medis, dan udara
di ruang IGD pada ruang gawat darurat.

DAFTAR PUSTAKA
 Illespie & Bamfrod At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi (3rd ed). Jakarta : Erlangga,
2009 ;p.12, 13.16. Tanjung.
 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015
 uripatty N. Kajian kualitas udara ruang rumah sakit di Provinsi Maluku [Skripsi]. Ambon:
Politeknik Kesehatan; 2008.
 Skripsi “Kondisi fisik dan jumlah bakteri pada ruangan AC dan NON AC di Sekolah Dasar
(Studi Sekolah Dasar Sang Timur Semarang)
 Sugarman, S.C. 2007. HVAC Fundamentals 2nd Edition. Lilburn: The Fairmont Press. Waluyo,
L. 2005a. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
 Waluyo, L. 2005b. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press
 Ross, C dkk. 2004. Studies on Fungal and Bacterial Population of Air- conditioned
Environments. Brazilian Archives of Biology and Technology, 47: 827-835.
 Stryjakowska-Sekulska, M dkk. 2007. Microbiological Quality of Indoor Air in University
Rooms. Polish Journal of Environments Study, 16: 623-632.
 Suripatty N. Kajian kualitas udara ruang rumah sakit di Provinsi Maluku [Skripsi]. Ambon:
Politeknik Kesehatan; 2008.

Anda mungkin juga menyukai