Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dwi Putri Oktaviani

NIM : P17334116410
Kelas : DIV-4
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung

VALIDASI HASIL LABORATORIUM

Tugas!

1. Apakah hasil pemeriksaan Valid atau Tidak Valid?


Jawab : Valid
2. Berikan alasannya!
Jawab:
Karena hasil pemeriksaan yang didapat sesuai dengan keterangan klinis dari pasien.
Hal ini juga sesuai dengan hasil verifikasi ulang dari aspek administratif hingga aspek
korelasi. Verifikasi ulang yang dilakukkan adalah sebagai berikut.
Periksa terlebih dahulu mulai dari aspek administratifnya. Periksa kembali mulai dari
identitas pasien, permintaan pemeriksaan, cek riwayat pemeriksaan dan riwayat obat-
obatan (lebih mudah jika sudah menggunakan LIS (Laboratory Information System)),
serta cek kembali identitas sampel karena dikhawatirkan sampel tertukar. Cek juga
kondisi pasien, biasanya pada Hepatitis pasien mengalami malaise, nafsu makan
berkurang, mual, muntah, rasa nyeri di daerah kanan atas perut, demam, merasa dingin,
sakit kepala, dilanjutkan dengan perubahan warna urin menjadi berwarna kuning tua
seperti teh, diikuti oleh feses yang berwarna seperti dempul, kemudian warna sclera dan
kulit perlahan menjadi kuning atau biasanya disebut Ikterus. Jika hasil telah sesuai, maka
lanjutkan dengan aspek teknis.
Pada aspek teknis, periksa kembali mulai dari persiapan pasien dimana keadaan
pasien harus tenang. Kemudian cek kembali proses flebotomi dimulai dari jarum yang
dipakai tidak boleh terlalu kecil, bendungan tidak terlalu lama, dan penarikan piston
tidak terlalu cepat agar tidak terjadi hemolisis. Cek apakah volumenya mencukupi atau
tidak. Periksa kembali kualitas reagen, seperti stabilitas reagen dan tanggal
kadaluwarsanya. Kemudian perhatikan alatnya, apakah maintenace-nya baik aau tidak.
Periksa QC hari itu apakah sudah masuk ke rentang SD atau belum, dan periksa apakah
ada variasi hasil pada hari itu. Pastikan metode yang digunakan tepat serta periksa
kembali pencatatan dan pelaporan hasil pasien terutama pada laboratorium yang belum
menggunakan LIS. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan dengan aspek patologis dan
korelasi.
Periksa kembali pada aspek patologis dan aspek korelasi, dimana pasien tersebut
menderita Hepatitis, Hepatitis bisa disebabkan oleh Virus Hepatitis A, B, C, D, dan E.
Virus tersebut menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada sel hati. Akibatnya,
fungsi hati jadi terganggu, salah satunya adalah proses ekskresi Bilirubin. Pemeriksaan
bilirubin untuk menilai fungsi eksresi hati di laboratorium terdiri dari pemeriksaan
bilirubin serum total, bilirubin serum direk, dan bilirubin serum indirek, bilirubin urin
dan produk turunannya seperti urobilinogen dan. Apabila terdapat gangguan fungsi
eksresi bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat. Kadar bilirubin serum >3
mg/dL dapat menyebabkan ikterus. Penyebab ikterus berdasarkan tempat dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu prehepatik, hepatik dan pasca hepatik (kolestatik).
Pada kasus ini terjadi ikterus hepatik dimana bilirubin meningkat akibat kelainan
hepatik berkaitan dengan penurunan kecepatan penyerapan bilirubin oleh sel hati
sehingga kadar bilirubin indirek dan bilirubin direk meningkat secara bervariasi. Hal ini
menyebabkan kadar bilirubin serum total juga meningkat. Tingginya kadar bilirubin
direk yang memiliki sifat larut dalam air, akan menyebabkan warna urin terlihat seperti
teh dan hal ini berkorelasi dengan hasil positif dari Bilirubin dan Urobilinogen urin. Hal
ini juga berkorelasi dengan kadar SGOT dan SGPT, dimana SGPT>SGOT yang
menunjukkan adanya kerusakan hati. Kenaikannya pun sesuai dimana pada pasien
Hepatitis kadar Transaminase dapat meningkat 20-50 kali. Untuk hasil negatif pada
protein dalam urine pasien, hal ini biasanya menggambarkan kondisi yang baik pada
ginjal pasien karena tidak terjadi kerusakan/kebocoran. Hal ini perlu dikorelasikan juga
dengan pemeriksaan Imunologi apakah hasilnya sama menunjukan kondisi Hepatitis,
sehinggal hasil pasien yang dikeluarkan akan lebih akurat.

3. Bila tidak valid hal apa yang harus diivestigasi? Apa yang harus diperbaiki?
Jawab:
Karena hasil tersebut valid, maka tidak ada yang harus diperbaiki dan hasil boleh
dikeluarkan pada pasien.

1. Apakah hasil pemeriksaan Valid atau Tidak Valid?


Jawab : Valid
2. Berikan alasannya!
Jawab:
Karena hasil pemeriksaan yang didapat sesuai dengan keterangan klinis dari pasien.
Hal ini juga sesuai dengan hasil verifikasi ulang dari aspek administratif hingga aspek
korelasi. Verifikasi ulang yang dilakukkan adalah sebagai berikut.
Periksa terlebih dahulu mulai dari aspek administratifnya. Periksa kembali mulai dari
identitas pasien, permintaan pemeriksaan, cek riwayat pemeriksaan, riwayat obat-obatan
dan riwayat tranfusi darah (lebih mudah jika sudah menggunakan LIS (Laboratory
Information System)), serta cek kembali identitas sampel karena dikhawatirkan sampel
tertukar. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan dengan aspek teknis.
Pada aspek teknis, periksa kembali mulai dari persiapan pasien dimana keadaan
pasien harus tenang. Kemudian cek kembali proses flebotomi dimulai dari jarum yang
dipakai tidak boleh terlalu kecil, bendungan tidak terlalu lama, dan penarikan piston
tidak terlalu cepat agar tidak terjadi hemolisis. Hemolisis dapat meningkatkan hasil
SGOT (karena SGOT terdapt di dalam Eritrosit), dan mengganggu pemeriksaan. Cek
apakah volumenya mencukupi atau tidak. Periksa kembali kualitas reagen, seperti
stabilitas reagen dan tanggal kadaluwarsanya. Kemudian perhatikan alatnya, apakah
maintenace-nya baik aau tidak. Periksa QC hari itu apakah sudah masuk ke rentang SD
atau belum, dan periksa apakah ada variasi hasil pada hari itu. Pastikan metode yang
digunakan tepat serta periksa kembali pencatatan dan pelaporan hasil pasien terutama
pada laboratorium yang belum menggunakan LIS. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan
dengan aspek patologis dan korelasi.
Pada aspek patologis dan aspek korelasi, pasien didiagnosis menderita Anemia
Hemolitik. Anemia Hemolitik adalah keadaan dimana proses penghancuran Eritrosit
lebih cepat dibandingkan proses pembentukannya. Pecahnya Eritrosit akibat
penghancuran akan menghasilkan heme dan globin, dimana nantinya heme akan berubah
menjadi Biliverdin dan selanjutnya berubah menjadi Bilirubin. Ketika proses pemecahan
Eritrosit meningkat maka kadar bilirubin indirek pun akan meningkat, namun protein
pengikat (albumin) jumlahnya terbatas dalam tubuh. Kondisi ini mengakibatkan
terhambatnya bilirubin indirek masuk ke dalam hati, sehingga terjadi peningkatan kadar
bilirubin indirek dalam darah serta dampak fisiknya adalah terjadi ikterus, dimana
mukosa, kulit dan sklera mata pasien tampak berwarna kuning. Oleh karena itu,
peningkatan hasil bilirubin indirek dan SGOT telah sesuai dengan penjelasan diatas.
Bilirubin direk yang sedikit meningkat bisa saja disebabkan oleh bilirubin indirek
dalam darah yang masuk ke dalam hati cukup banyak dan kemudian diubah menjadi
bilirubin direk. SGPT yang berada dibatas atas, hal ini belum bisa menjadi marker
kerusakan hati, harus dilakukan pemeriksaan faal hati yang lainnya. Hasil negatif pada
bilirubin dan urobilinogen pada urine jika dikorelasikan dengan bilirubin darah telah
sesuai. Pasien mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek yan bersifat tidak larut
dalam air, sehingga tidak mungkin muncul pada urine. Untuk hasil negatif pada protein
dalam urine pasien, hal ini biasanya menggambarkan kondisi yang baik pada ginjal
pasien karena tidak terjadi kerusakan/kebocoran. Hal ini perlu dikorelasikan juga dengan
pemeriksaan Hematologi apakah hasilnya sama menunjukan kondisi Anemia Hemolitik,
sehinggal hasil pasien yang dikeluarkan akan lebih akurat.
3. Bila tidak valid hal apa yang harus diivestigasi? Apa yang harus diperbaiki?
Jawab:
Karena hasil tersebut valid, maka tidak ada yang harus diperbaiki dan hasil boleh
dikeluarkan pada pasien.

1. Apakah hasil pemeriksaan Valid atau Tidak Valid?


Jawab : Tidak Valid

2. Berikan alasannya!
Jawab :
Karena hasil pemeriksaan jumlah eritrosit yang didapat normal sementara penyakit yang diderita
pasien adalah anemia. Seluruh pemeriksaan lab yang dihasilkan mendukung diagnosis penyakit
pasien tersebut kecuali pemeriksaan jumlah eritrosit. Maka dari itu hasil pemeriksaan
laboratorium tidak dapat dikeluarkan dan perlu dilakukan investigasi.

3. Bila tidak valid hal apa yang harus diivestigasi? Apa yang harus diperbaiki?
Jawab:
Periksa terlebih dahulu mulai dari aspek administratifnya. Periksa kembali mulai dari
identitas pasien, permintaan pemeriksaan, cek riwayat pemeriksaan dan riwayat obat-
obatan (lebih mudah jika sudah menggunakan LIS (Laboratory Information System)),
serta cek kembali identitas sampel karena dikhawatirkan sampel tertukar. Periksa juga
kondisi fisik pasien, biasanya pasien dengan Anemia akan terlihat pucat, mudah lelah,
dan lesu. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan dengan aspek teknis.
Pada aspek teknis, periksa kembali mulai dari persiapan pasien dimana keadaan
pasien harus tenang. Kemudian cek kembali proses flebotomi harus dilakukan dengan
benar, dimulai dari jarum yang dipakai tidak boleh terlalu kecil, bendungan tidak terlalu
lama, dan penarikan piston tidak terlalu cepat. Cek apakah volumenya mencukupi atau
tidak. Cek kembali penggunaan antikoagulan, mulai dari perbadingan yang sesuai dan
pengocokan sudah benar atau belum karena jika pengocokan kurang homogen maka
hasil menjadi tidak akurat. Periksa kembali kualitas reagen, seperti stabilitas reagen dan
tanggal kadaluwarsanya. Kemudian perhatikan alatnya, apakah maintenace-nya baik aau
tidak. Periksa QC hari itu apakah sudah masuk ke rentang SD atau belum, dan periksa
apakah ada variasi hasil pada hari itu. Pastikan metode yang digunakan tepat serta
periksa kembali pencatatan dan pelaporan hasil pasien terutama pada laboratorium yang
belum menggunakan LIS. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan dengan aspek patologis
dan korelasi.
Pada aspek patologis dan aspek korelasi, pasien tersebut didiagnosa mengalami
Anemia. Anemia adalah kondisi menurunnya kadar Hb, Hematokrit (Ht) dan jumlah
Eritrosit. Kemungkinan pasien tersebut sedang mengalami Anemia Defisiensi Fe. Hal ini
ditunjukkan dengan kadar serum Fe yang rendah dan TIBC. Hal ini jika dikorelasikan
dengan pemeriksaan SADT, yang menunjukan hasil hipokrom mikrositer, maka sesuai
dengan gejala Anemia Defisiensi Fe. Kadar Hb dan Ht yang rendah sesuai dengan
kondisi tersebut, tetapi pada kasus ini terjadi ketidaksesuaian dimana jumlah Eritrosit
pasien normal.
Kemungkinan ada kesalahan pada pemeriksaan jumlah eritrosit. Jika perhitungan
menggunakan alat otomatis, sebaiknya lakukan pemeriksaan ulang dengan SADT atau
bisa juga dilakukan dengan pemeriksaan ulang hitung jumlah eritrosit dengan bilik
hitung.
1. Apakah hasil pemeriksaan Valid atau Tidak Valid?
Jawab : Tidak Valid

2. Berikan alasannya!
Jawab :
Terdapat ketidakcocokan antara pemeriksaan T3, T4 dan TSH dimana kadar T3 dan T4
rendah sedangkan TSH normal. Seharusnya jika T3 dan T4 rendah terdapat umpan balik
positif sehingga jumalah TSH meningkat.

3. Bila tidak valid hal apa yang harus diivestigasi? Apa yang harus diperbaiki?
Jawab:
Dalam kasus ini, harus diperiksa terlebih dahulu mulai dari aspek administratifnya.
Periksa kembali mulai dari input identitas pasien, input permintaan pemeriksaan, cek
riwayat pemeriksaan dan riwayat obat-obatan (lebih mudah jika sudah menggunakan LIS
(Laboratory Information System)), serta cek kembali identitas sampel karena
dikhawatirkan sampel tertukar.
Pada aspek teknis, cek kembali pengambilan sampel mulai dari cara pengambilan
sampel apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum karena biasanya pemeriksaan
hormon dilakukan pada malam hari, volumenya mencukupi atau tidak, dan jenis sampel
yang digunakan. Periksa kembali kualitas reagen, seperti stabilitas reagen dan tanggal
kadaluwarsanya. Kemudian perhatikan alatnya, apakah maintenace-nya baik aau tidak.
Periksa QC hari itu apakah sudah masuk ke rentang SD atau belum, dan periksa apakah
ada variasi hasil untuk pemeriksaan hormon pada hari itu. Pastikan metode yang
digunakan tepat serta periksa kembali pencatatan dan pelaporan hasil pasien terutama
pada laboratorium yang belum menggunakan LIS. Jika hasil telah sesuai, maka lanjutkan
dengan aspek teknis.
Pada aspek patologis dan korelasi, kadar T3 dan T4 rendah ditemukan pada penyakit
Hipotiroid. Namun, pada penyakit tersebut kadar TSH biasanya meningkat. Hal ini
terjadi karena adanya proses umpan balik positif dimana ketika produksi T3 dan T4 pada
kelenjar tiroid menurun, maka umpan baliknya adalah merangsang hipotalamus untuk
mengeluarkan Tiroid Releasing Hormon (TRH) kemudian merangsang kelenjar pituitari
mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang kelenjar tiroid untuk
mengeluarkan T3 dan T4 sehingga kadarnya kembali normal. Jika hasil telah sesuai,
maka lanjutkan dengan aspek patologis dan korelasi.
Dalam kasus ini, kemungkinan yang menyebabkan ketidakcocokan adalah kesalahan
pada pencatatan dan pelaporan hasil. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dengan
sampel baru.

1. Apakah hasil pemeriksaan Valid atau Tidak Valid?


Jawab : Tidak Valid

2. Berikan alasannya!
Jawab :
Terdapat ketidaksesuaian antara keterangan klinis dan pemeriksaan yang dilakukan.
Menurut keterangan klinis, pasien menderita cirrhosis sedangkan pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan yang digunakan untuk melihat fungsi ginjal.

3. Bila tidak valid hal apa yang harus diivestigasi? Apa yang harus diperbaiki?
Jawab:
Dalam kasus ini, hal utama yang harus dilihat adalah periksa terlebih dahulu dari
aspek administratifnya. Periksa kembali mulai dari input identitas pasien, input
permintaan pemeriksaan, dokter pengirim, cek riwayat pemeriksaan dan riwayat obat-
obatan (lebih mudah jika sudah menggunakan LIS (Laboratory Information System)),
serta cek kembali identitas sampel karena dikhawatirkan sampel tertukar. Pada aspek
teknis, perhatikan kembali pencatatan dan pelaporan hasil pasien terutama pada
laboratorium yang belum menggunakan LIS.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dengan sampel baru disertai dengan melihat
kembali form permintaan pemeriksaan pasien apakah terdapat kekeliruan penulisan
keterangan klinis ataupun kesalahan permintaan pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai