Lansia
LARASATI
LINDA SARI
LUYTA MUSTIKA
MEGA ANANDYA ARIFIA
MOHAMAD ALIF
MUHAMMAD QURAISY
NATASHA PATRIA JULIANTI
Kelompok Rentan Lansia
Lansia selama hidupnya telah memiliki beberapa pengalaman kehilangan. Bencanapun akan
menambah pengalaman kehilangan.Respon dari lansia ada beberapa hal yang sama dengan
anak, yakni menjadi emosional, mengasingkan diri, bertindak seakan-akan kembali ke masa
kanak-kanak. Respon pada saat kejadian pun beraneka ragam seperti kegelisahan dan
ketakutan baik yang disadari maupun tidak disadari.
Tindakan yang sesuai untuk kelompok berisiko pada lansia yaitu :
Pra bencana
a. Libatkan lansia dalam pengambilan keputusan dan sosialisasi disaster plan di rumah.
b. Mempertimbangkan kebutuhan lansia dalam perencanaan penanganan bencana.
Next…
Menurut Ida Farida (2013) Keperawatan bencana pada lansia sebelum bencana yakni :
1) Memfasilitasi rekonstruksi komunitas
Sejak sebelum bencana dilaksanakan kegiatan penyelamatan antara penduduk dengan cepat
dan akurat, dan distribusi barang bantuan setelah itu pun berjalan secara sistematis. Sebagai
hasilnya, dilaporkan bahwa orang lansia dan penyandang cacat yang disebut kelompok rentan
pada bencana tidak pernah diabaikan, sehingga mereka bisa hidup di pengungsian dengan
tenang.
2) Menyiapkan pemanfaatan tempat pengungsian
Diperlukan upaya untuk penyusun perencanaan pelaksanaan pelatihan praktek dan pelatihan
keperawatan supaya pemanfaatan yang realistis dan bermanfaat akan tercapai. (Farida, Ida.
2013).
Manajemen Keperawatan Bencana Pada
Lanjut Usia Saat Bencana
Setelah fase akut bencana dilalui, maka lansia akan melanjutkan kehidupannya di tempat
pengungsian. Perubahan lingkungan hidup di tempat pengungsian membawa berbagai efek
pada lansia. Berikut permasalahan yang mungkin terjadi pada lansia yang hidup ditempat
pengungsian :
1. Perubahan Lingkungan dan Adaptasi
Lansia adalah objek yang relatif mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Perubahan lingkungan
pasca bencana bisa membawa beban perasaan, gangguan tidur, dan gangguan ingatan sebagai
gangguan fungsi otak sementara yang sering salah dianggap demensia, dan bahkan demensia
potensial menjadi nyata.
Next…
3. Mental Care
lansia berkecenderungan sabar dengan diam walaupun sudah terkena dampak dan tidak
mengekspresikan perasaan dan keluhan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari kemampuan
coping tinggi yang diperoleh dari sejumlah pengalaman tekanan/stress sebelumnya. Maka
diperlukan upaya untuk memahami ciri khas lansia yang tampaknya kontradiksi, mendengarkan
apa yang lansia ceritakan dengan baik-baik, membantu supaya lansia bisa mengekspresikan
perasaannya, sehingga meringankan stres sebelum gejalanya muncul pada tubuh mereka.
Pada fase ini lansia dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Orang Lanjut Usia dan Perawatan pada Kehidupan di Rumah Sendiri
2. Lanjut Usia dan Perawatan di Pemukiman Sementara
Next…
c. Mental Care
kegelisahan seperti kehilangan fondasi kehidupan dan masalah ekonomi serta masalah rumah
untuk masa depan akan muncul. Pada masa/fase ini, diperlukan upaya berkelanjutan untuk
mendengarkan pengalaman dan perasaan dari lansia sebagai bantuan supaya fisik dan mental
lansia tersebut bisa beristirahat dengan baik.
Saat bencana :
1) Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan risiko kerentanan
lansia, misalnya meminimalkan guncangan/trauma pada saat melakukan mobilisasi dan
transportasi untuk menghindari trauma sekunder
2) Identifikasi lansia dengan bantuan/kebutuhan khusus contohnya kursi roda, tongkat, dll.
Next…
Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat awal adalah kegiatan pemberian makanan agar
pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatan gizi
pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai
masalah gizi yang ada. Secara lebih rinci, prinsip dalam pemberian makan bagi lansia dalam keadaan
darurat adalah sebagai berikut:
a. Lansia harus mampu mengakses sumber-sumber pangan termasuk bantuan pangan dengan lebih
mudah.
b. Makanan disesuaikan dengan kondisi lansia serta mudah disiapkan dan dikonsumsi/ makanan dalam
porsi kecil tetapi padat gizi dan mudah dicerna.
c. Makanan yang diberikan pada lansia harus memenuhi kebutuhan protein tambahan serta vitamin dan
mineral.
d. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis
agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan.
e. Dalam kondisi tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.
TERIMAKASIH