UNIVERSITAS HALUOLEO
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
KENDARI
2017
i1
KEMENTERIAN RISET, DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meluluskan mata kuliah geomorfologi pada Jurusan
OLEH
KELOMPOK 9
KENDARI
2017
i2
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
Disetujui Oleh:
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
i3
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan
Lapangan Fieldtrip Geomorfologi ini yang syukur dan alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Namun
berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada yang terhormat dosen
pembimbing Geomorfologi Bapak Erwin Anshari S.Si, M.Eng dan Dosen penanggung jawab
memberikan bimbingan dan koreksi sehingga laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan
yang maha Esa dapat melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha Esa
Penulis
DAFTAR ISI
i4
Hal Judul..........................................................................................................................................
Hal Pengesahan..............................................................................................................................
Hal Tujuan......................................................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................................................
DAFTAR TABEL
i5
DAFTAR FOTO
i6
BAB I
PENDAHULUAN
i7
1.1 Latar Belakang
Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan tiga lempeng yang saling
bertabrakan; Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat
dan Lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke utara, sehingga kondisi tektoniknya sangat
kompleks, dimana kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan
bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses
tektonik lainnya. Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar,
dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan model
simple shear.
Pulau Sulawesi adalah pulau di negara Indonesia yang mempunyai batuan penyusun paling
kompleks diantara batuan penyususun pulau-pulau yang lain. Dari beberapa provinsi di wilayah
Sulawesi itu sendiri , salah satu daerah yang memiliki struktur geologi yang kompleks adalah
Sulawesi tenggara. Daerah Sulawesi tenggara merupakan bagian dari kepingan benua
kepulauan. Meski demikian ada beberapa daerah yang temasuk dalam Sulawesi tenggara yang
struktur geologinya masih berkaitan erat dengan proses-proses geologi yang ada di mandala
Dari perkembang pengetahuan tentang peristiwa geologi sejak dahulu, manusia ingin
mengetahuai bagaimana terbentuknya batuan yang mempunyai beraneka jenis bentuk, struktur,
tekstur, warna yang berbeda untuk setiap jenisnya bagaimana terbentuknya gunung api,
perlapisan bumi atau lapisan-lapisan bumi, gempa, tanah longsor dan lainnya. Juga bagaimana
menentukan jurus dan kemiringan batuan serta menentukan posisi pada peta. pengkajian secara
teori mengenai identifikasi batuan, menentukan strike dan dip serta menentukan posisi pada peta
tidaklah cukup hanya di lakukan di laboratorium saja. Dilakukannya praktikum lapangan supaya
mahasiswa kebumian dapat mengamati sendiri bentuk morfologi, jenis aliran sungai ,jeini sungai
i8
serta dapat menentukan posisi pada peta berdasarkan koordinat yang di berikan oleh GPS yang
digunakan.
Maksud dari praktikum lapangan Fieltrip geomorfologi adalah untuk mengamati kondisi
Adapun tujuan dari praktikum lapangan Fieltrip Geologi Dasar adalah sebagai berikut
(kampus lama) Universitas Halu Oleo pukul 7.00 WITA. Di lapangan terdapat 5 stasiun yang akan
menjadi pusat pengamatan. Semua praktikan beserta dosen dan asisten pendamping berjalan
menuju daerah yang telah ditentukan dengaan berjalan kaki Dari pelataran pelataran kampus
paskasarjana (kampus lama) Universitas Halu Oleo menuju stasin 1 membutukan waktu 20
menit . Dari stasiun 1 menuju stasiun 2 membutuhkan waktu 30 menit. Dari stasiun 2 menuju
stasiun 3 membutuhkan waktu 30 menit. Dari stasiun 3 menuju stasiun 4 membutuhkan waktu
sekitar 1 jam 30 menit. Dari stasiun 4 menuju stasiun 5 membutuhkan waktu sekitar 25 menit.
i9
NO Alat dan bahan Kegunaan
1. Kompas Sebagai alat penunjuk arah, penentuan strike, dip,dan
geomorfologi
5. Kamer Untuk memotret singkapan
6 Tabel penampang
geomorfologi
7 ATK
of the Triassic Meluhu pormation, southeast arm of Sulawesi, eastern Indonesia Geological
Energi.
4. Surono, 2013. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan geologi. Kementrian energi dan
i10
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van Bemmelen, 1949),
dikelilingi oleh laut yang cukup dalam.Sebagian besar daratannya dibentuk oleh pegunungan
yang ketinggiannya mecapai 3.440 m (gunung Latimojong). Seperti telah diuraikan sebelumnya,
Pulau Sulawesi berbentuk huruf K dengan empat lengan: Lengan Timur memanjang timur laut
barat daya, Lengan Utara memanjang barat timur dengan ujung baratnya membelok kearah
utara selatan, Lengan tenggrara memanjang barat laut tenggara, dan Lengan Selatan
mebujur utara selatan. Keempat lengan tersebut bertemu pada bagian tengah Sulawesi.
Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan melalui bagian
tengah Sulwesi yang merupakan pegunungan dan dibentuk oleh batuan gunung api. Di ujung
timur Lengan Utara terdapat beberapa gunung api aktif, di antaranya Gunung Lokon, Gunung
Soputan, dan Gunung Sempu. Rangakaian gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe.Lengan
Timur merupakan rangkaian pegunungan yang dibentuk oleh batuan ofiolit.Pertemuan antara
i11
Lengan Timur dan bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan malihan, sementara Lengan
merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif bertabrakan.Akibat tektonik aktif ini,pulau
Sulawesi dan daerah sekitarnya dipotong oleh sesar regional yang masih aktif sampai
sekarang.Kenampakan morfologi dikawasan ini merupakan cerminan system sesar regional yang
memotong pulau ini serta batuan penyusunya bagian tenga Sulawesi,lengan tenggara,dan
lengan selatan dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur laut barat daya.
sesar yang masih aktif sampai sekarang ini umumnya merupakan sesar geser mengiri.
2.1.1 Morfologi
Van bemmelen (1945) membagi lengan tenggara Sulawesi menjadi tiga bagian: ujung
utara, bagian tengah,dan ujung selatan (gambar 4.2), Ujung utara mulai dari palopo sampai teluk
tolo; dibentuk oleh batuan ofiolit, Bagian tengah ,yang merupakan bagian paling lebar (sampai
162,5 km), didominasi oleh batuan malihan dan batuan sedimen mesozoikum. Ujung selatan
lengan tenggara merupakan bagian yang relative lebih landai ; batuan penyusunya didominasi
oleh batuan sedimen tersier ,uraian dibawah ini merupakan perian morfologi dan morfogenesis
Ujung utara lengan tenggara Sulawesi mempunyai cirri khas de3ngan munculnya
kompleks danau malili yang terdiri atas danau matano,danau towuti,dan tiga danau kecil
disekitarnya (danam mahalona,danau lantoa, dan danau masapi; (gambar 4.2). Pembentuka
kelima danau itu diduga akibat sistem system sesar matano,yang telah diketahui sebagai sesar
geser mengiri. Pembedaan ketinggian dari kelima danau itu memungkinkan air dari suatu danau
i12
2.1.3 Bagian Tengah
Morfologi bagian tengah Lengan Tenggara Sulawesi didominasi oleh pegunungan yang
umumnya memanjang hampir sejajar berarah barat laut - tenggara. Pegunungan tersebut
Matarombeo. Morfologi bagian tengah ini sangat kasar dengan kemiringan lereng yang tajam.
Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan Mengkoka adalah Gunung Mengkoka yang
Setidaknya ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR bagian
tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan pegunungan, perbukitan
tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah, dan karst. Uraian di bawah ini merupakan perian
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini, terdiri atas
Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan Tenggara. Satuan morfologi ini mempunyai
topografi yang kasar dengan kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini
mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat laut tenggara. Arah ini sejajar dengan pola
struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi
Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan
ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yang
i13
disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng
relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh
batuan malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata
terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 m
dpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sediman klastika
Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi yang
bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan
Tersier.
2.1.4.4 Satuan Dataran
Satuan morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung selatan Lengan
Tenggara Sulawesi. Tepi selatan Dataran Wawotobi dan Dataran Sampara berbatasan langsung
dengan satuan morfologi pegunungan. Penyebaran satuan dataran rendah ini tampak sangat
dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem
ini diduga masih aktif, yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua
dataran tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat mungkin kedua dataran itu terus
mengalami penurunan. Akibat dari penurunan ini tentu berdampak buruk pada dataran tersebut,
di antaranya pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang semakin
Dataran Langkowala yang melampar luas di ujung selatan Lengan Tenggara, merupakan
dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa
i14
Formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir sungai-sungai yang pada musim hujan berair
melimpah sedang pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan
konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk
ke dalam tanah. Sungai tersebut di antaranya Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea. Batas
selatan antara Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan tebing terjal yang
dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur. Pada Dataran Langkowala, terutama di dekat
batas tersebut, ditemukan endapan emas sekunder. Surono (2009) menduga emas tersebut
Satuan morfologi karst melampar di beberapa tempat secara terpisah. Satuan ini
dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah. Sebagian besar batuan
penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh batugamping berumur Paleogen dan selebihnya
Laonti, Formasi Tamborasi dan bagian atas dari Formasi Meluhu. Sebagian dari batugamping
penyusun satuan morfologi ini sudah terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya
dengan pensesar-naikkan ofiolit ke atas kepingan benua. Di sekitar Kendari batugamping terubah
Nama Formasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) kepada satuan batuan
yang terdiri batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan batulumpur di bagian bawah; dan
perselingan serpih hitam, batupasir, dan batugamping di bagian atas. Formasi Meluhu menindih
takselarasan batuan malihan dan ditindih takselaras oleh satuan batugamping Formasi
Tampakura.
i15
Formasi Meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan Tenggara
Sulawesi.Formasi ini telah dipublikasikan secara luas; di antaranya oleh Surono dkk.(1992);
Surono (1997b, 1999), serta Surono & Bachri (2002), Sebagian besar bahasan selanjutnya
Surono (1997b) membagi Formasi Meluhu menjadi tiga anggota (dari bawah ke atas):
Anggota toronipa formasi meluhu didominasi batupasir dan konglomerat dengan sisipan serpih,
batulanau dan batulempung. Sisipan tipis lignit ditemukan setempat seperti di sungai kecil dekat
Mesjid Nurul Huda, Kota kendari dan Tebing tepi jalan di selatan tinobu. Lokasi tipe anggota
toronipa berada di tanjung toronipa, sebelah tenggara desa toronipa. Penampang tegak hasil
tersingkap baik dan diduga merupakan hasil pengendapan grain flow. Secara setempat,
batupasir kerikilan sering dijumpai diatas permukaan bidang erosi. Ketebalan anggota toronipa
pada lokasi tipe tersebut adalah 800 m. Ketebalan maksimum anggota ini diduga kearah timur.
Struktur sedimen yang terekam pada anggota toronipab erupa silang siur, tikas seruling,
gelembur gelombang, perlapisan bersusun, dan permukaan erosi. Batang, ranting dan atau
cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtunan batuan sedimen
menunjukan penghalusan keatas, yang menunjukan energi melemah kearah atas. Semua fakta
dilapangan ini memberikan gambaran bahwa anggota toronipa diendapkan pada lingkungan
sungai kekelok. Arah arus purba, yang sebagian diukur pada silang siur, menunjukan hasil
kecendrungan unimodal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai kekelok.
i16
Lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah
sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo (yang berasosiasi
dengan batuan campur-aduk toreo), sistem sesar Konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesar
lainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi menunjukkan sepasang arah utama tenggara-barat laut
(3320), dan timur laut barat daya (42 0). Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari
Sistem sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-tenggara yang
memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung Toronipa. Ujung barat laut sesar ini
menyambung dengan sesar Matano, sementara ujung tenggaranya bersambung dengan sesar
Hamilton, Yang memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo oleh
Kenampakan fisiografi sistem sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari pada 50 Km
pada citra pengindraan jauh, termasuk citra langsat dan IFSAR. Citra tersebut menggambarkan
adanya lembar linear panjang, scap, offset, dan pembelokan aliran sungai. Aliran sungai yang
tergeser mengiri dapat diidentifikasi dibeberapa tempat antara Tinobu, dan soropia, utara
pergeseran, yang membesar semakin besar dengan sesar yang bersangkutan, merupakan tanda
sesar geser (silvester, 1988). Pergeseran Mengiri sepanjang Formasi Meluhu yang berada
Interprestasi citra foto udara disekitar Tinobu menunjukan penyebaran batuan campur-
aduk Toreo. Kepingan batuan yang berasal dari Formasi Meluhu, Formasi Tampakura, dan ofiolit,
dijumpai sebagai bodin dalam batuan campur-aduk itu. Analisis stereografi orientasi bodin, yang
diukur pada tiga lokasi, menunjukan keberagaman azimuth rata-rata/plunge: 30 o 44o, 356,3o/49o,
dan 208,7o/21o.
i17
Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta pergeseran pada
bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini menunjukan bahwa sistem sesar
lempeng benua yang berasal dari Australia dan lempeng samudra dari Pasifik. Kepingan benua
di Lengan Tenggara Sulawesi dinamai Mintakat Benua Sulawesi Tenggara (South East Sulawesi
Continental Terrane) dan Mintakat Matarambeo oleh Surono (1944). Kedua lempeng dari jenis
yang berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi. Bahasan
selanjutnya akan mengikuti pola sebelum tarbrakan dan setelah tabrakan tersebut yakni :
1. Kepingan Benua
2. Kompleks Ofiolit
3. Molasa Sulawesi
Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Awal,
Molasa sulawesi, yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat, terendapkan selama
akhir dan sesudah tumbukan, sehingga, molasa ini menindih takselaras Mintakat Benua Sulawesi
Tenggara dan Kompleks Ofiolit tersebut. Pada akhir kenomikum lengan ini di koyak oleh Sesar
i18
BAB III
LANDASAN TEORI
i19
BAB IV
PENUTUP
i20