Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang bergunung dan
berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan tenggara umumnya adalah
daerah banjir. Pegunungan yang ada di Kepulauan Halmahera ini menjulang dari
timur laut – barat daya dengan relief yang beraneka, yakni berada pada kisaran
500 meter hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan pegunungan tertinggi yang
menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di bagian tengah pulau. Pulau maluku
dibagi menjadi dua bagian yaitu Maluku Utara dan Maluku Selatan. Maluku Utara
sebagian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian
dengan sistem Melanesia, Maluku Selatan (Busur Banda) merupakan suatu bagian
dari Sistem Pegunungan Sunda.
a) Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara terletak di kepulauan Maluku sebelah utara dengan
posisi 3º 90' LU-2º 10' LS-123º 15' BT. Luas provinsi Maluku Utara yang
beribukota diSofifi adalah sekitar 53.836 km2, dengan jumlah penduduk
1.282.439 jiwa. Provinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas
dengan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Maluku Utara
merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan
pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat
termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti,
Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non
volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau
Obi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
b) Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem
kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapal kuda basin Laut
Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non
vulkanis. Busur dalam vulkanisTerdiri dari pulau-pulau kecil
(kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau
Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan
Banda. Busur luar non vulkanisTerdiri dari beberapa pulau yang agak luas
dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan
Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan
Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru.
A. GEOMORFOLOGI
1. Geomorfologi Maluku Utara
Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau
volkanik dan pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian
barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau
Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau
non volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan
Pulau Obi. Pulau Halmahera sendiri termasuk pulau vulkanik meskipun
aktivitas vulkanik yang aktif tidak terdapat seluruh wilayahnya. Bagian
utara Pulau Halmahera merupakan lokasi aktivitas vulkanik yang aktif.
Pulau-pulau non vulkanik Maluku Utara saat ini berkembang dibawah
pengaruh proses marin terutama deposisi marin. Bentuklahan volkanik
tererosi kuat terbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen
yang aktif.. Blok barat laut berada di bagian tepi Pulau Halmahera,
dibatasi dari graben tengah oleh escapment yang membentang dari pesisir
timur hingga pesisir barat. Graben Tengah sendiri berbatasan langsung
dengan zona gunungapi dan banyak mendapat pengaruh aktivitas vulkanik
terutama dari Gunungapi Dukono dan Gunungapi Ibu. Di dalam Graben
Tengah terdapat dataran rendah. Blok bagian timur memanjang arah utara
selatan dan menempati sebagian besar sisi barat Pulau Halmahera. Dataran
rendah kobe yang sempit memisahkan blok bagian timur halmahera di
sebelah barat dengan dataran relief berombak di sebelah timurnya.
(Amarullah dan Tobing ; 2005)Dataran relief berombak menempati bagian
yang luas ditimur Pulau Halmahera. Sepanjang pesisir utara dan selatan
dataran ini terbentuk dari pesisir pengangkatan. Sedangkan bagian tengah
merupakan pesisir pengenggelaman yang dipengaruhi oleh aktivitas marin
dari Teluk Buli. Pada bagian ini dataran aluval tidak ditemukan, tetapi
memasuki daerah Kao, ditemukan dataran aluvial yang luas pada daerah
pedalaman, juga dataran vulkanik yang berombak dan dataran aluvial
berawa secara lokal. Pada kedua semenanjung (baik utara maupun timur
laut) daerah pegunungan itu masih dikelilingi oleh kawasan pegunungan
dan perbukitan yang berkembang dari bahan yang sama. Pulau Morotai
banyak memiliki kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian utara, yang
dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sediment dan
batuan beku basa. Pada semenanjung bagian selatan Halmahera lebih di
dominasi oleh daerah gunung yang terutama berkembang dari bahanbahan
sedimentasi batu napal dan batu gamping (marl dan limestone).
Pegunungan yang mendominasi bagian utara dan timur laut Semenanjung
Halmahera juga berbeda secara geologis. Semenanjung utara disusun oleh
formasi gunung api (andesit dan batuan beku basaltic). (Syahya Sudarya;
2007)
2. Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geomorlogi merupakan Busur Banda, yaitu sistem
kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapalkuda basin Laut
Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non
vulkanis. Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak
gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau
Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur
luar terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk
komplekskompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan
Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan
Watu
Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)
B. GEOLOGI STRUKTUR
C. LITOLOGI
Litologi di daerah Anggai, maluku disusun oleh batuan yang terdiri dari
batuan vulkanik, sedimen dan endapan muda. Batuan akibat adanya kegiatan
tektonik mengakibatkan adanya perlipatan, dan pensesaran dan kegiatan magmatik
(hidrotermal) yang mana hal tersebut merupakan media yang potensial bagi
pembentukan mineralisasi. Daerah uji petik memiliki sebaran alterasi yang
didominasi oleh ubahan silisifikasi, serisit sampai dengan argilik. Dibeberapa
lokasi dijumpai adanya ubahan jenis filik (pada pungungan Anggai), argilik dan
propilit. Hal ini menunjukkan alterasi kearah dalam memiliki variasi alterasi
bertemperatur lebih tinggi. Jadi dimungkinkan tipe porpiri akan muncul (bisa saja
terjadi) jika melihat pola alterasi yang demikian. (Roswita, dkk.2012)
Pemaparan hasil kegiatan lapangan subdit batubara : Obi Andayany, Helda. 2012.
Penerapan Persamaan Geotermometer (SiO2)P Di Lapangan Panas Bumi Suli,
Ambon.
Dalam Jurnal Barekang Vol. 6 No. 2 Hal. (33 – 36)Karyanto, Wahyudi, Ari
Setiawan, dan Sismanto. 2011. Identifikasi zona konduktif di daerah prospek
panasbumi larike Ambon maluku.
Jurnal Sains MIPA, Vol. 17, No. 2, Hal.: (67 – 74)Kusnama. 2008. Fasies Dan
Lingkungan Pengendapan Formasi Bobong Berumur Jura Sebagai Pembawa
Lapisan Batubara Di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku Utara.
Dalam makara, sains, vol. 14, no. 1 Hal : 32-38 : BandungRobertus S.L.S, Herry
S, dan Andri Eko A. W. 2011. Survei Pendahuluan Panas Bumi Geologi Dan
Geokimia Pulau Wetar, Provinsi Maluku.
Roswita, Lantu, dan Syamsuddin. 2006. Survei geolistrik metode resistivitas untuk
Interpretasi kedalaman lapisan bedrock di pulau Pakal, halmahera timur.
Pusat sumber daya geologi: BandungSumardi, Eddy, Bakrun, Syuhada, dan Liliek
Rihardiana. 2011. Survei geofisika terpadu banda baru, maluku tengah, provinsi
Maluku.