Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena
merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan system
pegunungan sunda ).Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan
daerah paling berpegunungan di antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100)
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya. Ketiga
Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat
daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis
pegunungan soputan.
Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke
bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi
bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai
selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur
antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone
limboto :
Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan
terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan –
vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang
lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya
semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini
tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa
Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian.
Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah
Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya
Bunku.
Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk
Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-
Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara
teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi
dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo (
Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di
sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua
pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara
jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai
kepulauan Manui.
Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang
membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di
bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke
timur.
Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit dari muara
sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timurlaut-barat daya dari palopo
sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk
Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang
oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan
Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada
bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang
terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya
lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di
daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl
dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia.
Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu
sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di
luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya
Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis
yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari
Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara.
Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang
Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara
dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan
metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan
metamotif.
Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen
yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi
berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam
Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api
dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang
membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam
Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal
dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan
metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau
Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir
termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi
Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga
diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
Beberapa pendapat ahli geologi seperti Sukamto (1975), Hamilton (1979), dan Smith (1983)
menyebutkan bahwa Pulau Sulawesi dapat dibagi menjadi 3 bagian fisiografi, yaitu:
1. Busur Vulkanik Neogen, merupakan jalur magmatik yang memanjang dari lengan utara
hingga lengan selatan Pulau Sulawesi. Secara umum, batuan penyusun Busur Vulkanik
Neogen terdiri dari kompleks basement pada masa Paleozoikum Akhir - Mesozoikum Awal,
batuan volkanik-plutonik berumur Paleogen - Kuarter, batuan sedimen yang berumur Kapur
Akhir - Eosen (Sukamto, 1975) dan batuan malihan. Busur Vulkanik Neogen sebagai busur
magmatik dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu Sulawesi bagian barat dan Sulawesi
bagian Utara. Sulawesi bagian barat selama periode Pliosen hingga Kuarter Awal
diendapkan pada lingkungan submarine sampai terestrial dan memiliki aktivitas vulkanik
yang kuat dibandingkan dengan Sulawesi bagian utara yang tersusun atas litologi bersifat
riodasitik sampai andesitik pada umur Miosen hingga Resen.
2. Sekis dan Batuan Sedimen Terdeformasi (Central Schist Belt), tersusun atas fasies
metamorfik sekis hijau dan sekis biru. Bagian barat dari kelompok batuan ini merupakan
tempat terpisahnya antara sekis, genes, dan batuan granitik (Silver dkk, 1983).
3. Kompleks Ofiolit (Ophiolite), merupakan jalur ofiolit, sedimen terimbrikasi dan molase
yang tersebar di lengan timur dan tenggara Sulawesi. Bagian lengan tenggara Sulawesi
didominasi oleh batuan ultramafik, sedangkan pada lengan timur Sulawesi merupakan
segmen ofiolit lengkap berupa hazburgit, gabro, sekuen dike diabas dan basalt, yang
merupakan hasil dari tumbukan antara platform Sula dan Sulawesi pada saat Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir (Hamilton, 1979 dan Smith, 1983).
Gambar pembagian jalur fisiografi Pulau Sulawesi (Smith, 1983).
Karakter topografi Pulau Sulawesi yang terdiri dari pegunungan dengan lereng yang terjal dan
adanya lembah serta dataran pantai, berpengaruh terhadap perkembangan iklim di pulau ini. Secara
umum, Pulau Sulawesi termasuk dalam iklim tropis yang teridiri dari dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan.
(2) Busur volkanik Kuarter Lengan bagian utara Minahasa-Sangihe, endapan gunung api yang
memanjang dari toli - toli, gorontalo, manado, hingga kepulauan sangihe.
(3) Sabuk metamorfik Kapur-Paleogen Sulawesi bagian tengah, berupa batuan metamorf akibat
tumbukan lempeng eurasian di barat denga lempeng australia hingga mengangkat kompleks
melange di bagian pulau sulawesi.
(4) Sabuk ofiolit dan asosiasi sedimen pelagic berumur Kapur pada Sulawesi bagian timur,
berupa batuan kerak samudra yang naik dan
(5) Fragmen mikrokontinen berumur Paleozoik yang berasal dari benua Australia pada daerah
Banda.
a) Fisiografi
Pulau Sulawesi dapat dibagi menjadi tiga mandala yaitu Mandala Geologi Sulawesi
Bagian Barat, Mandala Sulawesi Bagian Timur, Mandala Banggai-Sula. Tetapi untuk Mandala
barat dan Timur ada ketidaksesuaian dari selatan-utara selama zaman Tersier. Daerah telitian
merupakan bagian dari Mandala Sulawesi Bagian Barat ( R.A.B. Sukamto, 1973 ).
Mandala Barat Sulawesi dibatasi oleh Mandala timurnya oleh adanya jalur sesar yang
arah sesarnya adalah utara-selatan. Dibagian baratnya, Mandala Barat Sulawesi ini dibatasi oleh
terjadinya rifting karena adanya penipisan kerak benua yang kemudian mengakibatkan sistem
blok di Selat Makassar. Terbukanya Selat Makassar ini oleh rifting yang terjadi pada Miosen
Awal dan sedikit banyaknya mempengaruhi struktur geologi di Mandala Barat Sulawesi.
Secara umum pada mandala ini didapatkan adanya sesar-sesar mendatar yang umumnya
mempunyai arah pergerakan kekiri dan sesar-sesar naik. Arah sesar mendatar mempunyai arah
jurus kurang lebih N160ºE atau N340ºE dengan arah pergerakan mengiri (sinistral). Sedangkan
untuk sesar naik umumnya terdapat di melange Bantimala dengan arah barat laut-tenggara yang
mampu mengangkat komplek Melange ini kepermukaan diberbagai tempat.
Pada bagian Tengah di Mandala Barat didapatkan juga adanya suatu terban yang memanjang
utara-selatan yang disebut terban Walanae. Terban ini dibatasi oleh dua sesar normal yang
berarah utara-selatan, kemudian terban ini terisi oleh sedimen vulkanik Kuarter. Terjadinya
Terban ini mungkin akibat penipisan kerak benua yang kemudian berkembang menjadi suatu
sistem sesar blok seperti halnya Selat Makassar hanya dalam hal ini dimensinya kecil
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-
busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi
memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik,
oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan
dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ).
Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan
kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung
Makasar (2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara
sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat
penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam
tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu –
Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah
ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian
Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud
sebagai Outer Arc.
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :
Jalur Timue disebut Zone Kolonodale
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan
Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-
singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan
Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur.Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok
Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi
sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite, crystalline
schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini
dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar –
Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi.
Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan
merupakan satuan sebagain Inner Arc.
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat
Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari tangan Timur Sulawesi (Zone
Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan lengan tenggara banyak memiliki
kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur
dilain fihak. Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh
bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak