Anda di halaman 1dari 13

GEOMORFOLOGI PULAU SULAWESI

Pulau Sulawesi merupakan pulau memiliki keunikan dalam proses geologinya.


Dimana pulau Sulawesi terbentuknya dipengaruhi oleh 3 lempeng dunia, dan 1
lempeng kecil yang mengakibatkan pulau Sulawesi keadaannya sangat kompleks.
Dimana kekomplekskan tersebut akan mempengaruhi kondisi geomorfologinya yaitu
memiliki relief yang kasar, memiliki jenis tanah Vulkanis, Laterit, dan tanah Kapur.
Kondisi hidrologi pulau Sulawesi sangat menarik yaitu dilihat dari sungai besar yang
mengalir di pulau Sulawesi yaitu : sungai Konawe, disungai ini berdiri Bendungan
Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha, sungai Lasolo, sungai
Roraya, sungai Sampolawa, sungai Wandasa, sungai Kabangka Balano, sungai Laeya
dll. Pulau Sulawesi juga memiliki iklim yang sama dengan daerah lain yaitu iklim
tropis yang terdiri dari dua musim, musim kemarau dan musim penghujan.
Potensi fisik di pulau Sulawesi juga cukup menarik karena merupakan daerah
peralihan, potensi fisiknya yaitu : kenekaragaman flora dan fauna, hasil tambang
seperti Minyak Bumi, Batu Bara, Tembaga, perak, Emas, dll.
Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek,
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia
timur dan system pegunungan sunda ). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari
pegunungan, dan merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-pulau
besar di Indonesia.
1. Lengan Utara Sulawesi,Pada lengan ini, fisiografinya terbagi menjadi tiga bagian
berdasarkan aspek geologinya, ketiga bagian tersebut adalah :a.Seksi Minahara,
merupakan ujung timur dari lengan utara sulawesi dengan arah timur laut barat daya
yang bersambung dengan pegunungan sangihe yang di dirikan oleh aktifitas vulkanis
pegunungan soputan.b. Seksi Gorontalo, merupakan bagian tengah dari lengan utara
sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang
lebar daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara
teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh
sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian
pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone
limbotoc..c Jenjang Sulawesi Utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya
dari utara ke selatan dan terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang
sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara
dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur
dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea
rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut
terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa
kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 ).
2. Lengan Timur,Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di
bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah :Bagian Timur, berupa
semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting
antara teluk poh dan teluk besama.Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui
dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-
angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.Bagian barat,
merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk
Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya
sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
3. Lengan Tenggara,Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi
adalah berupa tanah gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100
km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu :Bagian Utara, berupa massip-mass Peridotit dari pegunungan Verbeek yang di
tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya
berada antara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.Bagian
Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di
sebelah timur yang di batasi oleh Pegunungan Tangeasinua, sedangkan antara kedua
pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah
tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta
berkelanjutan sampai kepulauan Manui,Bagian Selatan, merupakan suatu depresi
yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan
Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya
berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
Lengan Selatan,Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis
Tenggara-Barat Lauit dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara
dari garis Timur Laut-Barat Daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara
geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang
lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji,
2006 : 103 ). Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang
ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles
dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah
Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara
ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl.Pada bagian utara dan selatan lengan
ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan
ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang
dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di
sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang
mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai
Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone.
5. Sulawesi Tengah,Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah.
Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini
dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori
membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah sulawesi terbagi dalam
tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-
selatan (Sutardji, 2006:104).
Ketiga zona tersebut adalah :a.Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi
telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan
Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.b.Zona Poso, merupakan palung antara
yang seperti Granit dan endapan sedimen pantai batuan metamosif dengan endapan
konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.c.Zona
Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan
segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji,
2006:104).
Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh
batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur,
Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-
Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan
pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di
dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang
membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam
Soemandjuntak, 2004:26).
Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari
aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh
batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di
lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas
batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan
formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang
terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan,
dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.

2.2 Kondisi Geomorfologi di Sulawesi


Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila
melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya mengarah
ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya yang
menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering
disebut berpola terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone
peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang
dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian
Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan
kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh
Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan
dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang
pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian
lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van
Bemmelen, 1949) sebagai berikut :
1.      Orogenese di bagian Sulawesi Utara,Meliputi lengan Utara Sulawesi yang
memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu–Parigi. Daerah ini
merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini
adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian
(Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali
kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.

2.      Orogenese di bagian Sulawesi Sentral


Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai
berikut :Jalur Timur disebut Zone Kolonodale,Jalur Tengah disebut Zone Poso,Jalur
Barat disebut Zone Palu Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang
nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari
Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini
merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara
Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini
ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang
kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano –
diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga
endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan
dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah
selatan sudah termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan
perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan
sebagain Inner Arc.
3.      Orogenese di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari
tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan
dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu
Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun
demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung
selatan (di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya dengan P. Jawa dan Sumatera
sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan Boton
Archipelago dan Group Tukang Besi.

Tanah terdiri atas horison-horison yang terletak di atas batuan induk yang terbentuk
dari interaksi berbagai faktor pembentuk tanah seperti iklim, organisme, bahan induk
dan relief yang terjadi sepanjang waktu. Proses yang berbeda dalam pembentukan
tanah akan menghasilkan tanah yang berbeda pula yang dapat diamati dari sifat
morfologi tanah. Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan
dipelajari di lapang (Hardjowigeno, 1993). Pengetahuan mengenai morfologi tanah
dapat memberikan gambaran perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tubuh tanah
melalui deskripsi dan interpretasi sifat-sifat profil tanah yang dapat dijadikan sebagai
informasi awal dalam mengklasifikasikan tanah.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan pada
tiga Kecamatan yakni Kecamatan Tamalatea, Bangkala dan Bangkala Barat. pada
beberapa sistem lahan yang berbeda yakni sistem lahan Palu (PLU), Salo Marana
(SMA) dan Baraja (BRA)pada4 profil yang berbeda. Pengamatan tanah dilakukan
dengan membuat profil tegak lurus pada tubuh tanah dengan ukuran 2 m x 1,5 m
hingga kedalaman 2 meter atau hingga mendapatkan muka air tanah dan atau bahan
induk. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang pelaksanaannya
dilakukan dengan survei di lapang dan didukung oleh data hasil analisis laboratorium.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan bagi penentuan
titik sampel, pengamatan morfologi tanah, pengambilan contoh tanah serta peralatan
analisis laboratorium. Bahan-bahan yang digunakan berupa (1) sampel tanah utuh dan
terganggu yang diambil dari masing-masing horison untuk analisis sifat fisik dan
kimia tanah, (2) khemikalia yang digunakan untuk analisis sifat-sifat tanah, (3) bahan
berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan
lapangan antara lain menyangkut informasi sekitar lokasi penelitian, cuplikan,
informasi tanah dan deskripsi horison individu tanah. Sedangkan data sekunder
adalah data yang berhubungan dengan obyek penelitian dari instansi terkait, berupa
data iklim Kabupaten Jeneponto selama 10 tahun terakhir, Peta Geologi Kabupaten
Jeneponto skala 1 : 165.000, peta Sistem Lahan Kabupaten Jeneponto skala 1 :
250.000, peta Rupa Bumiskala 1 : 50.000 (Bakosurtanal, 1991), Peta Administrasi
Kabupaten Jeneponto skala 1 : 165.000. Pengamatan ciri morfologi pada setiap profil
tanah menggunakan acuan Boring Log, pengamatan profil meliputi tebal solum, batas
lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi dan sebagainya pada tiap-tiap lapisan.
Data yang digunakan untuk klasifikasi tanah meliputi tekstur, bulkdensity,
kelembaban, kapasitas mengembang dan
mengkerut, kapasitas tukar kation, reaksi tanah, besi bebas, daya hantar listrik, bahan
organik dan data mineral pasir. Pengklasifikasian tanah menggunakan sistem soil
taxonomy tahun 2003 dari kategori Ordo hingga Family.
Karakteristik Umum Lokasi . Profil studi terdiri atas 4 profil yaitu T0P0, T1P2,
T2P4 dan T3P2. Profil T0P0 Terletak di Desa Cikaro pada titik koordinat
119034’50’’ BT dan 05033’51’’ LS sedangkan Profil T1P2 Terletak di Kelurahan
Tamanroya Selatan pada titik koordinat 119039’49’’ LS dan 05037’49’’ BT. Profil
(T0P0 dan T1P2) terletak pada sistem lahan kipas alluvial non vulkanik yang
melereng landai (PLU), kemiringan 2-8%, relief <2 m, litologi berupa alluvium dan
endapan kipas alluvial, penggunaan lahan kebun campuran.Profil T2P4 Terletak di
Dusun Gunung Silanu Kecamatan Bangkala pada titik koordinat 119035’50’’ LS dan
05032’32’’ BT berada pada sistem lahan Salo Marana (SMA) berupa dataran sedimen
bertufa yang berombak, kemiringan 2-8%, relief 2-10 m, litologi berupa tufa, tefra
berbutir halus, batu pasir dan batu lumpur, penggunaan lahan kebun campuran. Profil
T3P2 Terletak di Dusun Garassikang pada titik koordinat 119031’16’’ LS dan
05034’0’’ BT berada pada sistem lahan baraja (BRA) berbentuk dataran karstik datar
hingga berombak, kemiringan 2-8%, relief 2-10 m, litologi berupa batu gamping,
batu karang dan napal, penggunaan lahan kebun campuran. Karakteristik Morfologi
Tanah. Profil T0P0 mempunyai ketebalan solum 86 cm. Terdiri atas tiga horison,
yakni horison Ap (0-13 cm) berwarna merah gelap kekuningan (5YR 4/3). Lempung
liat berdebu, gumpal menyudut berukuran halus dengan derajat kuat, sangat keras
sekali saat kering. Perakaran kasar agak banyak tapi perakaran halus sedikit. Batas
antar horison baur dengan topografi tidak teratur. Horison A11 (13-50 cm) berwarna
merah kekuningan (5YR 4/4). Liat berdebu, gumpal menyudut berukuran

sangat halus dengan derajat sedang, keras saat kering. Perakaran kasar sedang dan
perakaran halus sedikit. Batas antar horison jelas dengan topografi rata. Horison A12
(50-86 cm) berwarna merah kekuningan (5YR 4/4). Lempung liat berpasir, masif
berukuran sangat halus dengan derajat lemah, keras saat kering. Perakaran kasar dan
perakaran halus tidak ada. Profil T1P2 memiliki Ketebalan solum 87 cm. Terdiri atas
dua horison yakni horison A1(0-50 cm)berwarna coklat gelap kekuningan (5Y 4/3)
pada kondisi kering, lempung berliat, gumpal menyudut berukuran halus dengan
derajat sedang, keras saat kering. Perakaran kasar banyak, perakaran halus sedikit.
Horison A2(50-87 cm). Berwarna coklat kekuningan (5Y4/4) pada kondisi lembab.
Lempung liat berpasir, gumpal menyudut berukuran halus dengan derajat sedang.
Teguh saat lembab, perakaran kasar dan perakaran halus tidak ada. Terdapat retak
pada permukaan tanah. Profil T2P4 memiliki ketebalan solum 40 cm. Terdiri atas tiga
horison yakni horison Ap (0-12 cm) berwarna kelabu kekuningan (5Y 4/4) pada
kondisi kering, lempung liat berdebu, gumpal membulat berukuran sangat halus
dengan derajat kuat, keras saat kering, perakaran kasar tidak ada dan perakaran halus
banyak, batas horison jelas dengan topografi berombak. Horison Bt (12-25 cm)
berwarna kelabu kekuningan (5Y 4/4) pada kondisi kering, liat berpasir, gumpal
menyudut berukuran halus dengan derajat kuat, sangat keras saat kering, perakaran
kasar tidak ada dan perakaran halus banyak, batas horison baur dengan topografi
patah. Horison 2Cr (25-40 cm) berwarna kelabu gelap kekuningan (5Y 4/2), pasir
berliat, berkerikil halus, butir tunggal, lepas, perakaran kasar dan halus tidak ada,
terdapat retak mulai dari horison Ap hingga horison Bt. Profil T3P2 memiliki
Ketebalan solum 30 cm yang bersentuhan langsung dengan batu kapur. Profil hanya
memiliki satu horison Ap (0-30 cm)berwarna kelabu kekuningan (7,5Y 4/2) pada
kondisi kering, lempung berliat, gumpal menyudut berukuran
halus dengan derajat kuat. Sangat keras sekali saat kering, perakaran kasar tidak ada
dan perakaran halus banyak. Terdapat retak mulai dari permukaan tanah sampai pada
horison bawah. Profil tanah di wilayah studi umumnya memiliki solum yang dangkal
dan belum mengalami perkembangan horison secara sempurna, horison yang
terbentuk umumnya hanya horison A.Tekstur tanah didominasi oleh liat sehingga
mempengaruhi kedalaman solum dan diferensiasi horison. Kedalaman solum dan
perkembangan tanah sangat tergantung dari keadaan lingkungan dimana tanah itu
terbentuk dan sebagai akibat saling interaksi antara faktor dan proses pembentukan
tanah yang bersangkutan. Tanah-tanah yang memiliki tekstur sangat halus (kadar liat
terlalu tinggi) maka permeabilitas tanah menjadi sangat lambat, sehingga
menghambat pencucian dan pemindahan koloid tanah, akibatnya terbentuklah tanah
dengan solum yang dangkal. Warna tanah cenderung gelap karena pengaruh
kandungan bahan organik, selain itu dipengaruhi oleh bahan induk tanah berupa
batuan basal yang banyak mengandung mineral primer berwarna gelap yaitu piroksin,
keragaman warna tanah terjadi secara vertikal. Horison permukaan umumnya
berwarna gelap sedangkan horison bawahnya berwarna semakin terang yang
kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan bahan organik yang semakin
berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah (Pairunan, dkk. 1987) Sebagian
besar horison tanah memiliki struktur gumpal bersudut, pembentukan struktur
tersebut karena adanya proses pengembangan dan pengkerutan (Kohnke, 1968;
Sehgal dan Bhattacharjee, 1987) lebih lanjut Sutanto (1994) mengemukakan bahwa
kenampakan makro dari proses pengembangan dan pengkerutan dalam tanah adalah
terbentuknya struktur bersudut yang berukuran kasar, dan retakan yang berkembang
kuat. Kondisi konsistensi tanah agak keras sampai sangat keras sekali pada saat
kering, teguh sampai agak teguh pada kondisi lembab. Konsistensi tanah dipengaruhi
oleh tekstur tanah yang didominasi oleh fraksi liat. Dominasi fraksi liat pada partikel
tanah menyebabkan matriks partikel tanah berikatan sangat kuat (Kohnke, 1968).
1. Tanah Vulkanis
Ciri-cirinya :Butir tanahnya halus hingga menyerupai abu ,Tidak mudah terbang bila
ditiup angina, Tanahnya sangat subur,dan Banyak mengandung unsur hara yg
dibutuhkan tumbuhan
2. Tanah Laterit
Ciri-cirinya : Warnanya kekuning-kuningan sampai merah, Tanahnya tdk
subur,Tanahnya tandus
3. Tanah Kapur (mediteran)
Ciri-cirinya : Tanahnya tidak subur, Cocok untuk tanaman kayu jati,Memiliki
kandungan bahan organik yg rendah
Secara umum, kondisi tanahnya kurang subur, erosi lebih besar.
2.4 Kondisi Hidrologi di Sulawesi
1. Sulawesi tenggara
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai besar, tersebar di
empat Kabupaten umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber
tenaga untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga irigasi. Sungai-sungai
besar tersebut seperti : sungai Konawe, disungai ini berdiri Bendungan Wawotobi
yang mampu mengairi sawah seluas 18.000 Ha. Selain itu ada sungai Lasolo, sungai
Roraya, sungai Sampolawa, sungai Wandasa, sungai Kabangka Balano, sungai Laeya
dan lain-lain.
2.5 Kondisi Iklim di Sulawesi
1.      Sulawesi tenggara
a.       Musim,Keadaan musim di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dua musim
yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November
s.d bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan Mei s.d bulan Oktober.
Khusus pada bulan April, arah angin tidak menentu demikian pula curah hujan
sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim pancaroba.
b.      Curah hujan,Curah hujan di Propinsi Sulawesi Tenggara umumnya tidak
merata. Hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi
kering. Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun,
daerah ini meliputi wilayah sebelah utara garis Kendari - Kolaka, dan bagian utara
pulau Buton dan pulau Wawonii. Sedangkan wilayah daerah semi kering mempunyai
curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun, meliputi wilayah sebelah selatan garis
Kendari - Kolaka dan wilayah kepulauan disebelah Selatan dan Tenggara jazirah
Sulawesi Tenggara.
c.       Suhu udara,Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian
umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada disekitar daerah
khatulistiwa, maka propinsi ini beriklim tropis.
2.      Sulawesi tengah
Garis katulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara Sulawesi Tengah
membuat iklim di daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta
sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan
Oktober sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga April. Rata-rata curah
hujan berkisar antara 800–3000 mm per tahun, dan ini merupakan curah hujan
terendah di seluruh Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25° C – 31° C untuk dataran pantai hingga tingkat
kelembaban 71% – 76%. Malam semakin dingin dengan adanya hembusan angin laut.
Di daerah pegunungan, suhu dapat mencapai 16° C – 22° C dan dapat lebih rendah
pada plateaux yang lebih tinggi khususnya di waktu malam.

2.6 Pengembangan Potensi Fisik di Sulawesi


Propinsi Sulawesi memiliki wilayah perairan yang potensial untuk
pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping
memiliki bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang sangat
indah. Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawesi Tenggara yang banyak
ditangkap nelayan adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dll, disamping
itu terdapat pula hasil lain seperti : Teripang, Agar-agar, Japing-japing, Lola, Mutiara
dll.
Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan luar negeri
menunjukkan bahwa Buton Timur (Kepulauan Tukang Besi) memiliki potensi
perairan untuk wisata bahari yang sangat indah bila dibandingkan dengan daerah-
daerah wisata bahari lainnya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai