Anda di halaman 1dari 40

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Arus adalah suatu pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang mengakibatkan
perpindahan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Gerakan arus tersebut
merupakan suatu resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat
menuju ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu atau
kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai dan estuari
dimana terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan
adanya variasi atau gradien densitas dalam arah horizontal yang bertambah besar ke arah
laut.
Efek pemanasan yang kuat pada musim panas membentuk slope muka air di sisi kiri
(barat) dan sisi kanan (timur) teluk yang menurun kebagian pusat (central). Arus densitas
terbentuk akibat akumulasi atau pelepasan panas didekat pantai (karena kondisi topografi
di pantai). Bila pengaruh coriolis tidak dapat diabaikan, maka arus densitas yang terbentuk
di suatu teluk yang cukup lebar misalnya, membentuk suatu sirkulasi arus yang
berlawanan dengan arah putaran jarum jam (pada musim panas). Akibat keseimbangan
gaya gradien tekanan dan gaya coriols terbentuk sirkulasi arus permukaan yang arahnya
berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
Pada praktikum kali ini hal yang dibahas tentang arus adalah arus densitas. Arus
Densitas merupakan Arus yang dibangkitkan oleh perbedaan gradien tekanan dalam arah
horizontal. Arus densitas biasanya terjadi di estuari dimana terdapat gradien salinitas yang
cukup besar akibat adanya pertemuan air tawar dari sungai dan air asin yang berasal dari
laut. Salinitas akan bertambah positif ke arah laut, sehingga variasi salinitas ini akan
mengakibatkan terbentuknya gradien tekanan horizontal yang berperan sebagai faktor
terbentuknya arus densitas.

I.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami profil salinitas dan Temperatur terhadap kedalaman di
Estuari
2. Mahasiswa dapat memahami profil distribusi kecepatan arus terhadap kedalaman di
Estuari
I.3. Manfaat
1. Dapat memahami profil salinitas dan Temperatur terhadap kedalaman di Estuari
2. Dapat memahami profil distribusi kecepatan arus terhadap kedalaman di Estuari
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Arus Laut


Arus laut adalah pergerakan air laut secara horizontal maupun vertikal untuk
mencapai kesetimbangan. Gerakan tersebut terjadi akibat dari gaya yang mempengaruhi air
laut. Arus laut adalah gerakan masa air laut secara teratur dari suatu tempat ke tempat lain.
Sebagian besar arus laut bergerak dengan arah horizontal dan hanya sebagian kecil yang
arah gerakannya vertikal. Gerakkan massa air laut secara vertikal disebut upwelling. Arus
laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
maupun secara horizontal. Pada dasarnya, arus laut merupakan akibat gerakan udara di atas
permukaan air laut. Gerakannya juga dipengaruhi oleh gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di
belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan (Hamid, 2005).

II.2. Arus Densitas


Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu atau
kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai dan estuari
dimana terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan
adanya variasi atau gradien densitas dalam arah horizontal yang bertambah besar ke arah
laut (Azis,2006).
Perbedaan densitas dari air tawar dan air laut akan menyebabkan adanya variasi
densitas dalam arah horizontal yang akan bertambah semakin besar ke arah laut. Gradien
densitas horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal yang akhirnya
menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari terjadi keseimbangan antara
gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan viskos), sementara didalam arus densitas di
daerah pantai terjadi keseimbangan antara gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya
coriolis atau hanya keseimbangan antara gradien tekanan dan coriolis (gesekan internal
diabaikan) (Yudowaty et al, 2012).
Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien
tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Terjadinya arus
di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan
lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang
dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya
gravitasi, gaya tektonik dan angin. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan
menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang
hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari
gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut
(Gross, M.G.1990).

II.3. Jenis – Jenis Arus Densitas


Menurut Prasetyawan (2009), menyatakan bahwa Terdapat 5 tipe arus densitas yang
dapat dijabarkan, sebagai berikut :
1. arus densitas akibat discharge / debit sungai.
2. arus densitas akibat suplai bouyancy dari laut lepas ( open ocean).
3. arus densitas akibat input bouyancy dari sungai dan laut lepas.
4. arus densitas akibat efek akumulasi panas karena kondisi topografi perairan.
5. arus densitas akibat distribusi horizontal dari difusivitas vertikal.
Penjelasan lebih lengkapnya, sebagai berikut:
a. Arus densitas akibat debit sungai terbentuk di daerah estuari (daerah muara sungai
dimana terjadi pengenceran air laut oleh air sungai). Aliran air tawar dari hulu
mengakibatkan terbentuknya gradien horizontal dari densitas yang bertambah besar ke
arah laut. Gradien horizontal dari densitas ini mengakibatkan sirkulasi estuari di mana air
tawar mengalir di lapisan permukaan kearah muara (laut) dan air asin mengalir dilapisan
bawah (dalam) ke arah hulu (Prasetyawan,2009).

Gambar 1.  Arus Densitas di Estuari


Arus kearah hulu di lapisan bawah timbul akibat muka air yang tinggi di lepas pantai
dibandingkan di muara (saat pasang).
b. Air di perairan pantai lebih berat dari pada air di lepas pantai karena suhu air di pantai
lebih rendah daripada di lepas pantai. Muka air di pantai lebih rendah daripada di lepas
pantai atau terbentuk slope muka air yang naik ke arah lepas pantai. Pada kondisi normal,
akibat keseimbangan gaya gradien tekanan karena adanya slope dan coriolis akan
terbentuk arus yang bergerak sejajar pantai (Prasetyawan,2009).
Gambar 2. Arus Densitas Akibat Input Bouyancy Dari Sungai Dan Laut Lepas
Bila keseimbangan antara gradien tekanan dan coriolis ini terganggu maka timbul gerakan
arus yang hangat dari arah lepas pantai ke arah pantai akibat slope muka laut yang tinggi
di lepas pantai daripada di pantai. Gerakan massa air yang ringan dan hangat dari lepas
pantai menuju pantai ini adalah arus densitas. Di Jepang, arus hangat yang bergerak dari
lepas pantai ke arah pantai disebut “kyucho”; (kyu=kuat, cho=arus) (Prasetyawan,2009).
c. Terjadi pada musim dingin
Daerah pantai mendapat input air tawar dari sungai (input bouyancy dari sungai). Di
lepas pantai, terdapat juga input bouyancy akibat pecampuran dengan massa air yang lebih
hangat dari laut lepas. Pada musim dingin di mana terjadi pendinginan yang besar di
permukaan, air yang berada di daerah pertengahan (central) yang kurang asin menjadi
sangat berat dan turun ke lapisan dalam (Prasetyawan,2009).

Gambar 3.  Arus Densitas Akibat Input Bouyancy Dari Sungai Dan Laut Lepas
Massa air di perairan pantai tidak dapat turun (sinking) akibat pendinginan karena
mendapat suplai air tawar dari sungai. Jadi, ia tidak cukup berat untuk turun ke lapisan
dalam. Air yang di lepas pantai juga tidak cukup dingin(berat) untuk tenggelam ke lapisan
dalam karena adanya percampuran dengan air laut lepas yang hangat (input bouyancy dari
laut lepas). Jadi, pada saat terjadinya pendinginan di permukaan waktu musim dingin air
di daerah central menjadi cukup berat untuk turun ke lapisan dalam membentuk “front
thermohaline” (Gambar 3). Di daerah central terbentuk daerah konvergensi (pertemuan
massa air perairan pantai dan massa air lepas pantai) yang diikuti oleh sinking water ke
lapisan dalam (Gambar 4) (Prasetyawan,2009).
Gambar 4. Terbentuknya Daerah Konvergensi Dibagian Tengah (Central)
Turunnya (sinking ) air di daerah konvergensi diperkuat oleh efek cabeling. Proses
cabeling adalah percampuran 2 massa air dengan densitas yang sama tetapi temperatur
dan salinitasnya berbeda membentuk massa air yang baru dengan densitas yang lebih
berat dan kemudian turun ke lapisan dalam. Dalam kasus ini dua massa air (pantai dan
lepas pantai) dengan densitas yang sama tetapi temperatur dan salinitasnya berbeda,
bercampur di front thermohaline membentuk massa air baru yang densitasnya lebih besar
dan turun ke lapisan dalam (Prasetyawan,2009).

Gambar 5 Proses Cabeling


Penjelasan proses cabeling (Gambar 5) :
Titik A dan titk B mewakili massa air A dan B. Kedua massa air ini memiliki densitas
yang sama karena terletak pada kurva σt yang sama, tetapi temperatur dan salinitasnya
berbeda. Percampuran massa air A dan B membentuk massa air C yang densitasnya lebih
besar daripada densitas A dan B dan turun kelapisan dalam distribusi densitas di daerah
pantai dan lepas pantai (Gambar 4). Dari grafik densitas terlihat perairan pantai dan lepas
pantai mempunyai densitas yang sama. Di daerah pertengahan (central) densitas menjadi
tinggi karena percampuran massa air pantai dan lepas pantai dan akibat pendinginan. Perlu
ditekankan kembali disini ada dua proses yang menyebabkan bertambahnya densitas di
daerah central yaitu proses pendinginan dan efek cabeling (Prasetyawan,2009).
4.  Perbedaan kapasitas panas akibat slope dasar perairan dapat menimbulkan gradien
temperatur dalam arah horizontal yang kemudian memicu timbulnya arus densitas karena
adanya gradien horizontal dari densitas. Pada skala kecil diperairan pantai yang dangkal
dimana efek coriolis dapat diabaikan, proses pemanasan pada musim panas dan
pendinginan pada musim dingin dapat menimbulkan arus densitas yang arahya
berlawanan (Gambar 6) (Prasetyawan,2009).
Gambar 7 Arus Densitas Akibat Efek Kumulasi Panas Karena Kondisi
Topografi Perairan, Pada musim panas, air didekat pantai karena lebih dangkal, akan
lebih hangat dari pada air dilepas pantai, sehingga muka air di pantai lebih tinggi dari pada
muka air di lepas pantai. Akibatnya terbentuk arus densitas yang bergerak ke lepas pantai
di lapisan permukaan, dan kekosongan massa di dekat pantai akan diisi oleh air dingin
dari lapisan dalam. Sebaliknya, pada musim dingin, air di dekat pantai lebih dingin
daripada di lepas pantai, sehingga muka air di pantai lebih rendah daripada di lepas pantai.
Akibatnya, terbentuk arus densitas yang bergerak dari lepas pantai ke arah pantai dan
kemudian turun (sinking) ke lapisan dalam (Prasetyawan,2009).
Di kedua kasus diatas arus densitas terbentuk akibat akumulasi atau pelepasan panas
didekat pantai. Bila pengaruh coriolis tidak dapat diabaikan, maka arus densitas yang
terbentuk di suatu teluk yang cukup lebar misalnya, membentuk suatu sirkulasi arus yang
berlawanan dengan arah putaran jarum jam (pada musim panas). Efek pemanasan yang
kuat pada musim panas membentuk slope muka air di sisi kiri (barat) dan sisi kanan
(timur) teluk yang menurun kebagian pusat (central). Akibat keseimbangan gaya gradien
tekanan dan gaya coriols terbentuk sirkulasi arus permukaan yang arahnya berlawanan
dengan arah putaran jarum jam (lihat Gambar 8) (Prasetyawan,2009).

Gambar 8. Sirkulasi Arus Densitas Disuatu Teluk Yang Lebar


Catatan tambahan :
Untuk kasus tanpa coriolis di musim dingin, sirkulasi arus yang terbentuk polanya
berlawanan dengan pola sirkulasi arus di estuari (lihat Gambar 9).

Gambar 9. Sirkulasi Arus Densitas Di Perairan Pantai Yang Dangkal Pada Musim Dingin Dan Sirkulasi Di
Estuari
5.  Kekuatan arus pasut berperan dalam percampuran vertikal, sehingga difusifitas vertikal
bergantung pada kekuatan arus pasut. Kekuatan arus pasut bervariasi secara horizontal
maka difusivitas vertikal juga bervariasi secara horizontal. Arus pasut akan kuat di daerah
yang dangkal. Difusivitas vertikal akan menentukan stratifikasi kolom air. Pada musim
panas stratifikasi yang kuat terjadi pada daerah dimana arus pasutnya lemah (percampuran
kecil). Sebaliknya pada daerah dimana arus pasutnya kuat seperti di selat terjadi
percampuran secara vertikal sehingga stratifikasinya lemah dan bisa menjadi homogen
(Gambar 9). Densitas lapisan permukaan di daerah yang terstratifikasi kuat akan lebih
rendah dari pada densitas lapisan permukaan didaerah dengan stratifikasi yang lemah
(terjadi percampuran vertikal) (Prasetyawan,2009).

Gambar 10. Kolom air yang terstratifikasi kuat dan terstratifikasi lemah


Karena terdapat gradien densitas horizontal diantara daerah dengan stratifikasi yang
lemah dan daerah dengan stratifikasi yang kuat, maka kondisi ini mengakibatkan
terbentuknya arus densitas yang bergerak dari daerah dengan stratifikasi kuat  (muka air
tinggi) ke daerah dengan stratifikasi lemah (muka air rendah). Front pasut (tidal front)
terbentuk didaerah transisi diantara daerah yang terstratifikasi kuat dan daerah yang
tercampur sempuran secara vertikal (Prasetyawan,2009).

2.4. Mekanisme Terbentuknya Arus Densitas


Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu atau
kandungan sedimen. Arus densitas ini umumnya terjadi didaerah pantai dan estuari dimana
terdapat fluks air tawar ke arah laut. Fluks air tawar ini akan mengakibatkan adanya variasi
atau gradien densitas dalam arah horizontal yang bertambah besar ke arah laut. Gradien
densitas horizontal ini mengakibatkan gradien tekanan horizonal yang akhirnya
menimbulkan arus densitas. Didalam arus densitas di estuari terjadi keseimbangan antara
gradien tekanan dan gesekan internal (gesekan viskos), sementara didalam arus densitas di
daerah pantai terjadi keseimbangan antara gradien tekanan, gesekan internal, dan gaya
coriolis atau hanya keseimbangan antara gradien tekanan dan coriolis (gesekan internal
diabaikan) (Sutirto dan Diarto Trisnoyuwono, 2015).
2.5. Parameter Stratifikasi
Suatu ciri dari interaksi antara daratan dan lautan di perairan estuari adalah adanya
percampuran dan penyebaran air tawar dari sungai ke arah laut dan sebaliknya. Air dari
sungai yang bercampur dengan air laut yang asin akan mengakibatkan peningkatan
salinitas dimana nilai salinitas akan bertambah ke laut. Variasi salinitas ini selanjutnya
akan membentuk variasi tekanan horizontal yang akan menimbulkan suatu sirkulasi
estuari dimana air tawar bergerak di lapisan permukaan ke arah laut dan air asin bergerak
di lapisan dalam ke arah hulu. Dalam sirkulasi estuari ini terjadi keseimbangan antara
tekanan dan gesekan internal yang disebabkan viskositas air. Perbedaan densitas antara
perairan estuari dan air laut sekitarnya bergantung pada debit air sungai (tawar) dan
kekuatan pasang surut di daerah tersebut (Gross, M.G.1990).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi
Hari / tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu : Pukul 16.30 – Selesai
Tempat : Ruang B301, Gedung B Kelautan, Universitas Diponegoro,
Semarang, Jawa Tengah.

3.2. Metode
1. Buka data pengolahan awal pada Excel

2. Tambahkan 0,40 (sesuai NIM) pada data Smin, Smax, Tmin, dan Tmax
3. Lalu pisahkan data tiap stasiun. Letakan pada sheet berikutnya. Lakukan sampai dengan
stasiun ke 10.

4. Buat Grafik antara salinitas max dan min terhadap kedalaman dengan Scatter

5. Gunakan nilai salinitas max dan min sebagai sumbu X, dan kedalaman sebagai sumbu
Y untuk tiap stasiun. Lakukan langkah tersebut sampai stasiun 10.
6. Lalu buat grafik antara Suhu max dan min terhadap kedalaman pada tiap stasiun. Suhu
sebagai sumbu X dan kedalaman sebagai sumbu Y. Lakukan hingga stasiun ke 10

7. Maka didapat 10 grafik Salinitas dan 10 Grafik Suhu

8. Setelah itu untuk sheet selanjutnya masukan data Kecepatan pada sheet data mentah
yaitu Vmax dan Vmin.
9. Hitung nilai Vt dengan rumus Vmin-Vmax

10. Lalu buat grafik untuk kecepatan total terhadap kedalaman tiap stasiun. Kecepatan
total sebagai sumbu X, dan Kedalaman sebagai sumbu Y.

11. Lakukan tahapan tersebut sampai stasiun 10.


12. Buat grafik Kedalaman terhadap Tmax pada berbagai stasiun (stasiun 1- 10),
kedalaman sebagai sumbu Y dan Tmax sebagai sumbu X.

14. Maka diperoleh Grafik

13. Gabungkan grafik Tmax dan kedalaman dari stasiun 1-stasiun 10


14. Dengan langkah yang sama, buat Grafik Salinitas terhadap kedalaman untu Smax
pada semua stasiun dengan Kedalaman sebagai sumbu Y dan Salinitas sebagai
sumbu X.
IV. HASIL

4.1. Data Suhu, Salinitas dan Arus pada setiap stasiun


Stasiun 1
Salinitas Suhu Arus
No. Sta Kedalaman Smax Smin Tmax Tamin Vmax Vmin
1 0 10 11 18 17 20 42
1 2 22 11 16,6 17 15 40
1 4 34 11 15,2 17 20 3
1 6 35 11 14 17 25 26

Stasiun 2
2 0 15 12 18 18 12 42
2 2 15 12 18 18 13 41
2 4 21 12 16 18 20 38
2 6 28 12 14 18 26 34
2 8 35 22 14 16 32 30
2 10 35 32 14 14 40 24

Stasiun 3
3 0 10 10 18,6 18,8 10 42
3 2 10 10 18,6 18,8 15 40
3 4 16 10 17,6 17,4 20 35
3 6 22 14 16,4 16 25 25
3 8 28 18 15,4 14,5 35 20
3 10 35 21 14,2 14,3 36 21
3 12 35 25 14,2 14,5 38 26
3 14 35 28,5 14 14,5 38 28
3 16 35,2 32,5 14 14,8 40 30

Stasiun 4
4 0 10 10 18,9 19 10 40
4 2 10 10 18,8 18,9 18 35
4 4 10 10 18,7 18,8 24 30
4 6 26 34 16,2 16 26 26
4 8 34 34 15,4 15,9 34 20
4 10 35 35 15 15,8 40 10

Stasiun 5
5 0 26 13 15 17,5 8 35
5 2 35 13 14,5 17,5 10 30
5 4 35 13 14,5 17,5 14 22
5 6 35 20 14,5 16,5 20 10
5 8 35 27,5 14,5 15,25 20 10
5 10 35 35 14,5 14 26 0
5 12 35 35 14,5 14 30 10
5 14 35 35 14,5 14 36 18

Stasiun 6
6 0 32 13 15,5 15,6 42 26
6 2 33 13 15 15,6 8 48
6 4 35 22 14,8 14,9 14 40
6 6 35 29 14,8 14,9 24 30
Stasiun 7
Salinitas Suhu Arus
No. Sta Kedalaman Smax Smin Tmax Tamin Vmax Vmin
7 0 35 13 15,5 15,6 32 22
7 2 35 24 15 15,6 7 42
7 4 35 35 14,8 14,9 10 34
7 6 35 35 14,8 14,9 16 24
7 8 35 35 15,4 15 24 12

Stasiun 8
8 0 13 13 15,7 19,8 30 0
8 2 18,5 13 15,6 19,7 6 50
8 4 24 20,5 15,5 18,5 10 44
8 6 29,5 27,5 15,5 18 15 40
8 8 35 35 15,4 16 20 30
8 10 35 35 15,3 15,9 30 30
8 12 35 35 15,3 15,9 40 20

Stasiun 9
9 0 10 10 19,6 19,6 10 40
9 2 10 10 19,6 19,6 20 35
9 4 22 10 17,9 19,5 28 28
9 6 33 10 16 19,4 30 20

Stasiun 10
10 0 10 10 18 18 10 40
10 2 10 10 18 18 18 35
10 4 16 10 16,9 18 24 30
10 6 22 10 15,9 17 26 26
10 8 28 14 15 16 34 20
10 10 34 18 14 15 38 22
10 12 34 18 14 15 40 10

4.2. Profil Variasi Temperatur terhadap Kedalaman


Stasiun 1
Setasiun 1
Z Smax Smin tamax tamin
0 10,4 11,4 18,4 17,4
-2 22,4 11,4 17 17,4
-4 34,4 11,4 15,6 17,4
-6 35,4 11,4 14,4 17,4
Stasiun 2
Stasiun-2
z smax Smin tmax tmin
0 15,4 12,4 18,4 18,4
-2 15,4 12,4 18,4 18,4
-4 21,4 12,4 16,4 18,4
-6 28,4 12,4 14,4 18,4
-8 35,4 22,4 14,4 16,4
-10 35,4 32,4 14,4 14,4

Stasiun 3
Stasiun-3
z Smax Smin tmax tmin
0 10,4 10,4 19 19,2
-2 10,4 10,4 19 19,2
-4 16,4 10,4 18 17,8
-6 22,4 14,4 16,8 16,4
-8 28,4 18,4 15,8 14,9
-10 35,4 21,4 14,6 14,7
-12 35,4 25,4 14,6 14,9
-14 35,4 28,9 14,4 14,9
-16 35,6 32,9 14,4 15,2
Stasiun 4
Stasiun-4

z Smax smin tmax tmin


0 10,4 10,4 19,3 19,4
-2 10,4 10,4 19,2 19,3
-4 10,4 10,4 19,1 19,2
-6 26,4 34,4 16,6 16,4
-8 34,4 34,4 15,8 16,3
-10 35,4 35,4 15,4 16,2

Stasiun 5
stasiun-5

z Smax Smin Tmax Tmin


0 26,4 13,4 15,4 17,9
-2 35,4 13,4 14,9 17,9
-4 35,4 13,4 14,9 17,9
-6 35,4 20,4 14,9 16,9
-8 35,4 27,9 14,9 15,65
-10 35,4 35,4 14,9 14,4
-12 35,4 35,4 14,9 14,4
-14 35,4 35,4 14,9 14,4
Stasiun 6
Stasiun- 6
z Smax Smin tmax Tmin
0 32,4 13,4 15,9 16
-2 33,4 13,4 15,4 16
-4 35,4 22,4 15,2 15,3
-6 35,4 29,4 15,2 15,3

Stasiun 7
stasiun-7
z smax smin tmax tmin
0 35,4 13,4 15,9 16
-2 35,4 24,4 15,4 16
-4 35,4 35,4 15,2 15,3
-6 35,4 35,4 15,2 15,3
-8 35,4 35,4 15,8 15,4
Stasiun 8
Stasiun-8
z smax smin tmax tmin
0 13,4 13,4 16,1 20,2
-2 18,9 13,4 16 20,1
-4 24,4 20,9 15,9 18,9
-6 29,9 27,9 15,9 18,4
-8 35,4 35,4 15,8 16,4
-10 35,4 35,4 15,7 16,3
-12 35,4 35,4 15,7 16,3

Stasiun 9
Stasiun-9

z smax smin tmax tmin


0 10,4 10,4 20 20
-2 10,4 10,4 20 20
-4 22,4 10,4 18,3 19,9
-6 33,4 10,4 16,4 19,8
Stasiun 10
Stasiun - 10
z smax smin tmax tmin
0 10,33 10,33 18,33 18,33
-2 10,33 10,33 18,33 18,33
-4 16,33 10,33 17,23 18,33
-6 22,33 10,33 16,23 17,33
-8 28,33 14,33 15,33 16,33
-10 34,33 18,33 14,33 15,33
-12 34,33 18,33 14,33 15,33

4.3. Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman


Stasiun 1
Setasiun 1
Z Smax Smin tamax tamin
0 10,4 11,4 18,4 17,4
-2 22,4 11,4 17 17,4
-4 34,4 11,4 15,6 17,4
-6 35,4 11,4 14,4 17,4
Stasiun 2
Stasiun-2
z smax Smin tmax tmin
0 15,4 12,4 18,4 18,4
-2 15,4 12,4 18,4 18,4
-4 21,4 12,4 16,4 18,4
-6 28,4 12,4 14,4 18,4
-8 35,4 22,4 14,4 16,4
-10 35,4 32,4 14,4 14,4

Stasiun 3
Stasiun-3
z Smax Smin tmax tmin
0 10,4 10,4 19 19,2
-2 10,4 10,4 19 19,2
-4 16,4 10,4 18 17,8
-6 22,4 14,4 16,8 16,4
-8 28,4 18,4 15,8 14,9
-10 35,4 21,4 14,6 14,7
-12 35,4 25,4 14,6 14,9
-14 35,4 28,9 14,4 14,9
-16 35,6 32,9 14,4 15,2

Stasiun 4
Stasiun-4

z Smax smin tmax tmin


0 10,4 10,4 19,3 19,4
-2 10,4 10,4 19,2 19,3
-4 10,4 10,4 19,1 19,2
-6 26,4 34,4 16,6 16,4
-8 34,4 34,4 15,8 16,3
-10 35,4 35,4 15,4 16,2

Stasiun 5
stasiun-5

z Smax Smin Tmax Tmin


0 26,4 13,4 15,4 17,9
-2 35,4 13,4 14,9 17,9
-4 35,4 13,4 14,9 17,9
-6 35,4 20,4 14,9 16,9
-8 35,4 27,9 14,9 15,65
-10 35,4 35,4 14,9 14,4
-12 35,4 35,4 14,9 14,4
-14 35,4 35,4 14,9 14,4

Stasiun 6
Stasiun- 6
z Smax Smin tmax Tmin
0 32,4 13,4 15,9 16
-2 33,4 13,4 15,4 16
-4 35,4 22,4 15,2 15,3
-6 35,4 29,4 15,2 15,3

Stasiun7
stasiun-7
z smax smin tmax tmin
0 35,4 13,4 15,9 16
-2 35,4 24,4 15,4 16
-4 35,4 35,4 15,2 15,3
-6 35,4 35,4 15,2 15,3
-8 35,4 35,4 15,8 15,4

Stasiun 8
Stasiun-8
z smax smin tmax tmin
0 13,4 13,4 16,1 20,2
-2 18,9 13,4 16 20,1
-4 24,4 20,9 15,9 18,9
-6 29,9 27,9 15,9 18,4
-8 35,4 35,4 15,8 16,4
-10 35,4 35,4 15,7 16,3
-12 35,4 35,4 15,7 16,3

Stasiun 9
Stasiun-9

z smax smin tmax tmin


0 10,4 10,4 20 20
-2 10,4 10,4 20 20
-4 22,4 10,4 18,3 19,9
-6 33,4 10,4 16,4 19,8

Stasiun 10
Stasiun - 10
z smax smin tmax tmin
0 10,33 10,33 18,33 18,33
-2 10,33 10,33 18,33 18,33
-4 16,33 10,33 17,23 18,33
-6 22,33 10,33 16,23 17,33
-8 28,33 14,33 15,33 16,33
-10 34,33 18,33 14,33 15,33
-12 34,33 18,33 14,33 15,33

4.4. Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman


Stasiun 1
no sta kedalaman Vmax Vmin Vt
1 0 20 42 22
1 2 15 40 25
1 4 20 3 -17
1 6 25 26 1

Stasiun 2
no sta kedalaman Vmax Vmin Vt

2 0 12 42 30
2 2 13 41 28
2 4 20 38 18
2 6 26 34 8
2 8 32 30 -2
2 10 40 24 -16

Stasiun 3

3 0 10 42 32
3 2 15 40 25
3 4 20 35 15
3 6 25 25 0
3 8 35 20 -15
3 10 36 21 -15
3 12 38 26 -12
3 14 38 28 -10
3 16 40 30 -10
Stasiun 4

4 0 10 40 30
4 2 18 35 17
4 4 24 30 6
4 6 26 26 0
4 8 34 20 -14
4 10 40 10 -30

Stasiun 5

5 0 8 35 27
5 2 10 30 20
5 4 14 22 8
5 6 20 10 -10
5 8 20 10 -10
5 10 26 0 -26
5 12 30 10 -20
5 14 36 18 -18
Stasiun 6

6 0 42 26 -16
6 2 8 48 40
6 4 14 40 26
6 6 24 30 6

Stasiun 7

7 0 32 22 -10
7 2 7 42 35
7 4 10 34 24
7 6 16 24 8
7 8 24 12 -12
Stasiun 8

8 0 30 0 -30
8 2 6 50 44
8 4 10 44 34
8 6 15 40 25
8 8 20 30 10
8 10 30 30 0
8 12 40 20 -20

Stasiun 9
9 2 20 35 15
9 4 28 28 0
9 6 30 20 -10

Stasiun 10

10 0 10 40 30
10 2 18 35 17
10 4 24 30 6
10 6 26 26 0
10 8 34 20 -14
10 10 38 22 -16
10 12 40 10 -30

4.5. Grafik Temperatur terhadap Kedalaman untuk Tmax pada Berbagai Stasiun
4.6. Grafik Salinitas terhadap Kedalaman untuk Smax pada Berbagai Stasiun

4.7. Grafik Kecepatan Total terhadap Kedalaman pada Berbagai Stasiun


V. PEMBAHASAN

5.1. Profil Variasi Temperatur terhadap Kedalaman


Pada dasarnya, suhu pada suatu perairan akan berkurang seiring bertambah kedalaman
perairan tersebut. Semakin dalam perairan, maka suhu akan semakin kecil. Suhu berbanding
terbalik dengan kedalaman. Pada praktikum kali ini disediakan data suhu 10 stasiun. Pada
Stasiun 1 terlihat bahwa profil variasi suhu minimal terhadap kedalaman terlihat konstan
seiring bertambahnya kedalaman. Hal ini dapat disebabkan karena pada stasiun 1 ini berada di
tengah estuari dengan demikian suhu air yang dibawa dari sungai-sungai berkumpul jadi 1.
Estuari merupakan wilayah perairan setengah tertutup sehingga suhu minimum cenderung
tetap dan suhu maksimal akan turun sesuai dengan kedalaman karena pengaruh dari sinar
matahari.
Stasiun 3 merupakan stasiun yang berada di dekat sungai. Kedua suhu maksimum dan
minimum berkurang seiring bertambahnya kedalaman. Sedangkan pada stasiun 4 yang
memiliki pola yang hampir sama dengan stasiun 3 tetapi yang membedakan tempat
kedalaman suhu menurun dan konstan dan pada stasiun 4 ini suhu maksimum didaerah dasar
cenderung terus turun sedangkan suhu minimum konstan. Hal ini dapat disebabkan karena
perbedaan kedalaman dari stasiun 3 dan 4. Selain itu faktor dari kedalaman sungai tersebut
membuat suhu maksimum didaerah dasar dapat berkurang. Pada stasiun 9 dan 10 terlihat
bahwa profil variasi suhu memiliki persamaan pada suhu maksimum dan minimum di z = 0
hingga z = -6. Persamaan tersebut dapat terjadi karena wilayah pengambilan data yang berada
di daerah dengan area pinggir sungai sehingga dapat terjadi kesamaan walaupun tidak sama
persis. Faktor yang dapat menyebabkan dapat dari faktor atmosfer yang membuat suhunya
sama dan konstan seiring bertambahnya kedalaman.
Stasiun 5,6,7, dan 8 berada di dekat dengan laut sehingga membuat pola variasi suhu
yang hampir sama. Sebagai contoh stasiun 5, wilayah dekat laut membuat suhu dari perairan
mempengaruhi suhu perairan di stasiun sehingga hingga kedalaman z = -4 suhu cenderung
konstan tetapi karena bertambahnya kedalaman suhu minimumnya berkurang karena semakin
kecilnya pengaruh dari suhu luar perairan. Perairan ini masih tergolong wilayah permukaan
sehingga pengaruh dari atmosfer masih masuk kedalam perairan dan membuat suhu
maksimum dan minimumnya memiliki pola sama. Pada stasiun 8 terlihat bahwa pola yang
didapat hampir sama dengan stasiun 5 hanya saja pada stasiun 8 suhu minimumnya tidak
berpotongan dengan suhu maksimum. Selain itu rentang suhu maksimum dan suhu minimum
ini berbeda jauh pada permukaan tetapi pada dasar rentangnya menjadi dekat. Hal ini karena
adanya pendalaman perairan yang membuat faktor dari atmosfer seperti cahaya matahari
sudah berkurang.

5.2. Profil Variasi Salinitas terhadap Kedalaman


Salinitas pada suatu perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Semakin dalam suatu
perairan, maka nilai Salinitasnya akan semakin tinggi. Berbeda dengan suhu, nilai salinitas
berbanding lurus terhadap kedalaman. Pada stasiun 1 ini terlihat profil yang didapat dari
salinitas minimal konstan hal ini menunjukkan pada daerah tersebut salinitas yang
mempengaruhi air laut konstan sedangkan pada salinitas maksimumnya cenderung naik
dengan bertambahnya kedalaman hal ini dikarenakan pada wilayah bawah yang termasuk air
laut membuat salinitas maksimumnya naik sedangkan pada wilayah permukaan perairan
masih banyak dipengaruhi oleh air tawar dari sungai sehingga nilainya sama dengan nilai
salinitas minimum dan maksimumnya.
Pada stasiun 3 dan 4 ini memiliki pola yang hampir sama tetapi pada stasiun 4 ini
salinitas maksimum dan minimumnya banyak yang berdempet. Pada stasiun 3 menunjukkan
bahwa daerah tersebut ada kemungkinan sedang mengalami pengadukan karena adanya
percampuran dari air laut dan air sungai, sehingga nilai salinitasnya tidak stabil. Pada stasiun
9 dan 10 yang memiliki area sama – sama dekat sungai ini terlihat bahwa pada stasiun 9 ini
memiliki kedalaman yang lebih kecil dari stasiun 10. Pada stasiun 9 terlihat bahwa salinitas
minimumnya cenderung konstasn sedangkan pada salinitas maksimumnya semakin
meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini dapat disebabkan karena pada wilayah
dekat sungai berarti masih ada sifat – sifat perairan dari sungai yang masuk sehingga pada
daerah permukaan masih dipengaruhi oleh air tawar. Pada stasiun 5,6,7 dan 8 yang berada di
dekat laut ini memiliki pola sebaran salinitas yang hampir mirip. Wilayah dasar perairan
salinitas cenderung sama sedangkan pada pernukaan salinitas dapat ditentukan oleh faktor –
faktor atmosfer seperti penguapan, hujan dan lain – lain. Pada stasiun 6 kenaikan salinitas
berada pada salinitas minimum tetapi pada salinitas maksimumnya cenderung konstan. Hal ini
dapat terjadi karena adanya pengaruh dari perairan seperti salinitas disekitar stasiun sehingga
mempengaruhi salinitas maksimum dan minimumnya.

5.3. Profil Kecepatan Arus Total terhadap Kedalaman


Kecepatan arus total terhadap kedalaman pada stasiun 1 ini terlihat bahwa kecepatannya
pada daerah permukaan nilainya tinggi sedangkan pada daerah dasar nilainya negative hal ini
menunjukkan bahwa arah arus di permukaan ke arah laut sedangkan pada dasar perairan arus
cenderung ke arah sebaliknya. Pada stasiun 2 terlihat pada daerah permukaan yaitu kedalaman
0 terlihat bahwa kecepatan sama seperti stasiun 1.
Pada stasiun 3, 4, 9 dan 10 terlihat memiliki pola yang mirip dengan stasiun 1 dan 2, hal
ini dimungkinkan karena pada stasiun 3, 4, 9 dan 10 ini berada di dekat sungai sehingga
masih dipengaruhi oleh sungai seperti pada stasiun 1 dan 2. Stasiun 3 ini menunjukkan arah
gerak dari laut ke arah sungai untuk air laut dan dari sungai ke laut untuk air tawar. Sama
halnya dengan stasiun 4 hanya saja yang membedakan adalah tidak adanya naik turun yang
drastic untuk kecepatannya. Hal ini dapat terjadi bila perairan tersebut termasuk perairan
dangkal.
Kecepatan arus pada stasiun 5, 6, 7 dan 8 yang berada di dekat laut hampir semua
memiliki pola yang sama kecuali pada stasiun 5. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kemungkinan bahwa saat pengambilan data sedang terjadi proses pengadukan didaerah dekat
sungai sehingga membuat arahnya bergerak ke dekat sungai. Pada stasiun 6, 7 dan 8 terlihat
bahwa pada permukaan dan dasar perairan memiliki nilai yang hampir sama hanya saja pada
pertengahan terlihat pergerakan arus yang besar. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh
dari suhu dan salinitas yang membuat densitasnya berbeda jauh pada wilayah dengan
kedalaman tengah.

5.4. Hubungan Temperatur dan Salinitas terhadap Arus Densitas


Arus densitas merupakan arus yang timbul akibat adanya gradien densitas dalam arah
horizontal. Gradien densitas horizontal terbentuk oleh variasi salinitas, suhu atau kandungan
sedimen. Pada stasiun 1 dan 2 yang letaknya di daerah tengah estuari, arus densitas yang
berpengaruh diakibatkan oleh debit sungai terbentuk di daerah estuari (daerah muara sungai
dimana terjadi pengenceran air laut oleh air sungai). Gradien horizontal dari densitas ini
mengakibatkan sirkulasi estuari di mana air tawar mengalir di lapisan permukaan kearah
muara (laut) dan air asin mengalir dilapisan bawah (dalam) ke arah hulu. Arus kearah hulu di
lapisan bawah timbul akibat muka air yang tinggi di lepas pantai dibandingkan di muara (saat
pasang).
Pada stasiun 5, 6, 7 dan 8 yang letaknya di daerah dekat laut, arus densitas yang
berpengaruh diakibatkan oleh air di perairan pantai lebih berat dari pada air di lepas pantai
karena suhu air di pantai lebih rendah daripada di lepas pantai. Muka air di pantai lebih
rendah daripada di lepas pantai atau terbentuk slope muka air yang naik ke arah lepas pantai.
Pada kondisi normal, akibat keseimbangan gaya gradien tekanan karena adanya slope dan
coriolis akan terbentuk arus yang bergerak sejajar pantai. Bila keseimbangan antara gradien
tekanan dan coriolis ini terganggu maka timbul gerakan arus yang hangat dari arah lepas
pantai ke arah pantai akibat slope muka laut yang tinggi di lepas pantai daripada di pantai.
Jadi arus densitas yang letaknya di daerah dekat laut relatif tinggi daripada daerah tengah
estuari dan dekat sungai karena nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi juga relatif besar
Pada stasiun 3, 4 , 9 dan 10 yang letaknya di dekat sungai arus densitas yang
berpengaruh diakibatkan oleh aliran air tawar dari hulu mengakibatkan terbentuknya gradien
horizontal dari densitas yang bertambah besar ke arah laut. Gradien horizontal dari densitas
ini mengakibatkan sirkulasi air tawar mengalir di lapisan permukaan kearah muara (laut) dan
air asin mengalir dilapisan bawah (dalam) ke arah hulu. Pada stasiun dekat sungai ini arus
densitas yang berpengaruh tidak terlalu besar karena salinitas dan suhu nilainya relatif kecil.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan

1. Profil salinitas dan Temperatur terhadap kedalaman di Estuari, dimana semakin


tinggi nilai salinitas maka daerah Estuari tersebut semakin dalam, diman
berbanding terbalik dengan temperaturnya.

2. Profil distribusi kecepatan arus, yang semakin besar kecepatan arusnya maka
semakin dalam daerah di Estuari, dimana kecepatan arus akan mempengaruhi
transpor sedimen di estuari tersebut.

6.2. Saran
Dalam penyampaian materi hendaknya lebih jelas penggunaan rumus
perhitungannya agar pemahaman materi lebih baik, sehingga dalam penyusunan laporan
tidak bingung.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 9 –
21
Brown et al. 1989. Ocean Circulation. New York. Pergamon Press.
Gross, M.G. 1990. Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff .
New Jersey.
Hamid, Muhammad. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Prasetyawan, Indra Budi. 2009. Arus Densitas dan Pembentuknya.
Sutirto dan Diarto Trisnoyuwono. 2015. Gelombang dan Arus Laut Lepas. Graha Ilmu,
Yogjakarta.
Yudowaty, Shinta Oktavia et al. 2012. Studi Transpor Sedimen di Pantai Slamaran
Pekalongan. J-Oceanografi. Vol 1(2) : 196-197.

Anda mungkin juga menyukai