Anda di halaman 1dari 14

Patahan Semangko

Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan merupakan jalur
konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat Lempeng
Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan
pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar Sumatra. Adalah bentukan geologi yang
membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk
Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran
tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di
daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi. Patahan ini merupakan
patahan geser, seperti patahan San Andreas di California.

Patahan Semangko terletak di antara Zona Semangko patahan Lampung. Bagian selatan dari blok
Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi
Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung. Sedangkan bagian utara blok
Semangko berbentuk seperti Dome (diameter +40 Km). Patahan Semangko adalah bentukan
geologi yang membentang di pulau Sumatera dari selatan ke utara. Patahan inilah yang membentuk
pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatera. Patahan ini relatif
lebih muda dan paling mudah terlihat di daerah ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat kota
Padang Panjang.

Terbentuknya Patahan

Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng
(Samudra) Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatera yang menjadi
bagian dari Lempeng (Benua) Eurasia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen
gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah
Lempeng Sumatera. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 kilometer umumnya
mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun
tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona
penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat
nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya
tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Adapun komponen kedua berupa
gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut.
Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal
sebagai Patahan Besar Sumatera. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault (1967)
menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu.
Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatera ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan
kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30 mm per tahun relatif terhadap bagian di timurnya.
Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatera ini sampai kedalaman 10 kilometer-
20 km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah
demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan dan kemudian
pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat sehingga terjadilah gempa bumi
besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan
tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan
Sumatera pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas
dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu
disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan
di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu
tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek
guncangan gempa. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang
ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan
bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan
freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada
1933.

Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen
diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra searah jarum jam.
Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-
Oligosen. Perubahan tersebut juga mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar
Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra
menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman dan Sidi, 2000).
Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan pembentukkan cekungan-cekungan belakang
busur sepanjang Pulau Sumatra, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan
Cekungan Sumatra Selatan (Gambar Diatas).

Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari mikrokontinen di
Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng
Samudera Hindia subduksi di bawah Lempeng Benua Eurasia pada arah N20°E dengan rata-rata
pergerakannya 6 – 7 cm/tahun. Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung
dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik
back-arc. Sumatra dapat dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):

1. Sunda outer-arc ridge, berada sepanjang batas cekungan fore-arc Sunda dan yang
memisahkan dari lereng trench.
2. Cekungan Fore-arc Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik punggungan outer-arc
dengan bagian di bawah permukaan dan volkanik back-arc Sumatra.
3. Cekungan Back-arc Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra Utara, Tengah, dan Selatan.
Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit
Barisan.
4. Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan terbentuk terutama pada Perm-
Karbon hingga batuan Mesozoik.
5. Intra-arc Sumatra, dipisahkan oleh uplift berikutnya dan erosi dari daerah pengendapan
terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip pada fore-arc dan back-arc basin.

Sistem Sesar Sumatra

Di pulau Sumatera, pergerakan lempeng India dan Australia yang mengakibatkan kedua
lempeng tersebut bertabrakan dan menghasilkan penunjaman menghasilkan rangkaian busur pulau
depan (forearch islands) yang non-vulkanik (seperti: P. Simeulue, P. Banyak, P. Nias, P. Batu, P.
Siberut hingga P. Enggano), rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik di
tengahnya, serta sesar aktif ’The Great Sumatera Fault’ yang membelah Pulau Sumatera mulai dari
Teluk Semangko hingga Banda Aceh. Sesar besar ini menerus sampai ke Laut Andaman hingga
Burma. Patahan aktif Semangko ini diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dan
merupakan daerah rawan gempa bumi dan tanah longsor.
Di samping patahan utama tersebut, terdapat beberapa patahan lainnya, yaitu: Sesar Aneuk
Batee, Sesar Samalanga-Sipopok, Sesar Lhokseumawe, dan Sesar Blangkejeren. Khusus untuk
Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dihimpit oleh dua patahan aktif, yaitu Darul Imarah
dan Darussalam. Patahan ini terbentuk sebagai akibat dari adanya pengaruh tekanan tektonik
secara global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera serta
pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan. Daerah-daerah yang berada di sepanjang patahan
tersebut merupakan wilayah yang rawan gempa bumi dan tanah longsor, disebabkan oleh adanya
aktivitas kegempaan dan kegunungapian yang tinggi. Banda Aceh sendiri merupakan suatu dataran
hasil amblesan sejak Pliosen, hingga terbentuk sebuah graben. Dataran yang terbentuk tersusun
oleh batuan sedimen, yang berpengaruh besar jika terjadi gempa bumi di sekitarnya.
Penunjaman Lempeng India – Australia juga mempengaruhi geomorfologi Pulau Sumatera.
Adanya penunjaman menjadikan bagian barat Pulau Sumatera terangkat, sedangkan bagian timur
relatif turun. Hal ini menyebabkan bagian barat mempunyai dataran pantai yang sempit dan
kadang-kadang terjal. Pada umumnya, terumbu karang lebih berkembang dibandingkan berbagai
jenis bakau. Bagian timur yang turun akan menerima tanah hasil erosi dari bagian barat (yang
bergerak naik), sehingga bagian timur memiliki pantai yang datar lagi luas. Di bagian timur,
gambut dan bakau lebih berkembang dibandingkan terumbu karang.

Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-
batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi pada batuandapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam ilmu geologi
struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis-jenis patahan
adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik
(trustfault). Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan batuan tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak satu
dengan lainnya.. Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang
bekerja pada batuan kerak bumi.
PEMBAHASAN

Pembahasan di tinjau dari pembentukan SesarSemangko itu sendiri, penentuan tipe Sesar
Semangko, analisis Sesar Semangko, dan Geometri dari Patahan Semangko itu sendiri, yang di
tinjau melalui analisis citra radar.

Pembentukan Patahan Semangko

Pulau sumatera yang secara fisiografi berarah baratlaut merupakan perpanjangan ke selatan
dari Lempeng Bneua Eurasia, tepatnya berada pada batas barat dari Sundaland. Posisi Pulau
Sumatera bersebelahan dengan batas antara Lempeng Samudra India-Australia dan Sundaland.
subduksi kedua lempeng ditandai oleh sistem pegunungan Sunda (Sunda Arc System) yang aktif
dan memanjang dari Burma di utara hingga ke selatan diamna lempeng Australia mengalami
tabrakan (collision) dengan bagian timur Indonesia (Hamilton,1979).

Kerangka Tektonik regional Cekungan Sumatera (Darman dan Sidi, 2000)

Subduksi antara lempeng India-Australia dengan Sundaland membentuk pola konvergen


yang miring (oblique) menyudut N 20° E. Gerakan miring tersebut merupakan resultan dua gaya
yaitu pergerakan dan gerakan mendatar. Gerakan turun terakomudasi oleh penunjaman lempeng
samudra india-australia dibawah sundaland. Sedangkan gerakan mendatar terefleksikan pada pola-
pola sesar geser yang membentuk rangkaian struktur dextral wrenching di dalam sundaland.
Rangkaian sturktur sesar geser tersebut pada akhirnya membentuk sesar besar sumatera yang
dikenal dengan nama sesar geser semangko. Pergeseran menghasilkan zona lemah yang
memungkinkan menjadi jalan keluarnya magma pada aktivitas vulkanisme yang menghasilkan
jajaran pegunungan barisan. hal ini berarti bahwa posisi sesar semangko berada tepat pada barisan
Mountain Volcanic-Arc yang dibuktikan dengan banyak ditermukannya Wrench Fault (sesar
mendatar) pada jajaran pegunungan tersebut. Pada daerah back-arc basin dipengaruhi oleh rezim
tensional dengan arah gaya tegak lurus terhadap zona subduksi. Rezim tensional ini disebabkan
oleh adanya aliran panas dibawah permukaan. Gaya kompresi yang mengasilkan Dextral
Wrenching berarah sejajar dengan batas lempeng dan sangat kuat memengaruhi rezim tensional
back-arc basin. Dan menghasilkan struktur-struktur yang berarah sejajar dengan batas lempeng.

Penampang melintang memotong Pulau Sumatera berarah barat-timur (Carvalo et al. (1980), Kay (1980)
dan Ringwood (1977)).
Tipe Sesar Semangko

Gambar diatas memperlihatkan bagaimana patahan sumatera ini dipetakan dan dilihat potensi
gempa-nya. Kalau saja peta ini titampalkan (ditumpuk) dengan peta perkotaan dan peta
kepadatan penduduk tentunya dapat diperhitungkan sebesar apa risiko yang harus ditanggung.
Selain itu juga dapat dipakai untuk tujuan mitigasi supaya koran dan kerugian dapat ditekan.
Dibawah ini segment-segmen Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang telah bergerak
menimbulkan gempa besar dalam tahun-tahun sebelumnya

Patahan Sumatera
Sesar semangko merupakan bagian selatan dari system sesar besar sumatera yang
bergeser secara dekstral/menganan yang merupakan akibat subduksi atau konvergensi
menyerong antara lempeng indo-australia dengan lempeng Eurasia.segmen sesar semangko
membentang sepanjang lebih dari 80km dari selat sunda sampai dengan daerah danau ranau di
utara .beberapa penulis menganggap ,bahwa segmen selatan sesar semangko hanya dari selat sunda
sampai dengan depresi suoh saja (bellier dkk,1991).pada sesar sumatera pergeseran yang dekstral
menjadi dominan vertical di bagian selatan dan hal ini di buktikan dengan mekanisme fokal dari
gempa bumi yang menunjukan sesar Mendatar (Harjono dkk,1991:Pramunijoyo dan
Sebrier,1990).

Struktur geologi yang berkembang di sumatera bagian selatan berupa sesar, struktur
lipatan(baik antiklin dan sinklin), dan struktur kekar. Namun demikian, struktur perlipatan sangat
jarang dijumpai di daerah ini mengingat sebagian besar daerah ini tersusun oleh batuan yangtidak
mudah terlipat seperti tuf, breksi, lava dan produk vulkanik lainnya. Perlipatan yang tersingkap
pada mulanya mempunyai arah timur –barat yang kemudian diikutin perlipatan tegak berarah
baratlaut-tenggara pada batuan malihan komplek Gunung Kasih.

Patahan aaktif sumatera bagian selatan dimulai dari terbanan danau rabau, lembah
kotabatu- hamkatir-sukabumi, lembah liwa , terbanan/kawah suoh, tinggian tikaberak dan terbanan
teluk semangko, secara keseluruhan merupakan lajur seismotonik patahan aktif sumatera segmen
semangko. Segmentasi patahan dalam lajur tersebut dapat dianalisis melalui citra satelit dan
pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung dilapangan untuk memastikan
keberadaan unsure-unsur tektonik dan struktur geologi berupa lembah patahan, gawir patahan,
offset sungai serta cirri kinematika patahan seperti kekar dan bidang patahan.
Pada dasarnya setiap segmentasi patahan mempunyai karakternya masing-masing
diantaranya panjang segmentasi, besar pergeseran bai tegak maupun mendatar, kemiringan bidang
patahan, kinematika gerak patahan. Untuk menggerakan suatu patahan turun diperlukan energy
lebih kecil dibandingkan energy yang dibutuhkan untuk menggerakan suatu patahan geser dan
patahan naik.
Sesar mendatar (Strike slip fault/Transcurent fault/Wrench fault) merupakan sesar yang
pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini
adalah horizontal, sama dengan posisi tegasan minimumnya, sedangkan posisi tegasan menengah
adalah vertikal. Umumnya bidang sesar mendatar digambarkan sebagai bidang vertikal, sehingga
istilah hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan di dalam sistem sesar ini. Berdasarkan
gerak relatifnya, sesar ini dibedakan menjadi sinistral (mengiri) dan dekstral (menganan).

sesar mendatar strike-slip (left lateral)

Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara
lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu
tegasan normal terbesar. Lipatan dan thrust diakibatkna oleh suatu bidang tegasan sebelumnya dan
berbeda atau rezim yang sebelumnya membentuk wrench fault. Sembu lipatan dan thrust kemudian
terpotong oleh sesar wrench dimana sumbu lipatan dan thrust ini berada pada arah sumbu tegasan
normal menengah dari orientasi tegasan sebelumnya dimana relief tegasan ke arah atas dan tidak
berdampingan seperti pada rezim wrench terakhir. Perubahan rezim tegasan seperti ini biasa
terdapat di mountain-built belts sebagai bentukan orogenik seperti yang ditemukan di sesar
Semangko di Sumatra.

Pada sesar geser mendatar, di Patahan Semangko, sepanjang jejaknya bergeometri panjang,
lurus atau lengkung yang cenderung berdaerah lebar dengan kecuraman yang beragam. Lebarnya
jalur penggerusan ini mencapai beberapa ratus ribu meter diatas permukaan. Terdapat struktur
penyerta yang khas dalam sesar ini seperti rekahan, lipatan (umumnya lipatan merencong atau
enechelon fold) yang lazimnya arah sumbunya sejajar poros panjang strain-elipsoidnya, struktur
bunga, dan sesar sungkup (Thrust)/ Geser Naik yang sejajar poros lipatan.

Struktur penyerta ini pertama kali tebentuk dan sejajar dengan poros panjang elips
keterakan dimana pada jalur-jalur sesar mendatar terjadi proses yang di bagian dalam batuan
dasarnya akan terlibat sesar mendatar ke atas melalui sedimen-sedimen tertutup. Pada sesar ini,
jalurnya teranyam dengan gouge atau mylonite dan gores-gores garisnya horizontal yang diikuti
oleh sembul dan terban yang tidak sistematis. Jenis lipatan-lipatan seretan yang menujam ataupun
tataan stratigrafi yang saling menindaih dan tidak sama merupakan ciri lainnya. Selain itu sesar ini
merupakan jalur yang peka terhadap erosi.

bentuk patahan geser mendatar (wrench fault) yang menyebabkan munculnya struktur penyerta.

Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis
sesar, yaitu Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) dan Sesar Mendatar Sinistral
(sesar mendatar mengiri). Sesar Semangko merupakan Sesar Mendatar Dextral yaitu sesar yang
arah pergerakannya searah dengan arah perputaran jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar
sejajar dengan permukaan sesar atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip /
oblique). Sedangkan bidang sesarnya sendiri tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horisontal. Sesar jurus-mendatar ini dimana selama pergerakannya menghasilkan slip dan
separation dengan arah yang sama dimana pergeseran akan meningkat dengan meningkatnya slip
fan oergerakannya berlangsung secara ellipsoid dimana arahnya menyilang dari arah transform.
Berbeda dengan sesar transform, sesar jenis ini menghasilkan banyak deformasi yang
mengakibatkan tingginya unsur kegempaan pada setiap batas sesar atau pada ujung sesar.

Analisa Sesar Semangko

Sesar Semangko ini merupakan sesar yang sangat aktif di daratan yang membelah pulau
Sumatera, mulai dari teluk Semangko, membentang sepanjang pegunungan Bukit Barisan sampai
wilayah Aceh di Utara, sejajar dengan batas lempeng atau dearah subduksi sebelah Barat. Ketiga,
Sesar Mentawai, Sesar Batee dan Sesar Andaman barat merupakan sesar strike-slip yang
membujur di antara Sesar Sumatera dan Palung Sunda (McCaffrey, 2009). Pergeseran menganan
sesar Sumatera tampak jelas disertai dengan komponen pensesaran normal. Dari jarak pergeseran
jaringan hidrografi yang diperkirakan berumur Plistosen atas dan kerucut volkanis berumur
maksimum 1,5 juta tahun, dapat dihitung kecepatan geser sesar besar Sumatera segmen Ranau
yang berkisar antara 2 dan 10 mm / tahun. Penelitian geologi oleh Natawidjaja dan Sieh (1995)
mengemukakan bahwa sesar aktif di Sumatera merupakan suatu sesar tunggal menganan yang
terdiri dari beberapa segmen. Didaerah stepover transpresi dijumpai depresi yang sering disertai
dengan aktivitas geotermal dan gunungapi. Stepover transpresi ditandai dengan pengangkatan
yang diperkirakannya akibat sesar sungkup di bagian bawahnya. Daerah pengangkatan semacam
ini dijumpai di daerah Bengkulu dan Takengon. Dari pengamatan pergeseran alur sungai
dan hasil pentarikhan endapan-endapan volkanik Kuarter akhir, telah dihitung kecepatan geser
sesar besar Sumatera, yaitu : 27 mm / tahun di daerah danau Toba, 11 – 12 mm / tahun di daerah
Bukit Tinggi, 11 mm / tahun di daerah Kapahiang-Bengkulu. Pertambahan kecepatan geser ke arah
baratlaut ini sesuai dengan perhitungan vektor pergeseran (slip vector) oleh McCaffrey (1991).

Sistem sesar Sumatera di teluk semangko sampai dengan depresi Suoh di utara membentuk graben
yang tidak simetri dengan orientasi barat laut–tenggara,dengan sesar semangko sebagai sesar
utama. Sesar tersebut memiliki gawir sesar setinggi 500m dan panjang lebih dari 65km memotong
batuan gunung api Oligo – Miosen yang ditutupi oleh batuan sedimen laut Pliosen dengan
kemiringan 5˚-10˚ kea rah barat. Disekitar teluk Lampung dan teluk Semangko,batuan tersier telah
di tutup oleh tuf kuarter yang berumur 1.00 ± 0,2 juta tahun yang lalu. sedangkan di
Sukadana.dataran di sebelah timur laut teluk Lampung,terdapat batuan basalt yang mengalir
melalui rekahan berorientasi barat laut- tenggara yang berumur 0,80 ± 0,40 juta tahun yanglalu.
Studi kelurusan pada citra menunjukan ,bahwa kelurusan berarah barat lauttenggara tampak
disekitar selat Sunda, tetapi semua kelurusan terkonsentrais pada daerah sekitar teluk
Semangko.hal ini disebabkan oleh pengurangan intensitas deformasi pensesaran dekstral kea rah
timurlaut. Di daerah Banding yang terletak 23 km di barat laut kota Agung terdiri dari hasil letusan
gunung api Plio-Kuarter,tetapi secara setempat terdapat batuan gunung api yang sangat lapuk yang
mungkin berumur lebihtua dari PlioKuarter.pada batuan tersebut dijumpai beberapa sesar minor
berarah utara timur laut- selatan tenggara dan berarah timur laut – tenggara .dan pada kedua arah
sesar tersebut menunjukan dua kinematika striasi ,yaitu sesar geser dan sesar turun.
Geometri Sesar Semangko

Geometri system sesar Semangko sangatlah komplek.dari citra radar dapat dilihat bahwa
antara danau Ranau di barat laut sampai dengan teluk Semangko di tenggara terdapat beberapa
kelurusan yang disertai oleh beberapa depresi pisah Tarik. jika diperhatikan lebih teliti lagi dapat
ditafsirkan ,bahwa kelurusan kelurusan tersebut tidak terjadi pada saat yang bersamaan.kelurusan
kelurusan yang di tafsirkan sebagai sitem sesar geser dekstral,pada awal nya membentuk cekungan
pisah tarik yang membentuk danau ranau di barat laut,sebagai suatu system sesar yang meloncat
ke kanan (right step fault system)antara sesar yang berada di sebelah barat laut danau ranau dengan
sesar yang berada di sebelah selatan danau ranau ,dan kemudian berkembanglah system volcano-
tektonika yang membentuk danau ranau dan gunung api ranau.

Selanjutnya sesar yang berada di selatan danau ranau berkembang menjadi dua ,di sebelah
barat menerus sampai dengan selat sunda ,sedangkan di sebelah timur membentuk depresi kecil
pisah tarik di sebelah tenggara Suoh (depresi Suoh belum terbentuk),karena disana terdapat
loncatan ke kanan sesar dekstral kemudian sesar sebelah barat danau ranau berhenti karena sesar
bagian timur danau ranau berkembang jauh ke selatan sampai dengan suoh dan di suoh membentuk
depresi pisah tarik dengan sesar semangko (sensu strict) yang menerus sampai teluk semangko

Perkembangan struktur geologi dari analisis citra radar


KESIMPULAN

Pulau Sumatera secara garis besar terdiri dari 3 sistem Tektonik, yakni Sistem Subduksi
Sumatera; system sesar Mentawai (Mentawai Fault System); dan Sistem Sesar Sumatera
(Sumatera Fault System). Berdasarkan rekonstruksi geologi oleh Robert Hall (2000), awal
pembentukan wilayah Sumatera dimulai sekitar 50 juta tahun lalu (awal Eosen). Sedikitnya
terdapat 19 Segmen sesar dengan panjang tiap segmen ±60-200 km; yang merupakan bagian dari
Sistem Sesar Sumatera (Sumatera Fault System) dengan panjang ±1900 km. Danau Toba yang
berada di pulau Sumatera merupakan salah satu bukti nyata Super Volcano dan merupakan sisa
dari Letusan Kaldera mahadahsyat terbesar (skala 8 VEI).

Patahan Semangko terbentuk akibat adanya tumbukan lempeng besar yaitu Lempeng
Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng Benua Eurasia yang bergerak
keselatan dan Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke Barat. Merupakan bentukan geologi
yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan , dimulai dari Aceh hingga teluk
Semangka di Lampung. Patahan ini membentuk Pegunungan Barisan. Patahan ini merupakan
patahan geser atau patahan mendatar, lebih tepatnya Right/Dextral Slip Fault, pergeserannya besar
sekitar 25-30 km. Tatanan Stratigrafinya saling menindih dan tidak sama, mempunyai struktur
penyerta berupa kekar, tegasan-tegasan rekahan setempat dan lipatan.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Naryanto, Heru. 1998. Kajian Aspek Kegempaan Dalam Mendukung Evaluasi Penataan Ruang
Wilayah Liwa, Lampung. Jakarta: Majalah BPP Teknologi.

Kelompok Kerja Patahan Aktif. 2013. Penelitian dan Pemetaan Patahan Aktif Sumatera Segmen
Semangko, Lampung. Bandung: Pusat Survei Geologi.

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi: Bab 7. Geologi Struktur. Banda Aceh: Unsyiah;
Frdaus.Pdf-file:
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/FilePdf/geologi-struktur.pdf
(diakses pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 21.00 wib)

Noor Rakhman, Arie. 2015. Sesar Mendatar. Digital document-file:


http://dokumen.tips/documents/sesar-mendatar-geologi.html (diakses pada tanggal 9
Desember 2015 pukul 19.00 wib)

www.lintas-sumatera.com › Geografi

psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com.etd.repository.ugm.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai