Anda di halaman 1dari 2

Geothermal Gunung Salak

Banyak yang belum mengetahui energi panas bumi. Baik sebagai


sumber energi maupun sebagai sumber potensi penerimaan PNBP.
Panas bumi sebagaimana didefinisikan dalam Undang-undang (UU)
Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, adalah sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan
bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang Potensi Panas Bumi sebagai potensi
penerimaan PNBP, kami akan sajikan tulisan tersebut secara
bersambung.

Bagaimana pengembangan energi panas bumi di Indonesia saat ini?


Untuk pengembangan secara lebih intensif di seluruh Indonesia,
Pemerintah menunjuk Pertamina sebagai pemegang kuasa
pengembangan panas bumi di Indonesia pada tahun 1981. Beberapa
lapangan/proyek pengembangan panas bumi untuk pembangkitan
energi listrik yang telah berjalan adalah sebagai berikut.

Lapangan Panas Bumi Gunung Salak, Jawa Barat

Lapangan panas bumi ini terdapat di kawasan panas bumi Awi


Bengkok, yang secara administratif berada di dua wilayah kabupaten
yaitu kabupaten Sukabumi dan kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kapasitas
pembangkitan listrik yang telah terpasang di lapangan panas bumi ini
mencapai 330 MW. Proyek pengembangannya dimulai sejak
penandatanganan kontrak operasi bersama/Joint Opeation Contract
(JOC) antara Unocal Geothermal Indonesia, Ltd dan Pertamina sekitar
tahun 1980-an.

Chevron Geothermal saat ini sudah memproduksi listrik dari PLTP


Gunung Salak, Jawa Barat dengan kapasitas 330 MW. Proyek tersebut
merupakan proyek listrik swasta pertama dan memproduksi panas
bumi dengan kapasitas terbesar di Indonesia.

Sejak 1994, PLTP Gunung Salak sudah beroperasi sekitar 110 MW. Pada
1997, kapasitas PLTP tersebut kemudian ditambah menjadi 220 MW,
dan 330 MW pada 2002.

Jadi, ia menegaskan, kesulitan dalam pengembangan panas bumi


bukan di persoalan teknologi yang tak dimiliki, tetapi karena kebijakan
yang menghambat, yang memaksa energi alternatif dibiarkan bersaing
dengan harga minyak fosil dan batubara yang bersubsidi.

Ternyata Jabar menyimpan potensi energi panas bumi yang dapat


diolah menjadi listrik yang luar biasa. Bahkan, potensi panas bumi di
Jabar adalah yang terbesar di dunia.

"Saat ini, sebanyak 70 persen sumber energi untuk pengolahan listrik


bersifat renewable. Sisanya, sebesar 30 persen, berupa fosil, semisal
batu bara,

Sukhyar meneruskan, dalam hal sumber energi renewable, sebanyak


70 persennya merupakan panas bumi. "Indonesia merupakan sumber
panas bumi terbesar di dunia. Secara total, kandungannya mencapai
28,5 Giga Watt atau setara 12 miliar barel minyak bumi untuk
pengoperasian selama 30 tahun," ujar Sukhyar.
Di Indonesia, kandungan panas bumi yang terbesar berlokasi di Jabar.
"Sebenarnya, Jabar-lah yang memiliki kandungan panas bumi terbesar
di bumi. Di Jabar, kandungannya sebesar 5.000 Mega Watt. Sisanya,
tersebar di berbagai daerah lainnya, utamanya, Indonesia bagian
barat, termasuk Sumatera," paparnya.
Lalu, mengapa Jabar memiliki kandungan panas bumi terbesar?
Dijelaskan, itu karena, Jabar merupakan bagian kawasan gunung api
yang terbanyak di tanah air. "Bentangan gunung api di Indonesia
adalah yang terpanjang di dunia, yaitu 6 ribu kilometer. Itu terbentang
mulai Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian," urainya.

Menurutnya, sumber terbesar panas bumi adalah gunung api.


"Sebanyak 98 persennya, bersumber pada gunung api. Sisanya, non-
vulkanik. Sumber panas gunung api, banyak terdapat di Sumatera,
Jawa-Bali, dan Nusa Tenggara," kata Sukhyar.

Kandungan panas bumi terbesar di Jabar berada di kawasan Gunung


Salak dan Kamojang. Kandungan panas bumi di Gunung Salak, cetus
dia, mencapai 600 MW. Sedangkan di Kamojang, sambungnya, sebesar
400 MW.

Anda mungkin juga menyukai