Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN

MODUL J-01 PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN

KELOMPOK 1

1. Zachwa Nurul Wakhidah (1212100031)


2. Ananda Wahyudi (1212100007)
3. Ahmad Fikri Fadillah (1212100027)
4. Ika Aprillya Karindra P (1212100013)
5. Lelono Surya Timur (1211900003)
6. Muhammad Supriyadi (1212100023)

Penanggung Jawab Laporan : Zachwa Nurul Wakhidah

Dosen Penanggung Jawab : Verdy Ananda Upa, S.T, M.T

Asisten Penanggung Jawab : Muhammad Rifan

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN

Program Studi Teknik Sipil- Institut Teknologi Indonesia Jl.Raya puspitek


Serpong ,Tangerang Selatan – Banten.

Fakultas Teknik Sipil

2023
J-01 PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN

(PA-0301-76)

(AASHTO T-49-80)

(ASTM D-5-97)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras
atau lembek (Solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi
ukuran tertentu, dengan beban , dan waktu tertentu, ke dalam bitumen pada suhu
tertentu.

1.2 Dasar Teori


Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair,
sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya dengan pengurangan
suhu. Meskipun demikian, perilaku dari material bahan bitumen berbeda-beda
tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya. Aspal adalah bahan
hidro Karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan,
tahan terhadap air, dan Viskoelastis. Aspal sering disebut bitumen, bitumen
merupakan bahan pengikat pada Campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis perkerasan lentur.Aspal berfungsi sebagai perekat antar agregat
sehingga membentuk beton aspal. Beton aspal ini digunakan sebagai struktur
utama perkerasan Jalan fleksibel.
Berikut jenis- jenis aspal yang ada di Indonesia :

1. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa
melewati serangkaian proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang
berbentuk batuan bisa diperoleh di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal
alam yang bersifat plastis bisa ditemukan di Danau Pitch, Republik
Trinidad. Berbeda dengan segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni,
kandungan aspal yang terdapat di Pulau Buton dan Danau Pitch tidak murni
dan tercampur dengan mineral yang lain.
2. Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi yang
diproses dengan Metode tertentu Yang relatif rumit. proses pembuatan aspal
biasa dilaksanakan di l industri khusus pembuatan aspal. Biasanya ada jenis
aspal buatan yang sering digunakan di lndonesia antara lain:
- Aspal keras adalah aspal yang mempunyai tingkat Kekerasan yang
tinggi. Penetrasi dari aspal Keras berkisar antara 60-80. Aspal keras
ini biasanya digunakan untuk Campuran hotmix perkerasan jalan
aspal.
- Aspal cair adalah aspal yang berbentuk cair. Aspal cair ini juga
berfungsi sebagai bahan perkerasan jalan meliputi lapis resap
pengikat (primecoat) dengan aspal tipe MC-30, MC-70 atau MC-
250. Selain itu juga digunakan untuk lapis pengikat ( tack coat)
dengan tipe RC-70 atau RC-250.
- Aspal emulsi adalah aspal yang berbentuk keras yang di dispersikan
ke dalam air atau aspal cair yang dikeraskan memakai bahan
pengemulsi. Kelebihan aspal emulsi dari aspal yang lain adalah
mudah digunakan, memiliki daya ikat yang baik dan tahan terhadap
cuaca.
Adapun fungsi atau kegunaan bitumen adalah :

a. Berfungsi untuk mengikat baru-batuan agar tidak terlepas dari


permukaan Jalan, baik disebabkan oleh beban lalu lintas Maupun
genangan air.
b. Bitumen berfungsi sebagai bahan pelapis jalan dan, bahan pengikat
agregat.
c. Bitumen berfungsi sebagai bahan pengisi ruang kosong yang t erdapat
di antara Susunan agregat Kasar, halus dan folder.

Jika dilihat dari sudut pandang ilmu rekayasa, untuk


menggambarkan karakteristik suatu aspal atau bitumen, diperkenalkan
beberapa parameter yang salah satunya adalah angka penetrasi/PEN. Nilai
ini menggambarkan tingkat kekerasan suatu bitumen dalam suhu standar
(25˚C) , yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar,
dengan beban standar (50 sampai dengan 100 gram), dalam rentang waktu
yang juga standar (5 detik). Pada contoh pengujian kali ini, digunakan beban
standar 100 gram, dengan berat jarum sebesar 50 gram serta berat beban
adalah 50 gram.

BSI (British Standard) membagi nilai penetrasi ini menjadi 10


macam pada rentang nilai PEN 15 sampai dengan 450, sedangkan AASHTO
mendefinisikan nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk material bitumen
yang paling keras dan PEN 200-300 untuk material bitumen yang paling
lembek.

Nilai penetrasi berdasarkan Pemeriksaan Badan Jalan No.01


MN’BM’1976. Ditjen Bina Marga, 1983 :

Pen 40/50 Pen 60/70 Pen 80/100


Min Max Min Max Min Max
Hasil
40 59 60 79 80 99
Penetrasi
Besar nilai PEN sangat bergantung dari suhu. Pengujian dalam suhu
yang berbeda, dapat menghasilkan nilai yang berbeda pula. Variasi nilai
PEN terhadap suhu dapat disusun sedemikian rupa sehingga dihasilkan
grafik hubungan antar suhu dengan nilai PEN.

Semakin kecil nilai penetrasi maka tingkat kekerasan aspal semakin


tinggi (keras), dan jika semakin besar nilai penetrasi maka tingkat kekerasan
aspal semakin kecil (Lunak). Bitumen yang penetrasinya rendah digunakan
untuk daerah panas dan lalulintas dengan volume tinggi, sedangkan bitumen
dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin dan lalu
lintas rendah.

Hubungan pepnetrasi dengan pelaksanaan dilapangan adalah unutuk


mengetahui:

1. Lokasi kontruksi jalan


2. Jenis kontrksi yang dilaksanakan
3. Suhu perkerasan , iklim kepadatan lalau lintas

1.3 Alat dan Bahan


a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang
jarum turun naik tanpa gesekan, dan dapat mengukur
penetrasi sampai 0,1milimeter (Gambar 1)
b. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat
dilepas dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan
(Gambar 2)
c. Pemberat dari (50 ± 0,05) gram dan (100 ± 0,05) gram
masing- masing dipergunakan untuk pengukuran
penetrasi dengan beban 100 gram dan 200 gram (Gambar
3)
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440 C,
atau HRC 54 sampai 60, ujung jarum harus berbentuk
kerucut terpancung (Gambar 4)
Penetrasi Kapasitas Diameter Dalam
< 200 90 ml 55 mm 35 mm
200-300 175 ml 70 mm 45 mm
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk
silinder dengan dasar yang rata. Ukuran cawan untuk
pengukuran penetrasi sebagai berikut : (Gambar 5)

f. Bak perendam, terdiri dari bejana dengan isi tidak


kurang dari 10 liter, dan dapat menahan suhu tertentu
dengan ketelitian ± 0,1° C. Bejana dilengkapi dengan
pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas
dasar bejana dan tidak kurang dari 1000mm di bawah
permukaan air dalam bejana. (Gambar 6)
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat
penetrasi. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang
dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk merendam
benda uji tanpa bergerak (Gambar 7)
h. Pengukur waktu, untuk pengukur penetrasi dengan
tangan diperlukan stopwatch dengan skala pembagian
terkecil 0,1 detik atau kurang, dan kesalahan teretinggi
0,1 detik 60 per detik. Untuk pengukuran dengan alat
otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi
0,1 detik (Gambar 9)
i. Termometer (Gambar 10)

1.4 Benda Uji


Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduklah sehingga cukup cair
untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh tidak boleh melebihi dari 60°C,
di atas perkiraan titik lembek, dan untuk bitumen tidak boleh lebih dari 90°C
di atas perkiraan titik lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Aduklah
perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh. Setelah contoh cair
merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin.
Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi
ditambah 10mm. Buatlah dua benda uji (duplo). Tutuplah benda uji agar
bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam
untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.
BAB II

ANALISIS PERCOBAAN

2.1 Persiapan Percobaan


1. Bahan dipanaskan secara perlahan, Kemudian diaduk hingga cukup air
untuk dapat dituangkan. Bahan diaduk perlahan-lahan agar udara tidak
masuk ke dalam contoh.(Gambar 1)
2. Setelah benda uji mencair secara merata, benda uji dituang dalam
tempat contoh dan didiamkan hingga dingin. Dibuat 2 buah benda
uji.(Gambar 2)
3. Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu
ruang.
2.2 Jalanya Percobaan
A. Untuk Benda Uji Sebelum Kehilangan Berat
1. Benda uji dletakkan dalam tempat air yang kecil dan tempat air
tersebut dimasukkan ke dalam bak perendam yang telah berada
pada suhu yang telah ditetapkan. Benda uji didiamkan dalam bak
tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar. (Gambar 3)
2. Pemegang jarum diperika agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluene dan pelarut lain
kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih, dan jarum
dipasang pada pemegang jarum. (Gambar 4)
3. Pemberat 50 gram diletakkan di atas jarum untuk diperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1 ) gram.
4. Tempat air dipindahkan dari bak perendam ke bawah alat penetrasi
5. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji. Kemudian diatur angka 0 di
arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk jarum berimpit.
(Gambar 5)
6. Pemegang jarum dilepaskan dan serentak stopwatch dijalankan
selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik (Gambar 6)
7. Arloji penetrometer diputar dan angka penetrasi yang berimpit
dibaca dengan jarum penunjuk. Hasil bacaan dibulatkan hingga
angka 0,1 mm terdekat.
8. Jarum dilepaskan dari pemegang jarum dan alat penetrasi disiapkan
untuk pekerjaan berikutnya.
9. Pekerjaan (1) sampai (7) di atas dilakukan tidak kurang dari 3 kali
untuk benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik
pemeriksaan berjarak satu sama lainnya dari tepi dinding lebih dari
1 cm.
B. Untuk Benda Uji Setelah Kehilangan Berat
1. Pemeriksaan penurunan berat minyak dan aspal dilakukan sesuai
dengan tata cara PA-0304-76 standar bina marga
2. Langkah-langkah dilakukan seperti pada pemeriksaan sebelum
kehilangan berat (langkah a)
BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

3.1 Data Praktikum


Berdasarkan pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen yang dilakukan
maka diperoleh data sebagai berikut :
Hasil Penetrasi pada 25℃, 5 detik, 100 gram :

Percobaan 1 2 3 4 5
Benda Uji I 64 61 63 60 63

Percobaan 1 2 3 4 5
Benda Uji II 65 63 64 61 62

3.2 Analisa Hasil Perhitungan


Laporan angka penetrasi rata-rata diatas dalam bilangan bulat
sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-
hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :

Nilai rata-rata
Percobaan 1 2 3 4 5
(mm)
Benda Uji
64 61 63 60 63 62.2
I

Nilai rata-rata
Percobaan 1 2 3 4 5
(mm)
Benda Uji
65 65 64 61 62 63
II
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pengolahan data untuk pengujian penetrasi bahan-
bahan bitumen didapatkan nilai penetrasi rata-rata dari kedua benda uji adalah
65,1 mm. Berdasarkan Pemeriksaan Badan Jalan No.01 MN’BM’1976. Ditjen
Bina Marga, 1983 , hasil pengujian tergolong ke dalam Pen 60/70 yang berarti
benda uji memiliki tingkat kekerasan sedang. Bitumen dapat digunakan untuk
daerah yang tidak terlalu panas maupun dingin dengan volume lalu lintas
sedang.
4.2 Lampiran

Gambar 1
Alat Penetrasi

Gambar 2
Cawan
Gambar 3
Bak Perendam

Gambar 4
Jarum Penetrasi

Gambar 5
Pemegang Jarum

Gambar 6
Pemberat
Gambar 7
Stopwatch

Gambar 8
Thermometer

4.2.1 Dokumentasi Jalanya Pengujian

Persiapan Benda Uji


Benda uji diletakkan dalam tempat air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut kedalam bak perendam yang telah berada pada
suhu yang telah ditetapkan

Pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik.


diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda

Aturlah angka 0 di arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk


berimpit dengannya.
Pemegang jarum dilepaskan dan serentak jalankan stopwatch
selama jangka waktu ( 5 ± 0,1 ) detik

Arloji diputar penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang


berimpit dengan jarum penunjuk
DAFTAR PUSTAKA

VIKY FURQON SAREBNI, A. H. M. A. D. (2018). Modified Bitumen With


Feldspar Use For Binder Of Stone Mastic Asphalt (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Umum, D. P. (1991). SNI 06-2456-1991 Metode Pengujian Penetrasi


Bahan-Bahan Bitumen. Badan Penelitian dan Pengembangan PU.

UMUM, D. P. RDE-12: BAHAN PERKERASAN JALAN.

Sukarman, S. (2003). Beton aspal campuran panas. Yayasan Obor


Indonesia.
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JALAN KAMPUS
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Jl. Raya puspitek
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA TANGERANG 15320
TELP/FAX. (021)7561112

KARTU ASISTENSI LAPORAN

Modul Praktikum : Penetrasi Bahan Bitumen Kelompok : 1


Asisten Praktikum : Muhammad Rifan Ketua : Zachwa NW
Tanggal Praktikum : 27 September 2023 Anggota :
Pembuat Modul : Zachwa Nurul Wakhidah - Ananda Wahyudi
Penyerahan Draft Laporan : 24 Oktober 2023 - Ahmad Fikri Fadillah
Tanggal ACC Laporan : 1 November 2023 - Ika Aprillya Karindra P
- Lelono Surya Timur
- Muhammad Supriyadi

No. Tanggal Uraian Masalah Tanda Tangan


1 24 Oktober ACC Excel
2023

2 Perbaikan Format Laporan


- Perbaikan Penulisan Bab
- Perbaikan Huruf
28 Oktober - Perbaikan Urutan pada
2023 Modul
- Perbaikan Urutan pada
Penulisan
Penambahan Daftar Pustaka
3
1 November
Perbaikan Lampiran
2023

Menyetujui,

(Muhammad Rifan)

Anda mungkin juga menyukai