Anda di halaman 1dari 4

Format Tugas Mengulas (Review) Buku:

Ketentuan:
Font Times New Roman, 12, semua margin 3 cm, 1000 kata (± 3 halaman A4)
Judul Ulasan

Judul Buku : Tips mudah menemukan gagasan


desain dengan meperhatikan konteks
kawasan
Pengarang : Bert Bielefeld & Sebastian El Khouli
Penerjemah : Ade M. Drajat, S.T
Limeda Simarmata, S.T
Penerbit : Erlangga
Tempat Terbit : Indonesia
Tahun Terbit/Edisi : 2010 u
Tebal Halaman : vii, 76 halaman

Buku ini mengarahkan pembaca untuk berimajinasi dengan contoh dan penalaran tentang
bagiamana menciptakan ide-ide desain dan hal-hal dasar yang penting untuk ditelaah agar
proses desain bukan malah menjadi beban bagi seorang Arsitek melainkan merupakan
proses yang menyenangkan untuk meningkatkan kreativitas dan pengetahuan. Tidak
seperti buku lain yang langsung menjelaskan tentang bagaimana cara mendesain?
Penulis (nama) menggunakan gaya penulisan dengan bersikap empati terhadap persoalan
yang dirasakan oleh kebanyakan Arsitek baik yang sudah profesional maupun yang baru.
Pada bagian pendahuluan, ditekankan bahwa Arsitek merupakan profesi yang memberi
dampak bagi hidup masyarakat pengguna desain disuatu kawasan tertentu. Arsitek tidak
diciptakan dari kehampaan (halaman 1), Arsitek memiliki peranan penting dalam
mendesain sebuah kawasan berdasarkan konteks. Gaya penulisan buku ini sangat
komunikatif, dengan tidak menggunakan gaya penulisan seperti buku edukasi pada
umunya yang memuat BAB I dan seterusnya. Bert dan Sebastian lebih memilih dengan
menentukan konten yang akan dibahas dan faktor-faktor kecil pendukung konten
tersebut. Beginilah cara mereka berdua menguaraikannya. Konten 1 (pertama),
menjelaskan tentang Dasar-dasar Desain. Ada 3 bahasan pokok dalam konten ini yaitu :
(a) Proses Desain. Sebelum memustuskan apa yang menjadi hasil akhir atau output
rancangan secara arsitektural, para arsitek akan melewati tahap ini yang dijadikan sebagai
gerbang masuk menuju rancangan. Hal ini jelas dirasakan oleh setiap arsitek, kontradiktif
dan proses yang kompleks, non-linear. Belum jelas arah tujuan perancangan tetapi disini
arsitek dilatih untuk peka terhadap hal-hal prioritas di lapangan yang dapat memberi efek
ke semua masalah yang ada sebagai solusi yang inovatif. (b) Pertanyaan ketimbang
jawaban. Kemampuan untuk selalu bertanya tentang hal baru yang dilihat, apa? Kenapa?
Bagaimana? Semua hal ini melatih arsitek untuk mengetahui penyebab-penyebab dan
akan menjadi pengalaman baru. Seorang arsitek akan selalu penasaran dengan penyebab
suatu masalah. Bertanya adalah jalan terbaik bagi arsitek, bukan hanya belajar dan
memahami teori baru tapi kan beinteraksi langsung dengan konsumen pengguna ruang
atau kawasan yang akan didesain. (c) Analisis dan inspirasi. Setelah penasaran dan
bertanya banyak hal, maka akan semakin banyak informasi yang didapat. Hal ini
menjawab pembahasan pertama tentang proses desain yang masih “ambigu” belum jelas.
Arstek akan mulai menemukan titik terang dari permasalahan yang ada. Kemudia proses
mengalisis akan semakin terasa menyenangkan dengan menemukan inspirasi baru berupa
litertur dan preseden di daerah lain yang mempunyai persoalan yang mirip.
Konten berikutnya yaitu Mendesain Dalam Konteks. Ini juga merupaka bagian
terpenting yang ditekankan Bert dan Sebastian. Keberadaan Lingkungan stempat, Model
Lansekap, Tipografi, adalah hal yang tidak boleh terlepas dalam desain. Arsitek tidak
boleh kehilangan konteks atau identitas kawasan. Setiap kawasan mempunyai nilainya
tersendiri. Mungkin banyak yang tidak menyadari, tapi tuagas seorang arsitek adalah peka
terhadap hal itu. Menjadikan suatu kawasan punya identitas. Ketika seorang arsitek telah
memahami betul konteks kawasan maka itu adalah sebuah kesuksesan besar bagi
desainnya. Nyaman untuk pengguna, mereka yang tinggal dikawasan. Saya
menyimpulkan, pada konten ini Bert dan Sebastian ingin menyampaikan pesan :
“arsitektur mejadikan manusia lebih manusiawi” punya karakter, dapat hidup sesuai
dengan lingkungan serta sosial-budaya masyarakat. Karena masyarakatlah yang akan
merasakan dampat dari desain arsitek.
Konten ke 3 yaitu Desain dan Fungsi; (a)Menjawab Kebutuhan Pengguna
(b)Rancangan Alokasi Spasial dan Organisasi Internal. Dua hal penting dalam konten
ini, jelas desain akan bermuara pada users (pengguna). Kebutuhan Ruang yang sesuai
(spasial) bagi pengguna adalah hal pokok. Saya ingat tentang teori membuat kalimat yang
benar dalam bahasa adalah SPOK (Subjek+Predikat+Objek+Keterangan). Subjek yang
dimaksud adalah arsitek, Predikat adalah pola aktivitas Pengguna, Objek adalah
Pengguna atau masyarakat, Keterangan adalah aspek pendukung yang diperlukan
pengguna sebagi improvisasi dan inovasi desainyang ditawarkan arsitek. Keempat hal ini
harus terikat satu dengan yang lainnya. Artinya arsitek tidak boleh kehilangan esensi nilai
ruang dan kebutuhan ruang pengguna. Arsitek tidak datang sebagai orang yang berisi
(berilmu), merasa diri cukup tahu segala hal dan coba mengkaitan teori yang diketahui,
tetapi justru datang sebagai orang yang kosong (tanpa ilmu), mau belajar dari lingkungan
dan masyarakat. Sehingga ide desain itu bukan hasil pemikiran sendiri, melainkan
kolaborasi dari ide dan partisipasi masyarakat. Ijinkan sayan untuk menambahkan teori
agar memperkuat analisis dari Bert dan Sebastian dalam buku ini. Teori tentang
Pengetahuan Ulayat (Indigenous Knowledge). Menurut Kim dan Berry (1993),
“pengetahuan masyarakat setempat yang bersifat untuk dikembangkan pada suatu kondisi
tertentu dan pada suatu wilayah geografik tertentu”, Word Bank (2003) “pengetahuan
ulayat penting untuk diikut sertakan karena proyek-proyek konservasi yang hendak
dikembangkan akan mendapat masukan yang berharga dalam hal prioritas masalah yang
harus diprioritaskan, sehingga pada gilirannya turut memperkuat sistem pengetahuan dan
organisasi masyarakat lokal” Kedua teori ini mengacu pada desain yang ditujukan bagi
kesejahteraan dan kenyamanan pengguna. Jadi Bert dan Sebastian menekankan bahwa
yang palin penting adalah kebutuhan pengguna ruang dan spasial (kesesuaian ruang)
karena masayarakatlah yang menjadi objek desain, merekalah yang akan merasakan
dampak desain, jadi penting untuk mengetahui apa yang menjadi kebuhan mereka
(pengguna ruang).
Kemudian ada konten ke 3, 4, dan 5 yaitu Desain dan Fungsi, Konstituen Desain,
Bekerja dengan Material dan Struktur. Ketiga konten ini menurut saya adalah hal-hal
teknis yang perlu diketahui oleh arsitek, dengan memberi ruang pada buku berupa studi
literatur dan latihan-latihan untuk brainstorming secara deskriptif dan teoritis mengasah
kemampuan arsitek untuk lebih kreatif dan memperlajarihal-hal baru yang arsitektural.
Teknologi memang semakin canggih, dengan mudah arsitek tanpa harus repot membawa
banyak kertas yang penuh coretan, bermodalkan laptop dan internet arsitek dapat dengan
cepat menghasilkan desain yang menarik secara visual. Namun, pada konten ini Bet=rt
dan Sebastian mengingatkan bahwa metode kuno dengan menuangkan ide desan dalam
coretan sketsa menggunakan pensil dan pena melatih otak untuk berpikir jauh lebih
produktif dibandingkan dengan komputer. Ketika tangan menulis atau mecoret lebih
banyak, otak akan semakin produktif dan daya ingat akan lebih tajam dibandingkan hanya
memanfaatkan jari untuk meng”klik” keybord dan mouse komputer. Komputer itu
terbatas, tetapi tangan dan kertas tidak. Tangan lebih fleksibel. Ide akan semakin banyak
muncul ketika jari dan tangan bergerak lebih. Penggunaan Komputer akan menolong
untuk menciptakan visual desai yang baik, tapi dengan mengkombinasikan keduanya
akan lebih bai lagi.
Bagian terkahir, konten ke enam Menelurkan ide. Istilah ini belum pernah saya dengar
dan baca dari mana pun. Setelah arsitek menguasi semua konten dan prinsip dasar dari
proses desain untuk mencari ide-ide desain, maka pada akhirnya akan menelurkan ide
desain. Istilah menelurkan biasanya tidak kurang 1, artinya banyak output ide yang akan
bermunculan. Pada halaman 61 paragraf kedua, menjelalskan tentang Tetap setia
terhadap idealisme. Dijelaskan bahwa “selama mengerjakan sebuah desain, seringkali
akan disadari bahwa Anda tidak dapat berpegang pada ide awal sedari awal hingga akhir
proses desain itu...Anda dapat menemukan ide-ide yang menginspirasi dalam berbagai
pendekatan dan ingin untuk mendalami masing-masing itu. “
Akan ada banyak ide yang muncul pada sehingga terkadang menjadi masalah baru bagi
arsitek. Namun seorang arsitek harus mampu mempertimbangkan mana ide yang harus
diprioritaskan untuk menjadi ide final.
Jadi secara keseluruhan, buku ini sangat bermanfaat untuk dibaca bagi Arsitek karena
sangat komunikatif dan penggunaan bahasa yang sederhana untuk mereka yang kaun
awam dan arsitek pemula. Saya secara pribadi sangat puas ketika membaca, optimisme
yang dituangkan dalam buku ini menjadi motivasi baru bagi yang sedang “ambigu”.

Anda mungkin juga menyukai