Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN HEWAN DAN PROSES GAMETOGENESIS PADA HEWAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Hewan
Yang diampu oleh Bapak Prof. Dr.Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Maria Angelina Genere Koban (200342857002)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S2 BIOLOGI
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah perkembangan dan proses gametogenesis pada
hewan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Abdul Gofur,M.Si selaku
pengampuh matakuliah perkembangan hewan yang telah membimbing selama proses penulisan
makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami proses pertumbuhan
pada hewan dan berbagai proses pada gametogenesis hewan yang terdiri dari spermatogenesis
dan Oogenesis. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan
terkait dengan proses gametogenesis pada hewan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam isi makalah ini,
oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari bapak Prof. Abdul Gofur, M.Si sebagai
penyempurnaan atas makalah yang telah disusun dan bermanfaat bagi penulis di masa yang akan
datang.

Malang, 03 Oktober 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu ciri dari makluk hidup adalah dapat bertumbuh dan berkembang biak dengan
melakukan reproduksi. Organisme melakukan reproduksi dengan tujuan untuk melestarikan
spesiesnya agar tidak punah. Suatu organisme mengalami pertumbuhan apabila terjadi proses
perubahan dan pertambahan ukuran akibat pembelahan dan perbesaran sel yang bersifat
ireversibel dan tetap. Perkembangan merupakan proses pendewasaan akibat dari perubahan
struktur dan fungsi sel yang kualitatif. Proses pertumbuhan dan perkembangan meliputi 2 fase
yaitu Fase Embrionik dan fase pasca-embrionik. Proses pertumbuhan dan perkembangan
dipelajari dalam bidang ilmu biologi perkembangan hewan.
Biologi perkembangan menempati posisi sentral dalam biologi modern, karena
menyatukan beragam disiplin ilmu seperti biologi molekuler / seluler, genetika, dan morfologi.
Jadi biologi perkembangan adalah disiplin sintetis, yang melibatkan kontribusi dari ketiga bidang
ilmu pengetahuan ini.  Perkembangan hewan merupakan totalitas perubahan yang dimulai dari
sel gamet yang difertilisasi menjadi zigot, berkembang menjadi beberapa sel dengan karakter
yang berbeda-beda ukuran, bentuk dan fungsi hingga sepanjang fase menuju dewasa, tua dan
mati. Perkembangan hewan terjadi secara terpola dengan sempurna. Genom memberikan
sumbangan materi genetik yang mempegaruhi sel hidup selama proses perkembangan. Genom
mengatur morfogenesis dari proses perkembangan hewan(Sumarmin, 2016)
Adapun beberapa teori yang mendasari perkembangan hewan yaitu teori preformasi,
epigenesis, rekapitulasi dan plasma germinal. Menurut teori preformasi, sel telur manusia
mengandung bahan manusia yang disebut homunkulus. Selanjutnya ditemukanlah sperma,
sehingga teori ini dipisah menjadi dua aliran, yaitu aliran ovulis dan animalkulis. Menurut aliran
ovulis telur yang bertanggung jawab atas terbentuknya individu baru, sedangkan menurut aliran
animalkulis sperma sebagai penentu individu baru. Menurut teori epigenesis perkembangan
embrio terjadi melalui pertumbuhan progresif. Setiap bagian dari sel telur dapat tumbuh dan
berkembang menjadi janin yang sempurna, jadi dalam telur tidak ada homunkulus. Menurut
Haeckel, ontogeni merupakan ulangan yang tidak sempurna dan dipercepat dari filogeni.
Weismann dengan teori plasma germinalnya mengemukakan bahwa dalam pembentukan
individu baru, baik sperma maupun sel telur memberikan kontribusi yang sama. Kromosom
merupakan pembawa sifat yang menurun pada individu dan juga sebagai dasar dari
kelangsungan hidup dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Weismann jalur sel
germinal terpisah dari jalur sel somatis. (Rumanta,2018)
Pemahaman mengenai perkembangan hewan sejak fase embrio merupakan dasar dalam
memahami kehidupan, oleh karena itu perlu mengetahui prinsip-prinsip tentang embriologi.
Perkembangan embrio melibatkan konversi tunggal sel telur yang telah dibuahi menjadi
organisme yang kompleks. Proses pembentukkan embrio terdiri dari beberapa tahapan yaitu
Pembentukan gamet (Gametogenesis), Fertilisasi, Pembelahan, Gastrulasi, Organogenesis dan
pertumbuhan (Gilbert, 2019). Pada makalah ini akan membahas berbagai proses gametogenesis
yang terdiri dari spermatogenesis dan oogenesis pada hewan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan embrio pada hewan?
2. Bagaimanakah proses pembentukan sel gamet?
3. Bagaimanakah proses spermatogenesis dan Oogenesis pada hewan?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan embrio pada hewan
2. Untuk mengetahui proses pembentukkan sel gamet (Gametogenesis)
3. Untuk mengetahui proses spermatogenesis dan Oogenesis pada hewan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Embrio


Embriologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang proses
perkembangan embrio. Embriogenesis merupakan suatu proses pembentukkan/perkembangan
embrio dimulai dari proses fertilisasi yang menghasilkan zigot, yang selanjutnya akan
berkembang membentuk individu baru yang bervariasi dengan induknya. Ada beberapa teori
yang menjelaskan tentang perkembangan embriologi yakni sebagai berikut:
1. Teori Preformasi
Seorang ahli biologi Marcello Malpighi mengatakan bahwa berbagai bagian tubuh
embrio sudah ada sejak dalam sebuah telur dan organ-organ tersebut sudah terbentuk
dengan sempurna sebagai bentuk miniatur yang terkandung dalam benih. Menurut teori
ini setiap organ ayam dewasa pada embryo ayam sudah terbentuk sempurna dalam telur
yang sudah difertilisasi. Berdasarkan teori ini, munculah 2 aliran yang saling
bertentangan yaitu:
a. Aliran ovulisme
Menurut aliran ini, ovum telah terkandung berbagai organ yang lengkap dalam bentuk
miniature. Spermatozoa berfungsi untuk merangsang pertumbuhan embrio
b. Aliran animaculisme
Menurut aliran ini, spermatozoa mengandung berbagai organ yang telah sempurna
dalam bentuk miniature sedangkan tubuh wanita hanyalah sebagai tempat tumbuh.
Animaculus yang terkandung dalam spermatozom disebut homunculus.
Kedua aliran ini tidak diakui oleh ilmu pengetahuan embriologi. Aristoteles dalam
bukunya De Generatione Animalium dan De Historia Animalium, Aristoteles pada
pengamatanya terhadap embrio ayam berpendapat bahwa pada embrio sudah ada jantung
dan pembuluh darah tapi belum ada organ-organ lain seperti paru-paru dan organ-organ
lainnya berkembang kemudian sehingga membentuk individu yang sempurna. Teori
mengenai perkembangan embrio yang menyaingi ide praformasi adalah epigenesis.
Setelah mikroskop berkembang para ahli biologi dapat melihat perkembangan embrio
secara progresif dan epigenesisi menggantikan praformasi.
2. Teori Epigenesis
Teori ini menyatakan bahwa dalam telur tidak ada miniatur organ. Organ –organ
itu tumbuh secara berangsur-angsur. Teori ini dikemukakan oleh Caspar Friedrich Wolf.
Wolf berpendapat bahwa teori performasi tak bisa diakui, karena terbukti usus ayam
tidak terbentuk berupa tabung yang sudah jadi, tetapi pada awalnya berupa lipatan dari
lapisan sel-sel yang massif berupa suatu jaringan bakal embrionik pada awal pengeraman.
Embriologi tumbuh dan berkembang lebih pesat sejak A.Van Leewenhoek (1667)
melihat spermatozoa yang berada dalam mani (semen), dan R.de Graff menemukan ovum
dalam folikel ovarium. Schleiden dan Schwann pada tahun 1939 merumuskan teori sel:
“sel adalah unit dasar kehidupan”. Adapun Virchow pada Tahun 1859 mengemukakan
istilah “Omne cellula e cellula”, sel berasal dari sel yang terlebih dahulu ada. Sementara
itu, Spallanzani (1729-1799) mengatakan bahwa, pertemuan dari kelamin jantan dan
betina akan memulai proses embriogenesis.
Pada tahun 1738-1794 C.F Wolf , merombak pandangan mengenai teori
performasi dan memperlihatkan bahwa telur atau spermatozoa tidak mengandung
makhluk mini. Karl Ernst von Baer (1972-1876) memperkuat penemuan Wolf dan
menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi melalui proses pembelahan yang berulang-ulang.
Embriologi kemudian berkembang ke arah berbagai cabang ilmu yang bersifat terapan
3. Teori Rekapitulasi
Pengembangan teori ini berawal dari teori evolusi yang mengemukakan bahwa
hewan dan tumbuhan berkembang secara bertahap jutaan tahun yang lalu dari organisme
uniseluler ke multiseluler. Selanjutnya Fritzt Muller (1864) mengemukakan bahwa dalam
proses perkembangan organism (misalnya ayam), karakter-karakter leluhurnya tampak
lebih dahulu dibandingkan dengan karakter-karakter yang baru. Jadi secara Filogenentik
ikan tampak lebih dahulu dari amphibian, reptilian dan aves. Setelah mempelajari teori
Muller, Ernest Haeckel (1886) memberi nama tersebut dengan nama hukum biogenetik
atau teori rekapitulasi yang disederhanakan dari filogeni. Ontogeni adalah sejarah
perkembangan makhluk hidup mulai saat fertilisasi, lahir, dan mati. Adapun Filogeni
adalah sejarah perkembangan makhluk hidup secara evolusi
4. Hukum Von Baers
Hukum Von Baers dikemukakan oleh Karl Ernst von Baers pada tahun 1828.
Menurut teori ini jika suatu organisme berkembang dari suatu sel telur, maka ciri-ciri
yang lebih umum berkembang lebih awal dan ciri-ciri spesifik berkembang belakangan.
Misalnya pada perkembangan ayam, karakter yang pertama muncul adalah ciri-ciri
umum dari Chordata, sedangkan ciri-ciri khusus dari aves berkembang kemudian seperti
bulu dan paruh. Paru ayam baru tampak dengan jelas pada umur inkubasi 15 hari.
5. Teori Plasma Germinal (Teori Determinan)
Teori ini dikemukakan oleh Weismann (1834-1914), yang mengatakan bahwa
didalam proses perkembangan terjadi segregasi plasma germinal ke dalam keturunannya
secara berkesinambungan. Pada sel terdapat germ plasma dan somatoplasma. Pada germ
plasma terdapat determinan-determinan yang di segregasi secara berkesinambungan dari
generasi ke generasi berikutnya. Pada setiap generasi germ plasma dan somatoplasma
kembali dibentuk. Jadi, germ plasma bersifat abadi atau immortal germ plasma
(Sumarmin, 2016)

2.2 Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses perubahan plasma germinal menjadi sel kelamin dengan
spesialisasi khusus hingga mampu melakukan fertilisasi dan kemudian menjadi individu baru.
Setiap gamet berkontribusi satu set kromosom haploid (1n) sehingga zygote yang dibentuk dari
fertilisasi memiliki dua set kromosom diploid (2n), mengandung salinan yang berasal dari ibu
dan paternal dari setiap kromosom. Gamet terbentuk dari bakal sel dalam embrio. Bakal sel
kelamin, terdiri dari sel-sel yang akan atau dapat menjadi gamet masa depan, dan semua sel lain
yang disebut sebagai jaringan somatik atau soma. Pentingnya bakal sel kelamin adalah bahwa
informasi genetiknya dapat diteruskan ke generasi berikutnya, sementara itu dari soma tidak
bisa. Ini berarti bahwa mutasi bakal sel kelamin adalah salah satu yang terjadi dalam DNA bakal
sel gamet, yang dapat dibawa ke generasi berikutnya. Sebaliknya, mutasi somatik dapat terjadi
dalam sel pada setiap tahap perkembangan dan mungkin penting dalam kehidupan hewan
individu, tetapi tidak dapat mempengaruhi generasi berikutnya. Dalam beberapa kasus ada
penentu sitoplasma yang ada dalam telur yang memprogram sel-sel yang mewarisinya untuk
menjadi bakal sel kelamin (Slack, 2012).
Asal gamet pada sebagian besar organisme hewan adalah dari primordial sel gamet. Pada
manusia sel primordial mulai nampak di dinding kantong kuning telur pada akhir minggu ke-3
perkembangan. Selanjutnya mengalami migrasi menuju ke gonad yang sedang berkembang dan
mulai terlihat pada minggu keempat kehamilan. Pada saat ini kita belum dapat membedakan sel
kelamin jantan dan betina. Selanjutnya primordial sel gamet tersebut akan mengalami
diferensiasi menjadi spermatogonia dan oogonia. Gametogenesis meliputi spermatogenesis
(proses pembentukan sel sperma pada pria) dan oogenesis (pembentukan sel telur pada wanita)

Gambar 1. Bakal sel kelamin pada akhir minggu ke 3 yang memperlihatkan posisi sel
germinativum primordial pada dinding Yolk Sac

2.2.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di tubulus
seminiferus. Pembentukan sel sperma melalui 3 tahap yaitu
a. Spermatositogenesis, pada fase ini spermatogonia mengalamai pembelahan mitosis
secara berulang-ulang menghasilkan spermatosit primer.
b. Meiosis, pada fase ini spermatosit primer mengalami dua kali pembelahan yaitu meiosis
I dan II untuk menghasilkan spermatid
c. Spermiogenesis, pada fase ini mengalami proses perubahan struktur spermatid dan
pematangan menjadi spermatozoa
1. Tahapan Spermatositogenesis
Seperti yang telah diketahui bahwa sebelum manusia mengalami pubertas, sel-sel benih
dalam keadaan tidak aktif (istirahat) dan mulai aktif pada saat pubertas dan memasuki fase
spermatogenesis (mitosis). Selama pembelahan mitosis, satu dari sel anak (spermatogonia Tipe
A) tidak membelah dan tidak mengalami diferensiasi, tetapi sel ini tetap sebagai spermatogonia
Tipe A dan berfungsi sebagai sel cadangan. Dengan adanya stem cell ini, maka persediaan
spermatogonia dan tubulus testis tetap ada walaupun sudah berusia lanjut. Sel tipe A mengalami
pembelahan mitosis alam jumlah terbatas untuk membentuk suatu klon sel. Pembelahan sel yang
terakhir menghasilkan spermatogonia tipe B yang kemudian membelah untuk spermatosit
primer. Spermatosit primer kemudian memasuki tahap profase yang diikuti oleh penuntasan
secara cepat meiosis 1 dan membentuk spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiotik II sel-
sel ini cepat membentuk spermatid haploid. Spermatogenesis diatur oleh produksi LH. LH
mengikat reseptor di sel Leydig dan merangsang produksi testosterone yang pada gilirannya
berikatan dengan sel sertoli untuk mendorong spermatogenesis. FSH juga penting karena
pengikatan hormon ini ke sel sertoli merangsang pembentukan cairan testis dan sintesis proein
reseptor androgen intrasel.

Gambar 2: Gambar bagian tubulus seminiferus yang menunjukan hubungan antara


sel sertoli dan pembentukan sperma

Pada hewan vertebrata, termasuk manusia, spermatogonia terletak di bagian dalam dinding
tubulus atau dekat lamina basalis. Dalam perkembangannya, sel-sel spermatogonia bergerak
menuju lumen tubulus seminiferus sehingga terbentuk sperma.
Gambar 3. Proses Spermatogenesis

Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi


(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli
dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya
menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit primer mengandung
kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan
menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder (Karlinah, 2015)
2. Tahapan Meiosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel
benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Spermiogenesis merupakan serangkaian perubahan yang menyebabkan transformasi
spermatid menjadi spermatozoa. Perubahan-perubahan ini mencakup: pembentukan akrosom
yang menutupi separuh permukaan nucleus dan mengandung enzim untuk membantu
penetrasi telur dan lapisan disekitarnya saat fertilisasi, pemadatan nucleus, pembentukan
leher dan pengelupasan sebagian besar sitoplasma. Pada manusia waktu yang diperlukan
spermatogonia unruk berkembang menjadi spermatozoa matur adalah sekitar 74 hari dan
sekitar 300 juta sel sperma dihasilkan setiap harinya.

Gambar 4: Proses Spermiogenesis


4. Faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
Terdapat beberapa hormone yang berperan penting dalam spermatogenesis:
a) Testosteron yang disekresikan oleh sel-sel leydig yang terletak di interstisium testis,
penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal testis yang merupakan tahap
pertama pembentukan sperma
b) LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel leydig untuk
menyekresi testosterone
c) Hormon perangsang folikel (FSH) yang juga dihasilkan oleh kelnjar hipofisis anterior,
merangsang sel-sel sertoli. Tanpa perangsangan ini pengubahan spermatid menjadi
sperma tidak akan terjadi
d) Estrogen yang dibentuk dari testosterone oleh sel-sel sertoli ketika sel sertoli dirangsang
oleh hormone perangsang folikel mungkin juga penting untuk spermatogenesis
2.2.2 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut Oogonia (tunggal: oogonium. )
Pada hewan dengan fertilisasi ekternal (di air) jumlah ovum setiap bertelur bisa berjumlah
ratusan sedangkan pada hewan dengan fertilisasi internal, umumnya hanya menghasilkan satu
ovum. Oogenesis pada manusia dimulai sejak dalam rahim dan pra pubertas.
1. Pematangan Oosit dimulai sebelum lahir
Pada wanita, sel-sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel-sel ini
mengalami sejumlah pembelahan mitosis dan pada akhir bulan ketiga sel-sel ini tersusun dalam
kelompok-kelompok yang dikelilingi selapis sel epitel pipih (sel folikel) yang berasal dari
permukaan yang membungkus ovarium. Sebagian besar oogonia membelah terus dengan mitosis,
beberapa diantaranya berdiferensiasi menjadi oosit primer pada tahap profase meiosis 1. Selama
beberapa bulan kemudian jumlah oogonia meningkat pesat dan pada akhir bulan kelima
perkembangan prenatal, jumlah total sel germinativum di ovarium mencapai maksimal. Pada saat
ini terjadi kematian sel dan banyak oogonia maupun oosit primer menjadi atretik. Pada bulan
ketujuh sebagaian besar oogonia berdegenerasi kecuali beberapa yang letaknya dekat dengan
permukaan. Semua oosit primer yang masih bertahan hidup sudah memasuki pembelahan
meiosis pertama dan sebagian besar di antaranya dikelilingi oleh selapis sel epitel pipih. Oosit
primer yang dikelilingi oleh sel epitel pipih disebut dengan folikel primordial.

Gambar 5. Diferensiasi sel germinativum primordial menjadi oogonia


2. Pematangan Oosit saat pubertas
Menjelang saat kelahiran, semua oosit primer telah mengalami profase pada meiosis
pertama, tetapi sel-sel ini tidak melanjutkan pembelahan ketahapan metaphase namun masuk
kedalam tahapan diploten yaitu tahap istirahat selama profase yang ditandai adanya jala-jala
kromatin. Oosit primer tetap berada dalam tahap profase dan tidak menyelesaikan pembelahan
meiosis pertamanya sebelum mencapai masa pubertas.
Saat pubertas terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan dipertahankan oleh
pasokan folikel primordial. Setiap bulan 15-20 folikel yang terpilih dari cadangan tersebut
memulai proses pematangan melewati tiga stadium yaitu primer, sekunder dan pre-ovulasi.
Stadium antral adalah stadium yang paling lama, sedangkan stadium pre-ovulasi berlangsung
selama sekitar 37 jam sebelum ovulasi. Sewaktu oostit primer mulai tumbuh, sel-sel folikel
disekitar berubah dari pipih menjadi kuboid dan berproliferasi untuk membentuk epitel berlapis
yaitu sel granulosa dan unit yang terbentuk disebut folikel primer.
Sel granulosa terletak pada membran basalis yang memisahkan sel ini dari sel stroma
disekitarnya yang membentuk teka folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit juga mengeluarkan satu
lapisan glikoprotein dipermukaan oosit membentuk zona peluzida. Sel granulosa terletak pada
membrane basalis yang memisahkan sel ini dari sel stroma disekitarnya yang membentuk teka
folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit juga mengeluarkan satu lapisan glikoprotein dipermukaan
oosit membentuk zona pelusida. Sewaktu folikel terus tumbuh sel-sel teka folikuli tersusun
membentuk satu lapisan dalam sel sekretorik (teka interna).
Sel-sel folikel juga membentuk tonjolan-tonjolan kecil mirip jari yang menembus zona
pelusida dan berjalin dengan mikrovilus dari membran plasma oosit. Proses ini penting untuk
transport bahan dari folikel ke oosit. Selanjutnya muncul rongga-ronga terisi cairan diantara sel-
sel granulosa. Penyatuan ruang-ruang ini menghasilkan antrum disebut folikel sekunder
(vesikular). Sel granulosa yang mengelilingi oosit tetap utup dan membentuk kumulus ooforus.
Folikel ini dikelilingi oleh teka interna yang terdiri atas sel-sel dengan ciri sekresi steroid, kaya
pembuluh darah dan teka eksterna yang secara bertahap menyatu dengan stroma ovarium.
Pada setiap siklus Ovarium sejumlah folikel mulai berkembang tetapi hanya satu yang
mencapai kematangan sempurna. Ketika folikel sekunder telah matang lonjakan LH akan
memicu fase pertumbuhan pre-ovulasi. Meiosis 1 akan membentuk 2 sel anak dengan ukuran
yang berbeda dengan 23 kromosom berstruktur ganda. Satu sel oosit sekunder mendapat
sebagian besar sitoplasma dan yang lain badan polar pertama hampir tidak mendapatkan
sitoplasma sama sekali. Oosit sekunder terletak antara zona peluzida dan membrane sel oosit
sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk ke meiosis II tetapi terhenti pada tahap
metaphase sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II diselesaikan hanya jika oosit dibuahi, jika
tidak sel telur akan berdegenerasi sekitar 24 jam setelah ovulasi (Karlinah, 2015)

Gambar 6: Proses Oogenesis


BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Perkembangan hewan merupakan totalitas proses perubahan yang dimulai dari sel gamet
yang difertilisasi menjadi zigot, berkembang menjadi beberapa sel dengan karakter yang
berbeda-beda ukuran, bentuk, dan fungsi hingga sepanjang fase menuju dewasa, tua, dan
mati
2. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang perkembangan embriologi yaitu teori
Preformasi, Epigenesis, Rekapitulasi, Hukum Von Baers dan Teori Plasma Germinal
(Teori Determinan)
3. Gametogenesis merupakan proses perubahan plasma germinal menjadi sel kelamin
dengan spesialisasi khusus hingga mampu melakukan fertilisasi dan kemudian menjadi
individu baru.
4. Spermatogeneis adalah proses pembentukan sel sperma di dalam tubulus seminiferus
5. Pembentukan sel sperma melalui 3 tahap yaitu
 Spermatositogenesis, pada fase ini spermatogonia mengalamai pembelahan
mitosis secara berulang-ulang menghasilkan spermatosit primer.
 Meiosis, pada fase ini spermatosit primer mengalami dua kali pembelahan yaitu
meiosis I dan II untuk menghasilkan spermatid
 Spermiogenesis, pada fase ini mengalami proses perubahan struktur spermatid
dan pematangan menjadi spermatozoa
6. Oogenesis adalah proses pembentukam sel telur (ovum) di dalam ovarium

3.2 SARAN
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menghimbau
kepada pembaca untuk menggali lagi informasi terkait perkembangan hewan untuk
menambah wawasan terkait dengan sejarah perkembangan biologi dan proses gametogeneis.
DAFTAR RUJUKAN

Gilbert, S.F.2019. Developmental Biology. Ed.9, Sunderland: Sinauer

Karlinah, Nelly,dkk.2015. Bahan Ajar Embriologi Manusia.Ed.1, Yokyakarta: Deepublish

Slack, J.M.2012. Essential Developmental Biology. West Sussex: Wiley Blackwell Publishing

Ltd

Sumarmin, Rahmadan. 2016. Perkembangan Hewan. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai