Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Yazid Mizanul Ilmi

NIM : E1A021043
Kelas : 4B
Mata Kuliah : Perkembangan Hewan

TUGAS 1 PERKEMBANGAN HEWAN

Video 1
Teori Preformasi  masyarakat yakini di dalam gamet terdapat miniatur manusia yang di
sebut Homonkulus. Proses pertumbuhan hewan hanya berupa perubahan ukuran (kecil
menjadi besar) bukan perubahan bentuk. Pada tahun 1667 A.V. Leuwenhook menemukan
spermatozoa dengan menggunkan mikroskopis sederhana sehingga teori preformasi terbagi
menjadi dua yaitu:

1. Spermist (animalculust ) teori ini meyakini bahwa homonkulus terdapat pada


spermatozoa teori ini sudah ada pada zaman Aristoteles (384-322 SM).
2. Ovulist (Ovist)  teori ini meyakini bahwa homonkulus terdapat pada ovarium teori
ini dimotori oleh Bonnet ( 1745: Insect parthenogenesis).
3. Spallanzani ( 1729-1799) : ditemukan bahwa sperma dan ovum sama penting dalam
proses perkembangan karena saling berhubungan satu sama lain.
Teori Epigenesis dipelopori oleh kapar Friederich Wolff (1759)  Hasil pengamatannya
bahwa pada tubuh ayam tidak ditemukan adanya Homonkulus pada telur ayam namun
terdapat granula yang tersusun membentuk lapisan-lapisan membentuk embrio yang
sempurna.

Teori Recapitulation ( Hukum Biogenesis ) di ajukan oleh Ernst Heinrich Phillips Haeckel
(1834-1919) teori ini merupakann penyempurnaan dari teori perkembangan crustaceae :
perkebangan embrio merupakan ulangan dari proses evolusi yang dialami oleh pada jaman
terdahulu.

Teori Plasmogerminal dipopulerkan oleh August Weismann, 1883

bahwa informasi genetic yang diwariskan berisi disampaikan hanya melalui sel germinal
yang ada di dalam gonad. Didalam sperma dan sel terlur terdat kromoso, yang memiliki peran
yang sama dalam proses pembentukan organisme. Teori ini meyakini bahwa embrio yang
berkembang terdapat determinan yang dapat menentukan nasib sel. Dalam proses
perkembangan determinan ini memasuki sel yang berbeda sesuai dengan determinan sel
terbeut. Khusus untuk sel germinal seluruh determinan yang ada didalam embrio dimiliki
sehingga sel determinal ini yang memiliki peran dalam meneruskan materi genetik ke
generasi seterusnya.

Video 2
Secara sederhana, perkembangan organisme bisa dibagi menandi beberapa tahapan,
mulai dari gametogenesis (pembentukan gamet) termasuk spermatogenesis dan oogenesis
hingga pematangan gamet. Gamet yang matang akan melebur membentuk zigot. Zigot inilah
yang akan memperbanyak diri dengan mitosis yang tidak biasa yang disebut klipic. Zigot
akan memperbanyak diri dengan mitosis tersebut hingga terbentuk embrio tahap morula,
blastula, dan gastrula. Gastrula adalah embrio yang telah memiliki lapisan-lapisan germinal.
Interaksi antar lapisan germinal pada gastrula akan menyebabkan terbentuknya organ-organ
tubuh yang disebut organogenesis. Organ tubuh yang telah terbentuk akan bertambah
ukurannya hingga bentuk dewasanya akan tercapai.
Tubuh seorang manusia mengandung sekitar 100 triliun sel atau lebih. Pada mamalia
ada sekitas 200 jenis sel berbeda yang menyusun tubuhnya, 200 jenis sel ini berkembang dari
satu sel zigot yang sama. ”Hasil penelitian Asashima dkk menunjukkan bahwa nasib sel
ditentukan oleh lingkungan tempat sel itu berada.” Blastomer yang ada pada kutub animal
akan berkembang menjadi epidermis karena sel-sel pada kutub animal ini adalah bakal
ektoderm, dimana ektoderm bisa menjadi epidermis atau menjadi sel-sel saraf. Jika blastomer
ditempatkan pada lingkungan yang berbeda dari sebelumnya maka bakal ectoderm akan
merubah arah perkembangannya tergantung konsentrasi aktifin yang terdapat di sekitas bakal
ectoderm. Jika bakal ectoderm ditempatkan pada medium yang mengandung aktifin 1 ng/ml,
maka bakal ectoderm tidak akan berkembang menjadi epidermis tapi akan berkembang
menjadi sel otot. Jika kadar aktifin dinaikkan hingga 100 ng/ml, maka bakal ectoderm akan
merubah arah perkembangannya menjadi sel-sel otot jantung. Artinya, nasib sel sel
ditentukan oleh lingkungan tempat sel itu berada. Inilah hasil penelitian Asashima dkk pada
embrio senopus pada tahap blastula.
Proses penentuan nasib sel terdiri atas 2 tahap, yaitu spesifikasi dan determinasi.
Spesifikasi adalah penentuan nasib sel yang masih labil atau masih bisa berubah. Sedangkan
determinasi adalah penentuan nasib sel yang sudah stabil atau tidak akan berubah nasibnya,
tidak akan berubah lagi meski lingkungan tempat embrio itu berkembang diganti dengan
lingkungan yang berbeda dari seselumnya. Spesifikasi dibagi 3 jenis :
1. Spesifikasi Autonom, terjadi pada sebagian besar invertebrata, terjadi pada embrio
invertebrata seperti Mollusca, Annelida, termasuk Tunicata. Spesifikasi otonom ini terjadi
karena determinan morfogenetik yang berbeda termasuk protein-protein terletak pada bagian
embrio yang berbeda-beda.
2. Spesifikasi Kondisional, terjadi pada vertebrata dan beberapa jenis invertebrata. Nasib
blastomer pada tahapan ini ditentukan oleh lingkungan tyempat dia berada. Jika dia berada di
lingkungan yang mendukungnya untuk membentuk struktur punggung, maka dia akan
membentuk struktur punggung, tapi jika dipindahkan ke tempat yang tidak mendukung untuk
membentuk struktur punggung, maka dia akan berubah nasibnya, misal dipindahkan ke
daerah kutub vegetal, nasibnya berubah membentuk struktur-struktur ventral. Jika blastomer
pada tahap blastula ini sebagian dibuang, maka kemudian embrio akan tetap tumbuh normal,
karena sel-sel yang tersisa akan membelah mengganti tempat dan peran dari sel-sel blastomer
yang dilepaskan tadi. Proses pengggantian sel termasuk perannya ketika sebagian dibuang
dari embrio disebut regulasi. Oleh karena itu, proses perkembangan embrio yang
menggunakan kondisional spesifikasi disebut perkembangan regulatif.
3. Sitoplasmik Localization, terjadi pada sebagian besar insecta. Terdapat lokalisasi
determinan morfogenetik. Jadi, embrio pada bagian yang berbeda akan melokalisasi
determinan morfogenetik yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai