TUJUAN
1. Mempelajari perkembangan embrio katak mulai zigot sampai bentuk
larva.
2. Mempelajari tipe dan pola perkembangan embrio katak.
3. Mempelajari pembentukan bakal organ katak yang berasal dari setiap
lapisan embrional.
B. DASAR TEORI
Katak merupakan hewan vetebrata yang termasuk dalam kelas
amphibi. Kelompok ampibi ini merupakan jenis hewan ovivar. Katak
jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan
katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin katak jantan dan katak betina
akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada
punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak
betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air dengan menyemprotkan sel-
sel gametnya keluar tubuh (Frandson, 1992).
Setiap ovum yang keluar akan dilapisi selaput telur (membrane
vitelin). Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepsang akan ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovun dilanjutkan
melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat
kantung yang mengembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk
katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan
bermuara pada kantong kloaka (Campbell, 2002).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan
embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik.Secara umum, sel embriogenik tumbuh
dan berkembang melalui beberapa fase (Setiawan, 2002).
Amphibia mempunyai ciri-ciri yang tubuh diselubungi oleh kulit
berlendir, ia merupakan tipe hewan-hewan berdarah dingin (poikiloterm),
mempuyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan
satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat
selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika
menyelam, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan
dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh induknya atau pembuahan eksternal
(Djuhanda, 1982).
Sel telur mempunyai dua kutub, yaitu kutub animal dan kutub
vegetal. Pada kodok atau katak, kedua kutub ini dapat dibedakan, karena
kutub animal berpigmen dan pada kutub vagetal ada kuning telur (yolk).
Pada sel telur mamalia, tempat benda kutub dilepaskan merupakan kutub
animal. Pada sel telur ayam yang sedang berkembang didalam ovarium,
kutub animal adalah ditempat oosit bertaut dengan jaringan ovarium.
Kedua kutub tersebut mempunyai hubungan definitif dengan susunan
tubuh embrio dikemudian hari. Pada amfioxus, kutub animal menjadi
bagian ventro-anterior embrio, sedangkan pada kodok atau katak menjadi
bagian anterior embrio (Sukra, 2000).
Fertilisasi diikuti oleh tiga tahapan berturut-turutyang mulai
membangun tubuh hewan itu. Pertama, pembelahan sel jenis khusus, yang
disebut dengan pembelahan (cleavage), menciptakan embrio multiseluler,
atau blastula, dari zygot. Tahapan kedua gastrulasi, menghasilkan embrio
berlapis tiga yang disebut sebagai gastrula. Tahapan ketiga, yang disebut
organogenesis, membangkitkan organ rudimenter yang akan tumbuh
menjadi struktur dewasa (Campbell, 2004).
Telur katak memiliki dua kutub, kutub anima berpigmen hitam,
sedangkan kutub vegetatif tidak berpigmen. Ciri telur yang telah
difertilisasi adalah adanya daerah kelabu yang berbentuk sabit. Hal ini
akibat penetrasi sperma, sehingga pigmen di tempat yang berlawanan
bergeser ke arah masuknya sperma. Kurang lebih sepertiga dari pigmen
menjadi berkurang, dan tampak bagian ini lebih pucat warnanya. Zigot
yang terbentuk, memasuki tahap I pembelahan. Tipe pembelahannya
holoblastik, yaitu pembelahannya menyeluruh dari kurub anima ke kutub
vegetatif. Pembelahan I dengan meridional yang arah pembelahannya tepat
pada garis tengah sabit kelabu, menghasilkan 2 blastomer. Pembelahan ke
II meridional tetapi arahnya 90° terhadap bidang pembelahan 1,
menghasilkan 4 blastomer. Pembelahan III, horizontal tegak lurus terhadap
bidang pembelahan I dan II menghasilkan 8 blastomer yang tidak sama
besar, yaitu 4 mikromer dan 4 makromer. Mulai pembelahan III dan
seterusnya akan menghasilkan blastomer yang tidak sama besar.
Pembelahan IV, meridional secara bersamaan, terbentuk 16 blastomer.
Pembelahan V, horizontal di atas dan di bawah bidang pembelahan III,
menghasilkan 32 blastomer. Setelah pembelahan embrio memasuki tahap
blastula (Tenzer, dkk., 2001).
Embrio tahap blastula memiliki rongga yang letaknya mengarah ke
kutub anima. Rongga tersebut dinamakan blastosoel. Lapisan atap
blastosoel lebih tipis daripada alasnya, karena atap blastosoel hanya
tersusun 2-4 lapisan mikromer, sedangakan alasnya adalah makromer (sel-
sel yolk) yang lebih banyak jumlah lapisannya. Setelah tahap blastula
embrio memasuki tahap gastrula (Tenzer, dkk., 2001).
Pembelahan secara terus menerus menghasilkan sebuah bola sel
padat yang disebut morula. Pada tahap ini mengacu pada permukaan
berlobus pada embrio. Suatu rongga yang penuh cairan yang disebut
balstosel (blastocoel) terbentuk didalam morula, dan menghasilkan
tahapan perkembangan bola berlubang yang disebut blastula. Pada bulu
babi, blastosel itu terletak ditengah blastula, sedangkan pada katak, karena
pembelahan yang tidak sama, blastosel berada dibagian belahan animal
(Campbell, 1999).
Gastrula dibentuk dari serangkaian proses gerakan sel, dengan
hasil akhir berupa 3 lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm dan
endoderm. Dengan adanya gerakan sel ini, sel-sel yang awalnya berada di
permukaan akan berpindah ke bagian dalam dari blastula. Pelekukan
terjadi di daerah batasan antara mikromer dengan makromer, yang
selanjutnya menjadi bibir dorsal blastoporus, (merupakan tahapan yang
menuju tahap gastrula awal) dan berakibat terjadi invaginasi sehingga sel-
sel yang berada di luar bermigrasi ke dalam. Akibat terjadinya invaginasi
terbentuk rongga yang semakin lama semakin besar, rongga tersebut
merupakan bakal arkhenteron. Rongga arkhenteron semakin membesar
sehingga akan mendesak blastosoel yang semakin lama rongganya
mengecil (merupakan gastrula akhir) (Tenzer, dkk., 2001).
Setelah gastrulasi adalah tahap pembentukan neurula. Pada tahap
ini terjadi proses perubahan bentuk fisik dan terjadi pula proses saling
menginduksi diantara lapisan embrional. Keping neural terbentuk setelah
adanya induksi dari bakal notokorda, selanjutnya tepi kiri kanannya
melipat membentuk lipatan neural sedangkan bagian tengahnya melekuk
disebut parit neural. Disamping tumbuh memanjang, bagian kiri dan
kanan lipatan neural akan bertemu sehingga akan membentuk bumbung
neural yang memiliki saluran neural (neurosol). Pembentukan macam-
macam organ terjadi setelah tahap neurulasi. Organ terbentuk dari lapisan
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan bakal organ dapat
diamati pada embrio katak tahap tunas ekor (Tenzer, dkk., 2001).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
Mikroskop cahaya; mikroskop stereo
2. Bahan:
Sediaan sayatan embrio katak; model perkembangan embrio katak
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengamatan dari model perkembangan embrio katak
menyiapkan model
perkembangan embrio
katak
mendokumentasikan
model perkembangan
embrio katak
mengamati sediaan
sayatan per bagian
mendokumentasikan hasil
pengamatan dari
mikroskop
F. PEMBAHASAN
Pembelahan (mitosis) sel embrio sangat khas dan berbeda dari proses
mitosis sel dewasa. Proses pembelahan sel embrio sangat cepat dan tanpa istirahat
(interfase). Dengan demikian sel-sel hasil pembelahan (blastomer) tidak sempat
tumbuh, sehingga blastomer menjadi berukuran kecil-kecil. Pada stadium
pembelahan ini total volume blastomer relatif tidak berbeda dengan volume sel
semula (zigot) (Surjono, dkk., 2001).
Pasca fertilisasi, zigot mulai membuat suatu organisme multiseluler,
dimulai dengan proses pembelahan mitosis membagi volume telur menjadi
banyak sel-sel kecil. Sel-sel pada tahap pembelahan ini disebut blastomer
(Sudarwati, 1990).
Ciri khas stadium pembelahan adalah bahwa pembelahan berlangsung
tanpa istirahat, dan rasio inti sitoplasma bertambah kecil. Pembelahan blastomer
terdiri atas pembelahan inti (kariokinesis) yang kemudian diikuti oleh pembelahan
sel (sitokinesis), dan alur pembelahannya sama dengan bidang metafase dari fase
mitosis yang telah dialaminya. Pada suatu waktu tertentu, embrio yang aktif
membelah akan membuat suatu rongga tengah (rongga blastula) dan memasuki
stadium blastula (Sudarwati, 1990).
Tipe telur katak adalah telolesithal, sehingga pembelahannya adalah
holoblastik radian unekual (Lestari dkk., 2013). Blastomer yang dihasilkan tidak
sama besar. Setelah telur katak difertilisasi, maka terbentuklah daerah yang
berwarna lebih muda atau kelabu yang disebut daerah kelabu atau grey crescent
(Gambar 1) yang bentuknya seperti bulan sabit. Hal ini terjadi karena ada pigmen
yang terbawa masuk dengan masuknya sperma, sehingga lapisan pigmen yang
berada bertentangan dengan tempat masuknya sperma akan bergeser ke atas
(Yatim, 1994).
A B
Gambar 2. Telur katak sebelum pembelahan (hasil praktikum A: peraga; B: mikroskop).
Gambar 3. (A-B). Pembelahan pertama melalui bidang meridional mulai dari kutub animal ke
arah kutub vegetal. Karena yolk terkumpul di kutub vegetal, pembelahan kedua sudah
mulai di kutub animal ketika pembelahan pertama belum selesai. Pembelahan kedua
juga melalui bidang meridional yang tegak lurus pembelahan pertama. (C)
Pembelahan ketiga lewat bidang equatorial lebih ke arah kutub animal latitudinal. (D-
H) Akhirnya pada belahan yang vegetal akan mempunyai sedikit blastomer dan
berukuran lebih besar daripada animal. (H) Irisan melintang dari embrio tingkat mid
blastula (Sumber: Gilbert, 2000).
A B C
Gambar 4. Pembelahan pertama (A: dikutip dari Ciptono, 2008; B: berdasarkan hasil praktikum
dari mikroskop; C: berdasarkan hasil praktikum dari alat peraga).
A B
Gambar 5. Pembelahan kedua (A: dikutip dari Ciptono, 2008; B: berdasarkan hasil praktikum).
Pada pembelahan ketiga pembelahan terjadi secara ekuator dan lebih
kearah kutub anima, sehingga blastomer yang dihasilkan tidak sama besar, yaitu 4
mikromer di daerah anima dan 4 makromer di daerah vegetative(Yatim, 1994).
Mikromer (sel-sel blastomer yang berukuran kecil) berpigment tebal, sedangkan
makromer (yang berukuran lebih besar) berpigment tipis saja. Tampak adanya
inisiasi calon blastocel (Ciptono 2008).
A B C
Gambar 6. Pembelahan ketiga (A: dikutip dari Ciptono, 2008; B: berdasarkan hasil praktikum
dari mikroskop; C: berdasarkan hasil praktikum dari alat peraga).
Gambar 7. (A) Pembelahan pertama. (B) Pembelahan Kedua. (C) Pembelahan Keempat (Gilbert,
2000).
A B
Gambar 8. Pembelahan keempat (A) dan kelima (B) ( Ciptono, 2008).
A B
Gambar 8. Morula (A: dikutip dari Ciptono, 2008; B: hasil praktikum).
Setelah embrio terdiri dari 128 blastomer akan mempunyai blastocoels dan
pada tahap ini disebut blastula, karena embrio sudah mulai berongga (Lestari dkk.,
2013). Stadium blastula ini bertahan sampai embrio tersusun atas 10.000-15.000
blastomer, dimana proses blastrulasi mulai terjadi (Surjono, dkk., 2001).
Blastocoels pada kata mempunyai dua fungsi yaitu menyediakan tempat untuk
migrasi sel pada tahap gastrulasi dan mencegah supaya sel-sel yang dibawah
blastocoel tidak bergabung dengan yang di atasnya. Pada tahap blastula
pertengahan akan mulai mengaktifkan gen baru pada sel-sel yang akan
berdiferensiasi. Sel-sel pada tahap blastula pertengahan mulai mempunyai
kemampuan untuk pergerakan. Hal tersebut merupakan persiapan pada tahap
gastrulasi, dimana embrio banyak melakukan gerakan morfogenik (Lestari dkk.,
2013).
A B C
Gambar 9. Blastula (A: dikutip dari Ciptono, 2008; B: berdasarkan hasil praktikum dari
mikroskop; C: berdasarkan hasil praktikum dari alat peraga).
Daftar Pustaka
Barth, Lester G. 1949. Embryology. New York: the Dryen Press
Campbell, Neil A; Reece; Mitchell L. G. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Campbell, Neil A; Reece; Urry; Cain; Wasserman; Minorsky; Jackson. 2014.
Biology 10th edition. New York: Pearson Education
Campbell. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Ciptono. 2008. Embriologi Hewan: Tahap-Tahap Perkembangan Embrio Katak.
Ciptono. 2008. Perkembangan Katak. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Direktorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Djuhanda., Tatang. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan 1. Amrico, Bandung.
Eugenia, M., Pino D., Salazar, M. J. 2015. Early Development Of The Glass rogs
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press.
Gilbert, S. F. 2000. Developmental Biology 6th edition. Sunderland: Sinauner
Associates Inc.
Gilbert, S. F. 2003. Developmental Biology 6th edition. Sunderland: Sinauner
Associates Inc.
Gilbert, S. F. 2010. Developmental Biology 8th edition. Sunderland: Sinauner
Associates Inc.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Lestari, Umie, Tenzer, Amy, Handayani, Nursasi, Gofur, Abdul. 2013. Srtuktur
dan Perkembangan Hewan II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nelsen, Olin E. 1952. Comparative Embriology of Vertebrates. New York: Mc
Graw Hill Book Company
Pino, E.M. 2006. A Comparative Analysis Of Frog Early Development (online).
Setiawan, Arum. 2002. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II.
Sudarwati, Sri. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Hewan.
Bandung: ITB.
Suhandoyo dan Ciptono. 2009. Materi E-learning: Reproduksi – Embriologi
Hewan. (Online)
http://besmart.uny.ac.id/file.php/142/Materi_ELearning_REH_Bagian_XI
_2009.pdf. diakses 22 Oktober 2016
Sukra, Yuhara, (2000), Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan,
Surjono. dkk. 2001. Buku Materi Pokok Perkembangan Hewan. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
www.pnas.org_cgi_doi_10.1073_pnas.0705092104 (diakses tanggal 23
Oktober 2016)
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embyologi. Bandung: Tarsito.
Yogyakarta: FMIPA UNY