1
berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Perkembangan embrio
berjalan apabila kondisi lingkungan sesuai (temperature, kelembaban dan
sirkulasi udara). Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh
kuning telur, amnion, dan allantois.
Pembelahan sel embrio terjadi secara mitosis, sehingga setiap sel embrio
mengandung kromosom diploid (2n) yang setengahnya berasal dari spermatozoa
dan setengahnya lagi berasal dari ovum. Pembelahan dimulai dari inti dan
diteruskan ke sitoplasma. Ovum yang telah dibuahi mengalami pembelahan
pertama membentuk embrio 2 sel. Embrio 2 sel segera membelah lagi menjadi
embrio 4 sel. Pembelahan terus berlanjut hingga embrio menjadi 8 sel, 16 sel, 32
sel (Toelihere, 1979; Salisbury dan VanDemark, 1985).
1. pembelahan
2
2. Blastomer
3. Blastula
4. Gastrula
5. Neurula
6. Organogenesis
3
selalu beraturan dan setelah pembelahan ketiga prosesnya sudah tidak sinkron
lagi. Alur pembelahan tempat sirkumferensial (melingkar) yang memotong
bagian tengah deretan blastomer dari daerah peripheral (Surjono, 2001).
4
Gambar proses pembelahan pada embrio unggas (bagian
blastodiskusi); (a) pembelahan pertama; (b) pembelahan kedua;
(c) pembelahan ketiga; (d) pembelahan keempat; (e) pembelahan
kelima; (f) morula muda (Carlson, 1988 dalam Surjono, 2001)
2. Blastula
Setelah pembelahan yang terjadi di daerah permukaan telur, pada
embrio 32 sel, kemudian terjadi pembelahan secara ekuatorial di bawah
permukaan lapisan sel berinti, sehingga sel-sel tersebut terbagi menjadi 2
lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang berbatasan dengan kuning
telur (Surjono, 2001). Antara blastoderm dan kuning telur terdapat ruang yang
bernama rongga subgerminal. Ruang ini terbentuk ketika sel-sel blastoderm
menyerap cairan dari albumin (putih telur) dan sekresi antara sel-sel
blastoderm dan kuning telur. Pada tahap ini, sel yang cekung yang berada di
tengah blastoderm lepas dan hilang, meninggalkan ke belakang menjadi satu
sel yang tebal yaitu area pellusida. Bagian ini blastoderm membentuk embrio
sesungguhnya. Pada cincin tepi sel blastoderm yang tidak lepas oleh sel yang
cekung akan terdapat area opaca. Antara area pellusida dan area opaca terdapat
lapisan sel yang tebal yang disebut dengan rongga marginal (atau sabuk
marginal). Beberapa sel pada rongga marginal menjadi sangat penting dalam
menentukan sel nasib selama sejak perkembangan anak ayam (Gilbert, 2008).
5
Gambar (a) pembentukan Epiblas; (b) pembentukan hipoblas (Gilbert,
2008).
6
endodermis ekstraembrio. Bagian anterior epiblas membentuk bakal ectoderm
epidermis, di sebelah posteriornya secara berturut-turut adalah bakal ectoderm
saraf, notokorda, prekorda, dan yang paling posterior adalah mesoderm
(Surjono, 2001).
3. Gatrulasi
Pembelahan meroblastik pada sel telur aves yang kaya kuning telur
dan bercangkang hanya terbatas pada cakram kecil sitoplasma pada kutub
animal. Dari pembelahan tersebut terbentuk embrio dan empat lapisan
ekstraembrionik (korion, amnion, alantoisdanyolk sac). Proses morfogenetik
7
disebut juga sebagai proses gastrulasi. Selama masa gastrulasi sel-sel
melakukan gerakan morfogenetik sehingga terjadi reorganisasi seluruh embrio
atau sebagian daerah kecil di dalam embrio. Hasil pembelahan sel berupa
blastoderm yang terletak sebagai suatu tudung di atas yolk. Sedangkan bagian
tengah dari blastoderm terpisah dari yolk oleh rongga sub germinal, sehingga
tampak terang disebut sebagai area pelusida. Sebaliknya bagian tepi dari area
pelusida tampak gelap karena berlekatan dengan yolk, disebut area opaca.
Saat sel dalam bentuk blastula, pertambahan massa sel masih terus
terjadi dengan pembelahan mitosis. Akibatnya sel mendesak kebawah (ke arah
kutub vegetal / vegetal pole) dan terjadilah pelipatan sel ke dalam (invaginasi).
Terjadinya invaginasi membentuk sebuah lekukan yang disebut blastopore.
Invaginasi ini yang menandai dimulainya tahap gastrulasi. Sel-sel blastula
yang mengalami invaginasi terus tumbuh ke arah dalam sehingga blastopore
akan terus terdesak ke dalam dan terbentuk rongga arkenteron. Rongga ini
membagi sel-sel yang tumbuh tersebut menjadi lapisan endoderm disebelah
dalam dan mesoderm dibagian tengah.
Lapisan bagian luar dari lapisan sel pada animal pole yang tetap
berada diluar (tidak melipat ke dalam) membentuk ektoderm. Ketiga lapisan
tersebut kemudian disebut dengan Lapisan Germinal Embrio. Pada gastrulasi
beberapa organisme invaginasi diawali oleh penyempitan (wedging) sel-sel
pada permukaan blastula, penetrasi sel-sel untuk masuk lebih dalam kebagian
dalam embrio melibatkan ekstensifi lopodia oleh sel-sel terdepan dari jaringan
yang bermigrasi. Gerakan sel-sel tersebut akan menarik sel-sel yang mengikuti
dibelakangnya untuk melalui blastopori sehingga membantu menggerakkan
lapisan sel dari permukaan embrio ke dalam blastosoel untuk kemudian
membentuk endoderm dan mesoderm embrio.
8
Gambar. Tahap Gastrulasi pada Ayam
9
bakal endoderm tetap berada antara epiblast dan endoderm membentuk
mesoderm kepala dan notokord.
10
Lembaran ini yang membentuk bagian mesoderm dari embrio dan
selaput ekstra embrio. Saat pembentukan mesoderm berlangsung, daerah
unsure primitif mulai memendek sehingga nodus Hensen berpindah letak dari
tengah area pelusida menjadi berada di bagian posterior terbentuk notokord
posterior. Akhirnya nodus bergeser mencapai posisinya yang paling posterior
dan membentuk daerah anal. Pada tahap ini, epiblast seluruhnya terdiri atas
bakal sel-sel ektoderm yang berepiboli hingga mengelilingi yolk. Gastrulasi
telah selesai dengan dibentuknya ectoderm digantinya hipoblast dengan
endoderm dan terletaknya mesoderm di antara kedua lapisan ini.
2. Interkalasi adalah dua atau lebih deretan sel yang menyusun tubuh dengan
cara masuk ke sela-sela antara satu sel ke sel lainnya, sehingga terbentuk
deretan sel yang lebih panjang dan lapisannya lebih tipis.
11
3. Convergent Extension (Perluasan secara Konvergen) adalah dua atau lebih
deretan sel interkalasi, tetapi interkalasinya teratur dan terarah pada suatu
tujuan.
4. Emboly adalah gerakan sel-sel dari luar (permukaan) ke arah dalam,
perpindahan sel yang akan menyusun mesoderm dan endoderm, meliputi :
Invaginasi proses pelekukan sel ke arah dalam. Lapisan sel bagian
luar masuk atau melipat ke dalam.
Involusi proses peluncuran sel / pembelokan lapisan ke posisi
tertentu. Lapisan sel membelok ke dalam dan kemudian membentang
jauh ke bagian permukaan internal.
Inggresi pemisahan kelompok sel secara bebas untuk membentuk
lapisan baru. Sel-sel bagian permukaan secara individual bermigrasi
ke bagian dalam (interior) dari embrio.
Delaminasi pelepasan lapisan sel untuk membentuk lapisan baru
dalam embrio.
4. Neurulasi
Neurulasi berasal dari kata neuro yang memiliki arti saraf, sehingga
neurulasi adalah proses terbentuknya sistem saraf, sistem saraf berasal dari
diferensiasi ektoderm, sehingga disebut neural ectoderm. Sebagai inducer pada
12
proses neurulasi adalah chorda mesoderm yang terletak di bawah neural
ectoderm. Proses Neurulasi melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal
neural, dimulai dengan pembentukan keping neural (neural plate), lipatan
neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube,
yang terbenam dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan
korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya bumbung neural. Diduga
bahwa perubahan morfologi yang terjadi selama neurulasi sejalan dengan
perubahan kromosom dan pola proteinnya.
Proses yang terjadi pada saat neurulasi yaitu setelah proses gastrulasi
maka akan dilanjutkan dengan fase neurulasi atau pembentukan saraf. Bakal
saraf berasal dari sel-sel mesoderm yang kemudian akan membentuk otak,
tulang belakang, kulit serta rambut. Awalnya notokord akan menginduksi
ektoderm yang ada di atasnya, ektoderm yang dimaksud adalah ektoderm
neural (Surjono, 2001). Induksi paling awal yaitu induksi neural dan disebut
induksi primer yang akan dilanjutkan dengan induksi sekunder. Kebanyakan
induksi bersifat instruktif dan lainnya bersifar permisif. Contoh induksi
permisif adalah induksi matrik ekstraseluler fibronektin terhadap pial neural
untuk berdiferensiasi. Sedangkan pada induksi instruktif yaitu induktor
melakukan aksi terhadap jaringan kompeten untuk berdiferensiasi.
Cara neurulasi dibedakan menjadi tiga, dua kelompok utama dan satu
kelompok khusus.
13
kejadian pada neurulasi primer. Kedua lipatan neural ini akan bertemu satu
sama lain membentuk bumbung neural. Selanjutnya atap epidermis akan
terpisah dari bumbung neural.
Dari ketiga cara ini, neurulasi primer merupakan cara paling umum
yang terjadi berbagai hewan salah satunya adalah ayam dari bangsa aves.
14
Pial neural pada embrio dibedakan menjadi empat berdasarkan kedudukan
dalam tubuh embrio:
15
Mesensim yang berasal dari neural crest disebut ektomesensim.
Sementara tabung neural akan membentuk lekukan-lekukan sehingga
dihasilkan tiga daerah otak : otak depan, otak tengah dan otak`belakang.
Tubulasi ektoderm saraf tesebut berlangsung, sehingga terjadi differensiasi
pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon
(otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural
(saraf).
16
menjadi terganggu. (Lukman, 2007). Pada pembentukan vesikel otak embrio
ayam sangat diperlukan keberadaan ChE sebagai regulasi pertumbuhan dan
fungsi morfogenetik. Bila pembentukan ChE terhambat akibat zat cholinotoxic
seperti insektisida karbofuran, maka akan terjadi hambatan pembentukan
vesikel otak. Hambatan pembentukan vesikel otak pada masa embrional akan
berdampak pada kelainan struktur dan fungsi otak saat dewasa kelak (Lukman,
2007)
17
Perkembangan vesikel otak embrio a yam antar kelompok (pembesaran
400X). Keterangan:
5. Organogenesis
18
organogenesis berbagai daerah pada tiga lapisan germinal berkembang
menjadi rudimen dari organ-organ. Tiga jenis perubahan morfogenetik yaitu
pelipatan, pemisahan, dan pengelompokan padat (kondensasi) sel-sel adalah
bukti pertama pembentukan organ. Embrio ayam yang dieramkan selama 5-8
hari juga dianggap oleh beberapa ahli sebagai tingkat berudu. Pada jam-jam
tertentu dapat ditentukan organ apa saja yang telah terbentuk. Diantaranya usia
19 jam telah terbentuk somit, 24-96 jam telah terbentuk usus atau saluran
pencernaan, 33-72 jam telah terbentuk otak, 96 jam telah terbentuk sistem
urogential dan seterusnya.
19
Tabel 1 Turunan Ketiga Lapisan Germinal Embrio pada Vertebrata
Proses Organogenesis
20
1. Setiap embrio mengalami organogenesis dengan menempuh tahap tahap
embriogenesis yang dimiliki leluhur secar evolusi.
2. Ada bagian dari tubuh embrio yang pada suatu ketika berkembang, lalu
susut, dan hilang atau berubah letak dan peranan dibandingkan dnegan asal
usul, sebaliknya ada sebagian yang pada asal usul susut dan tak berperan
tapi kemudian berkembang (Yatim, 1999 ).
Perkembangan Membran Ekstra Embrionik pada Embrio Ayam
21
organ dari masing-masing lapisan embrio ayam dapat diamati pada embrio
umur sebagai berikut:
22
Embrio yang telah berumur 24 jam, lipatan neuraknya mendekat satu
sama lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di bagian depan somit
pertama. Embrio umur 33 jam, bumbung neural yang telah terbentuk dapat
dibedakan menjadi bagian anterior yang agak lebar, bagian tengah, serta
posterior yang menyerupai bumbung. Persatuan lipatan neural yang paling
akhir, terjadi di bagian depan dan di belakang, sehingga terbentuk lubang-
lubang neuroporus-anterior dan posterior. Belakang osmit terkahir terdapat
lipatan neural yang mengembang dan menghilang dalam ektoderm (Yatim,
1982). Bagian belakang lipatan neural membatasi suatu daerah dangkal pada
ektoderm yang disebut sinus phromboidalis. Stria primitiva terus makin
menghilang. Daerah antara kedua lapisan ektoderm dari tiap lipatan neural
yang menyatu terlepas sel-sel yang akan menjadi dua batang neural chest di di
kiri-kanan bumbung neural. Neural crest ini bersegmen dan
merupakan primordial dari akar dorsal saraf spinal dan juga ganglia
dari sistem saraf otonom (Yatim, 1982).
23
Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki 35
pasanag somit. Embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah
rhombenchepalon berada di sebelah dorsal dan telencephalon mendekati
perkembangaan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior,
sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembnag ke arah anterior), dan lateral
body fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke arah kaudal dari padaotosis.
Daerah ventro-lateral rhombencephalon menjadi tempat berkembang derivat
neural crest berupa pasanagn ganglion saraf-saraf kranial. Di daerah setinggi
AIP, terjadi penebalan mesoderm yang kaan berkembang menjadi upper limb
bud atau wig bud, merupakan primordia sayap, sedangkan di daerah cauda
dibentuk lower bud yaitu primordia kaki (Syahrum, 1994).
24
Permukaan blastoderma area opaka menjadi bertambah lebar, pada
bagian posterior tampak berbintik-bintik yaitu pulau-pulau darah yang kelak
akan menjadi sebagian besar sistem pembuluh ekstra embrional. Area opaka
yang berbintik-bintik sekarang disebut area opaka vaskulosa. Bintik. Bintik-
bintik tersebut disebabkan penebalan-penebalan setempat pada mesoderm yaitu
pada lapisan splankhnis. Mula-mula pulau-pulau darah merupakan kumpulan
sel-sel yang kompak, selanjutnya terjadi rongga dn terpisah menjadi kumpulan
sel-sel sentral. Sel-sel sentral ini kelak akan menjadi butir-butir darah yang
menagndung hemoglobin, sednagkan sel-sel perifer yang tinggal, memebangun
dinding pembuluh darah yang disebut endothelium . pulau-pulau darah itu
sedemikian banyaknya sehingga bersentuhan satu sama lain dan terjadi suatu
jaringan pembuluh kapiler yang disebut retikulum.ya rongga-rongga di dalam
pulau darah tersebut disi dengan palsma darah (Balinsky, 1970)
25
METABOLISME EMBRIO
a. Metabolisme karbohidrat
b. Metabolisme protein
c. Metabolisme lemak
26
d. Metabolisme mineral
( Jull,1951)
Sedang seorang ahli Admudson menurut Funk dan Irwin (1955) mengadakan
klasifikasi letak embrio sebagai berikut:
2. Kepala di putar kekanan tetapi paruh tidak terletak di bawah sayap kanan
3. Kepala di putar kekanan tetapi ujung paruh tidak nenyentuh ruang udara: paruh
di bawah sayap dan paruh tidak di bawah sayap
27
6. Kepala di putar kekiri dan paruh di bawah sayap kiri
5. Kepala di putar kekiri tetapi paruh tidak terletak di bawah sayap kiri
Kendala yang sering dihadapi dalam penetasan telur unggas, antara lain
kematian embrio dan telur yang tidak bertunas atau infertil umumnya tinggi
selama proses penetasan (Baruah et al., 2001; Setioko, 2005). Faktor yang dapat
mengakibatkan kematian embrio atau embrio cacat adalah faktor biologis yang
menyebabkan spermatozoa tertinggi dalam oviduct dalam waktu lama dan
kapasitas sperma yang rendah fertilitasnya. Faktor lingkungan antara lain
temperature, kelembaban dan kosentrasi gas yang terdapat didalam telur.
Kelembaban berpengaruh terhadap kecepatan hilangnya air dari dalam telur
selama inkubasi. Kehilangan air yang banyak menyebabkan keringnya chariot-
allantoic untuk kemudian digantikan oleh gas-gas sehingga sering terjadi
kematian embrio dan telur menjadi busuk.
28
Menurut Wiharto (1988) apabila suhu terlalu rendah umumnya
menyebabkan kesulitan menetas dan pertumbuhan embrio tidak normal
karena sumber pemanas yang dibutuhkan tidak mencukupi. Sedangkan suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan telur mengalami dehidrasi atau
kekeringan, sehingga DOD yang dihasilkan akan lemah, akibatnya DOD
akan mengalami kekerdilan dan mortalitas yang tinggi (Rarasati, 2002).
Telur terlalu lama berada dalam tubuh induk, perkembangan embrio terlalu
lama pada fase gastrula, dan mortalitas embrio akan meningkat. Pergerakan
telur dalam oviduk dipengaruhi oleh ukuran telur, dimana semakin besar
ukuran telur akan semakin lama proses pembentukannya dalam oviduk.
Embrio mati selama seminggu pertama inkubasi, karena adanya efek fisiologi
dari shock termik dan pemutaran telur.
Mortalitas embrio pada periode ini sangat rendah yaitu kurang dari 0.75%.
Defisiensi nutrisi pada pembibit mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan embrio. Menurut sadiah (2015) Dari telur yang
29
diamati yang kemudian dipecahkan, embrio yang mati pada fase pertengahan
umumnya karena ketidakmampuan mengabsorbsi kuning telur, ini sesuai
dengan pendapat Woodard (1973) Kematian embrio umumnya disebabkan
oleh karena embrio tidak mampu membentuk organ-organ penting atau organ-
organ tersebut tidak berfungsi dengan baik. Kematian embrio terjadi akibat
ketidakmampuan menyerap albumen yang tersisa dan mengabsorbsi kantong
yolk (kuning telur).
Tiga hari terakhir masa inkubasi merupakan tahap kritis. Penyebab tingginya
mortalitas pada fase ini disebabkan karena waktu dan malposisi embrio,
karena telur tidak diletakkan dengan rongga udara pada bagian atas.
(Diana,2013).
Dari telur yang diamati dan dipecahkan banyaknya embrio yang mati pada
fase akhir penetasan umumnya karena embrio sudah terbentuk sempurna namun
embrio lemah sehingga tidak mampu pipping, malposisi dan juga beberapa
terdapat jamur dalam telur. Ini sesuai dengan pendapat Rusandih (2001) dalam
Ningtyas (2013) bahwa kebanyakan embrio yang ditetaskan ditemukan mati
antara hari ke-19 sampai ke-21 selama inkubasi. Hal ini biasa disebut dead-in-
shell dan terbagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, embrio tumbuh
dan berkembang secara normal, tetapi tidak memiliki upaya untuk
menerobos kerabang. Kategori seperti ini biasanya mati pada hari ke-21. Kategori
kedua mati pada hari yang sama, tetapi menunjukkan karakteristik paruh yang
pipih dan lentur dengan oedema serta pendarahan pada otot penetasan
bagian belakang kepala. Kejadian tersebut merupakan dampak berkelanjutan
dari usaha embrio memecah kerabang yang gagal. Kategori ketiga mati hari
ke-20. Kematian pada kategori ini disebabkan karena kesalahan posisi
selama berkembang sehingga menghambat embrio tersebut untuk keluar dari
kerabang.
30
pada fase ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan serta terjadi
perubahan fisiologis. Ini sesuai dengan pendapat Paimin (2004) Kegagalan dalam
penetasan banyak terjadi pada periode kritis yaitu tiga hari pertama sejak telur
dieramkan dan tiga hari terakhir menjelang menetas. periode kritis ini terjadi
akibat perubahan fisiologis embrio yang sudah sempurna menjelang penetasan.
31
mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin
dan mineral.
4. Suhu didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu di
ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2C dari kisaran
suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 36C-39C. Kalau
terjadi penurunan suhu terlalu lama biasanya telur akan menetas lebih lambat
dari 21 hari dan kalau terjadi kenaikan suhu melebihi dari suhu normal
maka embrio akan mengalami dehidrasi dan akan mati.
32
dengan menggunakan mesin penetas yang memiliki elemen pemanas darurat saat
terjadi pemadaman listrik. Lihat spesifikasi mesin tetas PUI-100.
Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau
matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang
dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan pada satu
sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya mati.
Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas 30C, bagian putih
telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah putus.
Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat (jalan berliku-liku,
jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami perlakuan kasar, maka
tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau perlakuan kasar
tersebut.
Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari telur belum juga
dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kalau anda membeli telur dari tempat lain
maka perlu untuk menanyakan berapa umur telur tetas tersebut. Kalau anda
enggan untuk menanyakan maka cukup member toleransi 2-3 hari pada telur
33
tersebut, artinya telur tersebut telah berapa pada peternak/pengepul telur
selama 3 hari. Sehingga maksimal waktu anda menyimpan telur tersebut di
rumah anda adalah 2-3 hari.
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih
berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap,
sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih
betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih
kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian
awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi
perkembangan embrio.
34
Hari ke 2
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah
terlihat primitive streake suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm yang
kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis
warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah. Pada hari
kedua Jantung telah terbentuk, masih terbentuknya Area Ovaca, peta takdir,
kuning telur dan albumin. Mulai terbentuknya pembuluh darah yang berwarna
agak kemerah-merahan. Sudah adanya noktah (bakal embrio) Sedang memulai
dimana letak telinga, pembuluh saraf columna vertebrae. Saat ini adalah saat yang
kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak, hal ini sesuai
dengan pendapat Nesheim et al. (1997) pada embrio ayam jantung terlihat
berdenyut setelah 30 jam pengeraman dan pembelahan pada otak
menunjukan dimulainya pembentukan mata, lubang telinga pada
pembentukan bakal ekor. Peredaran darah dimulai, dengan kerja sama antara
kantung darah dengan kantung selaput kuning telur.
Hari ke 3
35
Bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus
seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion,
dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut
nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna
putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas.
Pada hari ketiga Jantung mulai berdetak, kuning telur berada ditengah dan
albumin masih banyak. Sudah terbentuk bakal mata,bakal kaki dan cairan amnion
walaupun masih sedikit. Pembuluh darah agak lebih banyak.bentuk jantung
tergambar, kaki mulai terbentuk dan dikembangkan, terbentuk sayap, embrio
mulai berputar, dengan mata tampak pembuluh darah, adanya selaput amnion, ada
cairan corio alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio.
Hari ke 4
Pada hari ke 4 mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai
bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah
membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang.
Organ paru paru dan hati sudah terbentuk tapi tidak terlihat dengan kasat mata.
Pada hari keempat, terdapat pertumbuhan endoderm kearah luar untuk
membentuk usus belakang yang mendorong suatu lapisan mesoderm yang masuk
kedalamnya menjadi cavitis ekstra embrionik untuk membentuk alantois. menurut
paputungan (2017) perkembangan embrio pada ayam umur 4 hari yaitu
perkembangan rongga amniotik yang akan mengelilingi embrio, yang berisi cairan
amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan membolehkan embrio bergerak
.Selaput ekstra embrionik terus menerus memebesar hingga mengisi seluruh
36
ruangan serta merupakan kantong pembuluh darah yang bergabung dengan
chorion sehingga kapiler-kapilernya itu berhubungan langsung dengan selaput
kuning telur.
Hari ke 5
Pada hari kelima embrio sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup
anggota badan sudah mulai terbentuk, dalam fase ini telah terjadi perkembangan
alat reproduksi. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf
C. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam
amnion dan pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya. Selain
itu telah terdapat pula optic fecicel, prosencephalon, rombencephalon, dan
umbilicalis.
Hari ke 6
37
Pada hari ke enam anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah
terlihat menonjol, rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah
membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning
telur, seta paruhnya. Pada hari keenam juga kuncup-kuncup anggota badan
sudah terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat
dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar.
Pembentukan paruh dimulai, Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu,
embrio mulai melakukan gerakan-gerakan.
Hari ke 7
Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap
pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh
lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher. Alat tubuh mulai
berkembang, Paruh muncul, Mata sudah menonjol, Bentuk kaki sudah tampak
dan jari kaki mulai membayang,. Selain itu, perut mulai menonjol karena
38
jeroannya mulai berkembang.Pembentukan bulu juga dimulai.Pada masa-masa
ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka.
Menurut Sari (2013) embrio ayam umur tujuh hari memiliki yolk sac
dengan warna kuning cerah dan bentuk awal yolk sac dapat terlihat jelas. Hal ini
dikarnakan yolk belum terserap kedalam yolk sac, sehingga yolk masih terlihat
jelas. albumen pada hari ke-7 masa inkubasi masih terlihat banyak dan tidak
kental, hal ini dikarenakan penyerapan nutrisi yang belum maksimal karena
embrio masih muda dan nutrisi yang diperlukan embrio masih
sedikit(paputungan ,2017)
Hari ke 8
Pada hari kedelapan, mata dari embrio sudah terlihat sangat jelas
perkembangan yang terjadi yaitu tulang punggung sudah mulai mengeras, dan
optic fecicel telah berubah sempurna menjadi mata. mata embrio sudah jelas
terlihat. Lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari kakinya mulai
terbentuk, Mata terlihat jelas dan Tenggorokan mengeras
Menurut Sari (2013) pada hari ke-8 masa pengeraman, bobot kuning telur
meningkat, disebabkan ada aliran air bahan padatan dari fraksi albunin kekantong
kuning telur lewat membrane kuning telur.
Hari ke 9
39
Pada hari kesembilan lipatan dan pembuluh darah sudah mulai bertambah
banyak dan terbentuk jari kaki Jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain
itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu
juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya
terlihat mulai membuka. Alat reproduksi, jantung, muka, hidung dan pernafasan
mulai nyata.
Hari ke 10
Pada hari ke 10 biasanya paruh sudah mulai mengeras dan folikel bulu embrio
sudah mulai terbentuk
Hari ke 11
40
Pada hari ke 11 embrio sudah terlihat seperti ayam. Pada fase ini embrio
menjadi tambah besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai
terlihat jelas
Hari ke 12
Pada hari ke 12 embrio sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk
sehingga yolk menjadi semakin kecil. Mata sudah mulai membuka dan telinga
sudah terbentuk. menurut Sari (2013) perkembangan embrio pada masa inkubasi
hari ke-12 memiliki ukuran allantois lebih besar disbanding dengan hari ke-7,
dikarenakan perkembangan embrio sudah lengkap dan peranan embrio semakin
meningkat, maka semakin besar embrio semakin besar pulah kebutuhanya dan
besar ekskresi yang dihasilkan makan besar juga area allantois yang dibutuhkan,
allantois menyatu dengan chorion yang disebut chorioallantois. Membrane ini
berfungsi sangat penting untuk respirasi embrio dan berfungsi penuh pada hari
incubasi ke-12
41
Hari ke 13
Pada hari ketiga belas sisik dan cakar embrio sudah mulai terlihat sangat
jelas. Perkembangan yang telihat yaitu sayap dan kaki mulai terlihat jelas. Paruh
mulai mengeras, sisik dan kuku sudah mulai terlihat juga. Alantois menyusut
menjadi membran Chorioalantois . Tubuh pun sudah ditumbuhi bulu. Embrio akan
berputar sehingga kepalanya tepat berada di bagian tumpulnya telur.
Hari ke 14
Pada hari keempat belas punggung embrio sudah terlihat melengkung atau
meringkuk dan bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya., Embrio ayam kepalanya
mulai memutar ke kantung udara dan tubuhnya pun sudah mulai ditutupi bulu.
Hari ke 15
42
.
Pada hari kelima belas, Jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio
dan kepala embrio sudah mulai mengarah ke area tumpul telur.
Hari ke 16
Perkembangan yang terjadi Pada hari keenam belas embrio sudah mengambil
posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah semakin
mengeras. Bentuk kepala menuju normal dan posisi embrio telah sejajar dengan
poros memanjang bentuk telur. Kuning telur membeku, sedangkan putih telur
mengental dan tinggal sedikit. Telinga, mata, dan ekor menuju kearah sempurna.
Sistem ginjal mulai memproduksi urates (garam dari asam urat).
Hari ke 17
43
Pada hari ketujuh belas paruh embrio sudah membalik ke atas, permulaan
internalisasi vitelin, terjadi pengurangan cairan embrionik. Selain itu
perkembangan yang terjadi adalah kepala menjadi normal bentuknya demikian
juga dengan mata, ekor, sayap, dan kaki. Bulu sudah menutupi seluruh permukaan
tubuh dan paruh mengarah kekantung udara, Paruh dan kuku sudah keras
memamg sudah siap untuk menetas, Selaput kuning telur mulai memasuki rongga
badan ayam dalam kedudukan baik untuk mulai membuat saluran kedinding
telur, Paruh menghadap keruang udara dan cairan amnion mulai menghilang
Hari ke 18
Pada hari ke 18 embrio sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri
akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik.
Hari ke 19
44
Pada hari kesembilan belas paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk
selaput kerabang dalam., vitelus terserap semua menutup pusar (umbilicus). Anak
ayam menembus selaput kerabang telur bagian dalam dan bernafas melalui rongga
udara. Paruh ayam sudah siap untuk mematuk selaput kerabang dalam. Pernafasan
dengan paru-paru sudah mulai berlangsung
Hari ke 20
Pada hari kedua puluh, kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam
tubuh embrio. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur,
kecuali kantung udara. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus
selaput cairan, dan mulai bernafas menggunakan udara di kantung udara. Saluran
pernafasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna. Pada hari kedua puluh ini
terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai
terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara
45
mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam
dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput
kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam
memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya,
keadaan pecahnya kerabang semakin besar.
Hari ke 21
46
inkubasi. Seleksi telur tetas meliputi strain, umur telur, dan kualitas eksterior telur
tetas. Jull et al. (1979) menjelaskan bahwa bentuk telur dipengaruhi oleh indeks,
besar/bobot telur, dan jumlah albumen yang sekresikan. Oleh karena itu, terdapat
beberapa bentuk telur menurut Robert (2008) seperti pada Gambar 5. Embrio
tidak dapat berkembang dengan baik apabila telur sangat lonjong (Mulyantini,
2010). Awal proses pembentukannya, telur memiliki bentuk yang sempurna saat
berada pada bagian magnum dan akan beragam bentuknya saat berada di istmus
(Jull et al., 1979). Elibol dan Brake (2008) menjelaskan bahwa semakin besar
bobot telur maka daya tetasnya akan menurun, karena embrio kesulitan
mendapatkan suhu yang optimal untuk proses metabolisme tubuhnya.
Spherical
Ideal Biconical Elliptical Oval Conical
Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk unggas dalam penetasan telur
untuk menghasilkan anak unggas. Tujuan lain dari penggunaan mesin tetas yaitu
untuk memperbaiki daya tetas, kualitas anak ayam, biaya tenaga kerja dan energi.
47
Cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru induk unggas pada waktu
mengerami telurnya. Kondisi ideal dapat tercipta dengan memperhatikan suhu,
kelembaban, dan sirkulasi udara dalam mesin tetas tersebut (Suprijatna et al.,
2002; Mulyantini, 2010).
3. Suhu
48
Penyimpanan telur tetas dibawah titik beku tidak dianjurkan karena
sewaktu telur dikeluarkan dari tempat penyimpanan akan terjadi pengembunan
dan permukaan telur berair, sehingga kuman pada kulit telur akan masuk kedalam
telur yang menyebabkan pembusukan telur sewaktu ditetaskan, akan sangat
menurunkan daya tetas.
49
Bila suhu penetasan lebih tinggi dari suhu yang dianjurkan maka akan dicapai
keadaan :
1 Keadaan ini akan memacu pertumbuhan embrio lebih cepat sehingga sering
terjadi perlengketan embrio terutama pembuluh darah dengan selaput dalam klit
telur yang menyebabkan kematian embrio. Kalaupun menetas, anak ayam akan
menetas lebih cepat dari jadwal menetas ( anak ayam menetas < 21 hari atau anak
itik menetas < 28 hari ).
Kematian embrio cukup tinggi terutama menjelang menetas.
2 Saat menetas kantong kuning telur belum masuk dengan sempurna kedalam
rongga perut anak unggas saat menetas. Keadaan ini akan menyebabkan kematian
anak unggas beberapa hari setelah menetas.
3 Anak unggas yang menetas akan lebih ringan dari yang normal, ini menyebabkan
menurunnya daya hidup atau pertumbuhan rendah.
4 Secara keseluruhan akan menurunkan daya tetas
Bila suhu penetasan lebih rendah dari yang dianjurkan maka akan dicapai
keadaan :
1 Pertumbuhan embrio akan lebih lambat, anak unggas akan sangat basah dan
kelihatan agak besar saat menetas akibat terjadinya gangguan penguapan air.
Kalaupun anak unggas menetas, daya hidupnya sangat rendah.
2 Anak unggas sering mengalami kesulitan saat menetas, bahkan sering terjadi
kematian akibat kemasukan air pada hidungnya.
3 Anak unggas akan menetas melebihi jadwalnya ( > 21 hari bagi anak ayam atau >
28 hari bagi anak itik ).
4 Secara keseluruhan sangat menurunkan daya tetas ( hatchability ).
4. Kelembaban
Kelembaban dari telur akan hilang melalui pori-pori kulit telur dengan
adanya proses penguapan. Laju pelepasan kelembaban dapat dikontrol dengan
50
mengatur kelembaban disekitar telur. Kelembaban yang optimal untuk
perkembangan telur tetas yang baik adalah 66% (Winarto et al., 2008).
Kelembaban akan ditingkatkan menjadi 75% saat tiga hari terakhir inkubasi,
karena kelembaban yang rendah saat anak ayam baru menetas akan menyebabkan
telur kering terlalu cepat dan akan meningkatkan terjadinya kematian embrio
(Mulyantini, 2010).
1 Akan mempersulit penguapan air dari dalam telur, dan mengganggu pengeluaran
CO2 dari dalam telur sehingga kandungan CO 2 yang banyak di dalam telur dapat
membunuh embrio.
2 Kulit telur akan lembab sehingga mempermudah tumbuh jamur ataupun kuman
salmonella yang masuk kedalam telur dan membunuh embrio.
3 Anak ayam akan menjadi gemuk namun tak sehat, ataupun anak ayam akan
mengalami kesulitan di dalam mematuk kulit telur dan bahkan air masuk kedalam
hidung dan dapat mematikan anak ayam.
4 Secara keseluruhan akan menurunkan daya tetas.
51
Pengaruh kelembaban terlalu rendah
1 Air terlalu banyak menguap dari dalam telur sehingga sering terjadi perlengketan
embrio atau pembuluh darah sembrio lengket dengan selaput kulit telur yang
dapat menyebabkan kematian anak unggas.
2 Embrio mengalami kesulitan berotasi dalam mencari posisi memecah kulit telur.
3 Anak unggas yang menetas akan kelihatan kurus sehingga akan mengalami
gangguan pertumbuhan.
4 Sangat menurunkan daya tetas.
(jasa,2006)
5. Umur Induk
52
dari dalam telur tersebut. Nutrisi yang terkandung dalam telur menjadi sumber
makanan utama embrio untuk berkembang. Berikut nilai nutrisi telur tetas ayam
dengan umur induk 36 minggu, 42 minggu dan 54 minggu (Tabel 2 dan Tabel 3)
Tabel 2. Komposisi Nutrien Telur Tetas Ayam (Putih dan Kuning Telur) yang
Dihasilkan Induk Berumur 36, 42, dan 54 Minggu
7. Oksigen
53
Komponen-komponen terpenting dari udara adalah O2, N, CO2dan uap air,
lalu lintas udara ini dilakukan melalui pori-pori pada kerabang untuk pernapasan
embrio berupa O2 dan pembuangan gas CO2 dari hasil pembakaran embrio. O2 ini
sangat penting untuk keberlangsungan hidup embrio, bila jumlah O 2 dalam ruang
incubator berkurang maka kematian embrio sudah diambang pintu. Kebutuhan
O2 ini diambil oleh mesin pipa-pipa ventilasi. Semakin besar embrio maka akan
semakin banyak udara yang dibutuhkan dan ventilasi semakin penting
Kandungan CO2 dalam penetasan jangan lebih dari 0,5%. Kandungan CO2
sampai 2% akan sangat menurunkan daya tetas dan bila mencapai 5% akan
menyebabkan anak ayam tidak menetas. Untuk menghindarkan terjadinya tersebut
(CO2 lebih dari 0,5%), hendaknya penetasan jauh dari jalan raya atau jauh dari
jalan yang ramai kendaraan bermotor. (jasa,2006)
8. Desinfektan
54
perkembangan embrio ditunjukan dengan abnormalitas anak ayam (North,
M.O. and D.D. Bell, 1990).
55