MAKALAH
Disusun Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
November 2019
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
2.1 Metamorfosis
Kehidupan pasca embrionik akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
cara yang berbeda-beda salah satunya melalui metamorfosis. Perubahan pada
metamorphosis meliputi perubahan fisiologi, morfologi dan tingkah laku. Perubahan
bentuk yang terjadi dalam metamorfosis terjadi secara bertingkat dalam pertumbuhan
dan perkembangan berawal dari masa muda (larva) menjadi masa dewasa.
Metamorphosis dibagi menjadi 2, yakni metamorphosis sempurna dan metamorphosis
tidak sempurna. (Gilbert, 2010).
a. Metamorphosis sempurna
Ciri khusus dalam proses metamorfosis sempurna yakni terjadinya perubahan
bentuk tubuh hewan dari telur hingga dewasa yang setiap fasenya mengalami
perubahan bentuk yang significant. Tahapan proses metamorphosis sempurna yaitu
dari telur, akan berubah menjadi larva, lalu menjadi pupa, pupa akan berkembang
dan menjadi dewasa. Contoh metamorphosis sempurna, yakni pada kupu-kupu .
Hormone T3 juga akan menginduksi struktur spesifik larva tertentu untuk mati.
Ketika sel kecebong diinjeksi dengan reseptor T3 negatif yang dominan (tidak bisa
menanggapi T3) maka sel-sel otot bertahan sekaligus memberitahukan beberapa sel
untuk bunuh diri dengan apoptosis. Pada katak apoptosis dapat diamati saat
kecebong menghilangkan ekor yang tak lagi berguna Selain itu, sel darah merah
pada kecebong juga mengalami kematian. Saat metamorfosis, hemoglobin berudu
diubah menjadi hemoglobin dewasa yang mengikat oksigen lebih lambat dan
melepaskannya lebih cepat. Eritrosit yang membawa kecebong, hemoglobinnya
memiliki bentuk atau yang berbeda dari sel darah merah dewasa dan sel darah merah
larva.(Gilbert, 2010).
Hormon Tiroid juga berperan sebagai agen pengatur dan pengkontrol yang
sangat berpengaurh terhadap proses metamorfosis. Jika kandungan hormone ini
rendah maka akan terjadi perkembangan anggota tubuh lebih awal. Jika hormone
mencapai konsentrasi yang lebih tinggi maka terjadi pembaharuan atau perbaikan.
Perubahan metamorfik dari perkembangan katak disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya, Sekresi hormone tiroksin (T4) ke dalam darah oleh kelenjar tiroid,
Konversi T4 menjadi hormone yang lebih aktif, T3 oleh jaringan target, serta
degradasi T3 dalam jaringan target.
Gambar 4. Gambar hormone yang berperan pada metamorphosis katak
Sumber : wolpert (2002)
Katak dewasa dalam mekanisme pengolahan zat sisa berupa urea membutuhkan
lebih sedikit air daripada ekskresi ammonia (ureotelik). Selama metamorphosis akan
mensintesis enzim yang diperlukan untuk membuat urea dari karbon dioksida dan
ammonia yang difiksasi oleh hati. Hormone T3 juga dapat mengatur perubahan
dengan menginduksi faktor transkripsi yang secara spesifik mengaktifkan ekspresi
gen siklus urea dengan menekan gen yang bertanggung jawab untuk sintesis
ammonia (Gilbert, 2010).
Proses yang pertama yaitu deiodinase tipe II menghilangkan atom yodium dari
cincin luar hormon T4 diubah menjadi hormon yang lebih aktif T3. Deiodinase tipe III
menghilangkan atom yodium dari cincin bagian dalam T3 untuk mengubahnya menjadi
senyawa tidak aktif akhirnya akan dimetabolisme menjadi tirosin. Ada dua jenis
reseptor hormon tiroid. Tyroid Hormone Receptors A (TRa) tersebar luas di seluruh
jaringan dan hadir bahkan sebelum organisme memiliki kelenjar tiroid. Namun, reseptor
hormon tiroid (TRP) adalah produk dari gen yang langsung diaktifkan oleh hormon
tiroid. Tyroid Hormone Receptors B (TRb) merupakan produk dari gen yang diaktifkan
secara langsung oleh hormone tiroid. Sebelum terjadi metamorphosis kandungan TRb
sangat rendah, namun akan meningkat seiring meningkatnya kadar hormone tiroid
(Gilbert, 2010).
Metamorfosis dibagi menjadi beberapa tahap berdasarkan konsentrasi hormon
tiroid yang beredar. Selama tahap pertama, premetamorphosis, kelenjar tiroid sudah
mulai matang dan mengeluarkan kadar T4 yang rendah. Jaringan yang merespon paling
awal terhadap hormon tiroid adalah jaringan yang mengekspresikan tingkat tinggi
deiodinase II, dan dengan demikian dapat mengubah T4 langsung menjadi T3. Selama
tahap awal metamorfosis, organ tubuh dapat menerima hormon tiroid dan
menggunakannya untuk memulai pertumbuhan. Ketika tiroid matang ke tahap
prometamorfosis, tiroid mengeluarkan lebih banyak hormon tiroid. Namun, banyak
perubahan besar (seperti resorpsi ekor, resorpsi insang, dan remodeling usus) harus
menunggu sampai tahap klimaks metamorf. Pada saat itu, konsentrasi T4 meningkat
dan tingkat TRP memuncak di dalam sel. Karena salah satu gen target T3 adalah TRB
gen, TRB mungkin menjadi reseptor utama yang menengahi klimaks metamorfik. Pada
ekor, hanya ada sejumlah kecil TRa selama prametamorfosis, dan deiodinase II tidak
terdeteksi. Namun, selama prometamorfosis, peningkatan kadar hormon tiroid
menginduksi tingkat TRB yang lebih tinggi. Pada klimaks metamorfik, deiodinase II
diekspresikan, dan ekor mulai apoptosis. Dengan cara ini, ekor mengalami apoptosis
hanya setelah kaki fungsional (Gilbert, 2010).
Otak katak juga mengalami perubahan selama metamorfosis, dan salah satu
fungsi otak adalah menurunkan regulasi metamorfosis begitu klimaks metamorf telah
tercapai. Hormon tiroid akhirnya menginduksi umpan balik negatif, mematikan sel-sel
hipofisis yang memerintahkan tiroid untuk sekresi T3. T3 yang dihasilkan menekan
transkripsi gen thyrotropin, sehingga memulai loop umpan balik negatif sehingga lebih
sedikit hormon tiroid yang disintesis (Gilbert, 2010).
DAFTAR RUJUKAN
Berger, L., Hyatt, A. D., Speare, R., & Longcore, J. E. 2005. Life cycle stages of the amphibian
chytrid Batrachochytrium dendrobatidis. Diseases of aquatic organisms, 68(1), 51-63.