NIM : 220342608654
Ikan gatul merupakan hewan dari kelas pisces yang termasuk ke dalam
anggota filum Poeciliidae. Ikan ini hidup di sungai, kolam, danau dan rawa.
Ikan gatul juga dapat bertahan hidup di kondisi lingkungan yang tercemar. Oleh
karena itu, ikan ini dapat digunakan sebagai bioindikator. Pembuahan pada ikan
gatul terjadi secara internal. Ikan gatul jantan memiliki gonopodium, yaitu sirip
dubur yang termodifikasi untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh ikan
betina dan memiliki tingkat reproduksi yang cepat dengan jumlah sel telur
berkisar 15-20 yang ditemukan di ovarium (Eddy and Underhill, 1978).
Perkembangan embrio ayam secara umum memiliki pola
perkembangan dan fungsi yang identik dengan perkembangan embrio manusia
dimulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi dan organogenesis
(Huettner, 1956; Murphy, 2013). Embrio telur ayam mengalami perkembangan
dari hari ke hari yang dimulai dengan terbentuknya lempengan embrio pada
tahap blastodermal. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat
dengan mata telanjang, sehingga perkembangan jaringannya dianggap perlu
untuk diamati secara mikroskopis dengan membuat preparat histologis jaringan
embrio.
B. TUJUAN PENGAMATAN
1. Memahami proses perkembangan embrio pada ikan gatul, katak, dan ayam
2. Memahami proses pembentukan organ atau organogenesis pada ikan gatul,
katak, dan ayam.
C. PROSEDUR PENGAMATAN
Pengamatan perkembangan embriogenesis dan organogenesis katak,
ikan gatul, dan ayam dilaksanakan di gedung B21 ruang 208 Universitas Negeri
Malang. Pengamatan ini dilakukan satu minggu sekali selama dua minggu,
pada minggu pertama tepatnya tanggal 9 November 2023 dilakukan
pengamatan embrio katak dan ikan gatul, serta minggu ke dua tanggal 16
November 2023 dilakukan pengamatan terhadap embrio ayam. Pembagaian
dibagi menjadi dua kelompok besar, dimana kelompok 2 dan 5 mengamati
embryogenesis dan organogenesis katak sedangkan kelompok 1, 3, dan 4
mengamati embriogenesis dan organogenesis ikan gatul. Objek pengamatan
embrio katak dan ayam merupakan awetan basah yang disediakan oleh dosen,
sedangkan ikan gatul disediakan sendiri oleh kelompok praktikan dengan
mencari di sungai terdekat.
Pada minggu pertama tanggal 9 November 2023 kelompok 5
mengamati awetan basah embrio katak. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan berupa satu set alat bedah,
pipet tetes, gelas arloji, baskom, mikroskop cahaya Olympus CX23, kaca
benda, kaca penutup dan lap kain, sedangkan bahan yang diperlukan berupa
awetan segar ovum katak dan plastisin. Langkah berikutnya dipindahkan
awetan basah embrio katak dari tabung penyimpanan ke dalam gelas arloji yang
berisi air dan selalu pastikan awetan tetap. basah agar tidak mengkerut. Setelah
itu, diamati awetan tersebut dengan mata telanjang termasuk fase apa awetan
tersebut. Selanjutnya yaitu pembuatan preparat amatan dengan membentuk
plastisin menjadi bentuk kotak kecil, kemudian dibuat cekungan pada bagian
tengah plastisin menggunakan pensil dan dimasukkan awetan embrio dengan
bantuan spatula ke dalam lubang setelah itu dipotongmelintang dengan hati-
hati menggunakan scalpel, lalu stengah potongannya diletakkan di atas kaca
benda tanpa ditutup kaca penutup agar tidak hancur. Pengamatan preparat
dilakukan dibawah mikroskop cahaya Olympus CX23 dengan perbesaran 4x10,
kemudian diamati bagian-bagian yang terbentuk lalu didokumentasikan
menggunakan kamera handphone dengan bantuan cahaya flash dari atas untuk
memperjelas dan memperindah hasil gambar.
Pengamatan embrio ikan gatul dilakukan oleh kelompok 1, 3, dan 4.
Prosedur yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan
berupa satu set alat bedah, pipet tetes, gelas arloji, baskom, mikroskop cahaya
Olympus CX23, kaca benda, kaca penutup dan lap kain, sedangkan bahan yang
diperlukan berupa ikan gatul betina. Setelah ttu, dilakukan pembedahan pada
ikan gatul betina di bagian dorsal menggunakan gunting secara hati-hati.
Setelah terlihat telur dari ikan gatul, kemudian dipisahkan setiap ovum yang
terdapat di ovarium dengan hati-hati lalu dihitung dan diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX23 dengan perbesaran 4x10.
Selanjutnya diidentifikasi berada pada tahap apa ovum tersebut dan
dikomentasikan menggunakan kamera handphone.
Pengamatan embryogenesis dan organogenesis pada embrio ayam
dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang
digunakan berupa satu set alat bedah, pipet tetes, gelas arloji, baskom,
mikroskop cahaya Olympus CX23, kaca benda, kaca penutup dan lap kain,
sedangkan bahan yang diperlukan berupa awetan basah embrio ayam. Langkah
berikutnya dipindahkan awetan basah embrio ayam dari tabung penyimpanan
ke dalam gelas arloji yang berisi air dan selalu pastikan awetan tetap basah agar
tidak mengkerut. Setelah itu diamati bagain bakal organ yang terbentuk dari
dari embrio tersebut. Selanjutnya dilakukan dekapitasi antara bagian kepala dan
badan menggunakan scalpel, setelah itu pembuatan preparat amatan dengan
membentuk plastisin menjadi bentuk kotak kecil, kemudian dibuat cekungan
pada bagian tengah plastisin menggunakan pensil dan dimasukkan potongan
badan dengan bantuan spatula ke dalam lubang setelah itu dipotong melintang
dengan hati-hati menggunakan scalpel, lalu hasil potongan tersebut diletakkan
di atas kaca benda kemdian diamati dibawah mikroskop Olympus CX23
perbesaran 4x
D. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan Embrio Ikan Gatul
E. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Embrio Ikan Gatul
Pada pengamatan embrio ikan gatul praktikan menemukan zygot
(Gambar. 1A). Pada tahap berikutnya dtitemukan embrio yang sudah
muncul mata namun masih terdapat pigmen. Perkembangan selanjutnya
dapat dibedakan antara mata dan kepala serta terlihat pembuluh darah dan
jantung yang mulai berdetak. (Gambar. 1D-H). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Farichah, ( ) bahwa vesikula optic akan mengembangkan lebih
banyak pigmen kemudian berkembang menjadi mata sempurna dengan
pigmen metalik lapisan koroid, pupil berwarna hitam dan dapat dibedakan
dengan bagian lain (Gambar. 1B). Tahap berikutnya adalah pembentukan
tulang belakang yang kemudian memanjang dan pigmen tubuh terbentuk
pada bagian kepala memanjang hingga ekor (Gambar. 1D-H). Embrio
menetas dan keluar dari folikel (Gambar. 1H).
Pada tahap morula, telur sudah memiliki kutub animal dan kutub
vegetal, bagian yolk embrio akan berkembang menjadi bagian tubuh
ventral, serta bentuk telur yang berbentuk bilateral simetri. Pada fase ini,
zigot membelah hingga terbentuk blastomer (Yatim, 1994). Tahap
selanjutnya yaitu blastula, pada tahap ini telur lebih memadat dibanding
tahap morula. Menurut Renita dkk., (2016), pada akhir fase blastula, sel-sel
blastoderma akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal
serta endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. Ukuran
sel dalam fase blastula terlihat semakin kecil dan menipis. Daerah sekeliling
sel terlihat seperti cincin dengan bagian tengah kosong. Menurut
Ardhariansyah dkk., (2017), bahwa fase blastula terjadi saat embrio terus
melakukan pembelahan sel untuk berkembang menjadi blastula, yaitu
ditandai dengan terbentuknya rongga kosong. Selama stadia blastula,
blastomer membelah beberapa kali membentuk blastomer-blastomer
dengan ukuran yang makin kecil, sehingga tempat pada stadia morula
blastomer semula padat akan terbentuk ruangan kosong yang disebut
blastosul yang ditutupi oleh blastoderm dan pada sisi luar terdapat epiblast.
F. KESIMPULAN
Proses perkembangan embrio adalah rangkaian tahapan yang terjadi
setelah fertilisasi (penyatuan sperma dan sel telur) dan sebelum embrio
berkembang menjadi organisme yang lebih kompleks. Proses ini terdiri dari
beberapa tahapan yang dapat berbeda antara berbagai jenis organisme, tetapi
pada dasarnya mengikuti pola yang mirip. Tahapan perkembangan embrio
meliputi fertilisasi, pembelahan, blastula, gastrulasi, dan organogenesis.
Proses pembentukan organ pada ikan, katak, dan ayam memiliki
beberapa kesamaan karena ketiga kelompok ini adalah vertebrata, tetapi juga
memiliki perbedaan yang sesuai dengan adaptasi dan karakteristik unik masing-
masing. Organogenesis melibatkan pembentukan lapisan-lapisan embrionik
yang berubah menjadi berbagai organ dan jaringan, seperti sistem pencernaan,
sistem saraf, dan sistem peredaran darah. Pada ikan, khususnya, terjadi
pembentukan pembentukan insang, sirip, dan organ-organ terkait air.
Organogenesis pada katak melibatkan perkembangan sistem ekskresi, sistem
peredaran darah, dan pembentukan anggota tubuh. Proses metamorfosis, yang
khas pada amfibia, terjadi ketika larva (berkaki sirip) berkembang menjadi
bentuk dewasa yang memiliki kaki dan paru-paru. Pada ayam terjadi
pembentukan organ seperti sayap, bulu, dan penutupan cangkang telur juga
terjadi selama perkembangan embrio.
G. DAFTAR PUSTAKA
Ardhardiansyah. 2017. Embriogenesis dan Karakteristik Larva Persilangan
Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Jantan dengan Ikan Baung
(Hemibagrus nemurus) Betina. J. Perikanan dan Kelautan Vol. 7 (2):
17-27.
Chambell, Neil A. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.
Campbell, Neil A., Reece, Jane, B., Ury, Lisa A., Chain, Michael, M.,
Wasserman,Steven, A., Minorsky, Petter V & Jackson, Robert B., 2008.
Biology 8th Edition. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.
Eddy, S., Underhill, J.C. 1978. How to Know the Freshwater Fishes (Third
edition). USA: McGraw-Hill Companies.
Fitriani, F., Husmimi, H., Masyitha, D., & Akmal, M. (2021). Histologis
Perkembangan Embrio Ayam pada Masa Inkubasi Satu sampai Tujuh Hari.
Jurnal Agripet, 21(1).
Frandson 1992. Anatomi Dan Fisiologi Tenak Edisi V. Yogyakarta: Gajah
Madha
University Press.
Gilbert, S.F. 2006. Developmental Biology (8th Edition). USA: Sinauer
Associates, Inc. Soenderland, Massacuet.
Harinadi. 2010. Embriologi dan Perkembangannya. Erlangga. Jakarta.
Huettner,
A.F., 1956. Fundamental of Comparative Embryology of the Vertebrates.
The Masmillah Company. New York.
Kasmeri, R., & Safitri, E., (2014). Induksi Kejutan Suhu 36 C terhadap
Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana
cancrivora). 2(6), 142-151
Kusumawati, A., Febriany, R., Hananti, S., Dewi, M. S., & Istiyawati, N.
(2016).
Perkembangan embrio dan penentuan jenis kelamin DOC (Day- Old
Chicken) ayam jawa super. Jurnal Sain Veteriner, 34(1), 29-41.
Lufri, & Helendra. (2009). Biologi perkembangan hewan. Padang, Sumatera
barat: Universitas negeri Padang Press
Moyle, P.B., dan J.J. Cech. 1988. Fishes: an introduction to ichthyology, 2nd
edition Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Murphy. P., 2013. The First Steps To Forming a New Organism Descriptive
Embryo. Developmental Biology.internet. https://www.tcd.ie /Biology
Teaching_Centre /assets/ pdf/by 1101 [24 November 2023].
Nawir, Sukendi dan Nuraini. 2016. The Embryonic of Pawas (Osteochilus
hasselti C.V) with Different Temperature. Universitas Riau
Nurhayati, 2004. Perkembangan Hewan Surabaya: ITS Press
Renita, Rachimi dan E.I. Raharjo. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Waktu
Penetasan, Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Cupang
(Betta splendens). Universitas Muhammadiyah Pontianak
Tenzer, Amy, dkk. 2001. Petunjuk Prakukum Perkembungan Hewan, Malang:
FMIPA UM
Yatim. Wildan 1994. Reprodukat dan Embriologi. Untuk Mahasiswa Biologi
dan
Kedokteran. Bandung: Tarsit