Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM SPH 2 OFFERING I

EMBRIOGENESIS DAN ORGANOGENESIS KATAK, IKAN, DAN AYAM

Nama : Firda Evi Azizah

NIM : 220342608654

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
November 2023
A. PENDAHULUAN
Pembentukan makhluk hidup dimulai dengan embriogenesis.
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari
embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan
manusia. Peristiwa tersebut terjadi pada saat fertilisasi yaitu meleburnya
spermatozoa sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia
(Moyle,1988). Tahapan dalam embriogenesis setelah fertilisasi adalah morula,
blastula, dan gastrula. Setelah itu, berlangsung proses organogenesis. Fertilisasi
pada manusia terjadi dalam oviduk pada bagian anterior dan hasilnya berupa
zigot. Selanjutnya zigot akan membelah, pembelahan zigot manusia termasuk
tipe holoblastik. Setelah tiga hari terjadinya fertilisasi maka akan terbentuk
morula yang tersusun atas blastomer-blastomer yang selanjutnya berkembang
menjadi blastula. Blastosis akan memasuki uterus dan terjadi implantasi
(Tenzer, dkk., 2001). Tidak hanya manusia, tapi semua makhluk hidup
mengalami embriogenesis untuk menghasilkan individu baru, termasuk pada
katak, ikan, dan landak laut (sea urchin).
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh.
Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) yang
mengalami transformasi dan diferensiasi menjadi fetus (bentuk definitif)
dengan ciri individu (Gilbert, 2006). Masa organogenesis adalah masa yang
sangat sensitifdan peka selama masa kehamilan, dimana asupan nutrisi yang
dikonsumsi oleh induk dalam masa tersebut akan sangat memengaruhi
perkembangan janin.
Katak merupakan hewan dari kelas amphibi yang tidak memiliki organ
kopulasi sehingga pembuahannya terjadi di luar tubuh. Perkembengan embrio
katak yaitu pertumbuhan yang membuat sel-sel pada katak menjadi lebih
banyak dan bukan bertambah besar. Fertilisasi pada katak dilakukan dengan
ampleksus, yaitu menempelnya katak jantan diatas punggung katak betina
sehingga katak betina mengeluarkan ovum ke dalam air (Fradson, 1992).
Terdapat tiga tahap perkembangan embrio katak, yang pertama yaitu sel
membelah atau yang disebut dengan cleavage. Tahap kedua yaitu gastrulasi
yang menghasilkan embrio dan tiga lapisan embrional. Tahap ketiga yaitu
pembentukan organ rudimeter yang akan tumbuh menjadi organ-organ katak
dewasa, tahap ini disebut organogenesis (Campbell, 2004).

Ikan gatul merupakan hewan dari kelas pisces yang termasuk ke dalam
anggota filum Poeciliidae. Ikan ini hidup di sungai, kolam, danau dan rawa.
Ikan gatul juga dapat bertahan hidup di kondisi lingkungan yang tercemar. Oleh
karena itu, ikan ini dapat digunakan sebagai bioindikator. Pembuahan pada ikan
gatul terjadi secara internal. Ikan gatul jantan memiliki gonopodium, yaitu sirip
dubur yang termodifikasi untuk mengantarkan sperma ke dalam tubuh ikan
betina dan memiliki tingkat reproduksi yang cepat dengan jumlah sel telur
berkisar 15-20 yang ditemukan di ovarium (Eddy and Underhill, 1978).
Perkembangan embrio ayam secara umum memiliki pola
perkembangan dan fungsi yang identik dengan perkembangan embrio manusia
dimulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi dan organogenesis
(Huettner, 1956; Murphy, 2013). Embrio telur ayam mengalami perkembangan
dari hari ke hari yang dimulai dengan terbentuknya lempengan embrio pada
tahap blastodermal. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat
dengan mata telanjang, sehingga perkembangan jaringannya dianggap perlu
untuk diamati secara mikroskopis dengan membuat preparat histologis jaringan
embrio.

B. TUJUAN PENGAMATAN
1. Memahami proses perkembangan embrio pada ikan gatul, katak, dan ayam
2. Memahami proses pembentukan organ atau organogenesis pada ikan gatul,
katak, dan ayam.
C. PROSEDUR PENGAMATAN
Pengamatan perkembangan embriogenesis dan organogenesis katak,
ikan gatul, dan ayam dilaksanakan di gedung B21 ruang 208 Universitas Negeri
Malang. Pengamatan ini dilakukan satu minggu sekali selama dua minggu,
pada minggu pertama tepatnya tanggal 9 November 2023 dilakukan
pengamatan embrio katak dan ikan gatul, serta minggu ke dua tanggal 16
November 2023 dilakukan pengamatan terhadap embrio ayam. Pembagaian
dibagi menjadi dua kelompok besar, dimana kelompok 2 dan 5 mengamati
embryogenesis dan organogenesis katak sedangkan kelompok 1, 3, dan 4
mengamati embriogenesis dan organogenesis ikan gatul. Objek pengamatan
embrio katak dan ayam merupakan awetan basah yang disediakan oleh dosen,
sedangkan ikan gatul disediakan sendiri oleh kelompok praktikan dengan
mencari di sungai terdekat.
Pada minggu pertama tanggal 9 November 2023 kelompok 5
mengamati awetan basah embrio katak. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan berupa satu set alat bedah,
pipet tetes, gelas arloji, baskom, mikroskop cahaya Olympus CX23, kaca
benda, kaca penutup dan lap kain, sedangkan bahan yang diperlukan berupa
awetan segar ovum katak dan plastisin. Langkah berikutnya dipindahkan
awetan basah embrio katak dari tabung penyimpanan ke dalam gelas arloji yang
berisi air dan selalu pastikan awetan tetap. basah agar tidak mengkerut. Setelah
itu, diamati awetan tersebut dengan mata telanjang termasuk fase apa awetan
tersebut. Selanjutnya yaitu pembuatan preparat amatan dengan membentuk
plastisin menjadi bentuk kotak kecil, kemudian dibuat cekungan pada bagian
tengah plastisin menggunakan pensil dan dimasukkan awetan embrio dengan
bantuan spatula ke dalam lubang setelah itu dipotongmelintang dengan hati-
hati menggunakan scalpel, lalu stengah potongannya diletakkan di atas kaca
benda tanpa ditutup kaca penutup agar tidak hancur. Pengamatan preparat
dilakukan dibawah mikroskop cahaya Olympus CX23 dengan perbesaran 4x10,
kemudian diamati bagian-bagian yang terbentuk lalu didokumentasikan
menggunakan kamera handphone dengan bantuan cahaya flash dari atas untuk
memperjelas dan memperindah hasil gambar.
Pengamatan embrio ikan gatul dilakukan oleh kelompok 1, 3, dan 4.
Prosedur yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan
berupa satu set alat bedah, pipet tetes, gelas arloji, baskom, mikroskop cahaya
Olympus CX23, kaca benda, kaca penutup dan lap kain, sedangkan bahan yang
diperlukan berupa ikan gatul betina. Setelah ttu, dilakukan pembedahan pada
ikan gatul betina di bagian dorsal menggunakan gunting secara hati-hati.
Setelah terlihat telur dari ikan gatul, kemudian dipisahkan setiap ovum yang
terdapat di ovarium dengan hati-hati lalu dihitung dan diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX23 dengan perbesaran 4x10.
Selanjutnya diidentifikasi berada pada tahap apa ovum tersebut dan
dikomentasikan menggunakan kamera handphone.
Pengamatan embryogenesis dan organogenesis pada embrio ayam
dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang
digunakan berupa satu set alat bedah, pipet tetes, gelas arloji, baskom,
mikroskop cahaya Olympus CX23, kaca benda, kaca penutup dan lap kain,
sedangkan bahan yang diperlukan berupa awetan basah embrio ayam. Langkah
berikutnya dipindahkan awetan basah embrio ayam dari tabung penyimpanan
ke dalam gelas arloji yang berisi air dan selalu pastikan awetan tetap basah agar
tidak mengkerut. Setelah itu diamati bagain bakal organ yang terbentuk dari
dari embrio tersebut. Selanjutnya dilakukan dekapitasi antara bagian kepala dan
badan menggunakan scalpel, setelah itu pembuatan preparat amatan dengan
membentuk plastisin menjadi bentuk kotak kecil, kemudian dibuat cekungan
pada bagian tengah plastisin menggunakan pensil dan dimasukkan potongan
badan dengan bantuan spatula ke dalam lubang setelah itu dipotong melintang
dengan hati-hati menggunakan scalpel, lalu hasil potongan tersebut diletakkan
di atas kaca benda kemdian diamati dibawah mikroskop Olympus CX23
perbesaran 4x
D. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan Embrio Ikan Gatul

Sumber ; dokumentasi kelompok 3, 2023


Gambar 1 : Perkembangan embrio ikan gatul. (A) tahap awal embrio. (B-G)
perkembangan embrio ; panah abu-abu menunjukkkan tubuh embrio. panah
merah menunjukkan mata, panah hitam menunjukkan pembuluh darah, panah
merah menunjukkan jantung yang berdetak, panah oranye menunjukkan tulang
belakang, panah merah muda menunjukkan detak jantung, panah hijau
menunjukan sirip ekor, panah hijau menunjukkan detak jantung. (H) embrio
yang baru menetas.
Pengamatan Embrio Katak

Sumber : dokumentasi kelompok 2 dan 5, 2023


Gambar 2 : (A) embrio katak ; panah hitam menunjukkan animal pole, panah
biru menunjukkan vegetal pole. (B) tahap morula. (C) tahap gastrula awal ;
panah oranye menunjukkan tahap awal invaginasi. (D) tahap gastrula akhir ;
panah ungu menunjukkan bibir dorsal. (E) irisan membujur embrio tahap
gastrulasi ; panah hitam menunjukkan bakal bumbung neural dan panah biru
muda menunjukkan mesoderm. (F) menunjukkan tahap neurulasi ; panah
kuning menunjukkan yolk plug, panah merah menunjukkan bakal bumbung
saraf. (G) irisan melintang tahap neurulasi ; panah ungu menunjukkan bakal
ekor, panah biru menunjukkan notochord, panah merah menunjukkan yolk
plug, panah putih menunjukkan parit neural saraf, panah hitam menunjukkan
rongga usus, dan panah kuning menunjukkan bakal otak. (H) fase berudu.

Pengamatan Embrio Ayam

Sumber : dokumentasi kelompok 2, 4 dan 5, 2023


Gambar 3 : (A-C) embrio ayam 96 jam ; panah biru menunjukkan mata, panah
merah menunjukkan midbrain,panah hijau menunjukkan somite, panah ungu
menunjukkan hindbrain,panah biru muda menunjukkan forebrain, panah
kuning menunjukkan heart, panah hitam menunjukkan allantois, panah oranye
menunjukkan tail bud. (B) potongan mata embrio ayam. (C) potongan badan
embrio ayam. (D) menunjukan potongan badan bagian atas. (E) menunjukkan
potongan badan bagian bawah. (F) menunjukkan potongan bakal sayap dan
bakal kaki.

E. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Embrio Ikan Gatul
Pada pengamatan embrio ikan gatul praktikan menemukan zygot
(Gambar. 1A). Pada tahap berikutnya dtitemukan embrio yang sudah
muncul mata namun masih terdapat pigmen. Perkembangan selanjutnya
dapat dibedakan antara mata dan kepala serta terlihat pembuluh darah dan
jantung yang mulai berdetak. (Gambar. 1D-H). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Farichah, ( ) bahwa vesikula optic akan mengembangkan lebih
banyak pigmen kemudian berkembang menjadi mata sempurna dengan
pigmen metalik lapisan koroid, pupil berwarna hitam dan dapat dibedakan
dengan bagian lain (Gambar. 1B). Tahap berikutnya adalah pembentukan
tulang belakang yang kemudian memanjang dan pigmen tubuh terbentuk
pada bagian kepala memanjang hingga ekor (Gambar. 1D-H). Embrio
menetas dan keluar dari folikel (Gambar. 1H).

Pembelahan awal embrio ikan menunjukkan bahwa pembelahan


bersifat meroblastik yang terjadi pada anima pole (Gilbert, 2006). Pada tipe
pembelahan meroblastik yang hanya inti sel dan sitoplasma, sedangkan
pada holoblastik kuning telur ikut membelah. Kedua tipe pembelahan
tersebut ditentukan oleh banyaknya kuning telur dan pembelahannya
(Harinadi, 2010). Sel-sel pada embrio ikan akan membelah menjadi
blastoderm dan inner mass cell.

Pada tahap morula, telur sudah memiliki kutub animal dan kutub
vegetal, bagian yolk embrio akan berkembang menjadi bagian tubuh
ventral, serta bentuk telur yang berbentuk bilateral simetri. Pada fase ini,
zigot membelah hingga terbentuk blastomer (Yatim, 1994). Tahap
selanjutnya yaitu blastula, pada tahap ini telur lebih memadat dibanding
tahap morula. Menurut Renita dkk., (2016), pada akhir fase blastula, sel-sel
blastoderma akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal
serta endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ. Ukuran
sel dalam fase blastula terlihat semakin kecil dan menipis. Daerah sekeliling
sel terlihat seperti cincin dengan bagian tengah kosong. Menurut
Ardhariansyah dkk., (2017), bahwa fase blastula terjadi saat embrio terus
melakukan pembelahan sel untuk berkembang menjadi blastula, yaitu
ditandai dengan terbentuknya rongga kosong. Selama stadia blastula,
blastomer membelah beberapa kali membentuk blastomer-blastomer
dengan ukuran yang makin kecil, sehingga tempat pada stadia morula
blastomer semula padat akan terbentuk ruangan kosong yang disebut
blastosul yang ditutupi oleh blastoderm dan pada sisi luar terdapat epiblast.

Pada tahap gastrula ditandai dengan blastoderma menutupi hampir


seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning telur dinamakan
blastopor. Menurut Nawir dkk, (2016), bahwa gastrula pada ikan
diawalidengan penebalan di tepi luar blastodik, sehingga terbentuk suatu
lingkaran berbentuk seperti cincin yang di sebut cincin kecambah (germ
ring). Menurut Farida dkk, (2016), bahwa pada awal fase ini blastoderma
menutupi hampir seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning
telur dinamakan blastopor. Tahap selanjutnya yaitu neuralisasi, pada tahap
ini terjadi pembentukan bumbung neural embrio yang diawali dengan
terbentuknya dorsal blastophore lips dan ventral blastophore lips sehingga
membentuk keeping neural. Selanjutnya akan terbntuk lipatan meural yang
berkembang menjadi bumbung neural (Nurhayati, 2004).

Organogenesis merupakan tahap pembentukan pada embrio ikan


gatul. Pada ini terlihat mata, tulang belakang, detak jantung, dan sel darah
merah (Gambar. 1B-H). Hal ini selaras dengan pernyataan Ardhandiansyah,
(2017) bahwa pada tahap organogenesis terdapat bakal kepala dan ekor,
ruas-ruas tulang belakang, bakal mata, otolith, jantung, dan organ-organ
lainnya, pigmentasi kantungkuning telur dan penetasan menghasilkan larva.
Menurut Renita dkk, (2016), bahwa fase organogenesis merupakan tahap
pembentukan organ pada embrio. Fase organogenesis terbentuk berturut-
turut bakal organ yaitu syaraf, notochord, mata, somit, rongga kuffer,
kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord, linealateralis,
jantung, aorta, insang, infundibullum, dan lipatan-lipatan sirip.

2. Perkembangan Embrio Katak


Pada awetan basah embrio katak, kelompok praktikan melakukan
pengamatan fase blastulasi, morulasi, gastrulasi, dan neurulasi. Terdapat
kendala saat pengamatan, seperti kesulitan dalam memotong melintang
telur katak sehingga hasil potongan hancur dan sulit untuk diamati bagian-
bagiannya di bawah mikroskop.
Pada tahap blastula yang ditunjukan perkembangan embrio katak
terlihat blasotosol yang masih kecil sudah terbentuk diantara kutub anima
dan kutub vegetatif. Menurut Tenzer dkk, (2001), kutub anima terdiri atas
mikromer dan kutub vegetatif terdiri atas makromer yang lebih tebal. Sel-
sel mikromer nantinya akan berkembang menjadi ektoderm, sedangkan sel-
sel makromer menjadi endoderm (Moore, 1988). Pada gambar 6
perkembangan embrio katak, blastosol semakin besar karena terjadi
pembelahan secara terus- menerus dan mengandung cairan yang
menghasilkan tahapan perkembangan bola berlubang yang disebut blastula
(Campbell, 2008).
Pada tahap gastrulasi dibagi menjadi gastrula awal dan gastrula
akhir (Gambar. 2C). Gastrula awal dimulai dari sisi dorsal embrio dan pada
daerah ini terbentuk bibir dorsal blastoporus. Bibir dorsal blastoporus
terbentuk dari lekukan daerah batasan antara mikromer dan makromer yang
mengakibatkan terjadinya invaginasi. Pada tahap ini terjadi invaginasi
sesuai pada Gambar. 2C, menurut Tenzer dkk, (2001) invaginasi membantu
pembentukan rongga archenteron, sehingga nantinya rongga ini terus
membesar dan mendesak blastosol. Menurut Campbell et al., (2008) pada
gastrula akhir sudah terbentuk tiga lapisan germinativum yaitu ektoderm,
mesoderm dan endoderm seperti yang diamati pada perkembangan embrio
Tahap selanjutnya adalah neuralisasi yang merupakan tahap pembentukan
bumbung saraf (neural tube) (Gambar. 2F). Saat embrio memasuki tahap
neuralisasi terjadi penebalan ektoderm saraf pada sisi dorsal embrio (Lufri
dan Helendra, 2009). Pada tahap ini keeping neural terbentuk setelah
diinduksi oleh bakal notokorda. Tepi kiri dan kanan notokorda membentuk
lipatan sedangkan bagian tengahnya melekuk disebut parit neural dan
terbentuk bumbung neural (Tenzer dkk, 2001). Terbentuknya bumbung
neural merupakan tahap akhir neuralisasi, dimana notokorda berada di atas
archenteron, kutub vegetatif menonjol, dan spinal cord (Tenzer dkk, 2001).
Setelah tahap neuralisasi selesai dilanjutkan dengan tahap
organogenesis. Pada tahap ini terjadi proses perkembangan dari lapisan
lembaga ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Perkembangan lapisan
ectoderm akan membentuk system saraf, otak dan mata dengan proses
pembentukan jantung dan system sirkulasi (Kasmeri dan Safitri, 2014).

3. Perkembangan Embrio Ayam


Pengamatan dilakukan hanya dengan mengamati embrio ayam yang
sudah berusia 96 jam. Menurut Kusumawati dkk, (2016) pada usia ini telah
menunjukkan lengkung tubuh yang terlihat jelas sehingga seluruh embrio
terlihat menekuk dan kuntum ekor berada sangat berdekatan dengan kepala
yang ditunjukkan pada Gambar. 3A. Sinus venosus sudah mengalami
perkembangan pada bagian jantung. Cawan optic dan lensa terlihat dengan
jelas. Embrio pada usia ini mengalami pelekukan servikal. Lipatan kepala
semakin berkembang ke posterior, sebaliknya amniotic tail fold
berkembang ke arah anterior dan lateral body menutup (Syahrum dkk,
1994).
Pada umur 96 jam memperlihatkan beberapa perkembangan organ
lainnya yang diduga aktif berkembang seperti terlihat pada Gambar. 3D-E
yang memperlihatkan adanya ruang-ruang organ dan keberadaan sel-sel
mesenkim sebagai penyusunnya, hal ini sejalan dengan penelitian oleh
Fitriani dkk, (2021) bahwa ruang antara organ-organ internal embrio hari
ke-4 inkubasi diisi oleh sel- sel mesenkim. Embrio ayam pada usia ini telah
terbentuk somite, mata terlihat bintik gelap yang terletak di sebalah kanan
jantung, ekor dan otak. Otak sendiri terbagi atas midbrain, hindbrain, dan
forebrain (Gambar. 3A). Tahap perkembangan selanjutnya terdapat
jantung, alantolis yang sudah menggelembung (Gambar. 3A) , dan
mesoderm sangat berkembang hingga terjadi pemanjangan bakal sayap dan
bakal kaki (Gambar. 3F). Menurut pendapat Kusumawati dkk, (2016) sayap
belum terpisah sedangkan plat jari pada kuantum kaki namun jari-jari belum
terpisah dan celah pada protuberensia mandibularis mulai membentuk garis
seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 3F.

F. KESIMPULAN
Proses perkembangan embrio adalah rangkaian tahapan yang terjadi
setelah fertilisasi (penyatuan sperma dan sel telur) dan sebelum embrio
berkembang menjadi organisme yang lebih kompleks. Proses ini terdiri dari
beberapa tahapan yang dapat berbeda antara berbagai jenis organisme, tetapi
pada dasarnya mengikuti pola yang mirip. Tahapan perkembangan embrio
meliputi fertilisasi, pembelahan, blastula, gastrulasi, dan organogenesis.
Proses pembentukan organ pada ikan, katak, dan ayam memiliki
beberapa kesamaan karena ketiga kelompok ini adalah vertebrata, tetapi juga
memiliki perbedaan yang sesuai dengan adaptasi dan karakteristik unik masing-
masing. Organogenesis melibatkan pembentukan lapisan-lapisan embrionik
yang berubah menjadi berbagai organ dan jaringan, seperti sistem pencernaan,
sistem saraf, dan sistem peredaran darah. Pada ikan, khususnya, terjadi
pembentukan pembentukan insang, sirip, dan organ-organ terkait air.
Organogenesis pada katak melibatkan perkembangan sistem ekskresi, sistem
peredaran darah, dan pembentukan anggota tubuh. Proses metamorfosis, yang
khas pada amfibia, terjadi ketika larva (berkaki sirip) berkembang menjadi
bentuk dewasa yang memiliki kaki dan paru-paru. Pada ayam terjadi
pembentukan organ seperti sayap, bulu, dan penutupan cangkang telur juga
terjadi selama perkembangan embrio.

G. DAFTAR PUSTAKA
Ardhardiansyah. 2017. Embriogenesis dan Karakteristik Larva Persilangan
Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Jantan dengan Ikan Baung
(Hemibagrus nemurus) Betina. J. Perikanan dan Kelautan Vol. 7 (2):
17-27.
Chambell, Neil A. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.
Campbell, Neil A., Reece, Jane, B., Ury, Lisa A., Chain, Michael, M.,
Wasserman,Steven, A., Minorsky, Petter V & Jackson, Robert B., 2008.
Biology 8th Edition. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.
Eddy, S., Underhill, J.C. 1978. How to Know the Freshwater Fishes (Third
edition). USA: McGraw-Hill Companies.
Fitriani, F., Husmimi, H., Masyitha, D., & Akmal, M. (2021). Histologis
Perkembangan Embrio Ayam pada Masa Inkubasi Satu sampai Tujuh Hari.
Jurnal Agripet, 21(1).
Frandson 1992. Anatomi Dan Fisiologi Tenak Edisi V. Yogyakarta: Gajah
Madha
University Press.
Gilbert, S.F. 2006. Developmental Biology (8th Edition). USA: Sinauer
Associates, Inc. Soenderland, Massacuet.
Harinadi. 2010. Embriologi dan Perkembangannya. Erlangga. Jakarta.
Huettner,
A.F., 1956. Fundamental of Comparative Embryology of the Vertebrates.
The Masmillah Company. New York.
Kasmeri, R., & Safitri, E., (2014). Induksi Kejutan Suhu 36 C terhadap
Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana
cancrivora). 2(6), 142-151
Kusumawati, A., Febriany, R., Hananti, S., Dewi, M. S., & Istiyawati, N.
(2016).
Perkembangan embrio dan penentuan jenis kelamin DOC (Day- Old
Chicken) ayam jawa super. Jurnal Sain Veteriner, 34(1), 29-41.
Lufri, & Helendra. (2009). Biologi perkembangan hewan. Padang, Sumatera
barat: Universitas negeri Padang Press
Moyle, P.B., dan J.J. Cech. 1988. Fishes: an introduction to ichthyology, 2nd
edition Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Murphy. P., 2013. The First Steps To Forming a New Organism Descriptive
Embryo. Developmental Biology.internet. https://www.tcd.ie /Biology
Teaching_Centre /assets/ pdf/by 1101 [24 November 2023].
Nawir, Sukendi dan Nuraini. 2016. The Embryonic of Pawas (Osteochilus
hasselti C.V) with Different Temperature. Universitas Riau
Nurhayati, 2004. Perkembangan Hewan Surabaya: ITS Press
Renita, Rachimi dan E.I. Raharjo. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Waktu
Penetasan, Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Cupang
(Betta splendens). Universitas Muhammadiyah Pontianak
Tenzer, Amy, dkk. 2001. Petunjuk Prakukum Perkembungan Hewan, Malang:
FMIPA UM
Yatim. Wildan 1994. Reprodukat dan Embriologi. Untuk Mahasiswa Biologi
dan
Kedokteran. Bandung: Tarsit

Anda mungkin juga menyukai