Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Perkembangan Hewan dengan judul praktikum


“Perkembangan Embrio Ayam” yang disusun oleh:
nama : Friska Novia Upriana
NIM : 1714041016
kelas : Pendidikan Biologi A
kelompok : III (Tiga)
Setelah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/ Koordinator maka dinyatakan
diterima.

Makassar, Desember 2018

KoordinatorAsisten Asisten

Suhardi Aldi Sri Hastini Nur


NIM : 1614042011 NIM : 1414440024

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Adnan, M.S


NIP :19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai manusia, kita cenderung berpikir tentang reproduksi dalam hal
perkawinan laki-laki dan perempuan. Reproduksi hewan, bagaimanapun dari
banyak spesies yang ada. Ada spesies yang dapat bereproduksi tanpa bentuk
perkawinan dan spesies di mana individu tidak mengalami perkawinan selama
masa hidup mereka. Ada juga spesies, termasuk karang tertentu, di mana
individu memiliki organ jantan dan betina. Beberapa serangga , seperti lebah
madu, menampilkan variasi lebih lanjut dengan reproduksi hanya melibatkan
beberapa individu dalam populasi besar. Sebuah populasi hidup lebih lama dari
anggotanya hanya dengan reproduksi, generasi individu baru dari yang sudah
ada.
Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami pembelahan
berulangkali sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk dan
susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan
tubuh embrio itu umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini terdiri
atas 4 tingkat yaitu tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula dan
tingkat tubulasi (Yatim, 1983).
Banyak hewan darat yang mengalami perkembangan langsung,
mempunyai telur yang sedikit banyak dan mempunyai sistem yang mandiri.
Telur demikian dinamakan telur kleidoik. Telur ini mempunyai semua zat
makanan yang diperlukan dan dibungkus dalam penutup pelindung atau
cangkang. Juga mengandung air untuk mencegah pengeringan embrio dan
bahkan menyimpan limbah embrio. Telur ini tidak pernah mandiri penuh,
karena harus ada pertukaran gas dengan lingkungannya. Telur kleidoik yang
paling baik perkembangannya terdapat pada bangsa burung (Villee, 1988).
Maka dari itu praktikum perkembangan embrio ayam ini sangat penting
dilakukan agar kita lebih memahami tahapan perkembangan embrio ayam
secara langsung tidak hanya dari teori dan diharapkan agar kita lebih paham
mengenai perkembangan embrio dari awal sampai akhir dan dengan praktikum
ini juga dapat melatih keterampilan kita dalam melakukan percobaan.

B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2. Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.

C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui tahap pembentukan organ pada berbagai umur
embrio ayam.
2. Mahasiswa mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak yang potensial untuk
dikembangkan dan telah memasyarakat di seluruh pelosok nusantara. Ayam
kampung merupakan plasma nutfah yang keberadaannya perlu dilestarikan. Potensi
ayam kampung perlu dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Untuk
meningkatkan populasi ayam kampung perlu dilakukan kegiatan antara lain
penetasan. Penetasan merupakan suatu proses yang memerlukan penanganan yang
baik, agar diperoleh efisiensi daya tetas yang berkualitas prima (Dudung, 1990).
Pada dasarnya, penetasan telur ayam kampung dapat dikelompokkan menjadi dua
cara, yaitu cara alami dengan induk dan cara buatan dengan menggunakan mesin
tetas. Kelebihan dari penetasan alami yaitu lebih mudah dilakukan oleh petani dan
tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti pengaturan suhu dan
kelembapan serta pemutaran. Kelemahannya adalah daya tampung pada saat
dieramkan sedikit (Wicaksono dkk, 2014).
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Secara umum, sel
embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel tunggal
(yang telah dibuahi), blastomer, blastula, gastrula, neurula dan embrio / janin
(Campbell dkk, 2016).
Pola dasar perkembangan embrio aves sama dengan embrio katak, yaitu
melalui tahap pembelahan, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis.
Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastic, artinya pembelahan hanya
berlangsung di keeping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh blastoderm
sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblast, hipoblast, dan blastosol.
Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pellusida, bagian tepi yang
lebih gelap disebut daerah opaka. Hipoblast merupakan bakal lapipsan ekstra
embrio (Adnan, 2016).
Ada empat macam selaput ekstra embrio yang umum terdapat pada embrio
vertebrata tinggi, yaitu kantung amnion, kantung yolk, kantung chorion, dan
kantung allantois. Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana membran
ekstra embrio yang paling luar dan yang berbatasan dengan cangkang atau jaringan
induk, merupakan tempat pertukaran antara emrio dan lingkungan disekitarnya
adalah chorion atau serosa. Kantung allantois, dimana kantung ini merupakan suatu
kantung yang terbentuk sebagai hasil evaginasi bagian ventral usus belakang pada
tahap awal perkembangan. Fungsi kantung ini sebagai tempat penampungan dan
penyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas antara embrio dengan
lingkungan luarnya. Lapisan penyusun kantung allantois sama dengan kantung
yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di dalam dan mesoderm
splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah suatu membran tipis yang
berasal dari somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio yang
berisi cairan. Dimana kantung ini berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap
kekeringan, penawar goncangan, pengaturan suhu intrauterus, dan anti adhesi
(Adnan, 2012).
Pada industri peternakan ayam pemilihan bibit berkualitas didukung oleh
proses inkubasi telur ayam yang baik. Pada proses inkubasi telur dan pembibitan
ayam (doc ayam) hampir 8-9% dari keseluruhan telur tidak dapat menetas pada
inkubasi menggunakan mesin tetas (Das &Evans, 1992a) dan (Das &Evans,
1992b). Dalam proses inkubasi telur ayam hanya telur subur yang berkualitas saja
yang dapat menetas dengan baik. Untuk mengetahui kualitas dan kesuburan dari
telur untuk proses inkubasi dilakukan proses pemilihan telur (Dijaya dkk, 2016).
Menurut Rusidah dkk (2017) Fase pertama merupakan awal inkubasi adalah
fase perkembangan embrio terbentuk dari area pelusida. Membran dan bagian
cairan terbentuk dari area opaca : membrane kantung yolk (terbentuk dari membran
vitelin dari membran vasculosa), allantois (perkembangan lambung atau hindgut
primitive terbentuk saat embrio 2 hari inkubasi), cairan sub embrionik (terbentuk
saat 2-3 hari inkubasi), amnion (embrio ini terbentuk sekitar 4 hari inkubasi) dan
korion (terbentuk dari korionalantois dan terbentuk sempurna pada waktu 11 hari
inkubasi). Membran dan kompartemennya digunakan untuk melindungi embrio
selama perkembangan dan membantu dalam penyediaan nutrisi, ekskresi dan
respirasi embrio. Perkembangan embrionik dapat dikategorikan menjadi 3 fase
utama yaitu :
1. Perkembangan embrio, fase ini terjadi pada minggu pertama inkubasi, terjadi
karakteristik bentuk telur (amnion, korion, alantois dan kantung yolk) dalam
mendukung kelangsungan perkembangan embrio. Persediaan oksigen
digunakan untuk maturasi sel darah dan perkembangan sistem korion vaskuler,
sedangkan energi metabolic disediakan dari proses glikolisis anaerobik dari
adanya glukosa dalam telur.
2. Kesempurnaan embrio, fase perkembangan embrio total dari korio allantois yang
mampu menyediakan pertukaran O2 da CO2 yang cukup untuk mendukung
perkembangan embrio (Moran, 2007). Embrio ayam secara struktural komplit
pada 14 hari inkubasi, hal yang sama terjadi pada 22 hari inkubasi kalkun dan
itik .
3. Penetasan, merupakan karakteristik fase akhir. Mekanisme prosesnya dari
amnion embrio, akumulasi cadangan glikogen dalam otot, penyempurnaan
jaringan hati dari glikoginolisis, iniasi dari respirasi paru-paru, semuasisa yolk
masuk ke dalam abdomen, kemudian piping kerabang dan pelepasan dari
kerabang. Selama periode sangat rentan psikologis dan sedikit gangguan selama
periode ini, kemungkinan berefek terhadap kelangsungan embrionik dan
penampilan akhir.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas telur adalah rasio jantan dan
betina, pakan induk, umur penjantan yang digunakan dan umur telur. Selain itu
hubungan temperatur lingkungan yang semakin meningkat antara lain temperatur
atmosfir disinyalir dapat menyebabkan penurunan fertilitas telur atau sebaliknya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengamati morfologi dari organ
tersebut yang mengalami perubahan yang dapat dikenali secara visual atau
makroskopis dari setiap tahapan akan digunakan yang telah ditetapkan umur.
Penciri-penciri yang dapat dijadikan indikator dalam penetuan umur embrio antara
lain terbentuknya garis, lengkungan embrio, pigmen bagian mata, perkembangan
sayap dan kaki (Paputungan dkk, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/ Tanggal : Rabu/14 November 2018
Waktu : 13.00-14.30
Tempat : Laboratorium Kebun Percobaan Biologi UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Cawan petri (1 buah)
b. Mikroskop cahaya (1 buah)
c. Pinset (1 buah)
d. Inkubator (1 buah)
e. Pipet tetes (1 buah)
f. Gunting (1 buah)
g. Kaca objek (1 buah)
h. Kaca penutup (1 buah)
i. Kertas saring (secukupnya)
2. Bahan
a. Telur ayam kampong inkubasi 24 jam (1 butir)
b. Telur ayam kampong inkubasi 48 jam (1 butir)
c. Telur ayam kampong inkubasi 72 jam (1 butir)
d. NaCl fisiologis (secukupnya)
C. Prosedur Kerja
Inkubasi telur ayam kampung selama 24, 48,
dan 72 jam di dalam inkubator.
Ambil telur dalam inkubator yang
Pecahkan telur yang telah diinkubasi.
telah diinkubasi 24, 48, dan 72
jam.

Tuangkan NaCl fisiologis Letakkan telur yang telah dipecahkan atas


ke atas cawan petri. cawan petri yang berisi NaCl fisiologis.
Bersihkan bagian sisi dari embrio Letakkan embrio di atas kertas
de ngan menggunting kuning saring.
telur yang mengelilinginya.

Letakkan embrio yang sudah Amati di bawah mikroskop


bersih di atas kaca objek dan cahaya.
tutup dengan kaca penutup.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Telur Ayam Inkubasi 24 jam

Lama Keterangan
NO Gambar Penunjukan Hari
Inkubasi

1. Area opaka
1 2. Area
1 24 jam pellusida 1 hari

2 3. Lempengan
embrio

1. Area
1 pellusida
2. Lempengan
2 24 jam embrio 1 hari

2 3. Area opaka

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Telur Ayam Inkubasi 48 jam

Lama Keterangan
NO Gambar Penunjukan Hari
Inkubasi

1. Otak
1 2. Lensa
vesikel 2 hari
1 48 jam
2 3. Pucuk sayap
4. Pucuk kaki
3
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Telur Ayam Inkubasi 72 jam

N Lama Keterang
Gambar Penunjukan an Hari
O Inkubasi

1. Amnion
2. Mesencepalo
1 n
2 3. Mata
3 4. Ventrikel 3 hari
1 72 jam
4 5. Tunas sayap
6. Pembuluh
darah vitelin
7. Tunas kaki
8. Tunas ekor

1 1. Kepala

2 2. Mata

3 3. Paruh

4 4. Sayap
2 72 jam 19 hari
5. Kaki
6. Ekor

B. Pembahasan
Pada pengamatan ini dilakukan inkubasi pada 3 buah telur ayam, dimana
setiap telur diberikan perlakuan waktu inkobasi yang berbeda-beda yaitu 24
jam, 48 jam dan 72 jam
1. Pada embrio inkubasi 24 jam, organ yang dapat diamati adalah hanya
kuning telur. Belum ada organ yang dapat diamati dengan jelas bahkan
tidak ada sama sekali perubahan. Dikarenakan beberapa faktor semisal
suhu yang kurang mendukung, seharusnya suhu yang digunakan dalam
proses incubator adalah berkisar 33-37 derajat celcius. Embrio pada
umur 24 jam berhasil, umur embrio yang didapat sama dengan waktu
inkubasi umur embrio 1 hari dan waktu inkubasinya 24 jam. Sebagai
pembanding antara hasil pengamatan dengan teori maka saya
mencantumkan pendapat Syahrum (1994) dalam pembahasan ini.
Menurut Syahrum (1994), inkubasi selama 24 jam dapat dibedakan
antara daerah intra embrional dengan daerah ekstraembrional. Epiblast
bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi yang
lebih gelap disebut daerah opaca. Daerah intra embrional yakni terdiri
dari daerah pellusida dan daerah opaka. Daerah kepala akan mengalami
perkembangan yang cepat, namun karena adanya daerah batas
pertumbuhan (zone over growth), terjadi lipatan kepala (head fold),
mula-mula ke ventral. Setelah ke ventral daerah agak terangkat melipat
ke posterior. Organ yang dapat terlihat dalam stadium 24 jam inkubasi
adalah: area embrional, area pellusida, area opaka vaskulosa, area
ovaka vitelin, lipatan neural, usus depan, somit dan daerah primitive,
proamnion, notokor dan keping darah.
2. Bentuk awal embrio hari kedua juga belum terlihat jelas hanya ada
perubahan warna sedikit agak pucat. Menurut Syahrum (1994), embrio
ayam umur inkubasi 48 jam, kepala embrio mengalami pelekukan
(chepalic flexure) sehingga mesenchepalon tampak di sebelah drsal
dan prosenchepalon dan rhombenchepalon tampak sejajar. Badan
embrio memutar sepanjang sumbunya sehingga sehingga bagian kiri
menjadi kunir dibagian atas sedangkan pandangan dari dorsal tampak
kepala bagian kanan;badan bagian posterior masih menunjukkan
bagian dorsal (tampak sebelah atas). Bagian badan sebelah tengah telah
menunjukkan adanya lipatan lateral (lateral body fold) sedangkan di
daerah ekor telah terjadi pula tail fold (lipatan yang akan menyelubungi
daerah ekor). Lama-kelamaan, seluruh bagian badan embrio berada
dalam selubung amnion, setelah semua lipatan-lipatan bertemu. Pada
akhir perkembangan embrio ayam umur 48 jam , terbentuk dua
membran ekstra embrional yaitu amnion dan khorion.
3. Pada usia 72 jam, telur yang telah diikubasi kami tidak perubahan yang
begitu signifikan,hanya warna kuning telur yang agar berwarna kuning
pucat serta terdapat selpaut berwarna putih yang nantinya akan menjadi
pembuluh darah. Tapi telur yang kami inkubasi selama 72 jam ternyata
embrionya sudah berumur 19 hari. Untuk lebih memahami
perkembangan embrio ayam pada usia 72 jam, saya mencantumkan
teori yaitu: Menurut Syahrum (1994), bahwa pada inkubasi 72 jam
embrio ayam, embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah
rhombesenfalon berada di sebelah dorsal dan telensephalon mendekati
perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah
posterior.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil setelah di adakan praktkum
yaitu pada usia 24 jam telur yang telah diinkubasi maka dapat dibedakan
antara daerah intra embrional dengan daerah ekstraembrional, pada usia 48
jam telur yang telah diinkubasi maka kepala embrio mengalami pelekukan
(chepalic flexure) sehingga mesenchepalon tampak di sebelah drsal dan
prosenchepalon dan rhombenchepalon tampak sejajar, pada usia 72 jam telur
yang diinkubasi maka embrio mengalami pelekukan servikal, sehingga
daerah rhombesenfalon berada di sebelah dorsal dan telensephalon mendekati
perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior.

B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati- hati dalam memecahkan
cangkang telur agar kuning telur tidak rusak sehingga dapat mempermudah
proses pengamatan. Praktikan sebaiknya memerhatikan keadaan telur yang
akan diinkubasi agar praktikum yang dilaksanakan dapat berhasil dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2016. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.

Adnan., Arifah, N.A., A.Irma, S. 2016. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.

Campbell, N.A., Lisa, A.U., Jane, B.R., Michael, L.C., Steven, A.W., & Peter, V.M.
2016. Biology Eleventh Edition. United States of America: Pearson
Education.

Dijaya, R., Nanik, S., Darlis, H. 2016. Kombinasi Fitur Bentuk, Warna dan Tekstur
untuk Identifikasi Kesuburan Telur Ayam Kampung Sebelum Inkubasi.
Jurnal Buana Informatika. 7(3): 205.

Paputungan, S., Lucia, J.L., Linda, S.T., Jaqualine, L. 2017. Pengaruh Bobot Telur
Tetas Itik Terhadap Perkembangan Embrio, Fertilitas Dan Bobot Tetas.
Jurnal Zootek. 37 (1): 98.

Rusidah, Y., Yulia, S., Ismoyowati. 2017. Fertilitas Dan Viabilitas Embrio Telur
Itik Yang Induknya Diberi Pakan Suplementasi Probiotik. Jurnal Perawat.
2(2): 90-91.

Wicaksono, D., Tintin, K., dan Khaira, N. 2014. Perbandingan Fertilitas Serta
Susut, Daya Dan Bobot Tetas Ayam Kampung Pada Penetasan Kombinasi.
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 1(2).

Anda mungkin juga menyukai