Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN EMBRIO AVES

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Struktur dan Perkembangan Hewan

yang Dibina oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si. 

Oleh :
Kelompok 5 / Offering A
Bela Mulia Wati (170341615024)
Fadillah Eka Wulandari (170341615061)
Faisal Falah (170341615090)
Noviansyah Kusmahardhika (170341615112)
Titania Arenda (170341615044)
Wachidah Hayuana (170341615105)
Windhi Agustin R. (170341615089)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2018
A. TOPIK
Perkembangan Embrio Aves
B. TUJUAN
1. Mengetahui
C. DASAR TEORI
Aves merupakan salah satu hewan amniota karena janinnya mempunyai
selaput embrional yang dinamakan amnion. Tipe telur aves adalah telolecithal,
tetapi karena memiliki detoplasma yang banyak maka dinamakan
megalecithal. Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur adalah keping
lembaganya (blastodisc). Pembelahan sudah dimulai sewaktu telur melalui
oviduk, di oviduk inilah telur mendapat albumen dan selaput-selaput lainnya
(Mirzadeh, 2010). Telur merupakan suatu tempat penimbunan zat gizi yang
diperlukan untuk perkembangan suatu embrio hingga menetas. Dalam proses
perkembangannya terjadi di dalam alat tubuh embrio yang disebut
organogenesis (Basri, 2012).
Organogenesis yang berperan  dalam kopulasi pada ayam bentuknya
rudimenter (belum sempurna). Sperma diproduksi di dalam testis, disalurkan
ke luar tubuh melalui ductus deferens yang bermuara pada papilla. Perkawinan
ayam jantan dengan ayam betina pada hakikatnya ialah mempersatukan dua
kloaka untuk memungkinkan pemancaran sistem yang mengandung sperma.
Sistem reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan oviduk (Subo, 2013).
Pada ayam betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami
atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct yang
panjang dan berkelok-kelok, terdapat lubang pada bagian cranial dengan
bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium abdominalis. Dinding
oviduct selanjutnya tersusun atas musculus dan ephytelium yang bersifat
glandular, yakni albumen (Jasin, 1992).
Menurut Nalbandov (1990), telur ayam terdiri dari tiga lapisan, yaitu
bungkus telur primer yang terdiri dari membran vitelin yang dihasilkan oleh
ooplasma. Bungkus telur sekunder, yaitu bungkus telur yang disusun oleh
ovarium yang terdiri dari sel-sel folikel yang disebut korona radiata dan zona
pelusida. Bungkus telur tersier, yaitu bungkus telur yang dihasilkan dari
sekresi kelenjar-kelenjar pada dinding saluran genitalia betina (oviductus dan
uterus).
Pada perkembangan embrio ayam, embrio dibantu  kantung kuning telur,
amnion, dan alantois. Pada dinding kantung kuning telur dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini  mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa
oksigen ke embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois,
serta membantu mencerna albumen (Syahrum, 1994).
Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana membran ekstra
embrio yang paling luar dan berbatasan dengan jaringan induk, merupakan
tempat pertukaran antara embrio dan lingkungan disekitarnya adalah chorion
atau serosa. Kantung allantois merupakan suatu kantung yang terbentuk
sebagai hasil evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap awal
perkembangan. Fungsi kantung ini sebagai tempat penampungan dan
penyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas antara embrio dengan
lingkungan luarnya. Lapisan penyusun kantung allantois sama dengan kantung
yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri atas endoderm di dalam dan mesoderm
splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah suatu membran tipis yang
berasal dari somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio
yang berisi cairan. Dimana kantung ini berfungsi sebagai pelindung embrio
terhadap kekeringan, penawar goncangan, pengaturan suhu intrauterus, dan
anti adhesi (Adnan, 2012).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat
- Mikroskop Cahaya
Bahan
-

E. PROSEDUR KERJA
F. HASIL PENGAMATAN

G. ANALISIS DATA
1. Pengamatan Irisan Preparat Awetan Perkembangan Embrio Katak

H. PEMBAHASAN

I. JAWABAN EVALUASI

J. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Adnan.  2010. Perkembangan Hewan.  Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM


Makassar.
Basri. 2012. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar wijaya.
Subo. 2013. “Perkembangan Embrio Ayam. ”.http://myexperience
sausuboy.blogspot.com.  Diakses pada tanggal 3Nopember 2018.
Syahrum, M. H; Kamaluddin dan A. Djokronegoro. 1994.Reproduksi dan
Embriologi dari Satu Sel menjadi Organisme. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Mirzadeh, Z., F. Doetsch, K. Sawamoto, H. Wichterle, and A. A. Buylla. 2010.
The Subventricular Zone En-face: Wholemount Staining and Ependymal
Flow. Journal of Visualized Experiments. Pritchard. 2013. Genetic
Parameters for Production, Health, Fertility, and Longevity Traits in Dairy
Cows. Animal: an International Journal of Animal Bioscience. 7 (1): 34-46.
Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan
Unggas. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai