Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,
informasi obat dan distribusi obat. Ruang lingkup dari farmasi itu sangat luas.
Salah satu bidang keilmuan dalam farmasi adalah terdapat ilmu yang mempelajari
mengenai tumbuh-tumbuhan maupun tanaman yang dapat dijadikan bahan
pengobatan, yaitu botani farmasi.
Botani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tumbuhan, termasuk di
dalamnya membahas mengenai identifikasi, klasifikasi, struktur morfologi, atau
fungsi dari kehidupan tumbuh-tumbuhan. Botani dipelajari dalam materi biologi
bab tumbuhan di sekolah. Studi botani sangat luas cakupannya karena meliputi
seluruh dunia tumbuhan, baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan tingkat
rendah. Cakupan studi botani yang cukup luas menjadikan botani sebagai ilmu
dasar bagi ilmu pengetahuan terapan seperti pertanian, hortikultura, dan
kehutanan.
Mempelajari botani tidak hanya mempelajari tumbuhan secara teoritis tapi
mendalami ilmu botani untuk lebih menghargai dan menyadari peran penting
tumbuhan secara fungsional bagi kehidupan. Botani juga merupakan cabang dari
biologi yang mengkaji tentang tumbuhan,
Anatomi tumbuhan merupakan salah satu disiplin paling rinci dan salah satu
cabang botani. Ilmu ini mendalami letak dan fungsi organ dalam pada tumbuhan.
Bukan itu saja, pengetahuan tentang anatomi tumbuhan, kini dapat lebih
memahami struktur, peran dan manfaat suatu organ atau jaringan. Contoh jaringan
pada anatomi tumbuhan adalah jaringan dasar. Di tumbuhan, sel-sel tersebut
membuat jaringan sel, yakni kelompok sel dengan wujud serta fungsi yang serupa.
Beberapa jenis jaringan sel membuat sistem organ tumbuhan serta sebagian sistem
organ membuat tumbuhan. Terorganisir menjadi sistematis: sel, jaringan, organ,
sistem organ dan individu.
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berinti sel dan mengandung
klorofil. Di dalam sel tumbuhan terdapat organel sel yang disebut membrane
plasma atau protoplasma. Membran plasma merupakan organel sel tumbuhan
yang terdapat tepat di bawah dinding sel dan berisi cairan sel. Pada
sel tumbuhan dapat terjadi peristiwa plasmosis, yang mana peristiwa
tersebut terjadi pada membran plasma atau protoplasma.
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologis yang berbeda dengan sel
hewan,khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding
selsecara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel
sekunder.Perbedaan antara kedua dinding ini terletak pada fleksibilitas,
ketebalan,susunan mikrofibril dan pertumbuhannya. Seluruh aktivitas sel
tumbuhansangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding
sel selainberfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan dengan keluar masuknya
air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel.
Plasmolisis adalah peristiwa pelepasan protoplasma atau keluarnya
protoplasma dari dalam sel, karena sel berada dalam larutan hipertonik.
Plasmolisis biasanya memberikan gambaran untuk menentukan besarannyanilai
osmosis. Besarannya nilai osmosis dipengaruhi oleh konsentrasi cairanatau
larutan didalam sel. Plasmolisis juga berperan sebagai petunjuk untukmenentukan
besarnya nilai osmosis dalam suatu larutan.
Lukyati (1999) menyatakan bahwa plasmolysis hanya terjadi pada kondisi
eksterm dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja dilaboratorium
dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi ataularutan gula
untuk menyebabkan ekosmosis. Proses ini sering kali menggunakan tanaman
Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga
proses dapat diamati dengan jelas. Akan tetapi pada praktikum ini menggunakan
daun Rhoeo discolor karena merupakan salah satu tanaman yang tergolong ke
dalam tanaman hias varigata. Tanaman hias varigata merupakan segala tanaman
yang menampilkan dua warna atau lebih pada daunnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan plasmolisis, difusi, dan osmosis?
2. Bagaimana proses terjadinya plasmolisis pada tumbuhan?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan plasmolysis,
difusi, dan osmosis.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan plasmolisis,
difusi, dan osmosis.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya plasmolisis pada
tumbuhan.

Egi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Plasmolisis
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologis yang berbeda dengan sel
hewan,khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding
selsecara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
Perbedaan antara kedua dinding ini terletak pada fleksibilitas, ketebalan,
susunan mikrofibril dan pertumbuhannya. Seluruh aktivitas sel tumbuhan
sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel
selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan dengan keluar masuknya air,
makanan, dan garam-garam mineral ke dalam sel (Istanti, 1999).
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding
selyang disebabkan oleh air yang berada dalam vakuola merembes keluar dari sel.
Apabila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka
tumbuhan akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan
keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka sel tersebut akan mati dan untuk
mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali
ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar
air yang lebih tinggi. Perstiwa kembalinya protoplasma ini disebut deplasmolisis
(Willkins, 1992).
Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya
membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan
hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). Plasmolisis merupakan proses
yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan,
terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa
sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka
sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur
tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bisa masuk
(Buana dkk, 2011).
Plasmolisis merupakan keadaan dimana membran dari sitoplasma akan
keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dengan sifat permeabelnya. Permeabel dinding sel terhadap gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Plasmolisis ini sendiri
merupakan contoh kasus tranportasi sel secara osmosis (Goldworty, 1992).
Osmosis pada hakikatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permeabel secara diferensial dari
suatu tempat yang berkonsetrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Tekanan yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar
terjadinya osmosis, maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses
osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang
dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (Campbell,
2008).
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel
yangdiakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Plasmolisis menunjukkan
bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat , artinya suatu zat /materi
bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini
bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika
memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala
cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari
luar itu bisa masuk (Salisbury and Ross, 1992).
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya di dalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke potensial air yang
lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup
besar, maka ada kemungkinan bahwavolume sel akan menurun demikian besarnya
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.
Plasmolisis merupakan keadaan membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan kedalam larutan sukrosa
mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak
sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Plasmolisis adalah peristiwa pelepasan protoplasma atau keluarnya
protoplasma dari dalam sel, karena sel berada dalam larutan hipertonik.
Plasmolisis biasanya memberikan gambaran untuk menentukan besarannyanilai
osmosis. Besarannya nilai osmosis dipengaruhi oleh konsentrasi cairanatau
larutan didalam sel. Plasmolisis juga berperan sebagai petunjuk untukmenentukan
besarnya nilai osmosis dalam suatu larutan (Soedarmatjo, 2000).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan
oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi
gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding
dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma
yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut
dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada
molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap
menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat
lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolysis seperti ini disebut
plasmolysis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlah selnyamengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel=
0. Potensial osmotic larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial
osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and
Ross, 1992).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya,
yaitumatriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal
ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan
(Tjitrosomo, 1987).
Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air yang
nilainya tinggi (= 0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air yang lebih
rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar sel masuk ke
dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang. Osmosis pada hakekatnya adalah
suatu proses difusi. Secara sederhana dapatdikatakan bahwa osmosis adalah difusi
air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat
berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi
karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya
osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan
berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang denganmasuknya air yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (Kimball, 1983).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornyasama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotic dalam tumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuoladan
tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga
semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi
suhunya makanilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan
konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial
osmotiknya semakin rendah. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu
yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu
larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury dan Ross, 1992).
2.1.2 Difusi
Difusi didefinisikan sebagai proses transfer massa molekul tunggal suatu
senyawa yang terjadi karena gerakan molekul acak dan dikaitkan dengan gaya
dorong seperti gradien konsentrasi. Transfer massa suatu pelarut dan zat terlarut
mendasari banyak fenomena penting dalam ilmu farmasetik. Sebagai contoh,
difusi obat melalui membran biologis dibutuhkan agar obat dapat di absorbsi
kedalam tubuh dan dieliminasi dari tubuh, dan bahkan juga untuk mencapai
tempat kerjanya dalam sel tertentu (Martin et al., 1993).
Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari larutan berkonsentrasi
tinggike larutan berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian
gula padacairan teh tawar, lambat laun cairan teh menjadi manis. Peristiwa difusi
pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan. Karbon
dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui
proses difusi. Pengambilan air dan garam mineral oleh tumbuhan dari dalam
tanah, salah satunya melalui proses difusi. Difusi zat dari dalam tanah ke dalam
tubuh-tumbuhan disebabkan konsentrasi garam mineral di tanah lebih tinggi
daripada didalam sel. Demikian juga gas CO2 di udara masuk ke dalam tubuh
tumbuhan karena konsentrasi CO2 di udara lebih tinggi daripada di dalam sel
tumbuhan. Sebaliknya, O2 dapat berdifusi keluar tubuh tumbuhan jika konsentrasi
O2 dalam tubuh tumbuhan lebih tinggi akibat adanya fotosintesis dalam sel
(Loveless, 1991).
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi ren
dah,sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Contoh peristiwa
difusi yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar dan contoh
peristiwa osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam
(Kustiyah, 2007).
Kecepatan difusi ditentukan oleh : Jumlah zat yang tersedia, kecepatan
gerakkinetik dan jumlah celah pada membran sel. Difusi sederhana ini dapat
terjadi melaluidua cara, yaitu melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya
jika bahan berdifusi terlarut lipid dan melalui saluran licin pada beberapa protein
transport. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat
ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu
sendiri.
1. Mekanisme difusi
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau
gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran
dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple
difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran
(simple difusion bychanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated
difusion). Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul-
molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam
lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membrane secara
langsung. Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon
steroid, vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam
lemak, Selain itu, membran sel juga sangat permeable terhadap molekul anorganik
seperti O,CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion
tertentu,dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan
diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari
diameter pori tersebut dapat melaluinya.Sementara itu, molekul-molekul
berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam-garam mineral,
tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya
molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi.
2. Mekanisme Difusi dan Difasilitasi
Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui
membran plasrna yang melibatkan protein pembawa atau protein transporter.
Protein transporter tergolong protein transmembran yang memliki tempat
perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap
molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk
pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk
mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk grukosa banyak
ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan sel-sel hati, karena
sel-sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk diubah menjadi energi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat.
b. BM makin besar difusi makin lambat.
c. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat.
d. Perbedaan konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua
bagian, makin besar proses difusi yang terjadi.
e. Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak tempat terjadinya
difusi, makin cepat proses difusi yang terjadi.
f. Area tempat berlangsungnya Difusi, makin luas area difusi, makin cepat
proses difusi.
2.1.3 Osmosis
Osmosis adalah difusi pelarut melalui membran. Jika terdapat dua larutan
yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai
kedua larutan seimbang. Jika sel dimasukkan ke dalam larutan isotonis,
bentuk sel tetap karena keadaan seimbang. Akan tetapi, jika sel tumbuhan berada
dalam larutan hipertonis (konsentrasi larutan lebih tinggi daripada cairan sel), air
dalam plasma selakan berosmosis keluar sehingga sel mengerut/menyusut.
Protoplasma yang kekurangan air menenyusut volumenya mengakibatkan
membran sel terlepas dari dinding sel, sehingga terjadi plasmolysis.
Sebaliknya, jika sel berada dalam larutan hipotonis (konsentrasi larutan
lebihrendah daripada cairan sel), air dari luar akan masuk ke dalam sel sehingga
selmembengkak. Pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat
(tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang
bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki
lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran (Kustiyah, 2007).
Osmosis merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air
lebihtinggi ke daerah yang potensial airnya lebih rendah, melalui suatu membran
semi permeabel. Potensial osmotic suatu larutan selalu negative yang ekivalen
dengan nilai tekanan osmotiknya yang sebenarnya. Plasmolisis adalah peritiwa
melepasnya plasmalemma atau mebran plasma dari dinding sel karena dehidrasi
(hilangnya airsel) bila sel berada lingkungan larutan yang hipertonis.
Untuk memenuhi kebutuhan materi dan mempertahankan keseimbangan
fisiologi didalam tubuhnya, tumbuhan melakukan beberapa aktivitas, di antaranya
adalah absorbsi (penyerapan), transportasi (pengangkutan) atau translokasi
(pemindahan) dan transpirasi (pelepasan air melalui stomata). Beberapa prinsip
yang berhubungan dengan proses penyerapan pada akar :
1. Penyerapan air tanah oleh akar dapat terjadi melalui meknisme imbibisi,
difusi, osmosis dan transpor aktif.
2. Pada tumbuhan darat, penyerapan gas-gas (O2 dan CO2) lebih banyak
melalui sedangkan ion-ion dalam larutan tanah melalui akar. Pada
tumbuhan air hampir seluruh permukaan tubuhnya dapat melakukan
penyerapan air beserta gas-gas dan ion-ion yang terlarut di dalamnya.
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat
pelarut,dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel
atau semi permeabel. Jika didalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semi
permiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semi permiabel
ditempatkan dua larutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa
sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput
selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan
bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi
melalui selaput permeabel. Semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi
tidak oleh zat terlarut, mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara
buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat
menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membrane
permeable selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat
sebanding dengan tekanan turgor (Keenan, et al,. 1984).
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena
inidapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke
luar sel. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipotonik atau
hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses
osmoregulasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osmosis pada sel hidup :
1. Ukuran zat terlarut : semakin banyak zat terlarut maka peristiwa terjadinya
osmosis akan semakin cepat. Karena zat terlarut memiliki tekanan osmotik
yang berfungsi untuk memecah zat pelarut bergerak melalui membrane
semipermeable.
2. Tebal membrane : semakin tebal suatu membrane akan memperhambat
terjadinya osmosis. Karena dapat menyebabkan semakin sulitnya zat
terlarut menembus membrane tersebut.
3. Luas permukaan.
4. Jarak zat pelarut dan zat terlarut.
5. Suhu.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Adam Hawa (Rhoeo discolor)
a. Klasifikasi Adam Hawa (Simpson, 2006)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Cannaceae
Gambar 2.2.1
Genus : Canna Adam Hawa
Spesies : Canna sp (Rhoeo discolor)
b. Morfologi
Menurut Avilaa (2013), Morfologi jadam : Berakar serabut dengan sistem
perakaran kasar, pendek, lurus. Batang Rhoeo discolor bersifat kasar, pendek,
lurus, dan berwarna coklat. Batang Rhoeo discolor bersifat basah atau herbaceus.
Dilihat dari panjang umurnya, Tanaman jadam merupakan annuus atau tumbuhan
muda dengan bentuk batang bulat dan sifat permukaan batangnya yang
memperlihatkan bekas daun. Daun tanaman ini memiliki karakteristik tunggal,
berbentuk lonjong (ensiformis), ujung runcing (acutus), dengan pangkal memeluk
batang. Bagian tepi daun rata dengan panjang 25-30 cm dan lebar 3-6 cm.
Permukaan atas daun Rhoeo discolor berwarna hijau, sedangkan bagian
permukaan bawahnya berwarna merah kecoklatan. Daging daun jadam tipis lunak
dengan tipe tulang daun sejajar.Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 –
70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua,
dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Rhoeo
discolor memiliki bunga majemuk yang berbentuk mangkok, terletak di ketiak
daun dan terbungkus kelopak berbentuk menyerupai kerang. Benang sarinya
berbentuk silindris, banyak, dan berwarna putih. Sementara, bagian kepala putik
berwarna kuning. Mahkota bunga Rhoeo discolor berbentuk segitiga, berjumlah
tiga lembar, dan berwarna putih.
d. Kandungan Kimia
Kandungan senyawa kimia yang dimiliki tanaman ini berupa saponin dan
tanin. Sedangkan warna ungu dari tumbuhan jadam ini diduga memiliki
kandungan kimia yang berupa senyawa flavonoid yaitu antosianin (Rompas,
2012).
e. Khasiat Dan Kegunaan
Tumbuhan jadam memiliki banyak kegunaan bagi manusia. Selain dari
digunakan sebagai tanaman hias karena keunikan fisiologisnya, ternyata daun
jadam ini dapat dijadikan sebagai obat. Sifat kimia dan efek farmakologis yang
dimilikinya berupa rasa manis, sejuk dan dapat digunakan sebagai anti radang,
memelihara paru, mencairkan dahak, anti batuk, anti diare, membersihkan darah.
Selain kegunaan diatas, daun jadam juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
mimisan, obat berak darah, terkilir atau memar, serta sebagai obat flu Bargumono
(2012).

2.3 Uraian Bahan


2.3.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Nama Kimia : Alkanol
Rumus Molekul : C₂H₅OH

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala api biru
yangtidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai pembersih alat dan bahan dan sebagai
larutan uji
Khasiat : Sebagai antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme) untuk pembersih
luka atau alat-alat medis
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Nama Kimia : Oxidane, Water
Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai larutan uji
Khasiat : Sebagai pelarut bahan-bahan kimia dan sebagai
sumber air dalam proses produksi dalam bidang
industri
.2.3.3 HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM
Nama Lain : Asam klorida
Nama Kimia : Hydrogen chloride
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

H - Cl
Berat Molekul : 36,46 gram
Pemerian : Cairan tak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan dua bagian air asap dan bau
hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan uji
Khasiat : Dapat membantu tubuh untuk memecah,
mencerna, dan menyerap nutrisi pada makanan.
2.2.4 NaCl (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Natrium Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur :

Na - Cl
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Pemerian : Hablur bentuk kubus, serbuk hablur putih, rasa
asin
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan uji
Khasiat : Untuk pengobatan dehidrasi isotonik
ekstraseluler, deplesi natrium dan juga dapat
digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi
2.2.5 NaOH (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Natrii hydroxydum
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Rumus struktur :

Na - OH
Berat molekul : 40.00
Pemeriaan : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau kaping,
kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah.
Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai larutan uji
Khasiat : Sebagai pereaksi asam amino dan protein,
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Plasmolisis dilaksanakan pada tanggal 6 November 2023 pukul
07.00-10.00 WITA. Pelaksaan praktikum bertempat di Laboratorium Bahan
Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu cover glass,
kaca preparat, mikroskop, pinset, pipet tetes, rak tabung reaksi, silet, dan tabung
reaksi.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu alkohol
70%, aquadest, bunga adam hawa (Rhoeo discolor folium.), nacl 0,98%, naoh, hcl
dan tisu.
3.3 Prosedur Kerja
1. Disiapkan 5 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 5 larutan
diatas.
2. Dibuat beberapa bagian sayatan pada epidermis bawah bunga adah hawa
tersebut, usahakan menyayat hanya selapis saja.
3. Diamati dibawah mikroskop apakah sayatan anda cukup representative/
bagus.
4. Dimasukkan sayatan ke dalam-dalam tabung reaksi
5. Dibiarkan preparat selama 30 menit pada masing-masing larutan lalu
periksa kembali penampakannya dibawah mikroskop dengan setelah
larutan dimana sayatan diletakkan (ambil sayatan menggunakan pinset).
6. Diamati masing-masing preparat tersebut dan gambar masing-masing
perbedaan dari ke lima sampel dengan preparat yang berbeda tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Larutan Kondisi Sampel (Bunga Jadam)
No. Ket.
Uji Sebelum Sesudah

Alkohol
1. Hipertonis
70%

2. Aquadest Isotonis

3. HCl Hipertonis

4. NaCl Isotonis

5. NaOH Hipertonis
4.2 Pembahasan
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang
disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu
bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan
akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar.
Bila terjadi terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila
plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk
mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya (Sari, 2014).
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cover glass, cutter,
kaca preparat, mikroskop, pipet tetes, pensil, dan silet. Sedangkan, bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah alkohol 70%, aquadest, bunga jadam
(Rhoeo discolor folium), HCl, NaCl, NaOH, dan tisu. Alat dan bahan dibersihkan
menggunakan alkohol 70%. Menurut Noviansari, dkk (2013), alkohol mempunyai
aktivitas sebagai bakterisida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) diberi perlakuan dengan
mengiris sampel secara melintang dan setipis mungkin. Sampel diiris setipis
mungkin agar jaringan yang ada di dalamnya dapat diamati dengan jelas. Menurut
Setyo (2010), tujuan sampel diiris tipis agar dapat terlihat jelas sel-sel yang
terdapat dalam tumbuhan tersebut.
Preparat yang telah diiris tipis dan diletakkan pada kaca preparat lalu
ditetesi 1-2 tetes aquadest. Menurut Syadiyah (2015), penambahan aquadest pada
penyiapan preparat bertujuan agar objek pengamatan menempel dengan cover
glass atau objek tidak bergerak-gerak (tetap dalam satu tempat). Setelah itu
diamati diatas mikroskop. Setelah diamati 5 irisan sampel, direndam setiap irisan
sampel pada setiap larutan yang telah disediakan. Direndam selama 30 menit,
setelah 30 menit amati Kembali setiap sampel dengan menggunakan mikroskop
Pada sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang telah direndam
dengan alkohol 70%, HCl, dan NaOH mengalami plasmolisis dan menunjukkan
sel tumbuhan yang diletakkan pada larutan hipertonis (pekat). Menurut Astuti
(2013), larutan hipertonis adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonis, tekanan osmotik menyebabkan
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
Hal ini bisa dilihat pada sel bunga jadam normal mempunyai sel berwarna ungu
dalam jumlah yang banyak, sedangkan sel bunga jadam yang sudah mengalami
plasmolisis warna ungunya lebih cepat berkurang atau memudar dan selnya
mengkerut. Menurut Handayani dan Evita (2018), jika sel tumbuhan diletakkan di
larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan mengkerut dan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam
kondisi seperti ini akan layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis dimana plasma akan terkelupas dari dinding sel.
Pada sampel bunga jadam (Rhoeo discolor folium) yang telah direndam
dengan aquadest dan NaCl mengalami plasmolisis dan menunjukkan sel
tumbuhan yang diletakkan pada larutan isotonis. Menurut Astuti (2013), larutan
isotonis adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada
pergerakan air. Larutan isotonis dengan larutan pada sel tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna.
Hal ini bisa dilihat pada sel bunga jadam normal mempunyai sel berwarna ungu
dalam jumlah yang banyak, sedangkan sel bunga jadam yang sudah mengalami
plasmolisis warna ungunya lebih lambat berkurang atau memudar selnya.
Menurut Adinugraha dan Ratnapuri (2021), apabila sel tumbuhan dimasukkan ke
dalam larutan isotonis maka tidak ada pergerakan air dari dalam dan luar sel dan
membran sel masih menempel di dinding sel.
Adapun kemungkinan kesalahan dalam percobaan ini dapat berupa,
kesalahan dalam pengirisan sampel. Dimana, hasil irisan seringkali terlalu tebal,
besar, dan panjang. Kemudian, pada saat penetesan alkohol, aquadest, HCl, NaCl,
dan NaOH harus dilakukan secara tepat dan hati-hati karena sering terjadi
kelebihan tetesan yang menyebabkan adanya gelembung pada preparat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan paktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding
selyang disebabkan oleh air yang berada dalam vakuola merembes keluar
dari sel. Difusi adalah pergerakan zat dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi. Osmosis adalah pergerakan
zat melalui membran dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah tanpa
memerlukan energi.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan
Diharapkan kepada jurusan agar dapat memperhatikan infrastruktur yang
ada pada laboratorium, agar praktikan lebih nyaman dalam melakasanakan
praktikum
5.2.2 Saran Kepada Laboratorium
Diharapkan untuk laboratorium agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa
alat alat dan bahan-bahan yang akan digunakan pada praktikum.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Diharapkan asisten tetap memperhatikan praktikan dalam melaksanakan
praktikum agar praktikan lebih memahami percobaan yang telah
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai