Anda di halaman 1dari 4

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Perlakuan Jumlah geliat Jumlah gerak


15 menit 30 menit 45 menit mencit
Kontrol Na- 46 41 39 126
CMC
Tablet 28 39 12 79
paracetamol
Sirup 35 28 11 74
paracetamol

5.2 Pembahasan

Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak


menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat.
Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak
atau berpotensi rusak

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,


berhubungan dengan ancaman, timbulnya gangguan atau kerusakan jaringan.
Keadaan psikologis seseorang sangat berpengaruh, misalnya emosi dapat
menimbulkan nyeri/sakit kepala atau membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri
yang dapat ditoleransi seseorang berbeda – beda karena nyeri merupakan suatu
perasaan subyektif (Sherwood, 2012).

Nyeri bisa diatasi dengan menggunakan berbagai macam obat analgesik.


Mekanisme analgesik di dalam tubuh yaitu dengan cara menghalangi pembentukan
rangsang dalam reseptor nyeri, saraf sensoris, dan sistem syaraf pusat (Arif, 2010).

Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi
kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015).

Analgesik yang termasuk dalam golongan AINS bekerja dengan cara


menghambat enzim siklooksigenase yang akan mengubah asam 3 arakidonat menjadi
prostaglandin di mana prostaglandin adalah mediator nyeri, sedangkan analgesik
golongan opioid bekerja di sentral menempati reseptor di kornu dorsalis medulla
spinalis yang menjaga pelepasan transmiter dan rangsang nyeri sehingga terjadi
penghambatan rasa nyeri (Ganiswarna dkk, 1995)

Analgesik yang sering digunakan masyarakat adalah yang memiliki


kandungan parasetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan lain-lain, namun
obatobatan kimia tersebut memilik efek samping yang kurang baik bagi tubuh kita
apabila di gunakan dalam jangka waktu panjang.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji efektifitas obat analgesik paracetamol
tablet dan paracetamol sirup pada mencit dengan menggunakan penginduksi nyeri
asam asetat. Penggunaan asam asetat sebagai penginduksi inflamasi dan nyeri telah
lama digunakan untuk mengevaluasi agen baru yang bersifat analgetik dan anti-
inflamasi. Injeksi peritoneal asam asetat memproduksi peradangan peritoneum yang
terkait dengan peningkatan prostaglandin, dan dengan demikian akan meningkatkan
permeabilitas kapiler yang diperkirakan akan berkonstribusi dengan peningkatan
inflamasi. Selain itu, secara tidak langsung juga untuk mengemukakan rasa sakit yang
terkait dalam pengujian melalui stimulasi neuron nociceptive perifer oleh mediator
endogen seperti serotonin, histamine, bradikin, dan prostaglandin (Khalid dkk, 2009).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan


cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002)

Sebelum di berikan pada mencit diesediakan terlebih dahulu alat dan bahan
yang akan digunakan, semua alat dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol
70%. Karena alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, dan alkohol juga mengandung antiseptik dan
desinfektan (Noviansari, dkk., 2013).

Disiapkan Penginduksi nyeri yaitu asam asetat, larutan Na-CMC sebagai


kontrol, Paracetamol sirup sebanyak 0,26 ml dan dilarutkan pada Na-CMC,
paracetamol tablet digerus kemudian diambil serbuk dari paracetamol sebanyak
0,02966 gr

Berat mencit yang digunakan yaitu 21gr, 20gr dan 21gr, sebelum dilihat
efektifitas dari obat paracetamol, diberikan penginduksi nyeri yaitu Asam asetat.
Asam asetat diberikan pada mencit sebanyak 1 ml dan diuntikkan pada mencit di
bagian ekornya, sebelum menyuntikkan asam asetat pada mencit, ekor mencit
dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol, alasan penggunaan alkohol pada
saat sebelum disuntikkan adalah untuk desinfektan dalam menurunkan jumlah bakteri
pada saat sebelum disuntikkan (Noviansari, dkk., 2013).

Pada perlakuan pertama, mencit dengan berat 21 gr yang sudah diberikan


penginduksi nyeri diberikan larutan Na-CMC sebagai kontrol, sebanyak 1ml dengan
melalui rute oral. Pada menit ke 15 mencit menggeliat sebanyak 46 kali dan pada
menit ke 30 jumlah geliat mencit menurun menjadi 41 kali dan pada menit terakhir
jumlah geliat mencit menurun lagi hingga 39 kali, hal ini dikarenakan efektifitas atau
daya penginduksi nyeri yang mulai berkurang daya kerjanya

Pada mencit kedua dengan berat 20gr, diberikan tablet paracetamol sebanyak
0,02966gr yang sudah dilarutkan kedalam larutan Na-CMC da diambil sebanyak 1 ml
dan diberikan melalui oral. Pada menit ke 15 mencit sudah menggeliat sebanyak 28
kali dan pada menit ke 30 jumlah geliat mencit lebih meningkat sebesar 39 dari pada
jumlah geliat pada menit ke 15 hal ini dikarenakan aktifitas dari paracetamol tablet
sebagai antipiretik yang menurun sehingga derajat nyeri yang dirasakan pada mencit
meningkat dan pada menit ke 45 mencit menggeliat sebanyak 12 kali yang sudah
mengalami penurunan dari pada menit ke 30 hal ini dikarenakan efektifitas
paracetamol tablet sebagai analgesik mengalami penaikkan sehingga jumlah geliat
pada mencit menurun

Pada mencit ketiga dengan berat badan 21 gr diberikan paracetamol sirup.


Paracetamol sirup diberikan sebanyak 0,26 ml dan dilarutkan pada larutan Na-CMC.
Setelah larut diberikan pada mencit dengan pemberian melalui oral. Pada menit ke 15
mencit menggeliat sebanyak 35 kali dan pada menit ke 30, jumlah geliat mencit
mengalai penurunan hingga 28 kali dan pada menit ke 45 jumlah geliat mencit seakin
menurun hingga 11 kali. Hal ini disebabkan karena efektifitas analgesik dari
paracetamol mengalami penaikkan sehingga asam asetat sebagai penginduksi nyeri
sudah mulai turun efektivitasnya.

Dari hasil yang didapatkan, jumlah geliat mencit yang diberikan Na-CMC
lebih banyk dibandingkan dengan jumlah geliat mencit pada paracetamol sirup dan
paracetamol tablet hal ini dikarenakan Na-CMC tidak mempunyai efek sebagai
analgesik dan hanya sebagai larutan kontrol saja, selain itu jumlah geliat mencit yang
diberikan Na-CMC juga menunjukkan efektifitas dari asam asetat sebagai
penginduksi nyeri.
Adapun kemungkinan kesalahan yaitu kurang tepatnya penimbangan obat dan
peyuntikkan asam asetat terhadap mencit. Pada saat pemberian oral pada mencit,
banyak obat yang keluar dari mult mencit sehingga obat yang diinginkan
efektifitasnya menjadi kurang, sehingga hal tersebut berpengaruh pada jumlah geliat
mencit seperti pada jumlah geliat mencit yang diberikan obat paracetamol tablet,
pada menit ke 30 mengalami peningkatan dari pada menit ke 15 karena pemberian
obat paracetamol yang tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai