Anda di halaman 1dari 7

35

Jurnal Pharmascience, Vol 1, No. 1, Februari 2014, hal: 35 - 41


ISSN : 2355 5386

STUDI INTERAKSI DEKOKTA BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN


PARASETAMOL PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)
(TINJAUAN TERHADAP EFEK ANALGETIK)
Epri Wing Parikesit, Difa Intannia, Jasmadi Joko Kartiko
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
email: dintannia@gmail.com

INTISARI
Sekitar 175 juta tablet parasetamol dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap tahunnya
ketika muncul nyeri dan demam karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Bawang putih
(Allium sativum) merupakan bahan yang cukup sering digunakan baik sebagai obat herbal atau
sebagai bumbu masakan. Bawang putih diketahui efektif dalam menginhibisi enzim sitokrom P4502E1 yang berperan dalam mempengaruhi metabolisme parasetamol. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang putih terhadap efek analgetik parasetamol pada
mencit (Mus musculus). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dan metode pengujian
analgetik menggunakan metode geliat yang diinduksi dengan asam asetat 0,5% v/v secara intra
peritoneal 15 menit setelah pemberian perlakuan. Parameter pengamatan berupa jumlah geliat
setiap 5 menit selama 60 menit. Mencit yang digunakan sebanyak 25 ekor yang dibagi dalam 5
kelompok perlakuan, yaitu kelompok I untuk kontrol negatif (akuades), kelompok II untuk kontrol
positif (parasetamol 65,25 mg/Kg BB), dan tiga kelompok yang lain diberi perlakuan dengan
dekokta bawang putih dengan konsentrasi masing-masing 5%; 10% dan 20% dan parasetamol
65,25 mg/Kg BB secara per oral. Dekokta bawang putih pada kelompok uji diberikan 24 jam
sebelum pengujian dan pada saat pengujian. Data diperoleh berupa jumlah geliat kumulatif mencit
kemudian dihitung persen proteksi nyeri dianalisis statistic dengan One-Way ANOVA, dilanjutkan
uji Post Hoc dengan taraf kepercayaan 95% . Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan
dekokta bawang putih berpengaruh secara bermakna (p<0,05) pada konsentrasi 10% dan 20%
terhadap peningkatan aktivitas efek analgetik parasetamol.
Kata Kunci: interaksi, analgetik, dekokta, bawang putih, parasetamol
ABSTRACT
About 175 million paracetamol tablet used in Indonesian when pain and fever because
easy to get and economist. Garlic (Allium sativum) is known to be effective in inhibiting cytochrome
P - 4502E1 enzyme which plays a role in influencing the metabolism of paracetamol. The purpose
of this study was to determine the effect of garlic on analgesic effect of paracetamol in mice (Mus
musculus). This study used completely randomised design and analgesic testing methods used
writhing methods that induced by acetic acid of 0.5 % v / v intra- peritoneal administration 15
minutes after treatment with the observation of parameters such as the amount of writhing every 5
minutes for 60 minutes. Mice which were used as many as 25 mice and divided into 5 groups,
namely Group I for the negative control (aquadest), group II for the positive control (paracetamol of
65.25 mg / kgBB), and three other groups treated with garlic dekokta with concentrations of 5 %,
10 %, and 20 % and paracetamol of 65.25 mg / kgBB orally basis. Garlic dekokta in the test group
was given 24 hours before the test and during the test. Data were obtained in the form of twisted
cumulative number of mice were then calculated the pain protection percent and were analyzed by
One- Way ANOVA, followed by Post Hoc test with test level of 95 %. The analysis showed that the
addition of garlic dekokta affect significantly (p < 0.05) at concentrations of 10 % and 20 % to the
raising activity of paracetamol analgesic effect.
Key words : interaction, analgesic, dekokta, garlic, paracetamol
Volume 1, Nomor 1 (2014)

Jurnal Pharmascience

36

PENDAHULUAN

digunakan dalam penelitian ini berupa mencit jantan

Parasetamol merupakan salah satu obat


pereda nyeri dan penurun demam yang dibuat dari

galur Balb/C dengan berat badan 20-30 gram, umur


(2 3 bulan), dan sehat.

bahan kimia sintetik yang pada penggunaannya


tidak jarang menimbulkan reaksi maupun efek

Variabel Penelitian

samping yang tidak diinginkan. Hal itu menyebabkan

Variabel bebas: dosis dekokta bawang putih

semakin banyaknya penggunaan bahan alam untuk

dan parasetamol 65,25 mg/Kg BB sebagai bahan uji.

pengobatan sebagai terapi tunggal maupun sebagai

Variabel tergantung: aktivitas nyeri pada mencit

terapi komplementer (terapi pendukung) pada suatu

jantan putih diinduksi dengan asam asetat .

obat (Astuti, 2011).


Bawang putih (Allium sativum) merupakan
salah satu obat herbal yang memiliki banyak
manfaat

diantaranya

Pembuatan Dekokta Bawang Putih

antikoagulan,

Dekokta bawang putih yang dibuat adalah

hepatoprotektor

konsentrasi 5%, 10% dan 20%. Bawang putih

(Amagase et al., 2001). Proses dekokta bawang

dibersihkan, dikupas dan dirajang. Rajangan bawang

putih dapat menghasilkan senyawa organosulfur

putih ditimbang sebanyak 5 gram, 10 gram, dan 20

(Diallyldisulfide) yang berasal dari dekomposisi

gram lalu dimasukkan ke dalam gelas beker berisi

senyawa allicin pada bawang putih yang

mampu

100 mL akuades. Gelas beker dimasukkan ke dalam

(CYP2E1)

panci berisi air selama 30 menit terhitung mulai suhu

(Wargovich, 2006). Enzim CYP2E1 berperan dalam

air dalam gelas beker 900C sambil sekali-sekali

metabolisme parasetamol membentuk N-asetil-p-

diaduk

benzoquinoneimine (NAPQI) yang sangat reaktif

tambahkan air panas secukupnya melalui ampas

(Sumioka, 2004).

hingga diperoleh volume dekokta 100 mL. (BPOM

menurunkan

menginhibisi

antioksidan,

PROSEDUR PENELITIAN

kolesterol,

sitokrom

dan

P-4502E1

Inhibisi enzim sitokrom P-450 membuat obat


yang

akan

dimetabolisme

menjadi

kemudian

diserkai dengan kain flanel,

RI, 2010)

terhambat,

akibatnya dapat terjadi peningkatan kadar obat

Uji Efek Analgetik

kedua dalam serum. Maka perlu untuk dilakukan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan

pengujian mengenai pengaruh pemberian obat

25 ekor mencit yang dibagi dalam 5 kelompok, dan

herbal terhadap obat modern dalam hal ini bawang

tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Semua mencit

putih terhadap efek analgetik dari parasetamol

diaklimatisasi selama kurang lebih 1 minggu pada

dengan menggunakan hewan uji mencit (Mus

kawasan penelitian. Bobot mencit ditimbang dan

musculus).

dikelompokan

berdasarkan

perlakuan.

Dosis

pengujian ditentukan dengan orientasi dosis dari


METODE PENELITIAN

bawang putih. Setelah itu diberi perlakuan dengan

BAHAN

pemberian kontrol negatif, kontrol positif, dan bahan


Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari

uji secara peroral.

bawang putih yang diperoleh dari pasar kota

Uji efek analgetik dilakukan dengan metode

Banjarbaru, asam asetat (pro analisis) 0,5 % sebagai

geliat menggunakan asam asetat yang dosisnya

bahan

telah diorientasi (Mishra et al., 2011) dengan

penginduksi

nyeri,

parasetamol

(teknis)

sebagai kontrol positif uji analgetik dengan metode

tahapan sebagai berikut:

geliat dan kelompok uji, akuades sebagai kontrol

1. Dekokta bawang putih (dosis 5 %, 10 % dan 20

negatif dan pelarut dekokta. Hewan coba yang

Volume 1, Nomor 1 (2014)

% )diberikan 24 jam sebelum uji pada kelompok

Jurnal Pharmascience

37

uji.

Data persentase proteksi dianalisis dengan ANOVA

2. Mencit dipuasakan selama kurang lebih 16 jam

satu arah dengan taraf kepercayaan 95%, kemudian

sebelum diberi perlakuan pada tiap kelompok

dilanjutkan dengan analisis Post Hoc (uji Turkey)

(air tetap diberikan) sebelum dilakukan uji.

untuk

Hewan uji kemudian diberikan perlakuan yaitu

bermakna (p<0,05) atau tidak bermakna (p>0,05).

mengetahui

perbedaan

kelompok

yang

pemberian parasetamol dan bawang putih,


kontrol positif (parasetamol) dan kontrol negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

(akuades). Perlakuan diberikan pada hewan uji

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

melihat

secara per oral, kemudian 15 menit setelah

interaksi antara bawang putih dan parasetamol,

perlakuan hewan uji disuntik asam asetat secara

dimana bawang putih diketahui mampu untuk

intraperitoneal, nyeri ditandai dengan timbulnya

menginhibisi enzim CYP2E1 yang berperan dalam

writhing atau geliat yang ditunjukkan dengan

metabolisme

bagian

penghambatan

abdomen

menyentuh

dasar

tempat

parasetamol.

Sehingga

dengan

enzim

pemetabolisme

dari

berpijak dan kedua pasang kaki ditarik ke

parasetamol diduga dapat meningkatkan efek dari

belakang.

parasetamol dalam hal ini adalah sebagai pereda

3. Jumlah kumulatif geliat tiap 5 menit selama 60


menit

dihitung

untuk

metode

geliat

nyeri.

dan

Proses penyarian yang dilakukan dalam

dibandingkan dengan kelompok kontrol dan

penelitian ini adalah metode dekokta dengan pelarut

dianalisis menggunakan program statistik.

akuades.

Dekokta

ekstraksi

cara

Tabel I. Kelompok perlakuan

Kontrol positif
Dosis A (5 %)

Dosis B (10 %)

Dosis C (20 %)

digunakan

metode
untuk

bawang putih (Bergner, 1995). Diallyldisulfide adalah

Kelompok uji yang diberikan


akuades.
Kelompok uji yang diberikan
Parasetamol
dosis
65,25
mg/Kg BB.
Kelompok uji yang diberi
dekokta bawang putih dosis 5
% dan parasetamol dosis
65,25 mg/Kg BB.
Kelompok uji yang diberi
dekokta bawang putih dosis 10
% dan parasetamol dosis
65,25 mg/Kg BB.
Kelompok uji yang diberi
dekokta bawang putih dosis 20
% dan parasetamol dosis
65,25 mg/Kg BB.

salah satu senyawa organosulfur hasil dekomposisi


dari senyawa allicin pada bawang putih yang efektif
dalam

hal

menginhibisi

sitokrom

P-4502E1

(CYP2E1) (Wargovich, 2006)


Pengujian

pengaruh

pemberian

dekokta

bawang putih terhadap efek analgetik parasetamol


ini menggunakan metode geliat. Metode geliat
merupakan

metode

induksi

kimia

dengan

menggunakan asam asetat sebagai penginduksi


nyeri dan dapat digunakan untuk mengevaluasi
analgesik perifer (Zulfiker et al., 2010). Pemberian
asam

asetat

secara

intraperitoneal

dapat

menyebabkan peradangan lokal pada mencit karena

Data berupa jumlah geliat mencit yang


dihitung

yang

satu

menghasilkan senyawa organosulfur dari allicin pada

Analisis Data
diperoleh

panas

salah

Perlakuan

Kelompok
Kontrol negatif

adalah

persen

rumus:

proteksinya

dengan

biogenesis dari prostaglandin dan leukotrien mencit


(Podder et al., 2011).

Rasa nyeri yang muncul

diperlihatkan dengan adanya geliat yang muncul


yaitu gerakan bagian abdomen menyentuh dasar
tempat berpijak dan kedua pasang kaki ditarik ke
belakang. Waktu pengamatan dilakukan selama 60

Volume 1, Nomor 1 (2014)

Jurnal Pharmascience

38

menit dan dosis asam asetat yang digunakan pada

dari

konsentrasi

hingga

40

%.

Hasil

penelitian ini sebesar 0,5 %.

menunjukkan semakin besar konsentrasi maka

Hewan uji digunakan mencit jantan dengan

semakin besar penurunan jumlah geliat mencit.

umur 2-3 bulan, bobot 20-30 g. Mencit jantan dipilih

Namun pada dosis 40 % mengalami penurunan

karena

jika

jumlah geliat yang tidak jauh berbeda dengan dosis

dibandingkan dengan mencit betina yang mengalami

20 %. Kemudian pada dosis 40 % menimbulkan

siklus estrus. Keseragaman usia dan berat badan

kematian pada hewan uji setelah 24 jam. Oleh

bertujuan untuk memperkecil variabilitas biologis

karena itu dosis yang digunakan mulai konsentrasi 5

antar hewan uji yang digunakan, sehingga dapat

%, 10 %, dan 20 %. Pengamatan penurunan jumlah

memberikan respon yang relatif lebih seragam

geliat pada setiap perlakuan dilakukan setiap 5 menit

terhadap rangsang kimia yang digunakan dalam

selama 60 menit

secara

hormonal

lebih

stabil

penelitian ini. Pengelompokan hewan uji dilakukan

Grafik rata-rata frekuensi geliat mencit tiap

secara acak, maksudnya adalah setiap anggota dari

waktu pengamatan 5 menit

masing-masing

memperlihatkan variasi rata-rata kumulatif geliat

kelompok

perlakuan

memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.


Sebelum

20% menunjukan rata-rata kumulatif geliat yang

dipuasakan selama 16 jam untuk menghindari

paling rendah dan kontrol negatif menunjukkan rata-

adanya pengaruh makanan yang diberikan terhadap

rata kumulatif geliat yang paling tinggi. Peningkatan

pengujian. Saat akan melakukan pengujian pada

dosis dekokta bawang putih dapat menurunkan

kelompok uji, 24 jam sebelumnya mencit diberikan

kurva puncak geliat, dimana dosis 20% memiliki

dekokta bawang putih sesuai konsentrasi yang akan

kurva geliat yang paling rendah dibandingkan dosis

diujikan.

5% dan 10%. Dosis 10% memiliki kurva geliat yang

ini

setiap

mencit setiap 5 menit pada setiap perlakuan. Dosis

mencit

Hal

perlakuan,

selama 60 menit

dikarenakan

penghambatan

terhadap kerja CYP2E1 efektif terjadi pada waktu 24


jam

setelah

pemberian

bawang

lebih rendah daripada dosis 5%.

putih.

Jumlah

geliat

mencit

setiap

menit

Penghambatan isoenzim ini dapat menyebabkan

dikumulatifkan selama 60 menit. Hasil menunjukkan

kerja dari isoenzim CYP2E1 terganggu (Wargovich,

adanya

2006).

pemberian parasetamol dosis 65,25 mg/Kg BB dan


Parasetamol

digunakan

sebagai

dosis

65.25

kontrol

positif

mg/kgBB

pengurangan

dekokta

bawang

jumlah

putih

geliat

setelah

dengan

dosis

yang

jumlah

geliat

karena

meningkat.

Adanya

pengurangan

parasetamol memiliki efek analgetik serta untuk

sebanding

dengan

peningkatan

mengetahui pengaruh interaksi dekokta bawang

bawang putih yang diberikan menunjukkan adanya

putih terhadap daya analgetik parasetamol. Akuades

pengaruh positif interaksi sehingga menyebabkan

digunakan sebagai kontrol negatif karena selain

pengurangan nyeri yang dirasakan oleh mencit.

digunakan untuk pelarut dari parasetamol, juga


pelarut

pada

dekokta bawang

putih

sehingga

dosis

dekokta

Jumlah kumulatif geliat digunakan untuk


melihat

pengurangan

geliat

setiap

perlakuan

dilakukan penyeragaman perlakuan dari kontrol

sehingga dapat menghitung persen proteksi dari

negatif, kontrol positif, dan dekokta bawang putih.

setiap perlakuan. Persen proteksi suatu analgetik

Dosis dekokta bawang putih yang digunakan

berbanding

lurus

dengan efek

analgetik

yang

dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi 5 %,

ditimbulkan. Semakin besar persen proteksi berarti

10 %, dan 20%. Hal ini didasarkan dari hasil

kemampuan perlakuan dalam menghambat nyeri

orientasi dosis dekokta bawang putih yang dimulai

semakin besar.

Volume 1, Nomor 1 (2014)

Jurnal Pharmascience

39

Gambar 1. Grafik rata-rata frekuensi geliat mencit tiap waktu pengamatan 5 menit selama 60 menit
Tabel II. Hasil perhitungan persen proteksi analgetik selama 60 menit

Kelompok

Replikasi

Rata-rataSD

II

III

IV

Kontrol Positif

55.823%

45,783 %

51.807%

54.819%

45.783%

50.803%4.8151%

Dosis A (5%)

54.819%

56.827%

53.815%

50.803%

54.819%

54,217 % 2,1997 %

Dosis B (10%)

63.855%

55.823%

64.859%

54.819%

59.839%

59.839 % 4,5459 %

Dosis C (20%)

70.884%

63.855%

62.851%

59.839%

64.859%

64,458 % 4,0535 %

Berdasarkan tabel II dapat dilihat bahwa

persen proteksi yang dihasilkan. Semua dosis dapat

pengaruh interaksi efek analgetik yang paling besar

menurunkan jumlah geliat nyeri lebih dari 50%

sampai kecil berdasarkan persen proteksinya secara

terhadap kontrol negatif, dengan kata lain semua

berturut-turut adalah dekokta dosis 20 %, 10 %, 5 %,

dosis tersebut memiliki aktivitas sebagai analgetik.

dan kontrol positif dan juga mempunyai aktivitas

Selanjutnya data persen proteksi dari tiap

sebagai analgetik karena persen daya anlgetiknya

perlakuan yang diperoleh dianalisis menggunakan

lebih

software

dari

50%.

Peningkatan

persen

proteksi

SPSS.

Persen

daya

analgetik

yang

berbanding lurus terhadap kenaikan peringkat dosis

diperoleh dilakukan uji normalitas (Shapiro-Wilk) dan

pada dekokta bawang putih yang berarti semakin

homogenitas

tinggi dosis dekokta yang diberikan maka semakin

memiliki distribusi normal dan homogen dilakukan

besar pengaruhnya terhadap

pengujian menggunakan analisis varian (ANOVA)

peningkatan efek

analgetik parasetamol yang dilihat dari peningkatan

Volume 1, Nomor 1 (2014)

(Levene

Statistic).

Setelah

data

dan didapat hasil bahwa ada perbedaan rata-rata

Jurnal Pharmascience

40

Tabel III. Hasil analisis statistik terhadap data persen proteksi


Kelompok
Kontrol positif
Dosis 5 %
Dosis 10 %
Dosis 20 %
Kontrol positif
0,554
0,013*
0,000*
Kelompok

Dosis A (5 %)

0,554

0,165

0,005*

Dosis B (10 %)

0,013*

0,165

0,305

Dosis C (20 %)

0,000*

0,005*

0,305

persen proteksi yang signifikan akibat perbedaan

bawang putih terhadap peningkatan efek analgetik

kelompok perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis

parasetamol yang bermakna antara kelompok uji

Post Hoc (uji Turkey) dengan taraf kepercayaan 95

terhadap kontrol positif berdasarkan persen proteksi

% untuk mengetahui perbedaan kelompok yang

rata-rata adalah dekokta

bermakna. Jika probabilitas kurang dari 0,05 maka

konsentrasi 10 % dan 20 %.

bawang putih dengan

H1 diterima yang berarti ada perbedaan yang

Suatu senyawa organosulfur dalam bawang

bermakna antara kedua kelompok perlakuan dan jika

putih (Allium sativum) dapat menghambat kerja

probabilitas lebih besar 0,05 maka H0 diterima yang

enzim sitokrom P-450 yaitu enzim CYP2E1 yang

berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara

berfungsi

kedua kelompok perlakuan.

menjadi

metabolit

quinone

imine

Berdasarkan hasil analisis data dengan

dalam

memetabolisme
toksiknya

(NAPQI).

parasetamol

N-acetyl-p-benzo-

Dialil

sulfida

adalah

menggunakan analisis Post Hoc (uji Turkey) pada

senyawa organosulfur yang dapat menghambat

dosis A (5 %) menunjukkan pengaruh interaksi

kerja enzim ini yang didapat dari konversi oleh enzim

dengan efek analgetik parasetamol yang sama

alinase yang merubah alliin menjadi allicin (Amagase

dengan kontrol positif. Hal dikarenakan persen

et al., 2001). Dengan cara pemanasan yang pada

proteksi antara dosis 5% serta kontrol tidak berbeda

penelitian ini menggunakan dekokta menyebabkan

jauh sehingga menghasilkan perbedaan yang tidak

senyawa allicin ini akan berubah menjadi senyawa

bermakna bila dilihat secara statistik. Kelompok

organosulfur salah satunya dialil sulfida yang dapat

perlakuan dosis 10 % dan 20 % menunjukkan

bekerja

perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif.

membentuk

menghambat
NAPQI

enzim
dari

CYP2E1

parasetamol

dalam
serta

Hal ini dikarenakan selisih persen proteksi

mempengaruhi efek analgetik parasetamol secara

yang perbedaannya relatif besar. Sedangkan dosis

positif disebabkan inhibisi enzim tersebut. Pengaruh

10 % menunjukkan tidak ada perbedaan yang

positif ini dilihat dari semakin besar pemberian

bermakna dengan dosis 5 % dan 20 % yang

konsentrasi dekokta bawang putih menyebabkan

disebabkan

semakin

oleh

selisih

persen

proteksi

yang

kuat

inhibisi

yang

dilakukan

yang

perbedaannya relatif kecil. Terdapat perbedaan yang

menyebabkan efek analgetik parasetamol semakin

bermakna menyatakan bahwa adanya pengaruh

meningkat dilihat dari peningkatan persen proteksi.

antara pemberian dekokta bawang putih sebagai

Hal ini menjelaskan bahwa dekokta bawang putih

variabel

dapat

terhadap

parasetamol

yang

peningkatan
dilihat

antara

efek

analgetik

kelompok

uji

terhadap kontrol positif. Pengaruh interaksi dekokta

Volume 1, Nomor 1 (2014)

memblok

kerja

enzim

CYP2E1

yang

memetabolisme obat parasetamol, akibatnya terjadi


peningkatan kadar obat parasetamol dalam serum

Jurnal Pharmascience

41

KESIMPULAN

Wales, Sydney, Australia.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengaruh

Mishra, D., Goutam, G., P. Sudhir. K, Prasanna, K.P.

pemberian dekokta bawang putih (Allium sativum)

2011. An Experimental Study Of Analgesic

terhadap efek analgetik parasetamol pada mencit

Activity Of Selective COX-2 Inhibitor with

jantan (Mus musculus) adalah dekokta bawang putih

Conventional

memiliki pengaruh interaksi yang positif terhadap

Pharmaceutical and Clinical Research, India 4:

aktivitas

78-81

efek

analgetik

parasetamol.

Hal

ini

ditunjukkan dengan kemampuan dekokta bawang


putih

dalam

meningkatkan

Journal

of

Podder, M. S., B. N. Das, A. Saha & M. Ahmed.


2011. Analgesic Activity of Bark of Murraya

parasetamol dengan metode geliat dan pada hasil

paniculata. International Journal of Medicine

analisis

and Medical Sciences. 3(4): 105-108.

adanya

nyeri

Asian

dari

menunjukkan

proteksi

NSAIDs.

perbedaan

yang

bermakna (p<0,05) pada konsentrasi 10% dan 20%.

Sumioka, I. Matsura. T & Yamada. K. 2004.


Acetaminophen-Induced Hepatotoxicity: Still

DAFTAR PUSTAKA

an Important Issue. Acta Medica. 47: 17-28.

Amagase H, Petesch BL, Matsuura H, Kasuga S and


Itakura Y. Intake of Garlic and its Bioactive
Components. Journal of Nutrition, 2001

Tattelman E. 2005. Health Effects of Garlic. Am Fam


Physician. 72(1):103- 6.
Wargovich, Michael J. 2006. Signicance of Garlic
and

March, 131(3s):955S-62S
Astuti, K. W. 2011. Kombinasi Asetosal dan Ekstrak

Its

Constituents

Cardiovascular

Disease.

in

Cancer

and

Department

of

Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Dapat

Pathology and Microbiology, University of

Memperpanjang Waktu Perdarahan dan

South Carolina School of Medicine and South

Koagulasi Pada Mencit. Tesis. Program

Carolina Cancer Center, Columbia, SC. 136:

Pascasarjana

832S834S.

Universitas

Udayana.

Denpasar.

Zulfiker, A. H. M., M. M. Rahman, M. K. Hosain, K.

Ballenger L. 1999. Mus musculus (house mouse).

Hamid & M. E. H. Mazumder. 2010. In Vivo

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accou

Analgesic Activity of Ethanolic Extracts of

nts/ Mus_musculus/. (diakses tanggal 5

Two Medicinal Plant Scoparia dulcis L. and

Desember 2013)

Ficus racemes Linn. Biology and Medicine.

Bergner, 1995. The many forms of garlic. Prima

2(2): 42-48.

Press.
BPOM RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal. Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. 5: 34.
Graham,

G.

G,

M.

J.

Davies,

R.

O.

Day,

Mohamudally. A, K. F. Scott. 2013. The


modern

pharmacology

of

parasetamol:

therapeutic actions, mechanism of action,


metabolism,

toxicity

and

recent

pharmacological findings. Department of


Clinical Pharmacology and Toxicology, St
Vincent's Hospital, University of New South

Volume 1, Nomor 1 (2014)

Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai