Anda di halaman 1dari 7

J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika

Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

Artikel Penelitian
Perbandingan Efektivitas Antipiretik dan Analgesik Dua Merek Dagang
Parasetamol dan Produk Generik Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus)
(Comparison of Antipyretic and Analgesic Effectiveness of Two Trademarks
of Paracetamol and Generic Products Against Male Mice (Mus Musculus))

Cinthya Ratna Yuniar, Nasruhan Arifianto, Dian Nita Triana


Program Studi DIII Farmasi, Akafarma Sunan Giri, Ponorogo, Indonesia
Korespondensi: cinthya.ratna@gmail.com

Abstrak. Antipiretik dan analgesik adalah obat yang dapat menekan atau mengurangi
peningkatan temperatur tubuh dan menekan rasa nyeri dengan menghambat COX. Di pasaran,
produk bermerek sering dianggap mempunyai mutu yang lebih tinggi dari produk generik, dan
sering ditemukan pasien yang fanatik terhadap salah satu merek dagang tersebut. Padahal produk
yang berada di pasaran telah melalui uji terhadap mutu produk tersebut. Maka dilakukan
penelitian untuk membandingkan efektivitas antipiretik dan analgesik dari parasetamol bermerek
dengan harga lebih mahal dengan parasetamol bermerek dengan harga generik (murah) serta
parasetamol generik pada mencit yang diinduksi demam dan diinduksi nyeri. Hewan coba dalam
penelitian ini menggunakan mencit (Mus musculus) jantan. Tahapan penelitian antipiretik
pemberian perlakuan pada hewan coba sebelum diberi perlakuan mencit diukur suhu rektalnya
(suhu awal), kemudian disuntik dengan pepton 5% secara subkutan. Satu jam kemudian suhu
rektal kembali diukur, setelah itu mencit diberi perlakuan dengan bahan uji dan kontrol negatif.
Untuk uji efektivitas analgesik digunakan metode stimulasi kimia yang dilakukan pada mencit
jantan (mus musculus) dengan diberi senyawa penginduksi nyeri asam asetat 0,6% (writhing
test). Hasil uji antipiretik yang diperoleh berupa persentase daya antipiretik parasetamol
bermerek dengan harga mahal, parasetamol bermerek dengan harga generik (murah) dan
parasetamol produk generik berturut-turut sebesar 0,86%, 1,07% dan 0,41% pada waktu
pengamatan menit ke-60. Efek antipiretik parasetamol paling efektif digunakan untuk
menurunkan suhu rektal mencit demam yaitu parasetamol merek B dan efektivitas terkecil
terdapat pada parasetamol generik. Uji efektivitas analgesik pada penelitian ini menunjukkan ada
perbedaan efektivitas analgesik yang bermakna dari tiap kelompok uji. Efektivitas analgesik
terbesar terjadi pada produk parasetamol merk A dengan % hambatan nyeri dalam total waktu
20 menit sebesar 47,37% dan efektivitas analgesik terkecil terjadi pada parasetamol produk
generik dengan % hambatan nyeri dalam total waktu 20 menit sebesar 38,05%.

Kata kunci: Efektivitas, Parasetamol, Antipiretik, Mencit, Analgesik

Abstract. Antipyretics and analgesics are drugs that can suppress or reduce the increase in body
temperature and suppress pain by inhibiting COX. In the market, branded products are often
considered to have a higher quality than generic products, and patients are often found who are
fanatical about one of these trademarks. Even though the products on the market have been
tested for the quality of these products. Therefore, a study was conducted to compare the

P-ISSN 2654-8364
59 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

antipyretic and analgesic effectiveness of branded paracetamol at a higher price with branded
paracetamol at a generic price (cheap) and generic paracetamol in mice induced by fever and
induced pain. Experimental animals in this study used male mice (Mus musculus). The stages of
antipyretic research are giving treatment to experimental animals before being treated, mice are
measured rectal temperature (initial temperature), then injected with 5% peptone
subcutaneously. One hour later the rectal temperature was measured again, after which the mice
were treated with the test material and negative control. To test the effectiveness of analgesics,
a chemical stimulation method was used which was carried out on male mice (mus musculus)
given the pain-inducing compound acetic acid 0.6% (writhing test). The antipyretic test results
obtained in the form of the percentage of the antipyretic power of branded paracetamol at an
expensive price, branded paracetamol at a generic price (cheap) and paracetamol generic
products at 0.86%, 1.07% and 0.41%, respectively, at the minute to minute observation. -60. The
most effective antipyretic effect of paracetamol used to reduce the rectal temperature of febrile
mice was brand B paracetamol and the lowest effectiveness was found in generic paracetamol.
The analgesic effectiveness test in this study showed that there was a significant difference in
analgesic effectiveness from each test group. The greatest analgesic effectiveness occurred in
brand A paracetamol products with % pain inhibition in a total of 20 minutes by 47.37% and the
smallest analgesic effectiveness occurred in generic paracetamol products with % pain
inhibition in a total time of 20 minutes by 38.05%.

Keywords: Effectiveness, Paracetamol, Antipyretic, Mice, Analgesic

PENDAHULUAN
Antipiretik adalah obat yang dapat menekan atau mengurangi peningkatan temperatur
tubuh yang tidak normal, sedangkan Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita
(Ganong, 2005). Nyeri juga termasuk perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan (Tjay, 2007:312). Kedua aktifitas tersebut
merupakan proses penghambatan pada COX sehingga dapat menurukan suhu dan rasa nyeri yang
berhubungan dengan inflamasi pada tubuh. Obat yang sering digunakan untuk menurunkan
temperatur tubuh dan menekan nyeri adalah parasetamol (Neal, 2002). Produk parasetamol yang
beredar di masyarakat adalah parasetamol bermerek dengan harga mahal, parasetamol bermerek
dengan harga generik (murah), serta parasetamol produk generik.
Selain produk generik tersedia beberapa merk dagang Parasetamol, yang dimana tidak
jarang ditemukan pasien yang fanatik terhadap salah satu merk dagang tersebut, padahal jika
dilihat dari bahan aktif dan kadar yang tertera pada kemasan sama dengan merk dagang lain. Pada
penelitian tentang mutu obat memerlukan studi bioavailabilitas dan bioekivalensi. Bioavailabilitas
adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai/tersedia dalam
sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian produk obat tersebut, diukur dari
kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin. Studi bioekivalensi

P-ISSN 2654-8364
60 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek
terapetik yang sebanding pada penderita (BPOM, 2015).
Dalam penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas antipiretik dan analgesik
beberapa merk Parasetamol produk generik dengan produk bermerek yang lebih mahal
menggunakan mencit (Mus musculus) jantan dewasa. Penggunaan hewan mencit karena
merupakan hewan yang memiliki alat pencernaan dan kebutuhan nutrisi yang hampir sama
dengan manusia, pemeliharaan cukup mudah dan dapat mewakili mamalia termasuk manusia
(Malole, 1989). Pengujian efektivitas akan dilakukan dengan cara induksi pepton secara subcutan
untuk meningkatkan suhu tubuh hewan coba sebagai uji antipiretik dan induksi asam asetat
intraperitonial untuk menginduksi nyeri atau uji analgesik (Barnes, 1964).

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Jarum suntik (Thermo 1 ml), neraca analitik neraca analitik (Ohaus PA224), thermometer
digital (ThermoONE Alpha 1), stopwatch, pipet volume 10 ml (Iwaki), pepton, Asam asetat 0,6 %
sebagai induktor nyeri, Aquadest, CMC-Na 0,5% b/v, alat-alat gelas laboratorium, mencit jantan
berat badan 20-30 gram.

Prosedur Uji Antipiretik


Sebelum digunakan, hewan uji terlebih dahulu diadaptasikan selama satu minggu di
kandang. Mencit yang sehat memiliki ciri-ciri bulu bersih dan tidak berdiri, mata jernih bersinar,
dan berat badan bertambah atau tidak berkurang setiap harinya. Mencit yang dinyatakan sehat
dikelompokkan secara acak dengan jumlah 6 ekor tiap kelompok (Riza, 2012).
Pemberian senyawa pada hewan coba (mencit) memiliki dosis maksimum yaitu
4000mg/Kg BB dan batas maksimum volume cairan yang boleh diberikan pada hewan uji sebesar
0,5 ml (Thomson,1990). Pada tahap awal, memilih mencit yang akan digunakan, kemudian
menimbangnya. Kemudian mengukur suhu awal sebelum di induksi dengan pepton 5% 0,01
ml/gram BB secara subkutan. Setelah diinduksi pepton selama5 menit, mengukur suhu rektal
mencit kembali, untuk mengetahui peningkatan suhu akibat penyuntikkan pepton. Satu jam
kemudian setelah pemberian pepton, senyawa paracetamol diberikan pada masing masing
kelompok mencit berdasarkan pada Tabel 1.
Pada setiap penyuntikan mencit dilakukan penggantian jarum suntik. Lima belas menit
sejak perlakuan, suhu rektal mencit diukur kembali, sampai menit ke-90 dengan interval 15 menit
untuk mengetahui penurunan suhu.

Prosedur Uji Analgesik


Membagi mencit menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Memilih
mencit jantan dengan berat penimbangannya 20-30 gram. Kelompok 1 akan diberikan asam asetat

P-ISSN 2654-8364
61 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

0,6% sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diberi paracetamol generik sebagai kontrol positif,
kelompok 3 diberi paracetamol merk A dan kelompok 4 diinjeksi paracetamol merk B secara
intraperitonial. Dosis paracetamol yang diberikan sebesar 100 mg/Kg BB. Setelah 20 menit
pemberian paracetamol, mencit di semua kelompok diinduksi asam asetat 0,6% secara sebagai
induksi nyeri. Setelah 5 menit pemberian asam asetat 0,6%, jumlah geliat mencit dicatat dan
dihitung setiap 5 menit dan dilakukan pengamatan selama 20 menit. Jumlah geliat mencit dicatat
dalam tabel frekuensi geliat dan dianalisa mengunakan one way Anova untuk melihat adanya
perbedaan yang bermakna disetiap kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data rata-rata suhu rektal mencit pada pemberian perlakuan uji efektivitas antipiretik pada
kontrol negatif, sediaan parasetamol merek A, parasetamol merek B, dan parasetamol generic
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel 2 suhu rektal mencit, tampak bahwa suhu rektal
mencit pada kelompok senyawa uji parasetamol lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu rektal
mencit kelompok kontrol negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa uji dapat menurunkan
demam atau memiliki aktivitas antipiretik. Suhu rektal mencit pada kelompok senyawa uji tampak
bahwa suhu rektal mencit tiap kelompok berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa uji
memiliki efektivitas yang berbeda.

Tabel 1 Kelompok Senyawa Uji


Kelompok Senyawa
1 Suspensi Na-CMC 1%
2 Parasetamol merek A
3 Parasetamol merek B
4 Parasetamol generik

Tabel 2. Suhu Rata-Rata Rektal Mencit


Sampel Suhu Suhu Menit Menit Menit Menit Menit Menit
awal Demam ke-15 ke-30 ke-45 ke-60 ke-75 ke-90
Kontrol (Na-CMC 1%) 36.4 37.13 37.28 37.32 37.47 37.4 37.28 37.25
Parasetamol merek A 36.35 37.23 37.32 37.22 37.2 37.08 37.07 37.03
Parasetamol merek B 36.58 37.23 37.08 37.12 37.08 37.00 37.07 36.87
Parasetamol generik 36.42 37.28 37.28 37.27 37.32 37.08 37.32 37.25

P-ISSN 2654-8364
62 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

Tabel 3. Persentase Hambatan Nyeri Senyawa Uji


Waktu Rata-Rata Frekuensi Geliat % Hambatan Nyeri
(menit) Parasetamol Parasetamol Parasetamol Parasetamol Parasetamol Parasetamol
A B Generik A B Generik
5 13,5 13,8 16,0 49,62 48,50 40,29
10 24,5 27,3 31,0 54,03 48,78 41,83
15 37,1 39,3 43,8 50,06 47,10 41,05
20 49,1 50,5 57,8 47,37 45,87 38,05

Berdasarkan rata-rata dari keseluruhan data tabel 2 bahwa dari kelompok yang paling
efektif dalam penurunan demam terdapat pada kelompok yang diberikan parasetamol merek B
sehingga dapat disimpulkan bahwa parasetamol merek B memiliki efek antipiretik lebih besar
dibanding parasetamol merek A dan parasetamol generik. Parasetamol merek A dan Parasetamol
merek B memiliki efektivitas daya antipiretik pada waktu pengamatan menit ke-60 sedangkan
untuk parasetamol generik memiliki efektivitas daya antipiretik terbesar pada waktu pengamatan
menit ke-90. Perbedaan efektifitas penurunan suhu secara teori dapat di sebabkan oleh faktor
farmasetika contohnya bahan pendukung lain dalam sediaan maupun formulasinya. Perbedaan
waktu timbulnya efektifitas obat dapat pula dipengaruhi faktor farmakokinetik obat yang berbeda
dari segi daya Absorbsinya.
Dari tabel 3 frekuensi geliat, tampak bahwa frekuensi geliat pada kelompok senyawa uji
paracetamol lebih kecil bila dibandingkan dengan frekuensi geliat kelompok kontrol, sehingga
dapat dikatakan bahwa senyawa uji dapat menurunkan frekuensi geliat atau memiliki aktivitas
analgesik. Frekuensi geliat pada kelompok senyawa uji tampak bahwa jumlah frekuensi geliat tiap
kelompok berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa uji memiliki efektivitas yang
berbeda.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari penurunan suhu maupun
frekuensi geliat antar kelompok uji, maka dilakukan analisis statistik ANOVA (oneway anova).
Dilakukan analisis perhitungan statistik antar senyawa uji Parasetamol merk A, Parasetamol merk
B, Parasetamol generik dan senyawa kontrol pepton untuk uji antipiretik dan senyawa kontrol
asam asetat 0,6% untuk uji analgesik. Dari hasil perhitungan uji ANOVA aktivitas analgesic
diketahui bahwa harga F hitung = 41,596 dan harga P = 0,000. Harga F tabel untuk (3,92) pada α
= 0,05 adalah 2,70. Hal ini menunjukkan F hitung > F tabel dan harga P < 0,05 pada α = 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil uji efektivitas pada penelitian ini menunjukkan ada
perbedaan efektivitas analgesik yang bermakna dari kelompok uji Parasetamol merk A,
Parasetamol merk B, Parasetamol generik dan kelompok kontrol asam asetat 0,6%.

P-ISSN 2654-8364
63 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

KESIMPULAN
Parasetamol merek A, parasetamol merek B dan parasetamol produk generik memiliki
perbandingan kekuatan efektivitas antipiretik yang berbeda sehingga berdasarkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini, pada parasetamol merek A memiliki persen daya antipiretik
sebesar 0,86% pada waktu pengamatan menit ke-60 dan 0,64% pada waktu pengamatan menit ke-
90. Pada parasetamol merek B memiliki persen daya antipiretik sebesar 1,07% pada waktu
pengamatan menit ke-60 dan 1,02% pada menit ke-90. Pada parasetamol generik memiliki persen
daya antipiretik sebesar 0,41% pada waktu pengamatan menit ke- 60 dan 0,64% pada waktu
pengamatan menit ke-90. Efektivitas antipiretik terbesar terjadi pada produk parasetamol merek B
dan efektivitas antipiretik terkecil terjadi pada parasetamol produk generik.
Efektivitas parasetamol merk A, parasetamol merk B dan parasetamol produk Generik
memiliki perbandingan kekuatan efektivitas analgesik yang berbeda. Berdasarkan metode analisis
One way Anova yang dilakukan dalam penelitian ini, efektivitas analgesik terbesar terjadi pada
produk parasetamol merk A dan efektivitas analgesik terkecil terjadi pada parasetamol produk
Generik. Aktivitas antipiretik dan analgesik obat Paracetamol generik memberikan hasil paling
rendah dibanding dengan Paracetamol bermerk, dari segi kemampuan menekan induksinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Almaitser, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2. Anief, M. 1997. Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
3. Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi 5. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
4. Barnes, J.M., Paget, G.E. 1964. Evaluation of Drug Activities. Laurance, D.R., Bacharach,
A.L., eds. New York: Academic Press.
5. Bickley, L.S., and Szilagyi, P.G. 2006. Physical Examination and History Taking, 9th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
6. Cheftel J.C. 1979. Amino Acids, Peptides, and Proteins. New York: Marcel Deker, Inc.
7. Dalal S. and Zhukovsky D.S. 2006. Pathophysiology and Management of Fever. J. Support
Oncol 2006. 4: 009-016.
8. Fennema, O.R. 1986. Principle of Food Science. New York: Marcel Dekker Inc.
9. Freddy I. dan Wilmana. 2007. Analgesic, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai.
Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
10. Ganong, W.F. 2005. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
22. Alih bahasa: M. Djauhari W. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 236-237.

P-ISSN 2654-8364
64 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022

11. Gelfand, J.A. 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald
E, Hauser SL, Jameson J (eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. Vol II.
New York: The McGraw-Hill Companies.
12. Guyton, A.C. 2007. Suhu Tubuh, Penhgaturan Suhu Tubuh, dan Demam. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Alih Bahasa: Petrus Adrianto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
13. Katzung B.G. dan Payan D.G. 1998. Obat Antiinflamasi Non-Steroid, Analgetik Non-Opioid,
Obat yang Digunakan pada Gout. Dalam: Awar Agoes, dkk (eds). Farmakologi Dasar dan
Klinik BertramG. Katzung. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
14. Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Republik Indonesia.
15. Kurbanoglu, Basaran E., Omer Faruk Algur. 2001. Use of Ram Horn Hydrolysate as Pepton
for Bacterial Growth. J Biol. Vol 26. Hal. 115-123.
16. Malole M.B.B. dan Pramono, S.C.U. 1989. Penanganan Hewan Percobaan di Laboratorium
Universitas Bioteknologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
17. Martijo. 1992. Kesehatan dan Kemampuan Adaptasi Hewan. Yogyakarta: Universitas Gajdah
Mada.
18. Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poissons.
Edisi 3. London: Pharmaceutical Press.

P-ISSN 2654-8364
65 | Universitas Anwar Medika
E-ISSN: 2684-7361

Anda mungkin juga menyukai