PREPARASI LARUTAN
C1 x V1 = C2 x V2...……………………………………..………(2-1) Di mana :
Dari persamaan (2-l) di atas, konsentrasi larutan asal harus diketahui. Jika volumedan
konsentrasi larutan yang akan dibuat juga diketahui, maka dapat ditentukanberapa volume
larutan asal yang diperlukan untuk pengenceran. Satuankonsentrasi dapat berupa persen,
molaritas, normalitas, dll.Contoh :
Berapa ml larutan NaCl 10% yang diperlukan untuk membuat larutan NaCl 2% sebanyak 500 ml
Jawab :
l0 x V1= 2 x 500
V1 = 100
100 mI NaCl l0% dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas.
umumnya pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan pelarut (air) ke dalam zat yang
akan diencerkan, tetapi untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis pada pengencerannya
seperti asam sulfat pekat, pengenceran dilakukan dengan cara menuangkan asam sulfat pekat
sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (air). Jika air dituangkan langsung ke dalam labu ukur yang
berisi asam sulfat pekat dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
Tabel 2.1 Konsentrasi Asam dan Basa Pekat yang tersedia di pasaran
Asam florida HF 26
2.2 PERSEN
Terdapat 3 jenis satuan persen yaitu persen volume/volume (v/v), persen berat/berat (w/w) dan
persen berat/volume (w/v).
…….…………....................................(2-2)
……………………………………….(2-3)
…………………………………….……(2-4)
Satuan pada persamaan (2-2) dapat sembarang satuan berat atau volume, selama satuan
pembilang dan penyebutnya sama, sedangkan satuan pada persamaan (2-4) harus mempunyai
perbandingan seperti gr/ml, kg/lt atau mgr/ult.
Persen v/v biasa digunakan jika zat yang akan dilarutkan berbentuk cairan, karena cairan
lebih mudah diukur volumenya daripada ditimbang beratnya.
Dimana :
contoh :
Jawab :
V1= x 500
=75 ml
75ml etanol dimasukan kedalam labu ukur 500ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Di mana :
Contoh :
Jawab :
W1 = 500
= 60 gr
Jika diinginkan volume larutan yang dibuat dan bukan berat larutan, maka volume larutan yang
akan dibuat dapat dihitung dari kerapatannya (P).
Dimana :
W = Berat zat
V = Volume zat
P = Kerapatan zat
Contoh :
Bagaimana cara membuat 500 ml larutan NaCl 12% (w/w), jika kerapan NaCl 12% adalah 1,05
g/ml?
Jawab :
=525 gr
= 63 gr
63 gr Kristal NaCl dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan aquadest secukupnya,
kocok sampai semua Kristal larut kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Persen w/v biasa digunakan jika zat yang akan dilarutkan berbentuk padatan.
W= xv ..............................................................(2-8)
Dimana :
Dari persamaan (2-8) di atas menunjukan bahwa tidak diperlukan menimbang berat total larutan,
tetapi hanya menimbang zat yang akan diperlukan dan menambah aquadest sampai volume yang
dikehendaki.
Contoh :
Jawab :
W= x 500
= 25 gr
25 gr Kristal NaCl, dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan aquadest sampai tanda
batas.
Tabel 2.2 kerapatan dan komposisi persen (w/w) asam dan basa pekat
Dari persamaan reaksi di atas, berat ekivalen KCN dalam pembentukan senyawa
kompleks K Ag(CN)2 adalah 2 mol. Untuk NH3, dalam reaksi dibawah ini 1 grek = 2mol.
Cu2+ + 4NH3 cu(NH3)42+
2.4.1c Berat Ekivalen Dalam Reaksi Redoks
Dalam reaksi redoks, berat ekivalen suatu zat dapat ditentukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Menghitung Jumlah Elektron yang Diterima/Dilepas
Dengan cara ini, yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah banyaknya mol
zat tersebut yang dapat melepaskan atau menerima sebuah electron.
Contoh : Dalam reaksi di bawah ini
2S2O3 S406- + 2e
2. Melihat Jumlah Atom Oksigen yang Dilepas/Diterima
Dalam hal ini, berat ekivalen suatu zat adalahbanyaknya mol zat tersebut yang dapat
melepaskan atau menerima1/2 mol atom oksigen.
Contoh : Berat ekivalen KMnO4 dalam reaksi di bawah ini adalah 1/3 mol.
2KMnO4 K2O+2MnO2 +30
Mn2+
3. Melihat Perubahan Bilangan Oksidasi
Dengan cara ini, yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah banyaknya mol zat
tersebut yang dapat mengalami perubahan 1 satuan bilangan oksidasi.
Contohnya adalah dalam reaksi berikut
2FeSO4 . 7H2O + O2H+ Fe2(SO4)3 + l5H2O
Dalam2FeSO4. 7H2O, BO Fe adalah 2, sedang BO Fe dalam Fe2SO4, adalah 3 hingga terjadi
perubahan BO sebesar 1 satuan. Jadi berat ekivalen FeSO4 . 7H2O adalah 1 mol.
= 6,8 gr
6,8 gr garam KH2PO4 dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambah aquades
sampai tanda batas.
Untuk membuat larutan dari suatu larutan yang lebih pekat, dapat dihitung dengan
persamaan pengenceran, pers. (2-1) untuk mengubah molaritas menjadi normalitas, dapat
digunakan persamaan berikut :
N=MxB ………………………………………………………..(2-11)
di mana :
N = Normalitas larutan
M = Molaritas larutan
B = Berat ekivalen permol
1 grek = x mol
N= xM
Contoh :
Bagaimana cara membuat 500 ml larutan H2SO4 0,2 N dari H2SO4 pekat (18 M)
Jawab :
Normalitas H2SO4 = 18 x 1/2 = 9
Sesuai persamaan (2-1) :
9 x V1 = 0,2 x 500
V1 = 11,… ml
11,… ml H₂SO₄ pekat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambah aquades
sampai tanda batas.
...............................................................................(2-12)
Di mana :
.............................................................................(2-13)
Di mana :
Dalam pembuatan suatu larutan, jarang sekali dilakukan dengan cara melarutkan zat
murninya secara langsung, tetapi biasanya dilakukan dengan cara melarutkan garamnya,
misalnya dalam pembuatan larutan standar natrium, jarang sekali dibuat dengan cara melarutkan
logam natrium murni, tetapi lebih sering dilakukan dengan cara melarutkan garam NaCl,
demikian juga dalam pembuatan larutan dilakukan dengan cara melarutkan garamnya seperti
KNO₃.
Untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan dari berat garam yang ditimbang digunakan
istilah faktor gravimetri (fg).
............................(2-14)
.....................................................................(2-15)
.....................................................................(2-16)
Ppm dan ppb adalah satuan yang sangat kecil, sehingga hampir tidak mungkin
menimbang zat yang akan dilarutkan, oleh karena itu biasanya larutan dibuat agak pekat, baru
kemudian diencerkan. Beberapa larutan standar logam untuk analisis dengan spektrofotometer
serapan atom (AAS) telah tersedia di pasaran dengan konsentrasi yang agak pekat sehingga
hanya perlu mengencerkan atau bahkan mungkin mengubah dari ppm ke ppb.
Contoh :
Buatlah larutan tembaga 25 ppm dari logam tembaga murni sebanyak 500 ml !
Jawab :
= 0,0000125 gr
0,0125 gr logam Cu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan asam nitrat secukupnya
untuk melarutkan Cu, kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas.
Contoh
Bagaimanakah cara membuat 500 ml larutan natrium 100 ppm dari kristal NaCl ?
= 0,0000001271 kg
Berat yang harus ditimbang 0,0001271 gr merupakan bilangan yang sangat kecil sehingga sulit
untuk ditimbang dengan tepat, untuk itu dapat dibuat larutan yang lebih pekat terlebih dahulu
(misal 100 ppm), kemudian diencerkan, 100 ppm lebih pekat 1000 kali daripada 100 ppb,
sehingga NaCl yang harus ditimbang adalah 0,1271 gr. Untuk mendapatkan konsentrasi Na 100
ppb, larutan tersebut diencerkan ( dengan persamaan (2-1))
V₁ = 0,5 ml
0,5 ml larutan Na 100 ppm diencerkan dengan aquades sampai volumenya 500 ml.
Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertanankan dari perubahan pH meskipun
kepadanya ditambahkan asam, kuat atau basa kuat. Larutan buffer hampir selalu tersusun dari
asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Meskipun sekarang telah tesedia
larutan buffer standar, tetapi biasanya larutan ini hanya digunakan kalibrasi pH meter dab tidak
untuk mengatur atau mempertahankan sistem reaksi pada pH tertentu.
Kombinasi Kisaran pH
Amonium klorida
Untuk membuat larutan buffer pH dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam
dari asam lemah atau basa lemah (konsentrasinya sembarang), kemudian ditambah asam kuat
(basa kuat, jika garamnya dari basa lemah), pH larutan yang terjadi diukur dengan pH meter.
Penambahan asam kuat atau basa kuat dilakukan terus sampai pH yang dikehendaki tercapai.
Kombinasi antara asam kuat (basa kuat) dengan garamnya akan menghasilkan keadaan
kesetimbangan yang diperlukan untuk terjadinya aksi buffer, misalnya untuk membuat larutan
buffer pH 9, maka pertama dibuat larutan ammonium klorida,kemudian ditambahkan kepadanya
larutan NaOH sambil diaduk, pH yang terjadi dimonitor dengan pH meter. Pembuatan larutan ini
selesai jika pH larutan sudah mencapai 9 (penambahan NaOH dihentikan pada saat pH larutan
mencapai 9). Larutan yang terjadi mengandung amonium hidroksida, NH4OH dan garam
amonium klorida, NH4Cl.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat. Larutan
standar biasanya dinyatakan dalam besaran Normal (N).
...........………………………………..(2-18)
dimana :
K = Kadar ( % w/w )
P = Kerapatan (gr/ml)
BM = Berat molekul
Contoh :
Berapakah volume HCl pekat yang harus diencerkan untuk membut 500 ml HCl 0,1 N, jika
kerapatan HCl pekat 1,2 gr/ml dan kadarnya 39%?
Jawab :
= 3,9 ml
3,9 ml HCl pekat dimaksukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas.
Syarat – syarat agar suatu zat dapat digunakan sebagai zat standar primer adalah :
a. Kemurniannya tinggi, atau mudah dimurnikan dengan cara dipanaskan pada temperature
110 – 120o C.
b. Mempunyai berat ekuivalen tinggi,sehingga kesalahan dalam penimbangandapat
diabaikan.
c. Tidak higroskopis, tidak mudah menyerap CO2 atau teroksidasi oleh udara, sehingga
dapat ditimbang dengan berat yang konstan.
d. Dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan distandarisasi (dititrasi).
e. Mudah dan cepat dalam pelarut yang sesuai.
Jika zat padat yang akan digunakan untuk membuat larutan standar, kemurniannya rendah
seperti NaOH, KMnO4, dan Na2S2O3 maka sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dulu
dengan larutan standar primer, misalnya untuk NaOH distandarisasi dengan HCl, standarisasi
dilakukan untuk menentukan faktor normalitas (f), yaitu perbandingan antara normalitas larutan
yang terjadi dengan normalitas yang dikehendaki.