Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 2

PREPARASI LARUTAN

Penyiapan/pembuatan larutan merupakan aktivitas yang sering sekali dilakukan dalam


bekerja di laboratorium, baik dalam analisis kimia secara konvensional (volumetri dan
gravimetri maupun dalam analisis secara instrumentasi (spektrometri, kromatografi, dsb). Dalam
analisis konvensional misalnya adalah pembuatan larutan standar yang digunakan untuk titrasi,
sedangkan dalam analisis instrumentasi misalnya adalah pembuatan serangkaian larutan standar
untuk memperoleh grafik standar.
2.1 PENGENCERAN
Pengenceran digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi yarg Lebih rendah
dari larutan dengan konsentrasi lebih tinggi/pekat. Perhitungan yang digunakan adalah:

C1 x V1 = C2 x V2...……………………………………..………(2-1) Di mana :

C1 = Konsentrasi larutan asal / pekat

V1 = Volume larutan asal yang akan diencerkan

C2 = Konsentrasi larutan standar yang akan dibuat

V2 = Volume larutan standar yang akan dibuat

Dari persamaan (2-l) di atas, konsentrasi larutan asal harus diketahui. Jika volumedan
konsentrasi larutan yang akan dibuat juga diketahui, maka dapat ditentukanberapa volume
larutan asal yang diperlukan untuk pengenceran. Satuankonsentrasi dapat berupa persen,
molaritas, normalitas, dll.Contoh :

Berapa ml larutan NaCl 10% yang diperlukan untuk membuat larutan NaCl 2% sebanyak 500 ml

Jawab :

l0 x V1= 2 x 500

V1 = 100
100 mI NaCl l0% dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas.

umumnya pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan pelarut (air) ke dalam zat yang
akan diencerkan, tetapi untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis pada pengencerannya
seperti asam sulfat pekat, pengenceran dilakukan dengan cara menuangkan asam sulfat pekat
sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (air). Jika air dituangkan langsung ke dalam labu ukur yang
berisi asam sulfat pekat dapat menyebabkan terjadinya ledakan.

Tabel 2.1 Konsentrasi Asam dan Basa Pekat yang tersedia di pasaran

Nama asam/basa Rumus kimia Konsentrasi (M)

Asam asetat CH3COOH l7

Asam florida HF 26

Asam bromida HBr 9

Asam klorida HCl 12

Asam nitrat HNO: I6

Asam perklorat HCIO+ 12

Asam fosfat HgPO+ l5

Asam sulfat HzSO+ 18

Amonium hidroksida NH4OH l5

2.2 PERSEN

Terdapat 3 jenis satuan persen yaitu persen volume/volume (v/v), persen berat/berat (w/w) dan
persen berat/volume (w/v).

…….…………....................................(2-2)
……………………………………….(2-3)

…………………………………….……(2-4)

Satuan pada persamaan (2-2) dapat sembarang satuan berat atau volume, selama satuan
pembilang dan penyebutnya sama, sedangkan satuan pada persamaan (2-4) harus mempunyai
perbandingan seperti gr/ml, kg/lt atau mgr/ult.

2.2.1 Persen volume/volume (v/v)

Persen v/v biasa digunakan jika zat yang akan dilarutkan berbentuk cairan, karena cairan
lebih mudah diukur volumenya daripada ditimbang beratnya.

V1= x V........................................................................ (2-5)

Dimana :

V1= volume zat yang akan dilarutkan

V2= volume zat yang akan dibuat

a = persen yang akan dibuat

contoh :

Bagaimana cara membuat 500 ml etanol 15% (v/v) dalam air?

Jawab :

V1= x 500

=75 ml

75ml etanol dimasukan kedalam labu ukur 500ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.

2.2.2 Persen berat/berat (w/w)


Persen w/w biasa digunakan jika zat yang akan dilarutkan berupa padatan, karena lebih mudah
menimbang berat padatan daripada mengukur volumenya, namun demikian persen w/w
kadang-kadang juga digunakan walaupun zat yang akan dilarutkan berupa cairan.

W1= W2 ...................................................................................... (2-6)

Di mana :

W1 = Berat zat yang akan dilarutkan

W2 = Berat larutan yang akan dibuat

a = Persen yang akan dibuat

Contoh :

Buatlah 500 gr larutan NaCl 12% (w/w)!

Jawab :

W1 = 500

= 60 gr

60 gr Kristal NaCl ditambah aquadest samapai beratnya 500 gr.

Jika diinginkan volume larutan yang dibuat dan bukan berat larutan, maka volume larutan yang
akan dibuat dapat dihitung dari kerapatannya (P).

W=V x P ...................................................................………… (2-7)

Dimana :

W = Berat zat

V = Volume zat

P = Kerapatan zat

Contoh :
Bagaimana cara membuat 500 ml larutan NaCl 12% (w/w), jika kerapan NaCl 12% adalah 1,05
g/ml?

Jawab :

Berat larutan = 500 x 1,05

=525 gr

Berat Kristal NaCl yang diperlukan = x 525

= 63 gr

63 gr Kristal NaCl dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan aquadest secukupnya,
kocok sampai semua Kristal larut kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas.

2.2.3 Persen berat/volume (w/v)

Persen w/v biasa digunakan jika zat yang akan dilarutkan berbentuk padatan.

W= xv ..............................................................(2-8)

Dimana :

W = Berat zat yang akan dilarutkan

V = Volume zat yang akan dibuat

a = Persen yang akan dibuat

Dari persamaan (2-8) di atas menunjukan bahwa tidak diperlukan menimbang berat total larutan,
tetapi hanya menimbang zat yang akan diperlukan dan menambah aquadest sampai volume yang
dikehendaki.

Contoh :

Bagaimana cara membuat 500 ml larutan NaCl 5% (w/v) ?

Jawab :
W= x 500

= 25 gr

25 gr Kristal NaCl, dimasukan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan aquadest sampai tanda
batas.

Tabel 2.2 kerapatan dan komposisi persen (w/w) asam dan basa pekat

Asam/basa Rumus kimia Kerapatan Persen w/w


Asam asetat CH3COOH 1,05 99,5

Asam bromide HBr 1,52 48

Asam klorida HCl 1,18 37

Asam florida HF 1,14 45

Asam nitrat HNO3 1,42 72

Asam perklorat HClO4 1,67 70

Asam fosfat H3PO4 1,69 85

Asam sulfat H2SO4 1,82 96

Amonium hidroksida NH4OH 0,90 58

2.3 MOLARITAS (M)


Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap 1 liter larutan. LarutanNaCl 2 M berarti
dalam 1 liter larutan tersebut terdapat 2 mol NaCl. Untukmembuat larutan dengan molaritas
tersebut dari bahan kimia murni dapatdigunakan persamaan berikut :
W = VxMxBM …………………………………………………(2-9)
dimana :
W = Berat zatyangharus ditimbang (gr)
V = Volume larutan yang akan dibuat (lt)
M = Molaritas larutan yang akan dibuat
BM = Berat molekul zat yang akan dilarutkan
Contoh:
Bagaimana cara membuat 500 ml larutan NaOH 0,2 M dari NaOH padat ?
Jawab:
W = 0,5x0,2x40
= 4,0 g
4,0 gram NaOH padat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan aquades secukupnya,
kocok sampai semua NaOH padat larut, kemudian tambahkan aquades sampai 500 ml.

2.4 NORMALITAS (N)


Normalitas adalah banyaknya grek (gram ekivalen) zat terlarut dalam Setiap 1 liter
larutan. Larutan KMnO4 0,25 N berarti Setiap liter larutan tersebut terdapat 0,25 gram ekivalen
garam kalium permanganat.

2.4.1 Berat Ekivalen


Suatu senyawa dapat mempunyai berat ekivalen yang berbeda-beda tergantung pada jenis
reaksinya. Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi netralisasi dapat berbeda dengan berat
ekivalennya dalam reaksi reduksi-oksidasi(redoks).

2.4.1a Berat Ekivalen pada Reaksi Netralisasi


Reaksi netralisasi adalah reaksi yang menghasilkan garam biasanya terjadi antara asam
dengan basa seperti contoh di bawah ini :
NaOH + HCl ---------------- NaCl +H2O
2NaOH + H2SO4 ----------- Na2SO4 + 2H2O
Berat ekivalen asam adalah banyaknya mol asam tersebut yang dapat melepaskan 1 mol
ion H+, sehingga untuk asam-asam monobasisi seperti HCl, HNO3, CH3COOH, dsb berat
ekivalennya adalah 1 mol, sedangkan untuk asamasam dibasis seperti H2SO4, H2CO3, dan asam-
asam tribasis seperti H3PO4 masing-masing berat ekivalennya adalah ½ mol an 1/3 mol.
Berat ekivalen basa dalam reaksi netralisasi adalah banyaknya mol basa tersebut yang
dapat melepaskan 1 mol ion OH+ atau dapat menerima 1 mol ion H+. Jadi untuk basa-basa
berasam satu seperti KOH dan NH4OH berat ekivalennya adalah sama dengan 1 mol, sedangkan
untuk basa berasam dua seperti Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 dan basa berasam tiga seperti Al(OH)3
berat ekivalennya masing-masing adalah ½ mol dan 1/3 mol.
Berat ekivalen garam terhidrolisis tergantung pada valensi asam dan valensi basa
penyusunnya Untuk garam terhidrolisis yang sama valensi asam dan biasanya seperti NH4CI dan
MgSO4, berat ekivalennya untuk garam terhidrolisis yang valensi asam dan basanya tidak sama,
berat ekivalennya sama dengan 1 mol dibagi dengan hasil kali valensi asam dan basa
penyusunnya.
2.4.1b Berat Ekivalen pada Reaksi Pengendapan dan/atau Pembentukan
Kompleks
Berat ekivalen suatu zat dalam reaksi pengendapan adalah banyaknya mol Zat tersebut
yang mengandung atau dapat bereaksi dengan 1 mol logam univalent atau ½ mol logam bivalen,
sedang untuk logam tersebut, berat ekivalennya sama dengan berat atom dibagi valensinya,
misalnya berat ekivalen H2SO4dalam reaksi
pengendapan sebagai BaSO4 sama dengan1/2 mol. Berat ekivalen suatu zat dalam
reaksi pembentukan kompleks ditentukan dari persamaan reaksi ionnya.
Ag+ + 2CN ----------> Ag(CN)-

Dari persamaan reaksi di atas, berat ekivalen KCN dalam pembentukan senyawa
kompleks K Ag(CN)2 adalah 2 mol. Untuk NH3, dalam reaksi dibawah ini 1 grek = 2mol.
Cu2+ + 4NH3 cu(NH3)42+
2.4.1c Berat Ekivalen Dalam Reaksi Redoks
Dalam reaksi redoks, berat ekivalen suatu zat dapat ditentukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Menghitung Jumlah Elektron yang Diterima/Dilepas
Dengan cara ini, yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah banyaknya mol
zat tersebut yang dapat melepaskan atau menerima sebuah electron.
Contoh : Dalam reaksi di bawah ini
2S2O3 S406- + 2e
2. Melihat Jumlah Atom Oksigen yang Dilepas/Diterima
Dalam hal ini, berat ekivalen suatu zat adalahbanyaknya mol zat tersebut yang dapat
melepaskan atau menerima1/2 mol atom oksigen.
Contoh : Berat ekivalen KMnO4 dalam reaksi di bawah ini adalah 1/3 mol.
2KMnO4 K2O+2MnO2 +30
Mn2+
3. Melihat Perubahan Bilangan Oksidasi
Dengan cara ini, yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah banyaknya mol zat
tersebut yang dapat mengalami perubahan 1 satuan bilangan oksidasi.
Contohnya adalah dalam reaksi berikut
2FeSO4 . 7H2O + O2H+ Fe2(SO4)3 + l5H2O
Dalam2FeSO4. 7H2O, BO Fe adalah 2, sedang BO Fe dalam Fe2SO4, adalah 3 hingga terjadi
perubahan BO sebesar 1 satuan. Jadi berat ekivalen FeSO4 . 7H2O adalah 1 mol.

2.4.2 Cara Pembuatan Larutan


Untuk membuat larutan dengan normalitas tertentu, digunakan persamaan berikut :
W = VxNxBE ………………………………………………(2-10)
di mana :
W = Berat zatyangdiperlukan (gr)
V = Volume larutan yang akan dibuat (lt)
N=Nornalitas larutan yang akan dibuat
BE = Berat ekivalen zat tersebut
Contoh :
Buatlah 500 ml larutan KH2PO4 0,2 N (padat, murni) untuk digunakan dalam reaksi berikut :
KH2PO4 + 2KOH K3PO4 + 2H2O
Jawab :
W = 0,5 x 0,2 x

= 6,8 gr
6,8 gr garam KH2PO4 dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambah aquades
sampai tanda batas.
Untuk membuat larutan dari suatu larutan yang lebih pekat, dapat dihitung dengan
persamaan pengenceran, pers. (2-1) untuk mengubah molaritas menjadi normalitas, dapat
digunakan persamaan berikut :
N=MxB ………………………………………………………..(2-11)
di mana :
N = Normalitas larutan
M = Molaritas larutan
B = Berat ekivalen permol
1 grek = x mol

N= xM

Contoh :
Bagaimana cara membuat 500 ml larutan H2SO4 0,2 N dari H2SO4 pekat (18 M)
Jawab :
Normalitas H2SO4 = 18 x 1/2 = 9
Sesuai persamaan (2-1) :
9 x V1 = 0,2 x 500
V1 = 11,… ml
11,… ml H₂SO₄ pekat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambah aquades
sampai tanda batas.

2.5 ppm dan ppb

Bagian perjuta (ppm/partpermillion) sering dianggap sebagai jumlah (milligram) zat


terlarut dalam 1 liter larutan sedangkan bagian permilyar (ppb/partperbillion) dianggap sebagai
jumlah (mikrogram) zat terlarut dalam 1 liter larutan, walaupun sebenarnya ppm adalah jumlah
(milligram) per kilogram larutan dan ppb adalah jumlah (mikrogram) per kilogram larutan. Oleh
karena kerapatan air pada temperatur kamar mendekati satu, maka satuan volume (liter) dan
satuan berat (kilogram) untuk larutan encer dianggap sama.

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi ppm, digunakan perhitungan berikut :

...............................................................................(2-12)
Di mana :

W = Berat zat murni yang diperlukan (gr)

V = Volume larutan yang akan dibuat (lt)

Ppm = Konsentrasi (ppm) larutan yang dibuat

Untuk membuat larutan dengan konsentrasi ppb, digunakan persamaan :

.............................................................................(2-13)

Di mana :

W = Berat zat murni yang diperlukan (gr)

V = Volume larutan yang akan dibuat (lt)

Ppm = Konsentrasi (ppm) larutan yang dibuat

Dalam pembuatan suatu larutan, jarang sekali dilakukan dengan cara melarutkan zat
murninya secara langsung, tetapi biasanya dilakukan dengan cara melarutkan garamnya,
misalnya dalam pembuatan larutan standar natrium, jarang sekali dibuat dengan cara melarutkan
logam natrium murni, tetapi lebih sering dilakukan dengan cara melarutkan garam NaCl,
demikian juga dalam pembuatan larutan dilakukan dengan cara melarutkan garamnya seperti
KNO₃.

Untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan dari berat garam yang ditimbang digunakan
istilah faktor gravimetri (fg).

............................(2-14)

Jadi pers. (2-12) dan (2-13) menjadi :

.....................................................................(2-15)
.....................................................................(2-16)

Ppm dan ppb adalah satuan yang sangat kecil, sehingga hampir tidak mungkin
menimbang zat yang akan dilarutkan, oleh karena itu biasanya larutan dibuat agak pekat, baru
kemudian diencerkan. Beberapa larutan standar logam untuk analisis dengan spektrofotometer
serapan atom (AAS) telah tersedia di pasaran dengan konsentrasi yang agak pekat sehingga
hanya perlu mengencerkan atau bahkan mungkin mengubah dari ppm ke ppb.

Ppb = ppm x 1000 ..................................................................(2-17)

Contoh :

Buatlah larutan tembaga 25 ppm dari logam tembaga murni sebanyak 500 ml !

Jawab :

= 0,0000125 gr

0,0125 gr logam Cu dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, tambahkan asam nitrat secukupnya
untuk melarutkan Cu, kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas.

Contoh

Bagaimanakah cara membuat 500 ml larutan natrium 100 ppm dari kristal NaCl ?

= 0,0000001271 kg

Berat yang harus ditimbang 0,0001271 gr merupakan bilangan yang sangat kecil sehingga sulit
untuk ditimbang dengan tepat, untuk itu dapat dibuat larutan yang lebih pekat terlebih dahulu
(misal 100 ppm), kemudian diencerkan, 100 ppm lebih pekat 1000 kali daripada 100 ppb,
sehingga NaCl yang harus ditimbang adalah 0,1271 gr. Untuk mendapatkan konsentrasi Na 100
ppb, larutan tersebut diencerkan ( dengan persamaan (2-1))

100.000 x V₁ = 100 x 500

V₁ = 0,5 ml

0,5 ml larutan Na 100 ppm diencerkan dengan aquades sampai volumenya 500 ml.

2.6 LARUTAN BUFFER

Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertanankan dari perubahan pH meskipun
kepadanya ditambahkan asam, kuat atau basa kuat. Larutan buffer hampir selalu tersusun dari
asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Meskipun sekarang telah tesedia
larutan buffer standar, tetapi biasanya larutan ini hanya digunakan kalibrasi pH meter dab tidak
untuk mengatur atau mempertahankan sistem reaksi pada pH tertentu.

Tabel 2.2 kombinasi asam/garam dan basa/garam dan kisaran pH

Kombinasi Kisaran pH

Asam trikloro asetat dan 1,8- 3,8

Natrium trikloro asetat

Asam asetat dan Natrium asetat 3,7- 5,7

Natrium dihidrogen fosfat dan 6,1 – 8,1

Natrium monohidrogen fosfat

Amonium hidroksida dan 8,3 – 10,3

Amonium klorida
Untuk membuat larutan buffer pH dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam
dari asam lemah atau basa lemah (konsentrasinya sembarang), kemudian ditambah asam kuat
(basa kuat, jika garamnya dari basa lemah), pH larutan yang terjadi diukur dengan pH meter.
Penambahan asam kuat atau basa kuat dilakukan terus sampai pH yang dikehendaki tercapai.
Kombinasi antara asam kuat (basa kuat) dengan garamnya akan menghasilkan keadaan
kesetimbangan yang diperlukan untuk terjadinya aksi buffer, misalnya untuk membuat larutan
buffer pH 9, maka pertama dibuat larutan ammonium klorida,kemudian ditambahkan kepadanya
larutan NaOH sambil diaduk, pH yang terjadi dimonitor dengan pH meter. Pembuatan larutan ini
selesai jika pH larutan sudah mencapai 9 (penambahan NaOH dihentikan pada saat pH larutan
mencapai 9). Larutan yang terjadi mengandung amonium hidroksida, NH4OH dan garam
amonium klorida, NH4Cl.

Berikut ini adalah cara untuk membuat larutan buffer :

1. Buffer ftalat (pH 4,0)


Larutkan 10,12 gr kalium hidrogen ftalat kering dalam 1 liter larutan
2. Buffer fosfat (pH 6,9)
Larutkan 3,39 gr kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) kering dan 3,53 gr natrium
monohidrogen fosfat (Na2HPO4) kering sampai volume larutan 1 lt.
3. Buffer amonia (pH 10,0)
Larutkan 70,0 gr amonium klorida (NH4Cl) kering dan 570 ml amonium hidroksida
(NH4OH) pekat sampai volumenya mencapai 1 liter.

2.7 LARUTAN STANDAR

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat. Larutan
standar biasanya dinyatakan dalam besaran Normal (N).

2.7.1 Pembuatan Larutan Standar Dari Zat Cair


Pembuatan larutan standar dari zat cair dapat disebut juga dengan pengenceran, baik itu
dari zat cair yang telah diketahui konsentrasinya maupun yang belum diketahui konsentrasinya.
Jika zat cair yang akan diencerkan telah diketahui konsentrasinya, maka untuk menentukan
volume yang akan diencerkan dapat digunakan persamaan (2-1), tetapi jika zat cairnya belum
diketahui konsentrasinya (normalitas), maka untuk menentukan jumlah zat cair yang akan
diencerkan digunakan persamaan sbb :

...........………………………………..(2-18)

dimana :

V = Volume zat yang diencerkan (ml)

n = Valensi zat cair

K = Kadar ( % w/w )

P = Kerapatan (gr/ml)

N = Normalitas larutan yang akan dibuat

V’ = Volume larutan yang akan dibuat (ml)

BM = Berat molekul

Contoh :

Berapakah volume HCl pekat yang harus diencerkan untuk membut 500 ml HCl 0,1 N, jika
kerapatan HCl pekat 1,2 gr/ml dan kadarnya 39%?

Jawab :

= 3,9 ml

3,9 ml HCl pekat dimaksukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas.

2.7.2 Pembuatan Larutan Standar Dari Zat Padat/Kristal


Zat padat yang digunakan untuk membuat larutan standar dibedakan menjadi dua, yaitu
zat padat yang kemurniannya tinggi dan zat padat yang kemurniannya rendah. Larutan standar
yang dibuat dari zat padat yang tinggi kemurniannya disebut larutan standar primer. Pembuatan
larutan standar primer dilakukan dengan cara melarutkan sejumlah tertentu zat tersebut dalam
volume tertentu pula sesuai dengan normalitas dan volume dan volume yang dikehendaki. Zat –
zat yang digunakan untuk membuat larutan standar primer antara lain :
Na2CO3, Na2B4O7, 10 H2O, Na2C2O42H2O, NaCl, KBrO3, dan K2Cr2O7.

Syarat – syarat agar suatu zat dapat digunakan sebagai zat standar primer adalah :

a. Kemurniannya tinggi, atau mudah dimurnikan dengan cara dipanaskan pada temperature
110 – 120o C.
b. Mempunyai berat ekuivalen tinggi,sehingga kesalahan dalam penimbangandapat
diabaikan.
c. Tidak higroskopis, tidak mudah menyerap CO2 atau teroksidasi oleh udara, sehingga
dapat ditimbang dengan berat yang konstan.
d. Dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan distandarisasi (dititrasi).
e. Mudah dan cepat dalam pelarut yang sesuai.

Jika zat padat yang akan digunakan untuk membuat larutan standar, kemurniannya rendah
seperti NaOH, KMnO4, dan Na2S2O3 maka sebelum digunakan harus distandarisasi terlebih dulu
dengan larutan standar primer, misalnya untuk NaOH distandarisasi dengan HCl, standarisasi
dilakukan untuk menentukan faktor normalitas (f), yaitu perbandingan antara normalitas larutan
yang terjadi dengan normalitas yang dikehendaki.

Anda mungkin juga menyukai