Anda di halaman 1dari 25

KEMOTERAPI

ANTIBIOTIK
drg Deby Kania M.Kes

Angkatan 2021
kemoterapi
◦ Dekade pertama abad 20 
1. prinsib dasar toksisitas selektif,
2. hubungan kimia spesifik antara mikroba pathogen dan obat2an,
3. Perkembangan resistensi obat
4. Peran terapi kombinasi

Ex : arsfenamin sifilis ; sulfonamida, penisilin


25 tahun kemudian : streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
◦ Agen antimikroba yang ideal : toksisitas selektif  obat tersebut hanya
mencederai patogen tetapi tidak berbahaya terhadap pejamu/host
◦ Toksisitas selektif bersifat relatif : suatu obat dalam konsentrasi yang dapat
ditoleransi oleh host/pejamu, dapat merusak suatu mikro. Penyebab infeksi
◦ Toksisitas selektif : fungsi reseptor spesifik  perlekatan obat
inhibisi peristiwa biokimiawi essential bagi
patogen; tapi tidak essential bagi host
Toksisitas selektif
◦ Mekanisme kerja obat :
1. Inhibisi sintesis dinding sel
2. Inhibisi fungsi membran sel
3. Inhibisi sintesis protein
4. Inhibisi sintesis asam nukleat
Inhibisi sintesis dinding sel
Dinding sel sel bakteri memiliki tekanan osmotik yang tinggi

Kerusakan pada dinding sel /inhibisi pembentukan dinding sel lisis sel

Ex: lizosim,
lingkungan yg hipertonik sukrosa 20% bakteri berbentuk sferis protoplas
(+)dan sferoplas(-)  dibatasi oleh membran sitoplasma yang rapuh 
menyerap air >>  bengkak dan pecah
◦ Spesimen dari pasien dg terapi antibiotic aktif thd dinding sel -- > dinding sel
bakteri mmbengkak dan terdistorsi

◦ Dinding sel bakteri : polimer mukopeptida/ peptidoglikan --> Tersusun


polisakarida dan polipeptida dengan ikatan silang gula amino N-
acetylglucosamine dan acetylmuramic acid.
lapisan peptidoglikan >>> pada sel bakteri gram + daripada bakteri gram
-
◦ Ex :
Obat lactam 𝛽 :
1. berikatan dengan reseptor sel PBP (penisilin binding protein) . Ada sekitar 6
PBP. Salah satunya enzim transpeptidase  reaksi transpeptidase akan di
inhibisi  sintesis peptidoglikan terhambat
2. Eliminasi dan inaktivasi suatu inhibitor enzim autolitik pada dinding sel 
mengaktifkan enzim litik  lisis pada lingkungan isotonic
3. Inhibisi enzim transpeptidase kesamaan struktur obat dengan acyl-d-
alanyl-d-alanine  pemutusan d-alanine dari pentapeptida
◦ Jumlah peptidoglikan, adanya reseptor reseptor dan lipid, sifat ikatan silang
dan aktivitas enzim autolitik  penetrasi , pengikatan dan aktivitas obat2an
tersebut

◦ Ex agen2 : penicillin, sefalosporin, vankomisin


Inhibisi fungsi membran sel
Sitoplasma dibungkus oleh membran sitoplasma
Sitoplasma Membran sel : sawar permeabilitas selektiftransportasi aktif dan
mengatur komposisi internal sel

Integritas fungsional membran sitoplasma terganggu makromolekul /i on2


bermigrasi sel sel mati

Ex: detergen(gugus lipofilik&hidrofilik), polimiksin


1. Polimiksin : peptide siklik mirip detergen  merusak membrane
fosfatidiletanolamin (komponen utama membrane bakteri )

2. Novobiosin : memghambat teichoic acid


3. Valinomisin : memiliki senyawa (ionofor)  difusi cepat kation yg sfesifik
utk melewati membrane , misal ion kalium
Ionofor lain:
ionofor –> membentuk ion2 pori hidrofilik pada membrane
ionofor  menghilangkan beda potensial membrane yg penting bagi
fosforilasi oksidatif
◦ Ex agen2 lain: amfoterisin B, kolistin, imidazole, triazol
Inhibisi sintesis protein
◦ Ribosom bakteri 70S, ribosom mamalia 80S  obat antimikroba dapat
menghambat sintesis protein bakteri ttp tidak berefek pada ribosom mamalia

◦ Ex : eritromisin, aminogliosida, tetrasiklin, linkomisin, kloramfenikol


Inhibisi sintesis asam nukleat
Ex : sulfonamida, trimetropin, rifampin, gol. Kuinolon
Mekanisme : antimikroba mengikat kuat DNA dependent RNA polymerase milik
bakteri  sintesis RNA terhambat
Aktivitas antimikroba in vitro
◦ Tujuannya untuk menentukan
1. potensi suatu agen dalam larutan
2. Konsentrasinya dalam tubuh atau jaringan
3. Sensitivitas suatu mikroorganisme thd konsentrasi tertentu obat tadi
Faktor-faktor yg mempengaruhi
aktivitas antimikroba in vitro
1. pH lingkungan
Aktif pada pH asam (nitrofurantoin)
Aktif pada pH basa (aminoglikosida, sulfonamida)
2. Komponen medium
- Sodium polyanetholsulfonate (dalam medium kultur darah) : menghambat
aminoglikosida
- (+) NaCl ke medium dapat >>> deteksi resistensi metisilin pada S.aureus
- Protein serum dapat mengikat penisilin
3. Kestabilan obat
Bbrp agen antimikroba kehilangan aktivitasnya (suhu inkubator)

kecuali penisilin  inaktivasi secara lambat

aminiglikosida, ciprofloksasin  cukup stabil untuk periode yang lama


4. Aktivitas metabolik mikroorganisme
Organisme yang aktif (koloni) lebih sensitif terhadap kerja obat dibanding
organisme yang dalam fase istirahat

5. lama inkubasi

6. Besar inoculum
Semakin besar inoculum/ populasi  bakteri lebih lambat/ jarang mengalami
inhibisi ; mutan resisten >>>
Aktivitas antimikroba in vivo
- Analisisnya lebih kompleks daripada in vitro
- Aktivitas in vivo juga melibatkan pejamu
- Hub obat-patogen ; patogen-pejamu; pejamu-obat ( absorpsi,
ekskresi,distribusi, metabolisme, dan toksisitas)
Faktor-faktor interaksi obat-patogen
secara invivo
LINGKUNGAN
1. Kondisi aktivitas metabolik: organisme dalamm aktivitas biosintetik derajat
rendah/dorman relatif tidak sensitif/survive terhadap kerja obatrelaps
klinis Infeksi
2. Distribusi obat: agen antimikroba terdisribusi tidak merata antara cairan
dan jaringan
banyak obat ydk dapat mencapai system saraf pusat secara efektif
>>> dalam urin drpd didarah/jaringan
Jar nekrotik/pusmengabsorpsi obat  obat tidak dapat berkontak dg bakteri
3. Lokasi organisme:
Organisme umumnya terdapat pada jaringan. Obat masuk ke jaringan pejamu dg
dejarat berbeda2
Ex: tetrasiklin konsentrasi sama dalam monosit dg cairan ekstraseluler
gentamisin sulit masuk ke sel pejamu
Beda dg kondisi pada tabung uji
4. Substansi pengganggu:
Lingkungan biokimiawi dalam tubuh sangat berpengaruh terhadap kerja obat
Ex : terabsorpsi pada pus, pH asam dalam jar nekrotik
5. KONSENTRASI
Didalam tubuh mikroorganisme tidak terpajan obat dg kadar yg konstan
1. Absorpsi : sal.cerna dan jaringan
Mikroorganisme antimikroba kadar fluktuatif
2. Distribusi : bervariasi pada tiap jar
Ex:ssp & prostat
3. Variabilitas konsentrasi : utk mempertahankan kadar efektif suatu obat saat
infeksi
4. Efek pasca antibiotik: tertundanya pertumbuhan kembali bakteri setelah
pajanan agen antimikroba
Kecuali gol. Laktam β (basil gram negatif)
Hubungan pejamu dg patogen
Dapat diganggu oleh antimikroba dg bbrp cara :
1. Perubahan respon jaringan

Mikroorganisme (multiplikasi)infeksi  radang


akut

Obat kronis
2. Perubahan pada respon imun
Infeksi yg dimodifikasi oleh obat antimikroba  respon imun pejamu juga akan
mengalami perubahan
Ex : infeksi faring oleh streptokokkus hemolitik group A antibodi
antistreptokokkusdemam reumatik obat (penicilin)

Demam dptdicegah (diduga eliminasi cepat antigen)


3. Perubahan pada flora mikroba
Ex : pasien rawat inap dg antimikroba  flora normal mikroba tertekan
kekosongan parsial akan diisi oleh bakteri aerobik gram negatif resisten obat
(pseudomonas & stafilokokus)

Perempuan dg terapi antibiotik candida >>>


Individu dg terapi antibiotik  flora usus normal supresi  organisme resisten
obat mungkin muncul  koloni >>> dalam usus  enterokolitis berat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai