Anda di halaman 1dari 11

1. Perbedaan tanaman yang terserang patogen dengan karena faktor lingkungan.

Dilihat dari segi biologi, penyakit tanaman merupakan terjadinya perubahan fungsi sel
dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau
faktor lingkungan dan berkembangnya gejala. (Desy, 2010).

Tanaman yang terserang patogen :

Penyebab munculnya penyakit pada tanaman bisa terjadi karena di suatu tempat ada
tanaman, patogen, serta lingkungan (segitiga penyakit karena tiga faktor). Agar muncul
penyakit pada tanaman, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat berupa tanaman
harus peka, penyebab penyakit harus ganas, dan lingkungan mendukung. Akan tetapi,
adanya keikusertaan manusia dalam pembudidayaan tanaman dapat mempengaruhi tiga
faktor sebelumnya, karena manusia dapat menciptakan kondisi dimana penyebab penyakit
dapat berkembang dengan baik. ( Ririnpunto, 2011).

Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal
tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata
telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe gejala: a). Gejala lokal, yaitu gejala yang
dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau
kanker. Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar).
b). Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas
batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya
terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil). (Fahmi, 2012).

Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu : a).
Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa, raba
dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari dari tumbuhan. b). Gejala
Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan- pemeriksaan mikroskopis
dari jaringan yang sakit. (Fahmi, 2012).

Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala, yaitu :

a. Gejala Nekrotik

Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian
sel. Gejala nekrotik dibagi menjadi : 1). Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan
sel yang terbatas dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya bercak-
bercak atau bintik-bintik hitam. 2). Hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel
masuk kedalam ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan. 3). Klorosis,
yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya
berwarna hijau. 4). Layu, yaitu gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan
dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang menyebabkan
tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. 5). Gosong atau scorch yang sering
disebut terbakar adalah mati dan mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan
gejala nekrosis. 6). Mati ujung, biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari
ujungnya baru meluas kepangkal. 7). Busuk yang disebabkan karena rusaknya sel-sel atau
jaringan-jaringan. Busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang, akar.
Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering. Busuk basah biasanya
disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan yang kental biasanya terjadi pada
bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang berbau. 8). Rebah semai
jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Phytium,
Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah. 9). Kanker, gejala ini
lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting ataupun akar. 10).
Perdarahan atau eksudasi, gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan yang
keluar bagian tanaman. (Fahmi, 2012).

b. Gejala Hipoplastik

Adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel, gejala ini
terbagi menjadi berikut: 1). Kerdil atau tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-
bagian tanaman, sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya. 2). Klorosis, yaitu
rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna
hijau. 3.) Etiolasi, gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh
memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit. 4). Pemusaran (resetting). (Fahmi,
2012).

c. Gejala Hiperplastik

Ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment).
Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut: 1). Menggulung atau mengeriting, yaitu gejala
gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting (curling) yang disebabkan karena
pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. 2). Rontok, peristiwa ini
dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya (premature) dan dalam
jumlah yang lebih banyak dari biasanya. 3). Perubahan warna, yaitu perubahan warna yang
bukan klorosis misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena
membentuk antosianin. (Fahmi, 2012).

Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : a). Penyakit abiotik
adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat
ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi:
suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai,
keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia
pestisida, polutan udara beracun, hujan es dan angin. b). Penyakit biotik adalah penyakit
tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari
tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit biotik meliputi : jamur, bakteri,
virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma. (Annisa, 2010).

Tanaman yang sakit akibat faktor lingkungan :


Penyakit tanaman merupakan produk interaksi dari inang, lingkunga, dan patogen
(segitiga penyakit). Faktor Lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit
tanaman adalah temperatur, kelembaban, cahaya, pH tanah dan staus unsur hara tanaman
inang.
1. Pengaruh Temperatur
Temperatur optimum pertumbuhan dan aktivitas akan mencapai maksimum dan terus
menurun sejalan dengan naik atau turunnya temperatur dan akhrinya terganggu atau terhenti
pada temperatur maksimumnya.
Perkembangan penyakit semakin cepat pada temperatur lingkunga optimum untuk
perkembangan patogen pada di atas atau dibawah temperatur optimum inangnya.Contoh
penyakit busuk pada akar pada tembakaudisebabkan jamurThielaviopsis basicola memiliki
temperatur optimum 17-23⁰C, Inangnya 28-29⁰C sedangkan Patogen 17-23⁰C.
2. Pengaruh Kelembaban
Pengaruh kelembaban adalah pada perkecambahan spora dan proses penetrasi jaringan inang
oleh tabung kecambah spora tersebut, mempengaruhi aktivitas bakteria jamur dan nematoda
pada saat sebelum dan setelah melakukan penetrasi.
Kebanyakan penyakit disebabkan bakteripengaruhi oleh kelembaban tinggi. Bakter dan spora
disebarkan oleh tetesan dan percikan air hujan, melalui aliran air pada permukaan tanaman.
3. Pengaruh Cahaya
Pengaruh cahaya pada tanaman terlihat adalah gejala etiolasi sebagai kurangnya intensitas
cahaya. Tanaman tersebut meningkat kerentanannya terhadap patogen non-obligat, contoh
tomat yang teretiolasi lebih rentan terhadap serangan Fusarium .
Penurunan intensitas cahaya umumnya meningkatkan kerentanan tanaman terhadap infeksi
virus. Ini dibuktikan dengan menempatkan tanaman ke tempat gelap selama satu atau dua
hari sebelum diinokulasi dengan virus yang dapat meningkatkan intensitas gejala yang
muncul.
4. Pengaruh pH Tanah
Penyakit tanamn akan berkembang biak lebih baik di lahan dengan pH tanah yang sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh patogen.Pengaruh pH lebih kuat terhadap patogen
dibandingkan dengan tanaman inangnya. Contoh penyakit akar gada pada kubis yang
disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae lebihtinggi intensitasnya dilahan dengan
pH tanah 5,7 kemudian turun drastis sampai pH 6,2 dan sama sekali tidak berkembang lagi
pada pH 7,8.
5. Pengaruh Status Hara Tanaman
Ketersediaan dalam jumlah banyak dari unsur hara tertentu seperti nitrogen berakibat
meningkatkan sukulensi tanaman dan memperpanjang masa vegetatif serta menunda
pematangan sehingga membuat tanaman rentan terhadap penyakit. Contoh Tanaman padi
terhadap penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyrucularia oryzae dan tanamn gandum
terhadap karat daun disebabkan oleh jamur Puccinia grammis.
6. Pengaruh Manajemen
Tindakan manusia dalam mengelola lahan pertaniannya merupakan kolaborasi 3 komponen
lainnya (inang,penyakit, lingkungan). Keberhasilan manusia untuk mengoptimalkan
keuntungan dibidang oertanian sering bersifat sementara.
Selain menggunakan varietas unggul, untung mengoptimalkan dapat melalui sistem
pertahanan terhadap patogen.
Sistem pertahanan mekanik berupa pembentukan kutikula dan dinding sel yang tebal
sehingga sulit dipenetrasi oleh patogen. Stomata bercelah sempit, waktu dan lamanya stomata
terbuka. Pertahanan kimiawi terjadi melalu senyawa kimia, menghambat yang sudah dan
sebelum infeksi patogen adalah catechol yang diproduksi oelh kulit union(bawang bombai)
berwarna merah tetapi tidak untuk berwarna putih.
Senyawa kimia reaksi terhadap patogen adalah tepat mengenai varietas apa yang akan
ditanam, berapa jarak tanam, jenis dan dosis pupuk, kapan pengendalian gulma, hama,
penyakit, rotasi tanaman.
Kesadaran sistem pertanian organik sebagai jawaban terhadap isu negatif penggunaan
bahan kimia di dunia pertanian.

2. Menurut saya bagian tumbuhan yang rentan untuk menjadi sakit karena faktor
biotik adalah bagian atas tanaman seperti daun,batang, bunga dan buah.

Penyakit biotik (makhluk hidup) biasa disebut penyakit infeksius (menular). Penyebab
biotik disebut patogen sedangkan tanaman yang diserang disebut inang. Patogen berupa
mikroorganisme golongan jamur, bakteria, virus dan fitoplasma, dan tanaman tingkat tinggi
parasit, dan nematoda. Patogen dibedakan nekrotof, penyerangannya membunuh sel – sel
inangnya terlebih dahulu kemudian hidup dari sel yang sudah mati. Biotraf, hanya dapat
hidup dari sel – sel yang masih hidup dan tidak dapat hidup pada sel yang sudah mati.
Patogen obligat patogen yang tidak dapat ditumbuhkan pada medium buatan laboratorium.
Sedangkan fakultatif adalah patogen dapat tumbuh di medium buatan(komposisi bahan
organik dan anorganik disesuaikan dengan kebutuhan makhluk hidup).

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, penyakit tanaman yang menular hanyalah yang


disebabkan oleh penyebab biotik. Penularan terjadi jika patogen pada suatu tanaman yang
sakit menghasilkan inokulum baru dan inokulum baru tersebut pindah ke tanaman inang lain
dan menimbulkan infeksi baru. Patogen yang menyerang pada bagian atas tanaman seperti
daun, batang, bunga dan buah umumnya menyebar dengan bantuan angin /percikan air .
Penyakit yang menyebar dengan bantuan angin disebut penyakit tertular angin (airbone
disease). Patogen yang menyerang tanaman dibawah permukaan tanah, inokulum patogen
tertular tanah (soilborne disease). Penyebarannya umumnya terjadi melalui alat pertanian
seperti cangkul, traktor dan aliran air. Selain itu penyakit tanaman dapat juga ditularkan
melalui benih dan bibit tanaman(seedborne disease), hewan ataupun pakaian petani.

3. Siklus penyakit tumbuhan


Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat reproduksi. Siklus
penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman dan rangkaian
perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup patogen) di dalamnya
dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman. Kejadian penting dalam
siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi
(pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke
tempat lain dan pertahanan patogen.

1. Inokulasi atau penularan


Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang mengadakan
kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular. Dengan demikian inokulum
merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri yang dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman. Pada jamur atau cendawan, inokulum dapat berupa miselium, spora, atau
sklerotium. Pada bakteri, mikoplasma, dan virus, inokulumnya berupa individu bakteri,
individu mikoplasma, dan patikel virus itu sendiri. Pada tumbuhan parasitik, inokulum dapat
berupa fragmen tumbuhan atau biji dari tumbuhan parasitik tersebut. Pada nematoda,
inokulum dapat berupa telur, larva, atau nematoda dewasa.
Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari : inokulum patogen sampai
ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya.
Meskipun inokulum yang dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai
tanaman inang yang sesuai hanya sedikit sekali. Beberapa tipe inokulum yang terbawa tanah,
seperti zoospora dan nematoda dapat mencapai tanaman inang yang sesuai melalui substansi
yang dikeluarkan oleh akar tanaman.
Semua patogen memulai melakukan serangan pada tingkat pertumbuhan vegetatif. Dengan
demikian, spora jamur dan biji tumbuhan parasitik harus berkecambah terlebih dahulu. Untuk
melakukan perkecambahan diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk
lapisan air pada permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus
berlangsung cukup lama sampai patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam
sel atau jaringan. Jika hanya berlangsung sebentar maka patogen akan kekeringan dan mati,
sehingga gagal melakukan serangan.

2. Penetrasi
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam sel,
jaringan atau tubuh tanaman inang. Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman ke
dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami, melalui luka,
dan melalui perantara (pembawa, vektor). Ada patogen yang dapat melakukan penetrasi
melalui beberapa macam cara dan ada pula yang hanya dapat melakukan penetrasi melalui
satu macam cara saja. Sering patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang
tidak rentan sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau bahkan
patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit.
Tumbuhan parasitik dan nematoda melakukan penetrasi dengan cara langsung. Kebanyakan
jamur parasit melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan secara langsung. Spora
jamur yang berkecambah akan membentuk buluh kecambah yang dapat digunakan untuk
melakukan penetrasi, baik langsung menembus permukaan maupun melalui lubang alami dan
luka. Bakteri biasanya melakukan penetrasi melalui luka atau dimasukan oleh perantara
tertentu dan sedikit sekali yang masuk melalui lubang-lubang alami permukaan tanaman.
Virus dan mikoplasma dapat melakukan penetrasi dengan melalui luka atau dimasukan oleh
perantara atau vektor. Bakteri, virus, dan mikoplasma tidak pernah melakukan penetrasi
secara langsung.
3. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien (‘sari
makanan’) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen melakukan kontak dengan sel-sel
atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama
proses infeksi, patogen akan tumbuh dan berkembang di dalam jaringan tanaman.
Infeksi yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak
dari luar seperti : menguning, berubah bentuk (malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa
proses infeksi dapat bersifat laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan
tetapi pada saat keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada
tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan pertumbuhannya,
sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
4. Invasi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah terjadi
infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya melakukan invasi pada tanaman
dimulai sejak proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga
tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak karenanya.
Bakteri, mikoplasma, virus, dan nematoda melakukan invasi dan menginfeksi jaringan baru
di dalam tubuh tanaman dengan jalan menghasilkan keturunan (individu-individu patogen)
dalam jaringan yang terinfeksi. Keturunan patogen ini kemudian akan terpindah secara pasif
ke dalam sel-sel jaringan lain melalui plasmodesmata (untuk virus), floem (untuk virus,
mikoplasma), xilem (untuk beberapa jenis bakteri) atau dapat pula berpindah secara aktif
dengan jalan berenang dalam lapisan air, seperti nematoda dan beberapa jenis bakteri motil
(mempunyai alat gerak).
Patogen tanaman melakukan perkembangbiakan menggunakan beberapa cara. Jamur dengan
membentuk spora, baik spora seksual maupun spora aseksual. Tumbuhan parasit melakukan
perkembangbiakan menggunakan biji. Bakteri, dan mikoplasma berkembangbiak dengan
membelah (fisi) sel. Virus melakukan replikasi pada sel-sel tanaman inang, dan nematoda
berkembangbiak dengan bertelur.
5. Penyebaran
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif maupun pasif.
Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan
perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia. Beberapa patogen dapat
melakukan penyebaran secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga
macam inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek (mungkin hanya
beberapa milimeter atau sentimeter) dengan menggunakan kekuatan sendiri sehingga kurang
efektif dari segi perkembangan penyakit.
4. Faktor biotik lebih bahaya dan merugikan bagi petani.
Menurut saya tumbuhan sakit karena faktor biotik lebih bahaya dan merugikan bagi petani
karena yang kita tahu Penyakit biotik (makhluk hidup) biasa disebut penyakit infeksius
(menular). Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu makhluk hidup,
seperti serangga di mana serangga ada yang bersifat merugikan seperti hama, bakteri,
penyakit, gulma, annelida seperti cacing tanah bagi tanaman.

A. Serangga

Serangga adalah organisme yang mendominasi rantai dan jejaring makanan dihampir
semua jenis ekosistem. Serangga merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam
ekosistem yang mempunyai peran yang tidak dapat dianggap kecil, sebab kehadirannya
mempumyai arti banyak bagi komponen lainnya, terutama bagi tumbuhan dan organisme
lainnya. Kelimpahan serangga dimuka bumi mencapai 80 persen dari total kelimpahan
organisme lain. Sampai saat ini, lebih dari 1 juta spesies serangga baik serangga darat
maupun serangga yang hidup di air telah berhasil diidentifikasi, dan para ahli yakin bahwa
masih banyak spesies serangga yang belum diidentifikasi. Melihat hal-hal tersebut, kita dapat
menduga bahwa serangga mempunyai peran ekologis dan ekonomis yang amat penting.
Secara ekologis, serangga berperan sebagai komponen rantai makanan sebagai herbivora,
karnivora, pengurai dan penyerbuk. Sementara itu, serangga dapat menjadi hama, musuh
alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia. Sebagian besar serangga adalah
pemakan tumbuhan, dan menjadi serangga yang merugikan atau biasa disebut hama. Banyak
jenis ulat (larva kupu-kupu dan ngengat) menjadi hama penting pada tanaman, misalnya
belalang Locusta migratoria adalah pemangsa rakus hampir segala jenis tumbuhan yang
mereka temui disepanjang jalan yang mereka lalui, Sexava sp. dan Aspidiotus destructor yang
menyerang tanaman perkebunan kelapa, dan banyak jenis yang lain. Secara ekologis,
serangga herbivora dapat berperan sebagai pengontrol kelimpahan tumbuhan. Pada beberapa
kasus, serangga herbivora dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan tumbuhan
pengganggu (gulma). Lalat gall Procecidochares connexa misalnya, digunakan untuk
mengendalikan gulma siam (Ewusie, 1990). Serangga juga berperan sebagai pemakan daging
(karnivora), ada yang bersifat menguntungkan yang sering kita kenal dengan musuh alami
yaitu serangga yang berperan sebagai predator dan parasitoid. Misalnya semut rangrang
adalah pemangsa banyak jenis ulat dan larva dari berbagai penggerek. Chilocorus yang
merupakan kumbang kubah (Coleoptera : Coccinellidae) yang memangsa Aspidiotus
destructor pada tanaman perkebunan kelapa. Musuh alami tersebut akan mengontrol
kelimpahan serangga inang atau mangsanya, sehingga selalu berkisar pada ambang yang
normal. Banyaknya pemangsaan dan parasitisme yang dilakukan serangga terhadap hama
dalam lingkungannya cenderung untuk membatasi berlimpahnya spesies tertentu, sehingga
mempersulit banyak spesies untuk menambah kerapatannya (Ewusie, 1990). Serangga
pengurai mempunyai peran penting di alam. Misalnya, rayap dapat menghancurkan dan
menguraikan kayu dan bahan-bahan dari tumbuhan dengan bantuan protozoa dan bakteri
pemecah selulosa di dalam usus belakangnya, sehingga membantu mengubah sampah
tumbuhan menjadi bahan-bahan yang dapat digunakan kembali, baik oleh si rayap sendiri
maupun oleh tanah sebagai bahan penyubur. Beberapa contoh bakteri simbion pemecah
selulosa pada rayap adalah bakteri fakultatif Serratia marcescens, Enterobacter aerogens,
Enterobacter cloacae, dan Citrobacter farmeri yang menghuni usus belakang rayap spesies
Coptotermes formosanus (famili Rhinotermitidae) dan berperan memecah selulosa,
hemiselulosa dan menambat nitrogen. Sementara itu, protozoa simbion yang hidup pada usus
rayap C. formosanus, misalnya Pseudotrichonympha grassi, Holomastigotoides hartmanni,
dan Spirotricho. Sementara itu, bakteri Bacillus cereus ditemukan pada usus kecoa Blaberus
giganteus pemakan kayu. Aktivitas rayap membuat sarang di dalam tanah juga membantu
menggemburkan tanah, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi lebih baik. Proses
penyerbukan pada tumbuhan oleh serangga disebut entomofili. Hubungan antara serangga
penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat erat (bersifat obligat).
Bersifat obligat maksudnya imago serangga berperan sebagai penyerbuk namun stadia larva
serangga berperan sebagai herbivora pada tanaman yang diserbukinya. Selain itu ada juga
serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif, yaitu serangga yang tidak mempunyai hubungan
yang khas, maksudnya serangga imago hanya sebagai penyerbuk, sedangkan stadia lain dari
serangga tersebut tidak sebagai herbivora pada tanaman yang diserbukinya. Contoh dari
serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif adalah lebah atau tawon. Perhatikan pada saat
lebah madu mengunjungi bunga. Lebah madu sangat berperan aktif dalam proses
penyerbukan bunga sambil mencari cairan madu (nektar), mereka juga mengumpulkan
serbuk sari disekujur tubuhnya. Serbuk sari inilah yang secara tidak sengaja akan menempel
pada putik bunga lain yang dikunjunginya, sehingga terjadilah penyerbukan, sehingga jika
disuatu areal tanaman budidaya ditemukan serangga ini maka memungkinkan sekali untuk
membantu penyerbukan tanaman budidaya.

B. Bakteri

Bakteri berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah
kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia yang pada
umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah. Kelompok bakteri ini bersifat
kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi
nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam bidang
pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan
oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasi
yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik
senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme
oleh berbagai makhluk hidup. Contoh bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini
adalah Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Di
samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen
oksida (N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup berbagai
organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.
Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon
(O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2). Di
bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu bersimbiosis dengan
akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk membantu penyuburan tanah. Kelompok
bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen.
Bakteri nitrogen adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2)
bebas di udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh
bantuan enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman
kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul
atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat
digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme. Secara umum, kelompok bakteri ini
dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di dalamnya genus bakteri Rhizobium,
Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium, dan Sinorhizobium. Contoh bakteri
nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.

C. Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat
teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian.
Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi
melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada
tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya
dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di
sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis
tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Gulma secara langsung
maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat
dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya.
Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gilma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges),
dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili
gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak,
menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas
dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada
setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh
gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih
banyak lagi. Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini
dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk
batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-
tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian:
Cyprus rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania
spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdaarkan habita tunbuhanya, dikenal
gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat, dapat
merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya
dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum
conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan
gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air
yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang
tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan
tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).

D. Cacing Tanah

Cacing tanah mampu menghasilkan pupuk organik yang terbukti dapat memperbaiki
kondisi tanah sehingga lahan menjadi subur dan menjadikan tanaman lebih produktif. Cacing
tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut “perut bumi” karena semua mikroorganisme
menguntungkan ada di perut cacing tanah. Karenanya, cacing tanah berperan penting dalam
mempercepat proses pelapukan bahan organik sisa. Dengan kemampuannya memakan bahan
organik seberat badannya sendiri setiap 24 jam, cacing tanah mampu mengubah semua
bentuk bahan organik menjadi tanah subur. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan petani
untuk memperbaiki kesuburan lahan pertaniannya. Cacing juga dapat membuat tanah menjadi
lebih gembur sehingga aerase serta draenase dalam tanah menjadi lebih baik.
UJIAN TAKE HOME

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

OLEH

NAMA : SITI HAJAR DUSU

NIM : 1704060004

KELAS : AGROTEKNOLOGI 4

DOSEN PA : PROF.DR.IR.IN.W.MAHAYASA,MP

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2018

Anda mungkin juga menyukai