Anda di halaman 1dari 7

Biologi Hama Helopelthis sp.

Serangga ini mempunyai tipe metamorfosa tidak sempurna terdiri dari telur, nimfa dan
imago. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada salah satu ujungnya terdapat sepasang
benang yang tidak sama panjangnya. Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan
cara diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung telur yang ada
benangnya menyembul keluar.
Pada fase imago inilah intensitas serangan penghisap buah kakao akan semakin tinggi,
karena selain melakukan pengrusakan terhadap buah-buah kakao, imago akan kawin dan kembali
meletakan telur-telur yang dihasilkannya ke dalam jaringan kulit untuk melanjutkan siklus
keturunannya. Hama penghisap buah dapat menyerang buah kakao saat pagi dan sore hari.
Karena ia tidak menyukai keberadaan cahaya, ketika siang hari hama ini biasanya bersembunyi
di bagian tanaman yang gelap seperti sela-sela atau bagian daun yang menghadap ke bawah.

Ciri-ciri Morfologi
Telur berwarna putih berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit
buah, tangkai daun muda, ranting atau permukaan buah muda dengan ukuran kisaran 1 mm.
Lama periode telur 6 – 7 hari.
Nimfa yang keluar berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa Helopeltis sp
bentuknya seperti serangga dewasa tetapi tidak bersayap, lama periode nimfa 10 – 11 hari. Nimfa
mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap, terdiri dari 5 instar dengan 4
kali ganti kulit.
Helopeltis sp dewasa (imago) pada bagian tengah tubuhnya berwarna jingga dan bagian
belakang berwarna hitam atau kehijau-hijauan dengan garis putih. Pada bagian tengah tubuh
(mesoskutelum) terdapat embelan tengah lurus berbentuk jarum pentul, sayap dua pasang, tipis
dan tembus pandang. Serangga betina dewasa selama hidupnya dapat meletakkan telurnya
hingga 200 butir selama 34 hari. Serangga jantan berwarna coklat kehitam-hitaman, sedangkan
serangga betina berwarna coklat kemerah-merahan, tungkai berwarna coklat kelabu, punggung
berwarna hijau kelabu, dan panjang tubuhnya 6,5 sd 7,5 mm. Serangga yang tumbuh optimal
pada ketinggian 200 sd 1.400 meter di atas permukaan laut ini, dapat hidup sampai 50 hari. Telur
tersebut biasanya diletakan di permukaan buah muda.

Gejala Serangan
Serangga muda (Nimfa) dan dewasa (imago) menyerang pucuk dan buah muda tanaman
kakao dengan menusukkan alat mulutnya (stilet) ke jaringan tanaman kemudian mengisap cairan
di dalamnya. Stilet membentuk dua saluran, yaitu saluran makanan dan saluran air liur. Ketika
stilet melakukan penetrasi ke tanaman inang maka air liur akan dipompa ke bagian tersebut
menyebabkan jaringan tanaman menjadi lebih basah sehingga lebih mudah untuk diisap. Pada
kelenjar ludah dan midgut Helopeltis dijumpai enzim amylase, protease, dan lipase. Adanya
enzim ini akan membantu merombak jaringan tanaman dan penetrasi stilet serta melawan
pertahanan kimia tanaman inang.
Gejala buah kakao yang terserang Helopeltis spp. ditandai dengan bercak-bercak
berwarna cokelat kehitaman. Serangan pada buah muda (ukuran ± 8 cm) menyebabkan layu
pentil dan umumnya buah akan mengering kemudian rontok. Apabila pertumbuhan buah terus
berlanjut maka kulit buah akan mengeras dan retak-retak, dan akhirnya terjadi perubahan bentuk
buah yang dapat menghambat perkembangan biji di dalamnya. Apabila serangan terjadi pada
pucuk maka akan menyebabkan mati pucuk. Pada kulit buah kakao tua tampak bercak-bercak
bekas tusukan berwarna cokelat kehitaman. Pucuk layu dan mati (die back), ranting mengering
dan meranggas. Pada serangan berat, daun-daun gugur dan ranting mengeras.Serangan pada buah
tua biasanya jarang terjadi karena kulit buah sudah terlalu keras dan tidak mengandung cairan
yang bisa dimakan oleh hama penghisap.
Pengendalian

Pengendalian populasi hama Helopeltis spp. pada tanaman kakao dilakukan melalui


konsep pengendalian hama terpadu (PHT), dengan memadukan dua atau lebih teknik
pengendalian yang dikembangkan, yang dapat dilakukan dengan :

a. Penggunaan Varietas Resisten

Varietas kakao yang tahan hama Helopeltis spp. dan berproduksi tinggi menjadi langkah
pertama dalam melakukan strategi pengendalian. Beberapa varietas unggul tahan Helopeltis,
yaitu ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04, dan RCC 70-71.

1. Kultur teknis
Pemupukan yang lengkap dan seimbang akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik
serta memiliki daya tahan terhadap serangan Helopeltis spp. Pemupukan biasanya dilakukan dua
kali dalam setahun, yaitu pada saat musim penghujan atau pada akhir musim hujan. Pemupukan
N secara berlebihan akan mengakibatkan jaringan tanaman menjadi lunak dan kandungan asam
amino sangat tinggi sehingga disukai oleh Helopeltis spp. Sedangkan tanaman yang kekurangan
unsur P dan K akan rentan terhadap serangan Helopeltis spp.

Pemangkasan dengan membuang tunas air (wiwilan) di sekitar cabang-cabang utama


setiap dua minggu, dapat mengurangi populasi Helopeltis karena tunas air merupakan salah satu
tempat peletakan telur Helopeltis. Selain dengan pemangkasan, pengendalian hama penghisap
buah kakao secara kultur teknis juga dapat dilakukan dengan penggunaan pohon penaung yang
dapat menjadi rumah bagi semut hitam yang tak lain adalah musuh alami dari hama penghisap
buah. Beberapa pohon penaung tersebut adalah kelapa, lamtoro, dan sengon. Untuk mengurangi
serangan Helopeltis spp. sebaiknya tanaman pelindung tidak terlalu lebat, sehingga sirkulasi
udara berlangsung lancar. Helopeltis spp. tidak menyukai angin dan sinar matahari secara
langsung.

Selain itu dapat dilakukan dengan sanitasi. Kebun yang kotor mendukung perkembangan
hama ini karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya sehingga perlu dilakukan
pembersihan gulma di sekitar pertanaman kakao.

1. Pengendalian biologis

Dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang Helopeltis spp., seperti
predator, parasitoid, dan patogen serangga (entomopathogen). Beberapa musuh alami golongan
predator yang berperan sebagai pengendali Helopeltis spp. adalah Chrysoperla carnea
(Neuroptera: Chrysopidae), Mallada sp. (Neuroptera: Chrysopidae), dan Oxyopes sp.
(Arachnida: Oxyopidae).  Jenis predator lainnya yaitu Coccinella sp., semut hitam
(Dolichoderus thoracicus) dan semut merah (Oecophylla smaragdina). Namun, populasi semut
hitam dan semut rangrang lebih dominan. Keefektifan predator dalam
mengendalikan Helopeltis antonii membutuhkan waktu sekitar dua tahun.
Semut hitam dan semut merah mengganggu imago Helopeltis spp. pada permukaan buah
menyebabkan Helopeltis tidak bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh
semut tersebut. Pemapanan semut hitam dengan menggunakan sarang daun kelapa yang
dikombinasikan dengan inokulasi kutu putih (Cataenococcus hispidus) menggunakan sayatan
kulit buah kakao cukup berhasil dan dapat menekan serangan dan populasi Helopeltis secara
efektif pada periode empat bulan setelah pemapanan, terutama pada tanaman kakao dengan
penaung kelapa.Selain dengan inokulasi kutu putih dapat meningkatkan populasi semut hitam.

Selain dengan semut hitam, pengendalian hama secara biologi dapat juga dilakukan
dengan menggunakan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang berwarna merah cokelat.
Untuk menghadirkan semut rangrang dapat dilakukan dengan menempatkan atau memindahkan
koloni semut rangrang dari tempat lain atau dengan menaruh bangkai binatang pada pohon untuk
menarik semut rangrang.

Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami golongan patogen,


yaitu Beauveria bassiana dan Lecanicillium lecanii. Penggunaan B. bassiana dosis 25-50 gram
spora per hektar menyebabkan kematian Helopeltis spp. pada 2-5 hari setelah aplikasi.

- Secara Mekanik atau Fisik

Pengendalian Helopeltis spp. secara mekanik dapat dilakukan dengan menangkap


serangga menggunakan alat bantu berupa bambu yang diberi perekat (getah) pada ujungnya.
Disamping itu penyelubungan buah dengan kantong plastik gula berukuran panjang 30-35 cm x
lebar 17-18 cm dan salah satu ujung lainnya dibiarkan terbuka dapat dilakukan pada buah yang
berukuran 8-12 cm. Buah yang diselubungi dengan kantong plastik akan terhindar dari
serangan Helopeltis spp.

- Penggunaan Insektisida Nabati

Pestisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang digunakan
untuk mengendalikan OPT. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tumbuhan, baik
dari daun, bunga, buah, biji, atau akar.Insektisida nabati yang dapat digunakan untuk
pengendalian helopeltis antara lain ekstrak daun mimba, tembakau, sirsak, wedusan, sereh,
paitan dengan konsentrasi 2,5-5%.

- Insektisida kimia sintetis

Pengendalian dengan insektisida sintetik dilaksanakan secara bijaksana dengan


memperhatikan alat aplikasi, jenis, dosis/konsentrasi, cara, dan waktu aplikasi yang
tepat.Insektisida sintetik yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif
kuinalfos+sipermetrin 0,625 l/ha, tiametoksam 0,125 kg/ha, dan lamda-sihalotrin 0,5 L/ha,
0,003% lambda cyhalothrin dan 0,01% triazhopos.Pengendalian kimia dilakukan dengan aplikasi
insektisida seperti Baytroid 50 EC, Sumithion 50 EC, Lannate 50 EC, Orthene 75 EC, dan
Leboycid 550 EC.

Helopeltis spp. adalah jenis serangga yang termasuk dalam genus Helopeltis. Secara
rinci, taksonomi Helopeltis spp. sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Famili : Miridae

Genus : Helopeltis

Spesies : Helopeltis spp.

Referensi :

Elna Karmawati, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.

Firdausil AB, Nasriati, A. Yani. 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Hatta Sunanto. 1994. Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius.

Rijadi Subiantoro. 2009. Hama Penting pada Tanaman Kakao. Politeknik Negeri Lampung.

Anda mungkin juga menyukai