BAB II
PEMBAHASAN
Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh tumbuhan
berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan Gymnospermae sebagai
tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah. Dalam pengertiannya, keseluruhan buah
atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka". Kedua istilah ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dengan
pengertian yang sama tetapi digunakan sebagai nama-nama dari kelas Didynamia.
Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka pada sikas dan
tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi kedua kelompok tumbuhan ini. Tahun 1851
Wilhelm Hofmeister menemukan perubahan-perubahan yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan
berbunga (penyerbukan berganda). Hasil penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang
benar-benar berbeda dari dikotil, dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji
yang bukan kedua kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir inilah yang masih bertahan
hingga sekarang.
Dalam sistem taksonomi modern, kelompok tumbuhan berbunga ditempatkan pada berbagai takson. Selain
Angiospermae, kelompok ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan bunga"). Sistem Wettstein dan
Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat subdivisio. Sistem Reveal memasukkan semua
tumbuhan berbunga dalam subdivisio Magnoliophytina, namun pada edisi lanjut memisahkannya menjadi
Magnoliopsida, Liliopsida, dan Rosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem Cronquist memasukkan kelompok
ini ke dalam tingkat divisio dengan nama Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dan sistem Thorne (1992)
menggunakan nama Magnoliopsida dan meletakkannya pada tingkat kelas. Saat ini, sistem klasifikasi yang
paling akhir, seperti sistem APG (1998) dan sistem APG II (2003), tidak lagi menjadikannya sebagai satu
kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama
angiosperms (sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk nama-nama tidak
resmi).
Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem Klasifikasi Cronquist (1981) masih
banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari sisi filogeni terutama karena bertentangan
dengan hasil-hasil penyelidikan molekular. Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga
dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun
1998 dan diperbaharui (update) pada tahun 2003 sebagai Sistem Klasifikasi APG II.
Sistem Cronquist membagi tumbuhan berbunga menjadi dua kelompok: Magnoliopsida dan Liliopsida.
Nama pemeri lain yang diizinkan dalam Pasal 16 ICBN adalah Dicotyledoneae (dikotil) dan
Monocotyledoneae (monokotil) atas dasar sejarah dan menunjukkan satu ciri cukup mudah untuk diamati
meskipun tidak selalu demikian: tumbuhan dikotil memiliki dua daun lembaga sedangkan tumbuhan
monokotil memiliki satu daun lembaga.
Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan banyak memakai metode pengelompokan statistika
(clustering) serta memasukkan data-data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok
monofiletik atau holofiletik, dan menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil
ternyata tidak (disebut sebagai kelompok bersifat parafiletik). Meskipun demikian terdapat kelompok besar
dikotil yang monofiletik yang dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati" karena
menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga dengan empat atau lima
mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa
dinamakan sebagai paleodicots (paleo- berarti "purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan.
Penyelidikan menggunakan filosofi filogeni hingga sekarang telah menemukan delapan kelompok utama
pada tumbuhan berbunga, yaitu monocots, eudicots, Amborellales, Nymphaeales, Austrobileyales,
Chloranthales, Ceratophyllales, dan magnoliids. Hubungan di antara mereka hingga sekarang masih terus
diselidiki.
Tumbuhan berbiji tertutup (Magnoliophyta atau Angiospermae, dibaca angiosperme dengan "e" terakhir
dibaca panjang) atau tumbuhan berbunga adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan.
Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan alat reproduksi dalam bentuk bunga
atau karena bakal bijinya terbungkus oleh karpela atau daun buah. Ciri yang terakhir ini membedakannya
dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain: Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka.
Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: αγγειον (aggeion,
"penyangga" atau "pelindung") dan σπερμα (sperma, "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada
tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi moderen, kelompok ini sekarang menempati takson
sebagai divisi dan menggunakan nama kelompok (yaitu magnolia) yang menunjukkan keseluruhan ciri-ciri
khasnya: Magnoliophyta, namun klasifikasi terbaru berdasarkan APG menempatkannya dalam suatu klade
yang tidak memiliki suatu takson resmi.
Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri terwariskan) yang khas
dikembangkan oleh kelompok ini. Semua ciri-ciri ini terletak pada bagian reproduktif. Berikut adalah ciri-
ciri tersebut:
• Bunga
Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain.
Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas kemampuan evolusi dan lungkang (ruang hidup atau
niche) ekologisnya sehingga membuatnya sangat sesuai untuk hidup di daratan.
• Benang sari
Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada tumbuhan berbiji
terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk
mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan ruang hidupnya.
• Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung adaptasi karena
melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam perkembangannya. Endosperma secara
fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan muda dalam
perkembangannya.
Angiospermae terdiri atas satu divisi yaitu Anthophyta (tumbuhan berbunga) yang merupakan 80%
tumbuhan saat ini. Divisi ini dibedakan atas 2 kelas yaitu tumbuhan monokotil (sekitar 65.000 spesies) dan
tumbuhan dikotil (sekitar 170.000 spesies). Tumbuhan dikotil dan monokotil dibedakan atas beberapa hal,
antara lain: struktur biji (jumlah kotiledon), struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan
struktur akar.
Angiospermae merupakan tumbuhan berpembuluh berbiji tertutup. Organ vegetatif tumbuhan ini terdiri dari
akar, batang, dan daun. Akar, batang dan daun terdiri dari 3 sistem jaringan yang sama, yaitu: sistem
jaringan dermal/penutup, sistem jaringan pembuluh dan sistem jaringan dasar. Sistem jaringan dermal
terdapat pada bagian terluar tubuh tumbuh-tumbuhan. Pada tubuh tumbuhan primer, sistim jaringan ini
terdiri dari jaringan epidermis, sedangkan pada tubuh tumbuhan sekunder, epidermis digantikan oleh
jaringan periderm. Sistim jaringan pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Xilem berfungsi mengangkut air
dan larutan garam dari akar ke daun melalui batang; sedangkan floem berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke bagian organ lainnya. Sistem jaringan pembuluh terdapat diantara sistim jaringan
dasar, yang sebagian besar terdiri dari jaringan parenkim. Perbedaan pokok antara ketiga organ tersebut
terdapat pada distribusi relatif sistem jaringan pembuluh dan sistim jaringan dasar.
Ciri morfologi
Tubuh tumbuhan terdiri dari akar dan tajuk. Diantara adaptasi yang memungkinkan tumbuhan dapat hidup
di darat adalah kemampuannya untuk mengabsorpsi air dan mineral dari dalam tanah, menyerap cahaya
matahari dan mengambil CO2 dari udara untuk fotosintesis serta kemampuannya untuk hidup dalam kondisi
yang kering.
Akar dan tajuk saling bergantung satu sama lainnya, akar tidak mampu hidup tanpa tajuk, demikian
sebaliknya. Karena tidak memiliki kloroplas dan hidup di tempat yang gelap menyebabkan akar tidak dapat
tumbuh tanpa gula dan nutrisi organik lainnya yang diangkut dari daun yang merupakan bagian dari sistem
tajuk. Sebaliknya batang dan daun bergantung pada air dan mineral yang diserap oleh akar.
Akar tumbuhan berfungsi sebagai penopang berdirinya tumbuhan (jangkar), pengabsopsi air dan mineral,
serta tempat penyimpanan cadangan makan. Tajuk terdiri dari batang, daun dan bunga (bunga merupakan
adaptasi untuk reproduksi tumbuhan Angiospermae). Batang adalah bagian tumbuhan yang terletak di atas
tanah, mendukung daun-daun dan bunga. Pada pohon, batang-batang meliputi batang pokok dan semua
cabang-cabang, termasuk ranting-ranting yang kecil. Batang mempunyai buku sebagai tempat melekatnya
daun, juga mempunyai ruas yakni jarak diantara dua buku. Daun merupakan tempat utama berlangsunya
fotosintesis, kendati ada beberapa spesies tumbuhan yang batangnya dapat melakukan fotosintesis karena
memiliki kloroplas. Daun terdiri dari helaian daun yang melebar (lamina) dan tangkai daun (petiol) yang
menghubungkan daun dengan batang .
Pada ujung batang terdapat tunas yang belum berkembang yang disebut tunas ujung. Selain itu dijumpai
juga tunas aksilar/tunas lateral/tunas samping yang terdapat di ketiak daun, tunas ini biasanya dorman. Pada
banyak tumbuhan, tunas ujung menghasilkan auksin yang dapat menghambat pertumbuhan tunas aksilar.
Fenomena ini disebut dengan dominansi apikal yang merupakan suatu adaptasi yang dapat meningkatkan
kemampuan tumbuhan untuk memperoleh cahaya. Hal ini sangat penting apabila kerapatan vegetasi di suatu
tempat tinggi. Pembentukan cabang juga penting untuk meningkatkan sistem tajuk, pada kondisi tertentu
tunas-tunas aksilar akan mulai tumbuh. Beberapa dari tunas tersebut kemudian berkembang menjadi cabang-
cabang yang menghasilkan bunga dan yang lainnya berkembang menjadi cabang non reproduktif, lengkap
dengan tunas ujung, daun-daun dan tunas aksilar.
Beberapa modifikasi akar dan tajuk
Akar tumbuhan dapat mengalami beberapa modifikasi antara lain menjadi akar yang menyimpan cadangan
makanan (pati) misalnya pada bit gula atau akar penyimpan air pada beberapa famili Cucurbitaceae yang
tumbuh di daerah kering atau daerah yang tidak turun hujan dalam waktu yang panjang, akar nafas
(pneumatofor) yang dapat meningkatkan pertukaran gas antara udara dengan akar-akar yang terendam air
pada tanaman bakau/Avicennia nitida,akar udara pada anggrek yang dapat membantu penyerapan air hujan,
akar parasit/haustorium tali putri/Cuscuta sp , dan mikoriza yaitu simbiosis mutualisme antara akar
tumbuhan dengan cendawan
Seperti halnya akar, batang dan daun juga mengalami modifikasi. Beberapa spesies tumbuhan mempunyai
batang yang mengalami modifikasi untuk fungsi yang beragam, antara lain rhizoma, stolon, runner, umbi
batang (tuber), umbi lapis (bulb) serta umbi kormus (corm) . Rhizoma adalah batang yang tumbuh horizontal
di dalam tanah atau dekat dengan permukaan tanah, mempunyai ruas-ruas yang yang pendek dan pada
bukunya terdapat daun-daun seperti sisik. Dijumpai akar adventif di sepanjang rhizoma, terutama di
permukaan bawahnya . Rhizoma dapat relatif tebal, berdaging, merupakan tempat disimpannya cadangan
makanan misalnya pada famili Zingiberaceae (jahe-jahean). Runner adalah batang yang tumbuh horizontal
di atas tanah, umumnya di sepanjang permukaan tanah, mempunyai ruas yang panjang misalnya pada
tanaman strawberry. Stolon mirip dengan runner, tetapi biasanya tumbuh tegak di dalam tanah. Pada
kentang, beberapa ruas di ujung stolon berkembang membentuk umbi batang. Mata tunas pada umbi kentang
merupakan kuncup yang terdapat pada buku batang, setiap mata tunas tersebut akan mampu berkembang
menjadi individu baru. Berbeda dengan umbi kentang, umbi lapis merupakan kuncup besar yang dikelilingi
oleh sejumlah daun berdaging, dengan satu batang kecil dan pendek pada ujung bawah. Daun berdaging
mengandung cadangan makanan. Pada bawang merah, daun berdaging selalu dikelilingi oleh daun-daun
seperti sisik. Umbi lapis juga dijumpai pada tanaman tulip, lili dan lain-lain. Kormus mirip dengan umbi
lapis tetapi bagian yang membengkak seluruhnya merupakan jaringan batang. Helaian daun berbentuk sisik
menutupi seluruh permukaan kormus.
Perbedaan sel tumbuhan dengan sel hewan adalah sel tumbuhan memiliki kloroplas yang mengandung
klorofil a dan klorofil b sebagai pigmen fotosintetiknya, sel dewasanya memiliki satu vakuola sentral yang
besar yang berfungsi membantu memelihara turgiditas sel, dan memiliki dinding sel. Dinding sel tumbuhan
terutama disusun oleh selulosa. Kebanyakan sel tumbuhan, khususnya sel yang memberikan kekuatan,
mempunyai 2 lapis dinding sel. Dinding yang pertama kali dibentuk disebut dinding primer, dinding yang
dibentuk kemudian adalah dinding sekunder bersifat lebih kaku, terdapat di antara membran plasma dan
dinding primer. Pada tumbuhan dinding primer dari sel yang berdampingan dihubungkan oleh suatu lapisan
lengket disebut lamela tengah.
Pada dinding sel tumbuhan dijumpai struktur khusus yang disebut noktah. Melalui noktah ini aliran
sitoplasma sel-sel yang berdampingan (plasmodesmata) dapat saling berhubungan. Plasmodesmata
merupakan saluran komunikasi dan sirkulasi di antara sel-sel yang berdampingan.
Jaringan
Parenkima
Jaringan ini menyusun sebagian besar tubuh tumbuhan. Sel-sel parenkima umumnya berbentuk sferis pada
awal pembentukannya, tetapi pada perkembangan selanjutnya akibat saling berdesakan satu sama lainnya
menyebabkan bentuk dan ukurannya beragam, pada umumnya berbentuk poligonal (umumnya bersisi empat
belas). Sel parenkima memiliki vakuola besar, dapat mengandung pati, minyak, tanin, kristal serta beragam
hasil sekresi sel lainnya. Sel parenkima tetap hidup setelah dewasa dan memiliki dinding primer yang tipis .
Sel parenkima dewasa dapat membelah dan berdiferensiasi menjadi tipe sel lainnya. Kemampuan sel-sel
parenkima memperbanyak diri sangat penting untuk memperbaiki jaringan yang rusak misalnya pada saat
tumbuhan terluka.
Diantara sel-sel parenkima umumnya dijumpai ruang-ruang antar sel, misalnya pada daun teratai serta
tumbuhan air lainnya yang memiliki ruang-ruang antar sel berukuran besar. Sel-sel parenkima yang
memiliki ruang-ruang antar sel yang besar disebut aerenkima. Pada daun dijumpai sel perenkima yang
mengandung kloroplas yang disebut klorenkima berperan penting dalam proses fotosintesis. Dijumpai pula
sel-sel parenkima tanpa kloroplas pada umbi, buah, biji yang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan.
Beberapa sel parenkima berkembang membentuk sel transfer yang dijumpai pada jaringan nektar bunga dan
tumbuhan karnivor yang berfungsi dalam pengangkutan bahan terlarut diantara sel-sel yang berdekatan. Sel-
sel perenkima dapat mencapai umur yang panjang, pada beberapa tumbuhan kaktus sel parenkima dapat
mencapai umur 100 tahun.
Kolenkima
Sel kolenkima memiliki dinding primer yang lebih tebal daripada sel parenkima dan selnya hidup. Pada
umumnya sel-sel kolenkima terdapat pada bagian subepidermis batang dan tangkai daun, tepi tulang dan
helaian daun. Fungsi utamanya adalah memberi kekuatan pada bagian tumbuhan yang sedang tumbuh dan
jaringan penunjang pada tumbuhan herba.
Sklerenkima
Jaringan sklerenkima merupakan jaringan penguat/penunjang pada tumbuhan, terdiri dari sel-sel
sklerenkima yang memiliki dinding sekunder yang tebal, kaku dan keras karena mengandung lignin. Sel
sklerenkima dewasa terdapat di daerah yang pertumbuhan memanjangnya sudah berhenti.
Terdapat 2 tipe sel sklerenkima yaitu serat dan sklereid (sel batu). Bentuk sel sklereid� isodiameter (agak
membulat), mempunyai dinding sekunder yang tebal dan sangat keras. Kulit kacang dan kulit biji menjadi
keras karena adanya sklereid, selain itu sklereid juga dijumpai tersebar dalam jaringan parenkima daging
buah misalnya pada buah pir. Berbeda dengan sklereid sel serat berbentuk panjang dan ramping dengan
ujung meruncing, biasanya terdapat dalam berkas (kumpulan). Beberapa spesies tumbuhan mempunyai serat
bernilai ekonomi tinggi, misalnya serat manila yang digunakan sebagai bahan dasar tali
Pada tumbuhan terdapat dua macam jaringan penyalur yang penting yaitu xilem dan floem.
Xilem
Berperan penting dalam pengangkutan air dan unsur hara. Xilem disebut jaringan kompleks karena terdiri
dari beberapa jaringan yaitu unsur trakea meliputi pembuluh kayu (trakea) dan trakeid, jaringan parenkima
dan serat. Pembuluh kayu (trakea) ditemukan pada tumbuhan angiosperma, secara individual disebut unsur
pembuluh yang saling berhubungan di ujung-ujungnya membentuk saluran yang panjang. Trakeid seperti
halnya pembuluh kayu selnya akan mati sewaktu dewasa, dan tersusun tumpang tindih. Trakeid tidak
mempunyai plat perforasi seperti halnya pada pembuluh kayu, tetapi memiliki noktah berdampingan yang
saling berpasangan sehingga transportasi air bisa tetap berlangsung. Trakeid pada umumnya terdapat pada
tumbuhan gimnospermae. Trakea dan trakeid memiliki dinding sekunder� dengan komponen utamanya
adalah lignin.
Floem
Floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan, merupakan jaringan
kompleks yang terdiri dari unsur tapis sebagai komponen utama, sel pengiring, jaringan parenkima dan
serat . Unsur tapis mempunya dinding primer yang tipis (tidak memiliki dinding sekunder), tetap hidup pada
saat dewasa tetapi tidak memiliki inti. Unsur tapis dapat berupa pembuluh tapis (pada angiosperma) atau sel
tapis (pada gimnosperma). Unsur tapis didampingi oleh sel pengiring yang bisa berjumlah satu atau dua
buah, diantara keduanya dihubungkan oleh sejumpah plasmodesmata. Nukleus dan ribosom sel-sel
pengiring dapat membentuk protein tertentu yang digunakan oleh pembuluh tapis yang telah kehilangan
nukleusnya, ribosom serta organel-organel lainnya selama proses perkembangannya. Dinding-dinding ujung
pembuluh tapis memiliki plat/lempeng tapis yang mempunyai banyak plasmodesmata berukuran besar,
tempat lewatnya gula, senyawa lain serta beberapa ion mineral di antara pembuluh tapis yang bersebelahan.
Sel pengiring sangat erat hubungannya dengan pembuluh tapis. Apabila pembuluh tapis mati maka sel
pengiring juga mati, keduanya terbentuk dari sel induk yang sama.
Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 yang dapat dikelompokkan
hingga paling sedikit 402 suku (berdasarkan taksiran dalam Sistem APG II). Sistem APG 1998 menyatakan
terdapat 462 suku. Monokotil mencakup sekitar 23% dari keseluruhan spesies dan "dikotil sejati" (eudicots)
mencakup 75% dari keseluruhan spesies.
Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
4. Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735
8. Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350
9. Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
10. Araceae (suku talas-talasan): 4.025
Orchidaceae, Poaceae, Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.
Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan manusia, baik dalam
bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan jelas merupakan suku terpenting
karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi manusia dan ternak dari padi, gandum, jagung,
jelai, haver, jewawut, tebu, serta sorgum. Suku polong-polongan menempati tempat terpenting kedua,
sebagai sumber protein nabati dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan
racun). Suku nilam-nilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-
obatan.
Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah
• Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran
• Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting
• Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak pangan penting
• Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting
• Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.
• Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting masyarakat agraris
daerah tropika
• Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
banyak menghasilkan buah-buahan penting.
Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas, serat (misalnya
kapas, kapuk, and henep, sisal, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer), tumbuhan hias (ruangan
maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.
GYMNOSPERMAE
A. PENGERTIAN
Tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh
(vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh yaitu lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak
berbiji, yaitu paku dan tumbuhan berbiji. Sedangkan tumbuhan berbiji sendiri dibagi dalam tumbuhan berbiji terbuka
(gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae).
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya
tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta).
Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat
dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual
(vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan
tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada tumbuhan biji terbuka, biji tertutup dengan daging buah atau daun
buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di
tutupi oleh daging buah atau daun buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak
sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang
dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu
gymnos yang berarti telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak
terlindung dalam bakal buah (ovarium). Secara harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae =
tumbuhan yang menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta), biji atau bakal biji
selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak
(terekspos) langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus.
Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu
bara : Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat
melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari
salah satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi biji. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti
morfologi yang ada. Selanjutnya Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara Trimerophyta dan tumbuhan berbiji.
Meskipun kelompok ini menghasilkan spora, tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder
seperti pada Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh yang bifasial yang
mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium berpembuluh merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji.
Salah satu contoh Progymnospermae adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah
menunjukkan system percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe protostele. Contoh lainnya adalah
tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman Devon. Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan
adanya system percabangan lateral yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai struktur yang dianggap
sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe eustele yang menunjukkan adanya kekerabatan dengan
tumbuhan berbiji yang sekarang.
B. KLASIFIKASI
Gymnospermae terdiri dari beberapa divisi baik yang sudah punah maupun yang masih ada sampai sekarang, yaitu
mencakup 3 divisi yang telah punah dan 4 divisi yang masih bertahan.
Tumbuhan Gymnospermae yang sudah punah
Tiga divisi yang sudah punah adalah:
Bennetophyta
Cordaitophyta
Pteridospermophyta, sudah punah namun dianggap sebagai moyang Angiospermae.
Divisi Cycadophyta, yang mempunyai daun menyerupai palem, agak menyerupai tumbuhan Cycas yang sekarang.
Kelompok ini (Bennetitales) juga mengikuti garis evolusi yang sama seperti tumbuhan berbiji yang ada sampai
sekarang. Namun terdapat perbedaan, yaitu sifat biseksualisme pada strobilusnya dan aspek lainnya. Kelompok
yang menyerupai Cycas ini hidup pada jaman Jura dan Creta.
Tumbuhan Gymnospermae yang masih ada sampai sekarang
Empat divisi Gymnospermae yang masih bertahan adalah:
1) Ginkgophyta
Hanya satu jenis yang masih bertahan: Ginkgo biloba
2) Cycadophyta
Cycadophyta di bagi menjadi dua famili, yaitu Cycadaceae dan Zamiaceae.
3) Coniferophyta atau dapat disubut Pinophyta
Merupakan tumbuhan runjung.
4) Gnetophyta
Dengan anggota hanya 3 genus: Gnetum(melinjo dan kerabatnya), Welwitschia, dan Ephendra.
C. HABITAT
Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah
kutub dan dari daerah yang cukup air hingga daerah kering.
Ginkgophyta
Banyak ditemukan di negara Cina, khususnya di daerah kecil di Zhejiang Cina dan di Mu Tian Shan. provinsi di
Timur
Cycadophyta
Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis.
Coniferophyta atau dapat disubut Pinophyta
Tumbuhan yang termasuk Coniferophyta hidup tersebar di berbagai daerah, bahkan hampir di seluruh daerah di
dunia. Pohon pinus dan cemara banyak tumbuh di Eropa bagian pegunungan.
Gnetophyta
Banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
D. CIRI-CIRI
Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba. Batang dan akar berkambium sehingga dapat
tumbuh membesar. Akar dan batang tersebut selalu mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas
pembuluh pengangkutan kolateral terbuka. Xilem pada gymnospermae hanya terdiri atas trakeid saja sedangkan
floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4. Bentuk perakaran tunggang.
5. Daun sempit, tebal dan kaku.
6. Tulang daun tidak beraneka ragam.
7. Tidak memiliki bunga sejati.
8. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur terdapat dalam strobilus betina.
9. Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan bunga ataupun runjung. Setiap biji
mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio yang terbentuk oleh suatu proses reproduksi seksual. Sesudah
bertunas embrio ini tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
10. Sperma atau sel kelamin jantan menuju kesel telur atau sel kelamin betina melalui tabung serbuk sari hanya
terdapat pada tumbuhan berbiji.
11. Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran menghantar untuk
mengangkut air, mineral, makanan dan bahan – bahan lain.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk fotosintesis yaitu suatu proses
dasar pembuatan makanan pada tumbuhan.
13. Gymnospermae memiliki batang yang tegak lurus dan bercabang-cabang. Daunnya jarang yang berdaun lebar,
jarang yang bersifat majemuk, dan system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda
dengan karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem pertulangannya beraneka ragam.
E. REPRODUKSI
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus. Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga,
sporofil terpisah-pisah atau membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan makrosporangium yang
tampak menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil dan mikrosporofil terpisah. Sel kelamin jantan berupa
spermatozoid yang masih bergerak aktif. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung
sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap.
Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang
bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini
bermuara pada satu ruang arkegonium.
Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni, walaupun hanya ada satu embrio yang terus berkembang karena
adanya pembelahan beberapa arkegonia. Air sudah tidak digunakan sebagai media fertilisasi karena adanya
pembentukan buluh serbuk pada serbuk sari yang berkecambah.
Pada Coniferophyta dan Gnetophyta spermanya tidak mempunyai flagel, sehingga buluh serbuk menghantarkannya
langsung ke mulut arkegonia. Serta pada Cycas dan Gingko fertilisasinya merupakan bentuk antara kondisi pada
paku-pakuan dan tumbuhan tanpa biji lainnya, yaitu spermanya mampu berenang bebas dan bentuk pada tumbuhan
berbiji yaitu spermanya tidak mampu bergerak bebas.
Gametofi jantan umumnya bersifat haustorial, yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika tumbuh, walaupun
dibutuhkan buluh serbuk tetapi tidak langsung masuk ke arkegonium. Buluh serbuk tersebut tumbuh dan menetap di
dalam nuselus selama berbulan-bulan sebelum menuju gametofit betina. Setelah sampai di mulut gametofit betina,
buluh serbuk robek dan melepaskan sel sperma yang berflagel banyak. Sperma tersebut kemudian menuju ke
arkegonium dan membuahi telur. Dengan adanya buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak ada lagi yang
bergantung pada ketersediaan air pada fertilisasinya.
Proses Penyerbukan dan Pembuahan
Penyerbukan yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara anemogami (penyerbukan dengan
bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada bakal biji. Selang waktu antara penyerbukan sampai pembuahan
relatif panjang. Pembuahan yang terjadi pada gymnospermae disebut pembuahan tunggal (setiap inti generatif
melebur dengan inti sel telur). Mikropil terdedah ke udara bebas. Pembuahan pada gymnospermae disebut
pembuahan tunggal, karena tiap-tiap inti sperma membuahi satu sel telur.
Strobilus jantan Þ serbuk sari Þ jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) Þ buluh serbuk Þ
membelah Þ inti tabung dan inti spermatogen Þ inti spermatogen Þ membelah Þ dua inti
sperma Þ membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium Þ zigot Þ lembaga di dalam biji Þ
tumbuhan baru.
F. IDENTIFIKASI
1. Ordo Cycadales, Divisi Cycadophyta
Ordo ini dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon palem. Batang tidak bercabang, akar
serabut, dan ujung daun mudanya menggulung seperti daun tumbuhan paku muda, termasuk dalam tumbuhan
berumah dua. Alat kelamin jantan dan alat kelamin betina terdapat pada pohon yang berbeda. Pohon jantan
mempunyai tongkol dengan kotak-kotak berisi serbuk sari. Pohon betina membentuk daun buah yang pipih yang
pada lekukan tepi daun buah terdapat bakal biji.
Ordo ini beranggotakan sembilan genus yang masih hidup sampai sekarang dan meliputi sekitar 100 spesies.
Meskipun tumbuhan ini tidak ditemukan dalam fosil diduga sudah muncul pada zaman trias sampai kapur awal.
Tanda-tanda khas golongan ini adalah batang tidak bercabang, daun majemuk tersusun sebagai tajuk di pucak
pohon. Cycadales baik ditemukan baik di wilayah tropic maupun subtropik, misalnya Zamia dan Cycas rumphii
(pakis haji).
strobilus betina
PAKIS HAJI
Klasifikasi Pakis Haji
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Cycadophyta (sikas)
Kelas : Cycadopsida
Ordo : Cycadales
Familia : Cycadaceae
Genus : Cycas
Spesies : Cycas rumphii Miq
Pakis haji berbentuk seperti kelapa sawit dan sering digunakan untuk tanaman hias. Jenis ini dapat ditemukan di
daerah tropis dan subtropis. Pakis haji (aji) atau populer juga dengan nama sikas adalah sekelompok tumbuhan
berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakis haji atau Cycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam
suku Cycadaceae.
Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya sangat jauh kekerabatannya. Kemiripan ini berasal dari
susunan anak daunnya yang tersusun berpasangan. Semua pakis haji berumah dua (dioecious) sehingga terdapat
tumbuhan jantan dan betina. Serbuk sari dihasilkan oleh tumbuhan jantan darirunjung besar yang tumbuh dari ujung
batang. Alat betina mirip daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina tumbuh dari sela-sela ketiak daun.
Walaupun ia disebut “pakis”, dan daun mudanya juga mlungkerpakis sejati, pakis haji sama sekali bukan anggota
tumbuhan berspora tersebut.
Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh sejenis Cyanobacteria,Anabaena cycadeae , yang pada
gilirannya menguntungkan kedua pihak ( simbiosis mutualistis). Akar yang terinfeksi akan membentuk semacam
bintil-bintil yang berisi jasad renik tersebut. Beberapa pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras batangnya,
karena mengandung pati.
Daun tumbuhan kelas ini banyak yang berbentuk jarum, oleh karena itu sering disebut sebagai pohon jarum. Tajuk
pohon kebanyakan berbentuk kerucut (Conus = kerucut; Ferein = mendukung).
SEMOGA BERMANFAAT