Anda di halaman 1dari 16

KARAKTERSAI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUNSINTRONG

OLEH :

AQNALI DWI NABILANUR

(484012010093)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

POLITEKNIK BHAKTI KARTINI

KOTA BEKASI

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusun makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan .

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis . untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak


terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada


mereka yang memberikan bantuandan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagi ibadah.

Bekasi , 12 April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................2


A. Klasifikasi Tumbuhan......................................................................................2
B. Morfologi Tumbuhan.......................................................................................2
C. Kandungan Kimia............................................................................................4
D. Antioksidan...................................................................................................5
E. Uraian DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil).................................................6

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................7


A. Alat...................................................................................................................7
B. Bahan................................................................................................................7
C. Pembuatan Ekstrak...........................................................................................7
D. Karakteristik Simplisia.....................................................................................8
E. Analisis aktivitas antioksidan sampel uji.........................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................10


BAB V KESIMPULAN.........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan berkhasiat obat telah digunakan
masyarakat Indonesia sejak dahulu dan diwariskan secara turun
temurun. Pengetahuan masyarakat untuk menggunakan tumbuhan
berkhasiat obat tersebut tergantung pada pengalaman, tradisi dan jenis
tumbuhan yang ada di daerah setempat. Indonesia terdapat 30.000
spesies tumbuhan dan sekitar 940 spesies diantaranya merupakan
tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan obat yang ada di sekitar
kawasan hutan di manfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku
obat-obatan.
Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yaitu tumbuhan sintrong .
tumbuhan sintrong ( crassophalum crepidiodes ) dari suku asteraceae
merupakan herba yang tumbuh liar di kebun – kebun, tepi sungai,
tanah lembab diwilayah tropis dan subtropis. Kandungan metabolit
sekunder yang terdapat pada tumbuhan sintrong yaitu tannin,
glikosida, flavonoid, saponin dan steroid. Senyawa flavonoida pada
tumbuhan dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal
bebas, oleh karena itu dapat digunakan sebagai antioksidan.
Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas
yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang
merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa
senyawa antioksidan mengurangi resiko terhadap penyakit kronis
seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Prakash, 2001).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai proses
kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme
sel, olahraga berlebihan, ketika tubuh terpapar polusi seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok dan radiasi matahari (Fessenden and
Fessenden, 1986).
Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif dan akan
berinteraksi dengan cara merusak bagian tubuh maupun sel-sel
tertentu yang tersusun atas lemak, protein, karbohidrat, DNA dan RNA
melalui reaksi oksidasi sehingga memicu berbagai penyakit seperti
jantung koroner, penuaan dini dan kanker. Oleh sebab itu dibutuhkan
antioksidan untuk mengatasi radikal bebas (Reynertson, 2007).
1
B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:


i. Untuk mengetahui persyaratan mutu simplisia daun tumbuhan
sintrong.
ii. Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun tumbuhan sintrong.
iii. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
tumbuhan sintrong.

2
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan

Tumbuhan sintrong berasal dari benua Afrika dan telah


menyebar ke seluruh wilayah di Asia, Australia, Fuji, Tonga,
Samoa dan Amerika (Grubben dan Denton, 2004). Tumbuhan
sintrong di Indonesia ditemukan pertama kali di Medan pada
tahun 1926, lalu kemudian menyebar keseluruh Nusantara.
Tumbuhan ini umumnya dapat kita jumpai di kebun, tepi sungai,
tanah lembab diwilayah tropis dan sub tropis (Hidayat dan
Napitupulu, 2015).
B.Klasifikasi tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan dari Herbarium


Medanense (MEDA) Fakultas MIPA Universitas Sumatera
Utara, tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku :
Asteraceae Marga
: Crassocephalum
Jenis : Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moore

C.Morfologi tumbuhan
Tumbuhan sintrong merupakan herba yang tumbuhnya
musiman biasanya berumur 3-4 bulan, memiliki tinggi hingga
satu meter, berbau harum aromatis jika diremas. Daun terletak
tersebar,
3
helaian daun berbentuk bulat telur terbalik,
berujungruncing, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi,
permukaan daun berbulu, panjang 8-20 cm, lebar 3-10 cm,
berwarna hijau.

Tumbuhan sintrong memiliki batang yang tegak, lunak


dan sedikit berair, berwarna hijau. Bunga majemuk berupa
bongkol berwarna hijau dengan ujung berwarna jingga coklat
hingga merah bata, kelopak bunga saling menutup,
mengangguk dan tegak setelah menjadi buah. saat bunga
mekarakan menyebar berbentuk lingkaran dengan bulu- bulu
halus berwarna putih. Akar serabut berwarna putih
(Badrunasar dan Santoso, 2017; Tjitrosoepomo, 2009).
D. Kandungan kimia
Tumbuhan sintrong memiliki kandungan kimia yaitu
flavonoid, tanin, saponin, glikosida, dan steroid/triterpenoid
(Adjatin, 2013; Kusdianti,2008).
 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol


yang memiliki struktur dasar terdiri atas 15 atom C (C6-
C3-C6), dimana dua cincin aromatik yang dihubungkan
oleh satuan karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Terdapat sekitar 10 jenis
flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol,
flavon, glikoflavon, biflavonil, kalkon, auron, flavanon dan
isoflavon (Harborne, 1987). Flavonoid berkhasiat
sebagai antioksidan karena sifatnya sebagai akseptor
yang baik terhadap radikal bebas, yaitu suatu spesies
yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan
pada orbital terluarnya seperti hidroksi radikal dan
superoksida yang biasa disebut sebagai ROS
(Sathiskumar, 2008).

4
 Tanin
Tanin didefinisikan sebagai senyawa polifenol dan
dapat membentuk kompleks dengan protein membentuk
kopolimer yang tidak larut dalam air. Terdapat dua jenis
utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Tanin terhidrolisis terbagi menjadi dua yakni
galotanin dan elagitanin. Tanin terkondensasi memiliki
berat molekul 1000 – 3000, sedangkan tanin terhidrolisis
memiliki berat molekul 1000 – 1500 pada galotanin dan
1000 –3000 pada elagitanin (Harbone, 1996).
Tanin terdapat pada daun, buah yang belum
matang, mempunyai rasa sepat dan mempunyai
kemampuan menyamak kulit (Robinson, 1995).

 Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida
ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif
yang bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1996).
 Glikosida
Glikosida merupakan senyawa yang mengandung
komponen gula dan bukan gula. Komponen gula dikenal
dengan nama glikon dan komponen bukan gula dikenal
sebagai aglikon. Dari segi biologi, glikosida memiliki
peranan penting di dalam kehidupan tumbuhan dan terlibat
di dalam pertumbuhan dan perlindungan tumbuhan
tersebut. Beberapa glikosida mengandung lebih dari satu.
F. Antioksidan

Antioksidan merupakan molekul yang dapat


menetralkan radikal bebas dengan cara menerima atau
mendonorkan satu elektron untuk menghilangkan
kondisi elektron tidak berpasangan (Muchtadi, 2013).
5
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
menghambat spesies oksigen reaktif dan juga radikal
bebas sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-
penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas
seperti karsinogenesis, kardiovaskuler, dan penuaan
(Siagian, 2002).

G. Metode peredaman radikal DPPH (1,1 diphenyl-2-


picrylhidrazil)

Metode peredaman radikal bebas DPPH


didasarkan pada reduksi dari radikal bebas DPPH yang
berwarna oleh penghambat radikal bebas
(Shivaprasad, 2005). Prosedur ini melibatkan
pengukuran penurunan serapan DPPH pada panjang
gelombang maksimalnya, yang sebanding dengan
konsentrasi penghambat radikal bebas ditambahkan ke
larutan reagen DPPH. Aktivitas tersebut dinyatakan
sebagai konsentrasi efektif IC50 (inhibitory
concentration) (Amelia, 2011).
Metode DPPH secara luas digunakan untuk
menguji aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan maupun
senyawa fenol isolat. Metode DPPH memberikan hasil
yang baik, sederhana, dan memerlukan sampel sedikit.
Namun metode DPPH juga mempunyai kekurangan
yaitu membutuhkan waktu yang lama karena
antioksidan bereaksi lambat dengan DPPH dan hanya
bisa larut dalam pelarut organik (Arnao, 2000).

6
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-
alat gelas laboratorium, blender (National), hot plate, kuvet,
lemari pengering, mikroskop (Olympus), neraca analitik
(Vibra), oven (Memmert), rotary evaporator (Stuart),
seperangkat alat penetapan kadar air, spatula dan
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800).
B. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun tumbuhan sintrong. Bahan-bahan kimia yang
digunakan yaitu DPPH, Vitamin C, produksi E-Merck: amil
alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam
nitrat pekat, asam sulfat pekat, α-naftol, benzen, besi (III)
klorida, bismuth (III) nitrat, isopropanol, kalium iodida,
kloralhidrat, kloroform, metanol, n-heksan, raksa (III) klorida,
serbuk magnesium (Mg), serbuk Zn dan timbal (II) asetat.
Bahan kimia berkualitas teknis: etanol 96% dan air suling.

C. Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi
dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 g serbuk simplisia
daun tumbuhan sintrong dimasukkan kedalam bejana tertutup
ditambahkan etanol 96% sampai seluruh serbuk terendam,
ditutup dan dibiarkan selama 3 jam terlindungi dari cahaya
kemudian dipindahkan kedalam perkolator. Tambahkan cairan
penyari sampai terendam kemudian ditutup dengan aluminium
foil, didiamkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan
dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan 1 ml tiap
menit. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa.

7
Ekstrak diuapkan dengan alat rotary evoporator pada
suhu 40 ◦C sampai diperoleh ekstrak yang kental (Depkes RI,
1979).

D. Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi serbuk simplisia daun tumbuhan sintrong
meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut
etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Hasil
pemeriksaan karakterisasi simplisia daun tumbuhan sintrong.

N Penetapan (%) Persyaratan


o
1 Kadar air 7,98 % ≤ 10%
.
2 Kadar sari larut air 23,02 % ≥ 18 %
.
3 Kadar sari larut etanol 21,24 % ≥ 10 %
.
4 Kadar abu total 4,08 % ≤ 16 %
.
5 Kadar abu tidak larut asam 0,91 % ≤ 7%
.
E. Analisis aktivitas antioksidan sampel uji
Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tumbuhan
sintrong menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi sampel uji
menyebabkan terjadinya penurunan nilai absorbansi. DPPH
menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul
diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik
secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan
menetralkan radikal bebas dari DPPH. Warna larutan berubah dari
ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang 516 nm akan hilang jika semua elektron pada radikal
bebas DPPH menjadi berpasangan (Molyneux, 2004).
Ekstrak etanol daun tumbuhan sintrong menunjukkan nilai
penurunan absorbansi DPPH yang lebih kecil dibandingkan Vitamin
C.

8
Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji mampu
menetralisir DPPH dengan memberikan elektron kepada DPPH
sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat
pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal (Silalahi,
2006).Hal ini ditandai dengan warna larutan yang berubah dari
ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang maksimumnya yang menurun (Molyneux, 2004).
Data hasil pengukuran absorbansi sampel dapat dilihat pada
lampiran 13, halaman 60. Sedangkan data hasil pengukuran
absorbansi Vitamin C dapat dilihat pada lampiran 14, halaman 61.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia dan ekstrak etanol


daun tumbuhan sintrong diketahui mengandung golongan senyawa kimia
tertentu. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Komponen fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun tumbuhan
sintrong.
No Golongan Serbuk simplisia Ekstrak etanol daun
senyawa daun tumbuhan sintrong
kimia tumbhan sintrong
1. Alkaloid - -
2. Flavonoid + +
3. Glikosida + +
4. Saponin + +
5. Tanin + +
6. Steroid/ + +
triterpenoid
Keterangan: (+) = mengandung senyawa
(-) = tidak mengandung senyawa

Hasil skrining yang dilakukan terhadap serbuk simplisia dan ekstrak


etanol daun tumbuhan sintrong mengandung senyawa metabolit sekunder
yaitu flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid.
Senyawa antioksidan kuat dalam menetralkan radikal bebas adalah
senyawa fenol. Flavonoid dan tanin termasukdalam golongan senyawa
fenol, sehingga dapat dikatakan bahwa daun tumbuhan sintrong memiliki
potensi antioksidan yang baik.

10
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yaitu tumbuhan sintrong . tumbuhan


sintrong ( crassophalum crepidiodes ) dari suku asteraceae merupakan herba
yang tumbuh liar di kebun – kebun, tepi sungai, tanah lembab diwilayah tropis
dan subtropis. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan
sintrong yaitu tannin, glikosida, flavonoid, saponin dan steroid. Senyawa
flavonoida pada tumbuhan dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat
radikal bebas, oleh karena itu dapat digunakan sebagai antioksidan.

Tumbuhan sintrong berasal dari benua Afrika dan telah menyebar ke


seluruh wilayah di Asia, Australia, Fuji, Tonga, Samoa dan Amerika (Grubben
dan Denton, 2004). Tumbuhan sintrong di Indonesia ditemukan pertama kali di
Medan pada tahun 1926, lalu kemudian menyebar keseluruh Nusantara.
Tumbuhan ini umumnya dapat kita jumpai di kebun, tepi sungai, tanah lembab
diwilayah tropis dan sub tropis (Hidayat dan Napitupulu, 2015).
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi dengan
pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 g serbuk simplisia daun tumbuhan
sintrong dimasukkan kedalam bejana tertutup ditambahkan etanol
96% sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan dibiarkan selama 3
jam terlindungi dari cahaya kemudian dipindahkan kedalam
perkolator. Tambahkan cairan penyari sampai terendam kemudian
ditutup dengan aluminium foil, didiamkan selama 24 jam, kemudian
kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan
1 ml tiap menit. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa.
11

Anda mungkin juga menyukai