OLEH :
(484012010093)
KOTA BEKASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusun makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan .
Penulis,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian...............................................................................................2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan berkhasiat obat telah digunakan
masyarakat Indonesia sejak dahulu dan diwariskan secara turun
temurun. Pengetahuan masyarakat untuk menggunakan tumbuhan
berkhasiat obat tersebut tergantung pada pengalaman, tradisi dan jenis
tumbuhan yang ada di daerah setempat. Indonesia terdapat 30.000
spesies tumbuhan dan sekitar 940 spesies diantaranya merupakan
tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan obat yang ada di sekitar
kawasan hutan di manfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku
obat-obatan.
Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yaitu tumbuhan sintrong .
tumbuhan sintrong ( crassophalum crepidiodes ) dari suku asteraceae
merupakan herba yang tumbuh liar di kebun – kebun, tepi sungai,
tanah lembab diwilayah tropis dan subtropis. Kandungan metabolit
sekunder yang terdapat pada tumbuhan sintrong yaitu tannin,
glikosida, flavonoid, saponin dan steroid. Senyawa flavonoida pada
tumbuhan dapat melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal
bebas, oleh karena itu dapat digunakan sebagai antioksidan.
Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas
yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang
merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa
senyawa antioksidan mengurangi resiko terhadap penyakit kronis
seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Prakash, 2001).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai proses
kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme
sel, olahraga berlebihan, ketika tubuh terpapar polusi seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok dan radiasi matahari (Fessenden and
Fessenden, 1986).
Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif dan akan
berinteraksi dengan cara merusak bagian tubuh maupun sel-sel
tertentu yang tersusun atas lemak, protein, karbohidrat, DNA dan RNA
melalui reaksi oksidasi sehingga memicu berbagai penyakit seperti
jantung koroner, penuaan dini dan kanker. Oleh sebab itu dibutuhkan
antioksidan untuk mengatasi radikal bebas (Reynertson, 2007).
1
B. Tujuan Penelitian
2
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan
C.Morfologi tumbuhan
Tumbuhan sintrong merupakan herba yang tumbuhnya
musiman biasanya berumur 3-4 bulan, memiliki tinggi hingga
satu meter, berbau harum aromatis jika diremas. Daun terletak
tersebar,
3
helaian daun berbentuk bulat telur terbalik,
berujungruncing, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi,
permukaan daun berbulu, panjang 8-20 cm, lebar 3-10 cm,
berwarna hijau.
4
Tanin
Tanin didefinisikan sebagai senyawa polifenol dan
dapat membentuk kompleks dengan protein membentuk
kopolimer yang tidak larut dalam air. Terdapat dua jenis
utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Tanin terhidrolisis terbagi menjadi dua yakni
galotanin dan elagitanin. Tanin terkondensasi memiliki
berat molekul 1000 – 3000, sedangkan tanin terhidrolisis
memiliki berat molekul 1000 – 1500 pada galotanin dan
1000 –3000 pada elagitanin (Harbone, 1996).
Tanin terdapat pada daun, buah yang belum
matang, mempunyai rasa sepat dan mempunyai
kemampuan menyamak kulit (Robinson, 1995).
Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida
ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif
yang bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1996).
Glikosida
Glikosida merupakan senyawa yang mengandung
komponen gula dan bukan gula. Komponen gula dikenal
dengan nama glikon dan komponen bukan gula dikenal
sebagai aglikon. Dari segi biologi, glikosida memiliki
peranan penting di dalam kehidupan tumbuhan dan terlibat
di dalam pertumbuhan dan perlindungan tumbuhan
tersebut. Beberapa glikosida mengandung lebih dari satu.
F. Antioksidan
6
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-
alat gelas laboratorium, blender (National), hot plate, kuvet,
lemari pengering, mikroskop (Olympus), neraca analitik
(Vibra), oven (Memmert), rotary evaporator (Stuart),
seperangkat alat penetapan kadar air, spatula dan
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800).
B. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun tumbuhan sintrong. Bahan-bahan kimia yang
digunakan yaitu DPPH, Vitamin C, produksi E-Merck: amil
alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam
nitrat pekat, asam sulfat pekat, α-naftol, benzen, besi (III)
klorida, bismuth (III) nitrat, isopropanol, kalium iodida,
kloralhidrat, kloroform, metanol, n-heksan, raksa (III) klorida,
serbuk magnesium (Mg), serbuk Zn dan timbal (II) asetat.
Bahan kimia berkualitas teknis: etanol 96% dan air suling.
C. Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi
dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 g serbuk simplisia
daun tumbuhan sintrong dimasukkan kedalam bejana tertutup
ditambahkan etanol 96% sampai seluruh serbuk terendam,
ditutup dan dibiarkan selama 3 jam terlindungi dari cahaya
kemudian dipindahkan kedalam perkolator. Tambahkan cairan
penyari sampai terendam kemudian ditutup dengan aluminium
foil, didiamkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan
dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan 1 ml tiap
menit. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa.
7
Ekstrak diuapkan dengan alat rotary evoporator pada
suhu 40 ◦C sampai diperoleh ekstrak yang kental (Depkes RI,
1979).
D. Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi serbuk simplisia daun tumbuhan sintrong
meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut
etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Hasil
pemeriksaan karakterisasi simplisia daun tumbuhan sintrong.
8
Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji mampu
menetralisir DPPH dengan memberikan elektron kepada DPPH
sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat
pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal (Silalahi,
2006).Hal ini ditandai dengan warna larutan yang berubah dari
ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang maksimumnya yang menurun (Molyneux, 2004).
Data hasil pengukuran absorbansi sampel dapat dilihat pada
lampiran 13, halaman 60. Sedangkan data hasil pengukuran
absorbansi Vitamin C dapat dilihat pada lampiran 14, halaman 61.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Skrining Fitokimia
10
BAB V