Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan
dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan
obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan
penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep (persecription) dokter
berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya
dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai. Di jurusan farmasi
kita akan menjumpai mata kuliah kimia analisis (Voight, 1984).
Kimia analisis dibagi menjadi dua (2) bidang ilmu yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang membahas tentang
identifikasi zat (ada tidaknya suatu unsur), sedangkan analisa kuantitatif merupakan
analisis yang membahas tentang banyaknya suatu zat yang terdapat dalam suatu
sampel.
Pada analisis kimia farmasi kuantitatif, dikenal adanya bromatometri .
Bromatometri merupakan salah satu metode titrimetri, bromatometri merupakan
salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan prinsip reaksi reduksi –
oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron
atau lebih dari dalam zat atom, ion, atau molekul. Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidasinya berubah keharga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah yang memperoleh elektron dan dalam proses itu zat tersebut direduksi .
Metode analisis kimia farmasi kuantitatif merupakan penganalisaan prosedur
kimia analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam bidang
farmasi terutama dalam menentukan kadar dan mutu obat-obatan dan senyawa kimia.
Bromometri merupakan salah satu metode titrimetri. Pada metode ini
digunakan bromin, sebagai oksidator. Brom akan direduksi oleh zat-zat organik dan
terbentuk senyawa hasil subtitusi yang tidak larut dalam air. Brom juga dapat

1
digunakan untuk menetaplam kadar senyawa-senyawa organik yang mampu bereaksi
secara adisi atau subtitusi dengan brom.
Titrasi Redoks berdasarkan pada perpindahan elektron titran dengan analit.
Jenis titrasi ini biasa menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir.
Meskipun demikian, penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan
adanya kelebihan titran juga sering digunakan.
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat
(gram) tiap satuan volume (milliliter) atau setiap satuan larutan, sehingga satuan
kadar seperti ini adalah gram/milliliter. Cara ini disebut dengan berat/volume b/v.
Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar gram zat terlarut tiap gram
pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b.
Metode bromo-bromatometri banyak digunakan dalam industri obat-obatan,
dalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar dan mutu obat-obatan dari
senyawa kimia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dilakukan praktikum
bromatometri guna untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait analisis
bromatometri.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang analisis
bromatometri
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami cara penetapan kadar
suatu senyawa dengan menggunakan metode bromatometri.
1.2.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang analisis
bromatometri
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu
senyawa dengan menggunakan metode bromatometri.
1.3 Prinsip Percobaan

2
Prinsip percobaan bromatometri yaitu penetapan kadar suatu zat dengan prinsip
reduksi oksidasi menggunakan suatu sampel dan larutan kanji sebagai indikator.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi – oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan
hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul). Bila
suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah keharga yang lebih positif.
Suatu zat mengoksidasi adalah yang memperoleh elektron dan dalam proses itu zat
tersebut direduksi. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan di peroleh satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion , atau molekul). Bila suatu unsur direduksi.
Keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dan dalam proses itu, zat ini
dioksidasi. (Rivai, 1995)
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi
dari ion bromat (BrO3-). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini
menunjukkan bahwa kalium kromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan
reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini, titran harus dilakukan
dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan
kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion
bromat dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan warna kuning pucat.
Warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir (Wunas
dan said, 1986).
Kalium bromat (KBrO3-) adalah oksidator kuat. reagen ini dapat digunakan
dalam dua cara, sebagai oksidator langsung untuk zat-zat reduktor tertentu untuk
menghasilkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui. Bromin tersebut
kemudian digunakan membrominasi secara kuantitatif senyawa-senyawa organik.
Bromin yang dihasilkan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan kuat yang tinggi
dan mudah menguap. Karna itu, penetapan harus dilakukan pada suhu terendah
mungkin, serta labu yang dipakai untuk titrasi harus ditutup (Ruth dan Blosctc, 1988)
Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi.
Beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan

4
perubahan warna telah dipelajari perubahan warna ini biasanya tidak reversibel, dan
kita harus berhati-hati agar bisa mendapatkan hasil yang baik. Ada tiga indikator
yang diketahui berperilaku reversibel, yaitu :
∝- naphtoflavone, quinoline kuning, dan P-ethoxychrysoidin. Indikator-indikator ini
tersedia secara komersil. (Day & Underwood, 2002: 302)
Sebuah larutan standar kalium bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan
sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat
dipergunakan untuk membronisasi secara kuantitatif berbagai senyawa organik.
Bromida berlebih (relatif terhadap bromat) hadir dalam kasus-kasus semacam ini,
sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang
diambil. Biasanya, bromin yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas
yang dibutuhkan untuk membronisasi senyawa organik tersebut untuk membantu
memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya. Reaksi bromin dengan senyawa
organiknya dapat berubah subsitusi atau bisa juga berupa adisi. Reaksinya dengan 8-
hidroksiquinolin adalah sebuah reaksi subsitusi.
Dalam analisa dari suatu senyawa organik, suatu kelebihan terukur dari
campuran KBr – KBrO3 ditambahkan dan campuran tersebut diasamkan,
membebaskan Br2. Setelah reaksi brominasi selesai, bromin berlebihnya ditentukan
melalui penambahan kalium iodida, diikuti oleh titrasi dari iodin yang dibebaskan
dengan natrium tiusulfat standar:
Br2 + 2 I- → I2 + 2Br –
I2 + 2 S2O32- → SI- + S4O62-
Rekasi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium
bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas
yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi
secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromida berlebih hadir dalam kasus-
kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari
jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat
kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawa organik
tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya. Reaksi

5
bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa substitusi atau bisa juga reaksi
adisi (Khopkar, 1990: 73).
Pada titrasi langsung, langsung dilakukan dalam suasana asam dan
menggunakan indikator metil merah. Pada titrasi ini, menjelang titik akhir titrasi
perlu ditambahkan lagi indikator karena dalam lingkungan asam, metil merah akan
dirusak oleh beberapa brom secara irreversibel menjadi warna kuning. Reaksi
perusakan ini sangat cepat adn ada kemungkinan terjadi sebelum titik akhir tercapai
sehingga perlu ditambahkan indikator menjelang titik akhit. Pada titrasi tidak
langsung, penetapan kadar senyawa dilkaukan dengan cara mereaksikan dengan
brom berlebihan yang biasanya didapat dari larutan kalium bromat, kalium bromida.
Larutan tersebut dengan KI dan dititrasi dengan natrium tiosulfat dengan indikator
pati. Penetapan kadar senyawa dengan titrasi tidak langsung ini dilakukan dalam
erlenmeyer tertutup karena sifat brom yang mudah menguap (Day & Underwood,
2002).
Kalium bromat adalah oksidator kuat, namun kecepatan reaksinya tidak cukup
tinggi untuk menaikkan kecepatan titrasi yang dilakukan dalam suasana asam kuat
dan dalam keadaan panas. Pada titrasi ini dengan adanya kelebihan ion bromat maka
akan bereaksi dengan bromid membentuk bromin (Br2) yang berwarna kuning pucat.
Bromin ini mudah menguap dan sehingga titrasi harus dalam suhu rendah.
(Underwood, 2002: 297-298)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol

6
Pemerian : Cairan jernih tidak berbau, tidak berwarna,
dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pelarut
2.2.2 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,00 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih; mudah
menguap; dan mudah bergerak ; bau khas;
rasa panas; mudah terbakar dan
memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam
kloroform P, dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya; ditempat sejuk, jauh dari
nyala api
Kegunaan : Sebagai Pelarut
2.2.3 HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 36,46g/mol

7
Pemerian : Cairan, tidak berwarna; berasap; bau
merangsang, jika diencerkan dalam 2
bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Pemberi suasana asam
2.2.4 Indikator kanji (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AMILUM MANIHOT
Nama Lain : Pati
Rumus Molekul : C12H20O11
Berat Molekul : -
Pemerian : Serbuk hablur, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Indikator
2.2.5 Iodine (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : IODIDUM
Nama Lain : Iodin
Rumus Molekul : I2
Berat Molekul : 126,9 g/mol
Pemerian : Keping atau butir, berat mengkilap hitam,
kelabu bau khas
Kelarutan : Larut dalam 3500 bagian air, 13 bagian
etanol, dalam 18 bagian gliserol dan larut
dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai larutan baku
2.2.6 Kalium Bromat (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : KALII BROMAT
Nama Lain : Kalium Bromat

8
Rumus Molekul : KBrO3
Berat Molekul : 167,09 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk harbuk putih


Kelarutan : Pada suhu 15,50 larut dalam 12,5 bagianair,
dalam 2 bagian air mendidih, sangat sukar
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Komposisi Br2
2.2.7 Kalium Bromida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : KALII BROMIDUM
Nama Lain : Kalium Bromida
Rumus Molekul : KBr
Berat Molekul : 119,01 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau
buram atau serbuk; tidak berbau; rasa asam
dan agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan
dalam lebih kurang 200 bagian etanol (90%)
P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai komposis Br2
2.2.8 Metil Red
Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil Merah
Rumus kimia : C15 H15 N2 O3
Berat molekul : 305,76

9
Pemerian : serbuk merah gelap
Kelarutan : sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan : sebagai indikator.
2.2.9 Sulfonamida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM
Nama Lain : Sulfadiazin
Rumus Molekul : C10H10N4O2S
Berat molekul :250,27
Pemerian : Serbuk putih kekunigan atau putih
agak merah jambu, hampir tidak berbau,
tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol (95%) P dan dalam
aseton P, mudah larut dalam asam mineral
encer dan dalam larutan alkali hidroksida
Kegunaan : Antibakteri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung
dari cahaya matahari.
2.3 Prosedur Kerja
a. Penentuan Kadar Sulfonamid Dengan Metode Titrasi Berulang
1) Ditimbang 250 mg
2) Sulfonamide dilarutkan dalam HCl 3%
3) Ditambahkan 5 gram kalium bromide
4) Ditambahkan HCl pekat sampai larutan mengandung 25% HCl
5) Dititrasi dengan kalium bromate sampai membentuk warna kuning
6) Larutan kemudian ditambahkan dengan 1 gram kalium iodide dan iodium
7) Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0.1 N dengan indicator kanji
b. Penentuan Kadar Sulfonamid Dengan Metode Titrasi Langsung
1) Ditimbang 250 mg sulfonamide
2) Dilarutkan dalam hcl 3%
3) Ditambahkan dengan indicator metil red

10
4) Dititrasi dengan kalium bromate 0.1 n
5) Ditambahkan lagi indicator metil red saat mendekati titik akhir titrasi

11
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum mengenai Bromatometri dilaksanakan pada hari kamis, 14 Maret
2018 pukul 15.00 WITA sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Kimia
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Bromatometri adalah batang pengaduk,
erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, lumping dan alu, neraca analitik, dan pipet tetes.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Bromatometri adalah HCl, larutan
kanji, larutan Iodin, kalium bromat, kalium bromida, methylene red, dan
sulfonamide.
3.3 Cara Kerja
a. Penentuan Kadar Sulfonamid Dengan Metode Titrasi Berulang
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3) Digerus 3 tablet sulfonamide sampai halus
4) Ditimbang 250 serbuk sulfonamide, ditimbang sebanayak 2 kali
5) Ditimbang 5 gram kalium bromide
6) Diambil 28 ml HCl
7) Diambil 10 ml natrium tiosulfat
8) Diencerkan 25 ml kalium bromate menjadi 200 ml
9) Diambil kalium bromate sebanyak 20 ml
10) Dimasukan sulfonamide kedalam gelas kimia
11) Dilarutkan dengan 3 ml HCl
12) Ditambahkan kalium bromide sebanyak 5 gram, diaduk hingga tercampur
13) Ditambahkan HCl sebanyak 25 ml
14) Ditetesi larutan iodin sebanyak 5 tetes

12
15) Dititrasi dengan diteteskan natrium tiosulfat sebanyak 33 tetes
16) Dititrasi dengan larutan kanji sebanyak 3 tetes
b. Penentuan Kadar Sulfonamid Dengan Metode Titrasi Langsung
1) Dimasukan serbuk sulfonamide ke dalam erlenmeyer
2) Dilarutkan dengan 3 ml HCl
3) Ditetesi denga methylene red sebanyak 3 tetes
4) Dititrasi dengan kalium bromate
5) Ditambahkan 2 tetes methylene red
6) Dihentikan titrasi

13
BAB IV
PERHITUNGAN DAN REAKSI
4.1 Perhitungan
Perhitungan penetapan kadar sulfonamide
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸
% Kadar = x 100%
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
0.3 x 30 x 83
= x 100%
2.5 𝑥 1000
= 29.86 %
4.2 Reaksi
a. Reaksi KBr, KBrO3 dan HCl
5 KBr + KBrO3 + 6 HCl 6 KCl + 3 Br2 + 3 H2O
b. Reaksi KI dengan Br2
2 KI + Br2 2 KBr + I2
c. Reaksi I2 dengan Na2S2O3
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
d. Reaksi sampel

14
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Metode Sampel Gambar Hasil Ket
Titrasi Obat Menghasilkan -
sulfanomid Putih
Berulang
kekuningan

Titrasi Obat Menghasilkan +


Sulfanomid Warna merah
Langsung
mudah pekat

5.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini menggunakan metode bromatometri. Bromatometri
merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat
(BrO3).Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat.Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup
tinggi.Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan
dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan
akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat,dan bromin yang
dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat,warna ini sangat
lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir.Bromin yang dibebaskan
ini tidak stabil,karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah
menguap,karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin,serta
labu yang dipakai untuk dipakai untuk titrasi harus ditutup.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom
subtitusi.Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan
stibium dalam bentuk trivalen walaupun tercampur dengan stanum valensi.Pada
percobaan kali ini sampel obat golongan sulfonamida yaitu obat sanprima.Penentuan
kadar pada percobaan kali ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode titrasi
berulang dan metode titrasi langsung.

15
Untuk membuat suatu larutan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan.
Kemudian alat dibersihkan menggunakan alkohol 70%, alasan penggunaan alkohol
yaitu sebagai desinfektan dan antiseptik. Selain itu efektifitas alkohol 70% sebagai
desinfektan terhadap kuman pada alat yang digunakan dengna membersihkan dan
menggenangi membran alat selama beberapa menit, terbukti mampu mereduksi
jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membran alat (Pratiwi, 2008).
Untuk penentuan kadar sulfonamida dengan metode titrasi berulang sampel
digerus dan ditimbang dengan berat 250 mg menggunakan neraca Ohaus,selanjutnya
sulfonamida dilarutkan dalam HCl 3 ml ditambah dengan kalium bromida 5 gram
kemudian dicukupkan dengan HCl hingga 20 ml,langkah selanjutnya sulfonamida
diletakkan digelas kimia dan di titrasi dengan kalium bromat sehingga terjadi
perubahan warna yang tadinya berwarna kuning.
Untuk metode titrasi langsung,ditimbang sampel 250 mg sulfonamid kemudian
dilarutkan dalam HCl 3 ml kemudian ditetesi dengan indikator metil red sebanyak 3
kali,kemudian ditetesi lagi dengan menggunakan kalium bromat hingga warnanya
berubah dari warna merah cerah menjadi warna merah muda.Kemudian larutan
tersebut ditetesi kembali dengan indikator metil red sebanyak 2 kali sehingga
warnanya berubah lagi dari warna merah muda menjadi merah muda yang lebih
pekat.
Dalam percobaan ini diperoleh persen kadar yang ini diperoleh persen kadar
yang tidak sesuai dengan persyartaan kadar yang tertera pada literatur,hal ini
mungkin saja disebabkan oleh Cara titrasi yang kurang benar,Larutan teroksidasi
oleh cahaya kesalmatan dan pengamatan penggunaan alat yang kurang bersih dan
pengukuran kurang teliti.

16
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi – oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan
hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion, atau molekul).
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari
ion bromat (BrO3-).
6.2 Saran
6.2.1 Jurusan
Pihak jurusan sebaiknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana di jurusan
farmasi, sehingga tercipta lingkungan pembelajaran yang baik
6.2.2 Laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih
diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan.
6.2.3 Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih ditingkatkan.

17

Anda mungkin juga menyukai