Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN GOUT ARTHRITIS

OLEH :
RIZKI RESTIYANI (P1337420216002)
KARTIKA DWI ANANDA (P1337420216008)
YASINTA PRATIWI NUGRAHENI (P1337420216015)
SEBASTIAN ALFARIZI (P1337420216022)
ERNA DWI RIYANTI (P1337420216023)
IFTINAN HIKMAT MUMTAHANAH (P1337420216031)
ATIKA NUR KHAFIFAH (P1337420216037)

3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018

1
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTHRITIS

A. DEFINISI
Penyakit Pirai (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang di sebabkan
oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi.
Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam
urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar normal asam urat dalam
darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7
mg/dl (Junaidi, 2013:80).
Menurut Fitriana (2015), Gout athritis merupakan penyakit yang
diakibatkan oleh kelainan pada metabolisme dengan gejala adanya peningkatan
konsentrasi asam urat dalam darah.
Gout merupakan sekelompok penyakit heterogen yang terjadi akibat
deposisi kristal monosodium urat (MSU) pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat pada cairan ekstraseluler. Dasar gangguan metabolik
Gout adalah hiperuisemia yaitu kadar asam urat (menurut Council For
International Organisation of Medical Sciences/CIOMS) untuk pria > 7 mg/dl
dan untuk wanita > 6 mg/dl; sedangkan menurut Roche kadar normal untuk pria
sekitar 3,4 – 7,0 mg/dl dan untuk wanita 2,4 – 5,7 mg/dl (Ongkowijaya, 2009).
Istilah gout berasal dari kata “gutta” yang berarti tetesan. Konon, menurut
kepercayaan masyarakat pada saat itu, gout muncul sebagai akibat dari tetesan
roh jahat yang masuk kedalam sendi. Penyakit gout dapat dijumpai disetiap
negara di dunia. Hasil penelitian epidemologis menunjukkan bahwa bangsa
Maori di Selandia Baru, Filipina, dan bangsa-bangsa dikawasan Asia Tenggara
mempunyai kecenderungan menderita penyakit ini. Di Indonesia, suku

2
Minahasa dan Tapanuli berpeluang menderita penyakit gout lebih tinggi
dibandingkan dengan suku-suku yang lainnya (Junaidi, 2013:80).
Jadi, gout artritis adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan
meningkatnya konsentrasi asam urat.

B. Etiologi
Berikut faktor-faktor penyebab terjadinya gout arthritis :
1. Penyakit ginjal kronis
Ginjal merupakan filter berbagai benda asing untuk diekskresi keluar
tubuh. Karena itu, gangguan yang timbul pada organ ini akan
memengaruhi metabolisme tubuh dan menimbulkan berbagai jenis
penyakit. Salah satunya penyakit yang bisa ditimbulkan adalah
hiperurisemia. Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan
sebab akibat. Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu eskresi
asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012:41).
2. Faktor usia
Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas
40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Jumlah total penderita gout pada
pria lebih banyak dibandingkan dengan kaum wanita. Ketika memasuki
usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan
wanita. Dalam sebuah kajian di Amerika, prevalensi berlipat ganda dalam
populasi usia 40-75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi gout pada
populasi dewasa di Inggris diperkirakan sebesar 1.4%, dengan puncaknya
lebih dari 7% pada pria usia 40-75 (Beyond, 2013). Menurut survey yang
diadakan oleh National Health and Nutrition Examinition Survey
(NHANES), rasio penderita hiperurisemia sebagai berikut:
a. Usia diatas 20 tahun : 24%
b. Usia 50-60 tahun : 30%
c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%

3
d. Rata-rata penduduk Asia : 5-6%

Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang berusia


75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun,
bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit tersebut
merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang sebelumnya
telah dialami (Lingga, 2012:24).

3. Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam
urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut
setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling tinggi
adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di dalam
cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat yang
dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika tubuh
kekurangan air, maka akan menghambat ekskresi asam urat sehingga
memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh kurang, maka
sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk. Penumpukan asam urat dan
sisa metabolisme itulah yang menimbulkan nyeri di persendian (Lingga,
2012:166).
4. Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang beredar di
dalam tubuh. secara teknis, penambahan purin yang beredar di dalam darah
tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan. Artinya, semakin
banyak mengkonsumsi purin, semakin tinggi kadar asam urat (produk akhir
metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012:98).
5. Konsumsi alcohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat
besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol.
Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami
obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Jepang oleh Shirusi H. (2009)
menemukan korelasi nyata antara konsumsi alkohol dan obesitas terhadap

4
hiperurisemia. Resiko konsumsi alkohol semakin tinggi jika dilakukan oleh
penderita obesitas. Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar
mengkonsumsi akohol dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012:47).
6. Pasca-operasi
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan kadar
asam urat sesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka konsumsi
pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat terhambat untuk sementara
waktu (Lingga, 2012:28).
C. Klasifikasi
Secara tradisional, gout dibagi menjadi dua, yaitu: bentuk primer (90%) dan
bentuk sekunder (10%). Gout primer adalah gout yang penyebabnya tidak
diketahui atau karena gangguan/kelainan proses metabolisme tubuh.
Sementara itu, gout sekunder adalah gout yang penyebabnya dapat diketahui.
Orang normal setiap hari membuang 700 mg asam urat melalui urin, dan sisa
yang tersimpan dalam cairan tubuh adalah sekitar 1.000 mg. Penderita gout
menghasilkan asam urat secara berlebihan, sehingga yang tersimpan dalam
tubuh meningkat menjadi 3-15 kali dari keadaan normal. Dan dilain pihak
pengeluarannya melalui ginjal terganggu atau menurun (Junaidi, 2013:81).
D. Patofisiologi
Untuk menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu
yang menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh hiperurisemia
kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau lemahnya
faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita hiperurisemia.
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat penderita
akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi selama
beberapa tahun, penderita tersebut akan mengalami stadium interkritikal.
Setelah memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk menuju fase akhir
yang dinamakan dengan stadium gout kronis (Lingga, 2012:19).

5
E. Manifestasi klinik
Biasanya, serangan gout arthritis pertama hanya menyerang satu sendi dan
berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara
bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala sehingga
terjadi serangan berikutnya. Namun, gout cenderung akan semakin memburuk,
dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan
menyerang beberapa sendi. Alhasil, sendi yang terserang bisa mengalami
kerusakan permanen (Junaidi, 2013:84).
Lazimnya serangan gout arthritis terjadi dikaki (monoarthritis). Namun, 3-
14% serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis). Biasanya, urutan
sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki

6
(podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,
pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku (Junaidi, 2013:85).
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu atau beberapa sendi.
Umunya serangan terjadi pada malam hari. Biasanya, hari sebelum serangan
gout terjadi penderita tampak sangat bugar tanpa gejala atau keluhan, tetapi
tiba-tiba tepatnya pada tengah malam menjelang pagi, ia terbangun karena
merasakan sakit yang sangat hebat serta nyeri yang semakin memburuk dan tak
tertahankan (Junaidi, 2013:85).
Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit diatasnya akan
berwarna merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri
jika digerakkan, dan muncul benjolan pada sendi (yang disebut tofus). Jika
sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya akan berwarna merah kusam dan
terkelupas (deskuamasi). Gejala lainya adalah muncul tofus di helixs telinga/
pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit diatas sendi yang terserang gout bisa
memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang (Junaidi, 2013:85).
Kristal dapat terbentuk disendi-sendi perifer karena persendian tersebut
lebih dingin dibandingkan persendian ditubuh lainya, karena asam urat
cenderung membeku pada suhu dingin. Kristal urat juga terbentuk ditelinga dan
jaringan lainya yang relatif dingin. Gout jarang terjadi pada tulang belakang,
tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari arthritis gout akut adalah demam,
menggigil, tidak enak badan, dan denyut jantung berdetak dengan cepat.
Serangan gout akan cenderung lebih berat pada penderita yang berusia dibawah
30 tahun. Biasanya, gout menyerang pria usia pertengahan dan wanita pasca-
menopause (Junaidi, 2013:86).
Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat didalam sendi dan tendon terus berlanjut dan
menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan
keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar sendi. Tofi juga
bisa terbentuk didalam ginjal dan organ tubuh lainya, dibawah kulit telinga atau

7
disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan
mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur (Junaidi, 2013:86).

F. Komplikasi
Bila Diobati, Artritis Gout jarang menimbulkan ancaman kesehatan jangka
panjang. Bila tidak diobati, asam urat bisa berkembang menjadi gangguan
kronis menyakitkan dan melumpuhkan. Serangan gout kronis dapat merusak
tulang rawan dan tulang, menyebabkan disfungsi sendi ireversibel dan cacat.
Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2006 gout menunjukkan bahwa
66 % orang dengan gout dianggap rasa sakit menjadi yang terburuk yang pernah
mereka alami, sementara sekitar 75 % mengklaim bahwa suar-up membuat
berjalan sangat sulit dan sekitar 70 persen melaporkan masalah bermain
olahraga atau bahkan menempatkan di kaus kaki dan sepatu.
Jika gout tidak diobati, tophi (gumpalan kristal urat) dapat tumbuh sampai
berukuran sebesar bola golf dan menyebabkan berbagai masalah pada sendi dan
organ. Batu ginjal terjadi pada 10-40 persen pasien gout dan sekitar 25 persen
dari mereka dengan hyperuricemia kronis mengembangkan penyakit ginjal,
yang kadang-kadang berujung pada gagal ginjal.
Meskipun perlu dicatat bahwa dalam kebanyakan kasus penyakit ginjal
datang pertama dan menyebabkan konsentrasi tinggi asam urat sekunder karena
berkurangnya penyaringan. Kondisi lain yang berkaitan dengan gout jangka
panjang termasuk katarak, sindrom mata kering dan komplikasi paru-paru.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout antara lain:
1. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto Konvensional (X-Ray)
1) ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus)
berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari kaki.
2) tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif.
3) peradangan dan efusi sendi.
2. Pemeriksaan laboratorium

8
1) Asam Urat (Serum)
a) Dijalankan untuk memantau asam urat serum selama pengobatan
gout.
b) 3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung tabung berpenutup
merah. Diusahakan supaya tidak terjadi hemolisis.
c) Elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati,
ginjal, otak, jantung), remis, sarden selama 34 jam sebelum uji
dilakukan.
d) nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 – 8,0 mg/dL, Perempuan Dewasa :
2,8 – 6,8 mg/Dl
e) peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout,
alkoholisme, leukimia, limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal
jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat : asam
askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-
merkaptopurin, teofilin, salisilat.
2) Asam Urat (Urine 24 jam)
a) Untuk mendeteksi dan/atau mengonformasi diagnosis gout atau
penyakit ginjal.
b) Sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan
pengawet dan didinginkan.
c) Pengambilan diet makanan yang mengandung purin ditangguhkan
selama penampungan.
d) Tidak terdapat pembatasan minuman.
e) Nilai normal :250 – 750 mg/24 jam
f) Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia,
sindrom Fanconi, terapi sinar–X, penyakit demam, hepattis virus,
pengaruh obat: kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan
kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi).
g) Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi
pada pH urine rendah (asam).
3) Pemeriksaan cairan sendi

9
a) Tes makroskopik
(1) Warna dan kejernihan
 Normal : tidak berwarna dan jernih
 Seperti susu : gout
 Kuning keruh : inflamasi spesifik dan nonspesifik karena
leukositosis
 Kuning jernih : arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis
(2) Bekuan
 Normal : tidak ada bekuan
 Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan.
Makin besar bekuan makin berat peradangan
(3) Viskositas
 Normal : viskositas tinggi (panjangnya tanpa pututs 4-6
cm)
 Menurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik)
 Bervariasi : hemoragik
(4) Tes mucin
 Normal : terlihat stu bekuan kenyal dalam cairan jernih
 Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas
tegas : rheumatoid arthritis
 Mucin jelek : bekuan berkeping-keping : infeksi
b) Tes mikroskopik
(1) Jumlah leukosit
 Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm3
 200 – 500/mm3 → penyakit non inflamatorik
 2000 – 100 000/mm3 → penyakit inflamatorik akut. Contoh
: arthritis gout, arthritis reumatoid
 20 000 – 200 000/mm3 → kelompok septik (infeksi). Contoh
: arthritis TB, arthritis gonore
 200 – 1000/mm3 → kelompok hemoragik

10
(2) Hitung jenis sel
 Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25%
 Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik: Arthritis gout akut
: rata-rata 83%
 Faktor rematoid : rata-rata 46%, Artrhritis rematoid : rata-
rata 65%
(3) Kristal-kristal
 Normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi
 Arthritis gout : ditemukan kristal monosodium urat (MSU)
berbentuk jarum memiliki sifat birefringen ketika disinari
cahaya polarisasi
 Arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol
c) Tes kimia
(1) Tes glukosa
 Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi
adalah kurang dari 10mg%
 Pada kelompok inflammatorik : Arthritis gout : perbedaan
rata-rata 12 mg%
 Faktor rematoid : perbedaan 6 mg%
(2) Laktat Dehidrogenase
 Normal : 100 – 190 IU/l, 70 – 250 U/l
 Meningkat : rematoid arthritis, gout, arthritis karena infeksi
(3) Tes mikrobiologi
 untuk kelainan sendi yang disebabkan infeksi
 hasil negatif pada kultur bakteri cairan sendi ( Joyce
LeFever, 2008 )

11
H. Penatalaksanaan
1. Olahraga aerobik/senam
Manfaat kesehatan olahraga aerobik meliputi berkurangnya resiko
penyakit jantung atau penyakit kronis lainya, menormalkan tekanan darah,
mengontrol berat badan, mengurangi gula darah dan lemak, dan mengurangi
kekakuan dan nyeri karena arthritis. Olahraga aerobik berpengaruh rendah
tidak memperburuk nyeri arthritis. Digabungkan dengan penguatan dan
peregangan, olahraga aerobik menambah kebugaran, mengurangi depresi
dan nyeri dan (dalam jangka panjang) memperbaiki fungsi (Millar,
2013:51). Durasi suatu kelas biasanya 45-60 menit. Kelas 60 menit yang
baik meliputi kegiatan pemanasan minimum 10 menit, 15-20 menit gerak
inti, dan 10 menit pendinginan. Selama 2-4 minggu dalam jangka waktu 2-
3 kali dalam seminggu. Penelitian telah membuktikan bahwa dengan
mengikuti aerobik seseorang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan
fungsi tangan dan kaki, kekuatan, kecepatan, atau jarak tempuh yang
merupakan perkiraan ketahanan aerobik pada aktivitas singkat (Millar,
2013:131).
2. Kompres panas atau dingin
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas
reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat
proses inflamasi. Agar efektif, es dapat diletakkan pada tempat cedera
segera setelah cedera terjadi. Sementara terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan
dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Andarmoyo,
2013:85).
3. Medikamentosa
Preparat colchicin (oral atau parenteral) atau NSAID, seperti indometasin,
digunakan untuk meredakan serangan akut gout. Penatalaksanaan medis
hiperurisemia, tofus, penghancuran sendi dan masalah renal biasanya
dimulai setelah proses inflamasi akut mereda. Preparat urikosurik seperti
probenesid akan memperbaiki keadaan hiperurisemia dan melarutkan

12
endapan urat. Allopurinol juga merupakan obat yang efektif tetapi
penggunaannya terbatas karena terdapat resiko toksisitas. Kalau diperlukan
penurunan kadar asam urat dalam serum, preparat urikosurik merupakan
obat pilihan. Kalau pasiennya beresiko untuk mengalami insufiensi renal
atau batu ginjal (kalkuli renal), allopurinol merupakan obat pilihan
(Smeltzer, 2002:1811).
4. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi nyeri. Teknik
relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan
perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk
melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis
dan yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo,2013:89).

13
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita
), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari
kaki (sendi lain).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang
dirasakan klien
R (Region) : kaji bagian persendian yang terasa
nyeri (biasanya pada pangkal ibu
jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas
motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan
(Biasanya terjadi pada malam hari)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
b. Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan

14
c. Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
7. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebutuhan nutrisi
1) Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein).
2) Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
b. Kebutuhan eliminasi
1) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
c. Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
8. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
a. B1 (Breathing)
1) Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan.
2) Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin
dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.

15
c. B3(Brain)

Kepala dan wajah Ada sinosis


Mata Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis
pada kasus efusi pleura hemoragi kronis
Leher Biasanya JVP dalam batas normal

d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi
ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik
yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.
e. B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu,
perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien
biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan,
terutama klien yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
f. B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan :
1) Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang
lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi
(pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
2) Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
3) Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini
terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis

16
yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti
lubang-lubang kecil (punch out).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis pembengkakan sendi, melaporkan nyeri
secara verbal pada area sendi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian (kaku sendi)
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit
pada ginjal (disfungsi ginjal)
4. Hipertermia b.d proses penyakit (peradangan sendi)
5. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit (nyeri pada sendi)
6. Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan peradangan kronik akibat
adanya kristal urat.
7. Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus
8. Perubahan pola tidur b.d nyeri.
9. Kurangnya defisit perawatan diri yang b.d keterbatasan sekunder terhadap
penyakit.

C. Intervensi

No. Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Dx
1. Setelah dilakukan tindakan  Kaji lokasi,  Mengetahui
keperawatan selama intensitas dan lokasi,
.....x24jam nyeri tipe nyeri intensitas dan
berkurang/hilang.  Berikan skala nyeri
KH : kompres hangat  Untuk
 Rasa nyaman klien  Ajarkan teknik mengurangi
terpenuhi. relaksasi nyeri
 Nyeri berkurang / hilang distraksi  Membantu
 Kolaborasi pasien
dalam mengatasi nyeri
pemberian
analgesik

17
 Untuk
mengurangi
nyeri
2. Setelah dilakukan tindakan  Kaji mobilitas
keperawatan selama yang ada dan
observasi
....x24jam mobilitas fisik
adanya
terpenuhi peningkatan
KH : kerusakan.
 Mobilitas fisik terpenuhi.  Beri latihan
 Klien menunjukkan ROM.
tindakan untuk  Anjurkan
keluarga untuk
meningkatkan mobilitas
mendekatkan
dan mempertahankan barang
koordinasi optimal. kebutuhan
pasien.
 Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuk latihan
fisik klien.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M

DENGAN GOUT ARTHRITIS

TINJAUAN KASUS

Pada tanggal 25 Januari 2018, TN. M datang ke UGD dengan keluhan nyeri
pada sendi. Klien berumur 48 tahun dan mengatakan kesulitan bergerak akibat nyeri
pada sendi. Aktivitas menjadi terbatas berhubungan dengan nyeri pada sendi dan
keterbatasan bergerak. Menurut hasil observasi perawat badan klien tampak lemas
dan dehidrasi, Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan
daging sapi, bayam, teri dan sarden. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan
tanda-tanda vital :
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 C
Keadaan umum : Lemah

19
I. PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS
No. RM : 13106230
Ruang : Teuku umar
Tgl/ jam MRS : 25 Januari 2018
Tgl pengkajian : 25 januari 2018
Dignosa medis : Gout Artritis
1. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : TN. M
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan Tentara
Alamat : Asrama kodim

b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
hubungan dengan klien : Istri klien
alamat : Asrama kodim

B. RIWAYAT KESEHATAN GOUT ARTRITIS


1. Keluhan Utama
Klien mengatakan lemas dan nyeri pada sendi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien menyatakan sudah nyeri sendi dari beberapa hari yang lalu sejak
tanggal 19 januari 2017. Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi

20
daging sapi, bayam, teri dan sarden . Klien juga mengatakan badannya
lemas.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien
juga tidak pernah Masuk RS sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM,
Hipertensi, dan penyakit menurun lainnya.

C. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI

No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS


1. Nutrisi
- Makan - 3x/ hari dengan porsi sedang Nasi,
- 3x/ hari dengan porsi sedang
lauk, sayur nasi, lauk, sayur

- Minum - Air putih ± 5 gelas/ hari (± 1000


- air putih ± 7 gelas / hari
cc) (± 1500 cc )

- 1 x / hari, dengan konsisten


- 1 x / hari, dengan
2.
Pola Eliminasi
lunak dan berwarna kuning konsisten lunak dan
- BAB
berwarna kuning

-
- 3 – 4x / hari ( ± 750 cc) berwarna
6 – 7x / hari (± 1400 cc)
- BAK
jernih
berwarna kuning jernih

21
3. - klien bekerja sebagai tentara dan
Aktivitas Fisik waktu senggang biasanya Klien hanya menghabiskan
digunakan klien untuk berkumpul waktunya di tempat tidur
bersama keluarganya

klien tidur ± 7 jam / hari


4. - Klien tidur ± 12 jam / hari
Istirahat Tidur menggunakan kasur, bantal, guling,
menggunakan kasur dengan
dengan penerangan terang
peneranga terang

5. -
Personal
Hygiene 2x/ hari
1 x / hari
- Mandi
3x / minggu
1x / hari
- Keramas - 2x / hari
1x / hari
- Gosok Gigi - 2x / hari
1x / hari
- Ganti Pakaian

D. DATA PSIKOSOSIAL
1. Status Emosi
Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian
2. Konsep Diri
- Body image
Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya
sebagai cobaan dari Tuhan
- Self Ideal
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar dapat
beraktivitas seperti biasa dan dapat berkumpul dengan keluarganya
kembali

22
- Self Esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik oleh dokter dan perawat
- Role Performance
Klien di rumahnya berperan sebagai ayah yang selalu ada buat keluarga
- Self Identify
Klien adalah seorang ayah dengan tiga orang anak dengan seorang istri
3. Interaksi Sosial
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.
4. Spiritual
Klien beragama Islam.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : - TD : 100/70 mmHg - N : 68x/ menit
- RR : 20x/ menit - Suhu : 36,4 º C
4. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Rambut beruban, persebaran merata, berminyak.
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat
membuka mata secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
5. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada

23
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
6. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : bunyi usus 6x / menit
- Perkusi : Suara timpani
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
7. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap, terpasang infus RL pada tangan kanan
- Bawah : Jari lengkap
8. Genetalia : Tidak dikaji

F. DATA PENUNJANG
- Asam urat : 6.9 mg/dl
- Glukosa sewaktu : 71 mg/dl
- Cholesterol Total : 180 mg/dl
- Trigliserida : 93 mg/dl

G. TERAPI
- Infus RL 20 tt/i
- Injeksi Dexametason 1a/8j
- Novalgin 1a/8j
- Pumpisel 1a/h

II. ANALISA DATA GOUT ARTRITIS


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Kaku sendi Hambatan
Klien mengatakan kaki dan tangan terasa linu mobilitas fisik
dan kesemutan terlebih saat melakukan
aktivitas

24
Klien mengatakan sering terasa terganggu
dengan sakitnya.
Kadang sendi di tangan dan kaki juga terasa
sakit
DO :
Ketika pengkajian klien sering mengurut
kakinya
Hasil tes asam urat : 6.9 mg/dl
2 DS : Kurangnya Kurangnya
Klien mengatakan hanya tahu penyakitnya mengenal pengetahuan
asam urat namun tidak tahu tentang yang masalah
lainnya tentang asam urat. penyakit
DO
Klien tampak bertanya tentang asam urat

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS


1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian.
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal
masalah penyakit.

IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Hambatan Setelah dilakukan 1. Monitor dari tanda 1. Untuk
Mobilitas tindakan – tanda inflamasi. menentukan
Fisik keperawatan intervensi
berhubungan selama 3 kali 2. Berikan klien selanjutnya
dengan kaku kunjungan di latihan ROM
pada harapkan klien : 2. Untuk
3. Kontrol asam urat melemaskan sendi
persendian.

25
- Gerakan sendi 4. Motivasi untuk 3. Mengetahui
klien kembali berobat ke puskesmas kadar asam urat
normal klien.
- Klien tidak 4. Berkolaborasi
mengeluhkan linu untuk pemberian
dan kesemutan obat klien
2 Kurangnya Setelah dilakukan 1.Memberikan 1. Menambahkan
pengetahuan pendidikan pendidikan kesehatan pengetahuan klien
berhubungan kesehatan selama mengenai asam urat tentang asam urat
dengan 3 kali kunjungan - Pengertian 2. Berkolaborasi
kurangnya diharapkan klien - Tanda dan gejala untuk pemberian
mengenal - Penyebab obat
masalah - Komplikasi
penyakit. - Pencegahan
- Diit
2. Motivasi klien
untuk berobat ke
puskesmas

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS


HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
RABU,25 Hambatan Membina S : Klien mengatakan kakinya masih
JANUARI Mobilitas hubungan saling linu dan sering kesemutan
2017 Fisik percaya Klien mengatakan masih belum ingat
berhubungan teknik yang diajarkan hanya ingat
dengan kaku Mengkaji adanya sedikit.
pada inflamasi O : Klien mempraktekkan ROM
persendian. dengan bantuan perawat
Mengontrol kadar
UA : 6.9 mg/dl
asam urat
A : Asam urat klien tinggi

26
Mengajarkan P : Pendidikan kesehatan untuk
ROM pengetahuan klien
Lanjutkan mengajarkan klien untuk
latihan ROM
Motivasi klien untuk ke puskesmas
KAMIS,26 Kurangnya Melakukan S : Klien mengatakan mengerti
JANUARI pengetahuan pendidikan dengan penjelasan perawat.
2017 berhubungan kesehatan O : Klien dapat menyebutkan
dengan mengenai asam pengertian, tanda dan gejala,
kurangnya urat : penyebab, dan diit asam urat
mengenal - Pengertian A : Pengetahuan klien bertambah
masalah - Tanda dan tentang asam urat
penyakit. gejala P : Pendidikan kesehatan tentang apa
- Penyebab yang boleh dimakan dan tikdak boleh
- Diit Motivasi klien untuk berobat ke
puskesmas
JUM`AT,27 Kurangnya 1.Mengontrol S : Klien mengatakan sudah pahan
JANUARI pengetahuan kadar asam urat dengan penjelasan perawat
2017 berhubungan 2.Mengevaluasi O : Klien sudah bisa teknik ROM
dengan latihan ROM dengan bantuan perawat. UA : 6.9
kurangnya 3.Pendidikan mg/dl
mengenal kesehatan Klien dapat menyebutkan apa yang
masalah mengenai apa tidak boleh dimakan oleh penderita
penyakit. yang boleh asam urat
dimakan dan yang A : Pengetahuan klien bertambah
tidak boleh P :
dimakan. - Evaluasi akhir

27
DAFTAR PUSTAKA

Afifka, 2012. Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan


Nyeri Lutut. Semarang: FK UNDIP

Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


Nuha Medika

Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Prevalensi Gout


Arthritis. Https://docs.google.com.Diakses pada tanggal 9 agustus
2018 20.49

Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro
Media Pustaka

Maryam, S. Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans


Info Media

28
Maryam, S, Dkk. 2010. Posbindu lansia. Jakarta: CV. Trans Info Media

Millar, L. 2013. Progam Olahraga Arthritis. Klaten: Intan Sejati

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha


Medika

29

Anda mungkin juga menyukai