Anda di halaman 1dari 14

END OF LIFE THEORY CORNELIA M RULAND

7:12 AM hardiyanto agustinus No comments


Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar Belakang Teorist

2.1. 1 Latar Belakang Cornelia M Ruland


Cornelia M Ruland telah menerima gelar Ph.D-nya dalam keperawatan dari Case Western
Reserve University, Cleveland, Ohio sejak 1998. Dia sekarang menjabat sebagai Direktur Pusat
‘Shared Decicion Making and Nursing Research’ pada Universitas Rumah Sakit Rikshospitalet di
Oslo, Norwat. Di juga menjabat sebagai ‘adjunt faculty’ pada Departemen Informasi Biomedical
di Universitas Colombia, New York. Ruland telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap
sebuah program untuk meningkatkan pembuatan keputusan secara bersama/’shared decicions
making’ dan penyediaan layanan kesehatan berdasar kerjasama pasien-petugas, dan juga
pengembangan, implementasi dan evaluasi dari sistem informasi yang menyokongnya.
Fokusnya adalah kepada aspek dan alat untuk pengambilan keputusan bersama dalam situasi
klinik dimana :
1. Ketika pasien dihadapkan dengan pengobatan yang sulit atau pilihan keputusan dimana mereka
memerlukan bantuan untuk mengerti potensi dari keuntuangan dan bahaya intervensi tersebut
serta opsi lainnya dan juga untuk memperoleh aspek nilai dan keinginan pasien.
2. Managemen yang lebih disukai pasien dalam penanganan penyakit kroniknya atau penyakit
serius yang lama.
Ruland menjadi yang pertama dalam meneliti aspek-aspek yang terkait dalam beberapa
proyeknya dan telah menerima berbagai penghargaan.

2.1. 2 Latar Belakang Shirley M Moore


Shirley M Moore adalah dekan kolega untuk Sekolah Keperawatan Case Western Reserve
University. Dia menerima diploma keperawatan dari Youngstown Hospital Association pada
tahun 1969 dan gelar sarjananya pada tahun 1974 dari Kent State University. Kemudian dia
belajar untuk program Master pada psikiatrik dan mental nursing di Cse Western Reserve
University sekaligus gelar Ph.D Keperawatannya.
Dia mengajarkan tentang Nursing Teori dan Nursing Science pada berbagai level
pendidikan keperawatan dan melakukan program penelitian dan pengembangan teori yang
berfokus pada fase recovery setelah serangan jantung. Pada awal-awal studi doktornya, Moore
didorong oleh sesama rekan pengembang teori untuk turut serta mengembangkan teori dan
bukan hanya memanaatkannya saja. Konferensi Roosemary Ellis Theori yang diadakan secara
berkala setiap beberapa tahun menawarkan moore kesempatan untuk mengembangkan teori
sebagai alat praktik untuk praktisi, peneliti dan pengajar. Dipengaruhi oleh pengalaman ini,
moore kemudian menjadi asisten dalam pengembangan dan publikasi beberapa teori (Good and
Moore, 1996).

2.2 Sumber Teori


Teori The Peaceful End of Life (EOL) ini dibentuk oleh sejumlah kerangka teori (Ruland
& Moore, 1998). Teori ini terutama berbasis pada model Donabedian baik struktur, proses dan
hasil, yang sebagian dibagun dari teori general sistem. Pengaruh dari general sistem teori
ini meliputi dari tipe lain dari teori keperawatan, dari model middle conseptual dan microrange
teori_sebagai indicatol dari penggunaanya dalam mencelaskan kompleksitas dari interaksi
perawatan kesehatan dan organisasi. Pada teori EOL ini, yang dimaksud stuktur adalah sistem
keluarga (pasien dengan sakit terminal dan penyakit serius lainnya) yang menerima perawatan
dari professional pada unit perawatan akut rumah sakit, proses didefinisikan sebagai aksi
(intervensi keperawatan) dibentuk untuk mempromosikan hasil yang positif melalui: 1. Bebas dari
rasa sakit; 2. Kenyamanan; 3. Meningkatkan martabat dan rasa hormat; 4. Berada dalam
kedamaian; 5. Mengalami kedekatan dengan mereka yang peduli.
Teori kedua yang menjadi sandaran adalah teori pilihan (brandt) dimana teori ini telah
digunakan oleh filosofi untuk menjelaskan dan mendefinisikan kualitas hidup (sandoe,
1999) konsep ini sangat signifikan dalam EOL, penelitian dan paktik. Pada teori pilihan, hidup
yang baik dideginisikan sebagai memperolah salah satu yang diinginkan dengan melihat
pendekatan yang kuat pada perawatan EOL. Hal ini dapat diaplikasikan pada orang yang hidup
maupun orang yang lumpuh yang sebelumnya membutuhkan dokumentasi yang tersedia yang
berhubungan dengan pemecahan masalah EOL.

2.3 Konsep Mayor dari Teori


Konsep Mayor dari Teori ini ada 5 hal yang kemudian dapat menjadi panduan dalam melakukan
perawatan pada pasien terminal. Konsep itu adlaah :
 Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam
pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori atau
pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan (Lenz,
Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
 Pengalaman Menyenangkan
Nyaman / atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991)
sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai, dan apapaun yang
membuat hidup terasa menyenangkan ” (Ruland and Moore, 1998, p 172).
 Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia” (Ruland &
Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai ekspresi dari
prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini individu
diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang
sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
 Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari kecemasan,
kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang meliputi fisik,
psikologis, dan dimensi spiritual.
 Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang yang
menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini melibatkan kedekatan fisik dan emosi
yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
Gambar 2-1 Hubungan antara konsep teori peacefull End of life (ruland C.M, dan Moore, S.M.
(1998). Teori konstruksi berdasarkan standar pelayanan: proposal dari teori peacefull end of life.
Pandangan Keperawatan, 46(4),174.)

2.4 Asumsi Mayor Teori Peceull EOL


Karena teori Peaceful EOL diturunkan dari standar perawatan yang ditulis oleh tim perawat
ahli dan professional yang sudah bepengalaman menghadapi kasus terminal, konsep
metaparadigm mengikuti sifat dari fenomena keperawatan, perawatan yang kompleks dan
holistic dibutuhkan sebagai syarat bisa terjadi peaceful EOL.
Dua asumsi dari teori Ruland dan Moore (1998) adalah sebagai berikut:
a. Kejadian dan perasaan pada perawatan peaceful EOL bersifat personal dan individual, sangat
subjektif.
b. Peran perawat sangat penting dalam menciptakan kondisi peaceful EOL. Perawat mengkaji dan
menganalisa petunjuk atau data yang menggambarkan pengalaman seseorang tentang EOL
yang diharapkan olehnya serta member intervensi yang sesuai untuk meningkatkan atau
menjaga keadaan peaceful, bahkan pada pasien yang sekarat atau menjelang ajal dan tidak bisa
berkomunikasi verbal.

Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung adalah:
a. Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan komponen
penting dalam peaceful EOL
b. Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang biasanya lebih kearah
memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang biasanya mengarah kepada over
treatment atau terlalu banyak diberi treatment. Tujuan dari perawatan EOL adalah
memaksimalkan treatment, yang berarti memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa
diterima, menggunakan teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan mencapai kematian yang damai dan sukses.

2.5 Aspek Penekan dalam Teori Peacefull EOL


Enam hubungan secara eksplisit ditemukan sebagai theoritical assertation dalam teori ini yaitu
1. Memonitor dan mengadministrasi pertolongan nyeri dan mempergunakan intervensi yang
berdasar farmakologi dan nonfarmakologi yang berkontribusi kepada pengalaman pasien
terhadap keadaan yang tidak nyeri.
2. Mencegah, memonitor dan menolong ketidaknyamanan fisik pasien, memfasilitasi istirahat,
relaksasi dan kesenangan, dan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan
pasien.
3. Memasukkan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan atas perawatan
pasien. Melayani pasien dengan tanggung jawab, empati dan respek, dan penuh perhatian
terhadap kebutuhan pasien yang diungkapkan, keinginan dan hal yang disukai lainnya yang
dapat berkontribusi pada pengalaman martabat dan respek pasien.
4. Menyediakan dukungan emosi, memonitoring dan memenuhi kebutuhan yang diungkapkan oleh
pasien seperti kecemasan karena pengobatan, menumbuhkan kepercayaan, menyediakan untuk
pasien dan keluarga akan panduan isu praktis, dan menyediakan kehadiran fisik lain jika
diinginkan jika dapat membantu pasien akan kedamaian.
5. Memfasilitasi partisipasi orang yang penting untuk pasien dalam perawatan pasien, membantu
fase sedih, takut dan menjawab pertanyaannya dan memfasilitasi kesempatan untuk kedekatan
keluarga yang dapat berpengaruh pada pengalaman pasien akan kedekatan.
6. Pengalaman pasien saat tidak berada dalam sakit, nyaman, bermartabat, damai, kedekatan
dengan orang lain yang penting untuk pasien dalam masa akhirnya.

2.6 Penerimaan Oleh Komunitas dan Pengembangan Lebih lanjut

1. Penerimaan dalam Lingkup Praktek


Sebagian kecil tapi semakin banyak kutipan artikel mengenai teori Peacefull end of
life atau akhir hidup damai. termasuk di sekolah universitas Clayton dari link
halaman teorikeperawatan dengan link ke American Journal of critical care, perawatan akhir
kehidupan (Kirchhoff, Spuhler, Walker, Hutton, Cole, & Clemmer,2000). Liehr dan Smith (1999)
mengacu pada perkembangan teori tentang standar praktek sebagai dasar untuk
mengembangkan teori, Kehl (2006) mengutip dalam analisis konsepnya “kematian yang baik”
dan Baggs & Schmitt (2000) membahas potensi kegunaan teori sebagai sarana untuk
meningkatkan pengambilan keputusan EOL atau akhir hidup pada orang dewasa yang sakit
kritis. Kirchoff (2002) melanjutkan pembahasan dalam menciptakan lingkungan perawatan di
Ruang Perawatan Intensif yang mempromosikan kematian yang damaidengan sintesis informasi
dari tiga sumber (teori akhir hidup damai, Ruland & Moore,1998),
institut kedokteran tentang definisi kematian damai (Field & Cassell,1997), dan ajaran dari the
american association colleges of nursing's mengenai Kematian damai:
kompetensi yang direkomendasikan dan pedoman kurikuler untuk asuhan
keperawatanakhir hidup,1997).

2. Penerimaan dalam Lingkup Pendidikan


Peaceful end of life atau akhir hidup damai telah diintegrasikan ke dalam
kursuskeperawatan untuk generasi dengan fokus pada perawatan pasien dan perawatan
keluarga pada saat itu. Baru-baru ini, konten yang telah menjadi lebih standar dalam
bentuk teori, kompetensi, dan panduan kurikuler. Ruland dan Moore (1998) adalah contoh awal
dari sebuah teori akhir hidup sebagai bentuk perhatian terhadap rumah sakit dan
perawatan paliatif yang telah dikembangkan. Ruland dan Moore (1998) dikutip olehKirchoff dan
rekan (2000) ketika akhir kehidupan adalah topik fitur dari sebuah Continuing
Education atau Pendidikan Berkelanjutan yang ditawarkan untuk perawat perawatan
kritisdi jurnal online mereka.
3. Penerimaan dalam Lingkup Penelitian
Penelitian deskriptif dengan menggunakan teori akhir
hidup damai olehbeckstrand, Callister, dan Kirchoff (2006) disurvei perawat perawatan
kritis tentang bagaimana meningkatkan perawatan di akhir kehidupan. Menyediakan untuk
sebuah “kematian yang baik” adalah tema nomor satu. teori akhir hidup merupakan publikasi
yang relatif baru sebagian dapat menjelaskan kesenjangan dalam literatur. kedua teori (Ruland
dan Moore) melaporkan bahwa mereka secara rutin menerima pertanyaan tentang
menggunakan teori dari mahasiswa pascasarjana, dan Ruland berencana untuk mulai menguji
teori dalam program penelitiannya.

Pengembangan lebih lanjut


Karena teori Peaceful end of life relative baru, Ruland dan moore mengakui perlunya
perbaikan dan pengembangan lebihl lanjut. ada sejumlah ide yang potensial untuk memajukan
pengembangan ini dan menguji teori ini pada tahap perencanaan. Memungkinkan menguji
hubungan diantara lima konsep mayor. Ide lain adalah mempertimbangkan penggabungan
beberapa kriteria proses dari tiga konsep nyeri, keyamanan, dan perdamaian untuk
mengeksplorasi hasil yang berkaitan dengan manajemen gejala fisik dan psikologis. Analisa
konsep dan mapping dapat digunakanuntuk menentukan apakah kriteria proses yang
berhubungan dengan tiga konsep yangberbeda atau sama cukup untuk
memungkinkan penggabungan. misalnya, untuk konsep nyeri, dua kriteria proses (monitoring
dan mengelola rasa sakit dan menerapkan farmakologis dan intervensi non farmakologis)
berkaitan erat dengan kriteria proses kenyamanan ( pencegahan, monitoring, dan menghilangan
ketidaknyamanan fisik) dan kriteria proses kedamaian (monitoring dan memenuhi kebutuhan
pasien untuk obat anti kecemasan). Intervensi non medis ( contoh music, humor, relaksasi) yang
berfungsi untuk mengalihkan perhatian pasien yang berguna untuk menghilangkan rasa
sakit, kecemasandan ketidaknyamanan fisik umum. studi masa depan disarankan
untuk mengeksplorasihubungan dari teori kedamaian di akhir hidup (Peaceful End of Life
Theory) ke teori middle range lain seperti satu untuk nyeri akut berdasarkan pedoman
praktek (Good dan moore, 1996), manajemen nyeri (Good, 1998) dan gejala yang tidak
menyenangkan (Lenz, pugh, Milligan, gift, dan suppe, 1997; Lenz, suppe, gift, pugh, Dan miiligan
1995

Baca Juga: PEMECAHAN DILEMA ETIKA KEPERAWATAN


2.7 Kekuatan dan Kelemahan Teori
2.7. 1 Kekuatan Teori (Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)
 Kelebihan dari Teori ini adalah dapat digunakan pada perawatan pasien sehari-hari. Baru dan
Original serta berbasis dari standart perawatan dan dapat diarahkan secara langsung ke
praktek klinik (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard, 2010) .
 Fokus pada Teori ini tidak hanya pada Pasien saja tapi juga keluarga dan orang-orang penting lain
disekitar pasien. Kita memberikan panduan untuk kelaurga dan orang terdekat lain, menjawab
pertanyaan dan memberikan support.
 Teori Peaceful EOL merupakan Framework yang mengilustrasikan Arah atau Jalan untuk
menjembatani keberlangsungan proses Teori-Practice-Research
 Mengilustrasikan praktik dan standart praktik sebagai sumber untuk mengembangkan teori
 Semua indikator hasil Teori Peaceful EOL ini dapat diukur

2.7. 2 Kelemahan Teori


 Kelemahan dari Teori model ini adalah secara fakta tidak dapat menjawab adanya perbedaan
budaya dalam hal penanganan orang akan meninggal. Sebagai contoh sebuah budaya hanya
mengijinkan orang-orang tertentu untuk dapat masuk menemani pasien, sedangkan budaya lain
mengharuskan seluruh keluarga untuk masuk. Budya lain mungkin memerlukan adanya ritual-
ritual tertentu untuk mengantarkan pasien (Jennifer Totten, Angela Baird, and Amy Howard,
2010).
 Kelebihan lain dalam teori ini adalah membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mendukung teori
ini sebagaimana pula kegunaan teori ini yang mempengaruhi penelitian keperawatan, pendidikan
dan praktek. Dukungan empiris untuk semua hubungan membutuhkan validasi lebih
lanjut (Nursing theory 2007, p. 11).
 Tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk mengukur hubungan antara konsep yang terdapat
dalam Framework Teori Peacefull EOL, tidak ada instrumen yang dikembangkan untuk Teori
Peacefull EOL (Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile, 2006)

2.8 Kritik terhadap Teori Peacefull EOL


1. Kejelasan
Semua elemen dari teori dinyatakan dengan jelas, termasuk pengaturan, asumsi, dan
konsep-konsep dan pernyataan relasional. konsep-konsep ini bervariasi
dalam tingkatabstraksi, dari lebih konkrit (nyeri dan kenyamanan) yang lebih abstrak (harga diri).
2. Kesederhanaan
Walapun istilah tidak rumit dan pernyataan yang tegas dari ide-ide, teori telah
digambarkan sebagai salah satu level yang tinggi dari middle range teori (Higgins danMoore,
2000), terutama karena tingkat abstraksi dari kriteria hasil
dan kompleksitasmultidimensi yang diungkapkan dalam hubunugan pernyataan ini.
3. Keumuman
Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan
denganwaktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada orang
dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam
settingperawatan akut. Konsep peaceful end of live berasal dari konteks norwegia dan dengan
demikian mungkin tidak sesuai untuk semua budaya. Namun demikian, konsep dan hubungan
beresonansi dengan banyak perawat, dan komprehensif membahas aspek multidimensi dari
perawatan Peaceful end of live. Sebagai contoh, indikator outcome berhubungan dengan
pembahasan lima konsep aspek teknik dari perawatan (tersedia intervensi farmokologi dan
nonfarmakologi untuk menghilangkan gejala), komunikasi (membuat keputusan), aspek psikologi
(dukungan emosi), dan martabat dan rasa hormat (memperlakukan pasien dengan bermartabat,
empati dan rasa hormat).

4. Presisi Empiris
Pengembangan teori ini menggunkan pemikiran induktif dan deduktif yang menjadikan
dasar kuat untuk mengembangkan pengujian hipotesis di antara kelima konsep teori. Teoritis
kongruensi dibuktikan menggunakan indikator hasil dari semua konseptualisasi perspektif pasien
dan keluarga.

2.9 Aplikasi di Dalam dan Luar Negeri


Dari teori EOL yang dikembangkan oleh Ruland dan Moore, Asosiasi Institusi Pendidikan
Keperawatan Amerika membuat kompetensi yang harus dipenuhi agar mahasiswa mampu
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien dan keluarga pada akhir
hayatnya. Ada 15 cara untuk mengembangkan kompetensi.
Dari 15 cara memengembangkan kompetensi tersebut, nilai atau atau aturan mayor yang
bisa disimpulkan adalah:
1. Menghormati tujuan, kesukaan dan pilihan pasien
2. Memberikan perawatan yang komprehensif
3. Memanfaatkan kekuatan dari sumber daya yang ada, kolaborasi
4. Berfokus pada pemberian pelayanan
5. Membangun system dan mekanisme support

Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode perawatan paliatif
yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkungannya bagaimana mengerti, memahami,
dan menerima kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali
sembuh secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila dapat
mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan menteri
kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 812/MENKES/SK/VII/2007tentang
Kebijakan perawatan paliatif
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan
Makassar. Ditinjau daribesarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan
pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan
pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana
pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
BAB III
KASUS

A. Kasus

Bapak Hartanto ( Bpk.H) 76 tahun adalah bekas seorang kepala desa. Bpk.H sekarang
tinggal di rumah bersama isteri dan satu anaknya. Sedangkan 4 anaknya yang lain ada diluar
kota bahkan anak yang pertama ada di luar pulau. Sehari hari Bpk.H menikmati masa
pensiunnya dari PNS bersama isterinya di rumah. Jalan-jalan menyapa tetangga sekitar dan hal
positif lainnya. Sikapnya yang ramah membuatnya sangat dihargai oleh tetangga sekitar.
Pasien merupakan penderita tekanan darah tinggi, gout dan rematik. Sebulan
sebelumnya pasien mengalami serangan stroke namum mampu bertahan. Tapi seminggu
belakangan kondisi pasien mulai menurun dan pasien menjadi lebih sering kesakitan. Pasien
sendiri masih mampunyai adik yang masih hidup dan sangat dekat diwaktu muda dulu namun
sekarang sudah ajrang bertemu. Pasien berharap dapat bertemu dengan adiknya tersebut untuk
terakhir kalinya. Di lain sisi, sang adik yang berada di luar kota tidak mampu mengadakan
perjalanan yang jauh, Pasein merasa sedih mendengarnya.
Banyak tetangga yang mengunjunginya di rumah sakit saat ini, namun pasien akhir-akhir
ini Bapak H ingin keadaan yang lebih tenang dan nyaman dengan keluarganya. Dia tidak
meninggalkan catatan khusus bagaimana dia ingin meninggal, hanay menyampaikan kepada
isterinya bahwa ia tidak ingin penanganan yang berlebihan. Dan Istrinya juga telah
menandatangani form DNR. Terdapat diskusi di tenaga kesehatan untuk memberikan makanan
dan minuman secara IV dan Tube dan pendapat keluarga dan tenaga kesehatan berbeda.
Bagaimana penerapan teori peacefull EOL pada pasien ini?

B. Penerapan teori dalam praktek


Teori ini dikembangkan berdasar logika deduktif dan induktif. Fitur unik dari teori ini
adalah dia dikembangkan dari standart pelayanan. The Peacefull EOL standart diciptakan oleh
perawat ahli dalam respon kurangnya managemen untuk mengatasi kompleksnya masalah
dalam menghadapi pasien terminal. Standart ini dikembangkan untuk unit layanan Surgical
gastroenterological di rumah sakit pendidikan Norway. Kemudian, standart ini menjadi jembatan
logis antara praktek dan teori. Standart ini untuk menyediakan pernyataan kredibel yang
menjelaskan peran praktisi dan tanggung jawab serta outcome yang diharapkan yang dapat
dievaluasi.
Dalam perkembangan pengetahuan yang instan ini, standart pelayanan ini dapat
pertimbangkan sebagai tahap sementara yang secara efektif menghubungkan antara teori dan
praktek. Teori Peaceful end of live memiliki batas-batas tertentu yang berkaitan
denganwaktu, pengaturan, dan populasi pasien. itu dikembangkan untuk digunakan pada orang
dewasa yang sakit parah dan keluarga mereka yang menerima perawatan dalam
settingperawatan akut. Teori Peacefull EOL ini berfokus kepada 5 Kriteria utama dalam
perawatan end of life pasien yaitu :1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3) merasa berwibawa
dan dihormati, 4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting lainnya.
1. Not being in Pain

Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien
dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan hal sensori yang tidak
nyaman atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan
jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
Dari kasus yang dialami oleh Bpak H. Kenyamana dapat dikaji secara fisik dan spiritual.
Secara Fisik didapatkan data bahwa pasien selama seminggu terakhir mengalami rasa skit.
Berdasarkan Teori EOL ini, bebas dari rasa nyeri adalah salah satu standart yang diajukan
sehingga perawat harus memberikan intervensi untuk mengatasinya.
Di dalam teori juga disebutkan bahwa untuk mencapa keadaan yang bebas nyeri,
perawat dapat melakukan dua hal, yaitu pemantauan dan pegelolaan rasa sakit serta intervensi
baik dalam bentuk farmakologis atau non-farmakologis. Dalam pengelolaan nyeri, perawat dapat
menggunakan metode skala nyeri untuk dapat menentukan perkembangan nyeri. Dalam
intervensi non-farmakologis, perawat dapat menggunakan tekhnik relaksasi dan juga distraksi.
Relaksasi dengan cara message atau lingkungan yang nyaman, Distraksi dapat dilakukan
dengan cara memberikan pasien tontonan atau bacaan yang sesuai dengan keinginan pasien.
Untuk intervensi farmakologis, tentunya perawat harus mengkonsultasikan-nya kepada dokter
untuk pemberian obat anti-nyeri.

2. Experience of Comfort

Nyaman/ atau perasaan menyenangkan didefinisikan inclusive, menggunakan Kolcaba


dan Kolcaba’s (1991) dalam pekerjaan adalah sebagai “ pembebasan dari ketidaknyaman,
untuk mencapai bagian yang nyaman dan puas untuk tenang dan apapun yang membuat hidup
menjadi mudah atau menyenangkan” (Ruland and Moore, 1998, p 172).
Di dalam kasus didapatkan data bahwa Bapak H cenderung merasa tidak nyaman
dengan adanya kungjungan terus menerus oleh tetangga. Beliau ingin lebih dekat dan tenang
dengan keluarganya.
Berdasarkan teori Peacefull EOL Ada 3 hal yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah
Mencegah, memonitor dan membebaskan ketidaknyamanan fisik. Berikutnya adalah
memasilitasi istirahat, relaksasi, dan kesukaan. Yang terakhir untuk kenyamanan pasien adalah
mencegah komplikasi yang dapat mengganggu kenyamanan.
Intervensi pertama dapat dilakukan untuk membebaskan ketidaknyamanan fisik yang
mungkin dirasakan pasien. Perawat dapat meminta persetujuan keluarga untuk tidak
memasang/melepas alat-alat medis yang terpasang seperti infus, ngt dan lainnya. Konsultasi
dengan keluarga serta pasien tentunya dilakukan terlebih dahulu.
Berikutnya adalah untuk memberikan waktu istirahat kepada pasien. Perawat dapat
memberikan waktu-waktu tertentu dimana pasien ignin beristirahat, Perawat dapat
melakukannya dengan cara tidak melakukan tindakan-tindakan pada waktu tersebut sehingga
pasein tidak terganggu. Kedatangan/kunjungan tetangga pasien dirasakan pasien mengganggu
di akhir-akhir waktunya, sehingga kita sebagai perawat dapat memfasilitasinya dengan
memberikan batasan terhadap tetangga yang ingin berkungjung.
Yang terakhir adalah dengan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu
kenyamanan. Pasien merupakan pasien pasca stroke yang mempunyai masalah tekanan darah
tinggi. Menjaga tekanan darah pasien tetap normal sehingga tidak menghasilkan
ketidaknyamanan seperti rasa pusing dan lainnya dapat dijadikan dasar intervensi keperawatan.

3. Experience o Dignity

Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia”
(Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai
ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini
individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi
orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
Didalam teori Peacefull EOL ada tiga standart yang dapat dijadikan pedoman. Yang
pertama adalah Mengikutsertakan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan.
Seperti contohnya tadi adalah keputusan tentang pembebasan rasa nyeri atau menjaga
kenyamanan pasien. Perawat dapat mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam melakukan
pilihan alternati penatalaksanaan agar martabat pasien terjaga dan pasien merasa dihargai.
Yang kedua adalah melayani pasien dengan empati, hormat dan menghargai martabatnya. Hal
ini dapat dilakukan dalam keseharian interaksi perawat dengan pasien, baik waktu tindakan atau
tidak. Menyapa klien dengan ramah setiap bertemu, menghargai cerita pasien atau sekedar
tersenyum daapt memberikan makna positif. Standart terakhir adalah menjadi perhatian
terhadap kebutuhan pasien. Seperti misalnya pasien terlihat menahan nyeri maka perawat
dengan aktif dapat menanyakannya dan memberikan pilihan penatalakanaannya. Keinginan
pasien juga menjadi perhatian, bila mungkin pasien ingin kehadiran keluarga, maka perawat
tentunya dapat mengakomodasikannya dengan menghubungi keluarga pasien.

4. Being at peace
Damai adalah “Perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari
kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang
meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
Ada 5 kritetia yang diberikan oleh Ruland and Marlyn dalam poin ini. Yang pertama
adalah untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Disaat menjelang akhir
hidupnya, pasien pasti merasakan kegelisahan emosional. Perawat dapat memberikan intervensi
psikologis yang ada untuk membantu menenangkan pasien Yang kedua adalah dengan
memonitoring kebutuhan pasien akan obat anti-cemas. Dalam hal ini pasien tidak merasakan
kecemasan yang berarti sehingga tidak membutuhkan pengobatan. Ketiga adalah dengan
menunjukkan kepercayaan. Agar pasien merasakan kedamaian, maka dianjurkan dalam teori ini
untuk mewujudkan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Yang keempat
adalah memberikan bimbingan kepada pasien dan orang terdekat dalam permasalahan praktek
yang dihadapi semisal pasien atau keluarga mengalami masalah terhadap bantuan memberi
makan pasien. Terakhir adalah dengan Menyediakan bantuan fisik dari caregiver lain, jika
diperlukan.

5. Closeness To Significant Others


Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan orang
yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini melibatkan kedekatan fisik dan
emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
Pada Kasus diatas terdapat sebuah poin yang cukup penting dimana sebenarnya pasien
ingin bertemu dengan adiknya yang sudah lama tak berjumpa. Maka sesuai dengan kriteria
pertama dari pon kedekatan dengan orang penting bagi pasien, perawat dapat memfasilitasi
akan kehadiran orang tersebut. Karena adik pasien tidak dapat hadir secara fisik, maka dengan
perkembangan zaman kita dapat memberikan fasilitas telepon untuk pasien sehingga persaan
dekat dengan orang penting/keluarga dapat tercapai.
Intervensi kedua yaitu dengan memberikan suport kepada keluarga dengan memasilitasi
pertanyaan yang diajukan keluarga, mengantarkan keluarga pasien dalam melewati fase
berdukanya. Selanjutnya adalah memberi peluang untuk keakraban keluarga. Perawat dapat
melakukannya dengan memberikan waktu dan tempat bagi keluarga untuk berduka terhadap
kepergian pasien.

Inti dari teori ini adalah bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan
perawatan yang berkualitas di masa-masa akhir pasien. Cornelia dan Shirley membagi
pelayanan yang berkualitas ini kedalam 5 pokok hal penting seperti dijelaskan diatas. Kelima hal
inilah yang kemudian dapat menjadi standart bagi perawat untuk memberikan perawatan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
- Teori Peacefull End Of Lie yang dikembangkan oleh Cornelia M Ruland dan Shirley M Moore ini
adalah teori yang memiliki setting pada perawatan akhir hidup pasien
- Teori ini berfokus bagaimana memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien di masa
akhirnya
- Teori ini membaginya ke dalam 5 Kriteria yaitu : 1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3) merasa
berwibawa dan dihormati, 4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting
lainnya.
- Kelebihan dari teori ini aadlah teorinya yang baru, original serta dapat diaplikasikan dalam
perawatan pasien sehari-hari
- Sedangkan kekurangan dari aplikasi ini adalah belum mengakomodir adanya faktor budaya serta
hubungan diantara kelima konsep tersebut.

4.2 Saran
Teori Peacefull EOL ini merupakan teori yang bagus untuk dapat dijadikan standart pelayanan
keperawatan palliatif di Indonesia. Seperti saran terhadap teori ini sendiri, diperlukan lebih
banyak penelitian sebelum standart yang berdasar teori ini ditetapkan.

Baca Juga: APLIKASI TEORI CARING WATSON

DAFTAR PUSTAKA

Cahill suzanne, et al. 2012. Guidelines for nursing homes delivering end-of-life care to residents with
dementia across the island of Ireland. Quality in ageing and older adults, vol 13(1).
Kirchhoff, Karin T. (2002). Promoting a peacefull death in the ICU. School of Nursing, University of
Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier Science (USA)

Limerick, M. H. (2007). The process used by surrogate decision makers to withhold and withdrawal life-
sustaining measures in an intensive care environment. Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-
339.

Murrish jennifer. 2010. Development of an end-of-life care/decision Pamphlet in the ICU. California
State University, Chico
Nursing Theory Peaceful End of Life-Cornelia Ruland and Shirley Moore. Nursing 5330 Theories and
Therapies Texas Tech University Health Sciences Center School of Nursing, Submitted to:
Yondell Masten, October 17, 2007.
Ningsih sri ningning. 2011. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada anak
dengan kanker di wilayah Jakarta. Universitas Indonesia. Jakarta
Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction Based on Standards
of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life. Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.
Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile (2006). Middle range theories: Peaceful end of life
theory. Nursing Theorists and Their Work, (pp.775-781). Missouri: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai