TINJAUAN TEORI
Dua asumsi tambahan yang implicit atau tidak dituliskan secara langsung adalah:
a. Keluarga, adalah istilah yang mempengaruhi semua secara signifikan, merupakan komponen
penting dalam peaceful EOL
b. Tujuan dari peaceful EOL bukan untuk mengoptimalkan perawatan, yang biasanya lebih kearah
memberikan yang terbaik, perawatan paling canggih, yang biasanya mengarah kepada over
treatment atau terlalu banyak diberi treatment. Tujuan dari perawatan EOL adalah
memaksimalkan treatment, yang berarti memberikan yang terbaik yang masih mungkin bisa
diterima, menggunakan teknologi yang memberikan kenyamanan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan mencapai kematian yang damai dan sukses.
4. Presisi Empiris
Pengembangan teori ini menggunkan pemikiran induktif dan deduktif yang menjadikan
dasar kuat untuk mengembangkan pengujian hipotesis di antara kelima konsep teori. Teoritis
kongruensi dibuktikan menggunakan indikator hasil dari semua konseptualisasi perspektif pasien
dan keluarga.
Pada aplikasi di dalam negeri, Teori ini kita fahami sebagai metode perawatan paliatif
yakni bertujuan kepada pasien, keluarga, dan lingkungannya bagaimana mengerti, memahami,
dan menerima kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan kembali
sembuh secara optimal. Bentuk aplikasi yang disarankan akan lebih mudah apabila dapat
mengikuti petunjuk dari pemerintah dalam hal ini melalui keputusan menteri
kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 812/MENKES/SK/VII/2007tentang
Kebijakan perawatan paliatif
1. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
2. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
terbatasdi 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan
Makassar. Ditinjau daribesarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan
pelayanan perawatan paliatifjuga masih terbatas.
3. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan
pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukankebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana
pelayanan kesehatanuntuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
BAB III
KASUS
A. Kasus
Bapak Hartanto ( Bpk.H) 76 tahun adalah bekas seorang kepala desa. Bpk.H sekarang
tinggal di rumah bersama isteri dan satu anaknya. Sedangkan 4 anaknya yang lain ada diluar
kota bahkan anak yang pertama ada di luar pulau. Sehari hari Bpk.H menikmati masa
pensiunnya dari PNS bersama isterinya di rumah. Jalan-jalan menyapa tetangga sekitar dan hal
positif lainnya. Sikapnya yang ramah membuatnya sangat dihargai oleh tetangga sekitar.
Pasien merupakan penderita tekanan darah tinggi, gout dan rematik. Sebulan
sebelumnya pasien mengalami serangan stroke namum mampu bertahan. Tapi seminggu
belakangan kondisi pasien mulai menurun dan pasien menjadi lebih sering kesakitan. Pasien
sendiri masih mampunyai adik yang masih hidup dan sangat dekat diwaktu muda dulu namun
sekarang sudah ajrang bertemu. Pasien berharap dapat bertemu dengan adiknya tersebut untuk
terakhir kalinya. Di lain sisi, sang adik yang berada di luar kota tidak mampu mengadakan
perjalanan yang jauh, Pasein merasa sedih mendengarnya.
Banyak tetangga yang mengunjunginya di rumah sakit saat ini, namun pasien akhir-akhir
ini Bapak H ingin keadaan yang lebih tenang dan nyaman dengan keluarganya. Dia tidak
meninggalkan catatan khusus bagaimana dia ingin meninggal, hanay menyampaikan kepada
isterinya bahwa ia tidak ingin penanganan yang berlebihan. Dan Istrinya juga telah
menandatangani form DNR. Terdapat diskusi di tenaga kesehatan untuk memberikan makanan
dan minuman secara IV dan Tube dan pendapat keluarga dan tenaga kesehatan berbeda.
Bagaimana penerapan teori peacefull EOL pada pasien ini?
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama diinginkan pasien
dalam pengalaman EOL (The Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan hal sensori yang tidak
nyaman atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan
jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
Dari kasus yang dialami oleh Bpak H. Kenyamana dapat dikaji secara fisik dan spiritual.
Secara Fisik didapatkan data bahwa pasien selama seminggu terakhir mengalami rasa skit.
Berdasarkan Teori EOL ini, bebas dari rasa nyeri adalah salah satu standart yang diajukan
sehingga perawat harus memberikan intervensi untuk mengatasinya.
Di dalam teori juga disebutkan bahwa untuk mencapa keadaan yang bebas nyeri,
perawat dapat melakukan dua hal, yaitu pemantauan dan pegelolaan rasa sakit serta intervensi
baik dalam bentuk farmakologis atau non-farmakologis. Dalam pengelolaan nyeri, perawat dapat
menggunakan metode skala nyeri untuk dapat menentukan perkembangan nyeri. Dalam
intervensi non-farmakologis, perawat dapat menggunakan tekhnik relaksasi dan juga distraksi.
Relaksasi dengan cara message atau lingkungan yang nyaman, Distraksi dapat dilakukan
dengan cara memberikan pasien tontonan atau bacaan yang sesuai dengan keinginan pasien.
Untuk intervensi farmakologis, tentunya perawat harus mengkonsultasikan-nya kepada dokter
untuk pemberian obat anti-nyeri.
2. Experience of Comfort
3. Experience o Dignity
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai manusia”
(Ruland & Moore, 1998,p, 172). Di konsep ini memasukkan ide personal tentang nilai, sebagai
ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini
individu diperlakukan sebagai orang yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi
orang sebagai awal untuk proteksi (United states, 1978).
Didalam teori Peacefull EOL ada tiga standart yang dapat dijadikan pedoman. Yang
pertama adalah Mengikutsertakan pasien dan pihak penting lain dalam pengambilan keputusan.
Seperti contohnya tadi adalah keputusan tentang pembebasan rasa nyeri atau menjaga
kenyamanan pasien. Perawat dapat mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam melakukan
pilihan alternati penatalaksanaan agar martabat pasien terjaga dan pasien merasa dihargai.
Yang kedua adalah melayani pasien dengan empati, hormat dan menghargai martabatnya. Hal
ini dapat dilakukan dalam keseharian interaksi perawat dengan pasien, baik waktu tindakan atau
tidak. Menyapa klien dengan ramah setiap bertemu, menghargai cerita pasien atau sekedar
tersenyum daapt memberikan makna positif. Standart terakhir adalah menjadi perhatian
terhadap kebutuhan pasien. Seperti misalnya pasien terlihat menahan nyeri maka perawat
dengan aktif dapat menanyakannya dan memberikan pilihan penatalakanaannya. Keinginan
pasien juga menjadi perhatian, bila mungkin pasien ingin kehadiran keluarga, maka perawat
tentunya dapat mengakomodasikannya dengan menghubungi keluarga pasien.
4. Being at peace
Damai adalah “Perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas) dari
kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore, 1998, p 172). Tenang
meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
Ada 5 kritetia yang diberikan oleh Ruland and Marlyn dalam poin ini. Yang pertama
adalah untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Disaat menjelang akhir
hidupnya, pasien pasti merasakan kegelisahan emosional. Perawat dapat memberikan intervensi
psikologis yang ada untuk membantu menenangkan pasien Yang kedua adalah dengan
memonitoring kebutuhan pasien akan obat anti-cemas. Dalam hal ini pasien tidak merasakan
kecemasan yang berarti sehingga tidak membutuhkan pengobatan. Ketiga adalah dengan
menunjukkan kepercayaan. Agar pasien merasakan kedamaian, maka dianjurkan dalam teori ini
untuk mewujudkan hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Yang keempat
adalah memberikan bimbingan kepada pasien dan orang terdekat dalam permasalahan praktek
yang dihadapi semisal pasien atau keluarga mengalami masalah terhadap bantuan memberi
makan pasien. Terakhir adalah dengan Menyediakan bantuan fisik dari caregiver lain, jika
diperlukan.
Inti dari teori ini adalah bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan
perawatan yang berkualitas di masa-masa akhir pasien. Cornelia dan Shirley membagi
pelayanan yang berkualitas ini kedalam 5 pokok hal penting seperti dijelaskan diatas. Kelima hal
inilah yang kemudian dapat menjadi standart bagi perawat untuk memberikan perawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Teori Peacefull End Of Lie yang dikembangkan oleh Cornelia M Ruland dan Shirley M Moore ini
adalah teori yang memiliki setting pada perawatan akhir hidup pasien
- Teori ini berfokus bagaimana memberikan pelayanan yang berkualitas pada pasien di masa
akhirnya
- Teori ini membaginya ke dalam 5 Kriteria yaitu : 1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3) merasa
berwibawa dan dihormati, 4) damai, 5) kedekatan dengan anggota keluarga dan pihak penting
lainnya.
- Kelebihan dari teori ini aadlah teorinya yang baru, original serta dapat diaplikasikan dalam
perawatan pasien sehari-hari
- Sedangkan kekurangan dari aplikasi ini adalah belum mengakomodir adanya faktor budaya serta
hubungan diantara kelima konsep tersebut.
4.2 Saran
Teori Peacefull EOL ini merupakan teori yang bagus untuk dapat dijadikan standart pelayanan
keperawatan palliatif di Indonesia. Seperti saran terhadap teori ini sendiri, diperlukan lebih
banyak penelitian sebelum standart yang berdasar teori ini ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahill suzanne, et al. 2012. Guidelines for nursing homes delivering end-of-life care to residents with
dementia across the island of Ireland. Quality in ageing and older adults, vol 13(1).
Kirchhoff, Karin T. (2002). Promoting a peacefull death in the ICU. School of Nursing, University of
Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier Science (USA)
Limerick, M. H. (2007). The process used by surrogate decision makers to withhold and withdrawal life-
sustaining measures in an intensive care environment. Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-
339.
Murrish jennifer. 2010. Development of an end-of-life care/decision Pamphlet in the ICU. California
State University, Chico
Nursing Theory Peaceful End of Life-Cornelia Ruland and Shirley Moore. Nursing 5330 Theories and
Therapies Texas Tech University Health Sciences Center School of Nursing, Submitted to:
Yondell Masten, October 17, 2007.
Ningsih sri ningning. 2011. Pengalaman perawat dalam memberikan perawatan paliatif pada anak
dengan kanker di wilayah Jakarta. Universitas Indonesia. Jakarta
Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction Based on Standards
of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life. Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.
Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile (2006). Middle range theories: Peaceful end of life
theory. Nursing Theorists and Their Work, (pp.775-781). Missouri: Mosby.