Disusun Oleh :
Ruang Mawar
Evia Puspa Dwiana 18215070
Faradina Aprillia 18215072
Fauziyyah Antikasari 18215075
Febiola Dwi Puspitasari 18215076
Ade Saputra 18215247
Muhammad Dian Permana 17214112
Maretha Widya Utami 18215123
Maryam 18215125
Maylinda Indah Sari 18215126
Dosen Pengampu :
Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep., M.Kep
Oleh :
Ruang Mawar
Menyetujui
Ns. Riahta Sembiring, S.Kep Ns. Siti Robeatul Adawiyah, S.Kep., M.Kep
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“MANAJEMEN PENGELOLAAN NYERI PASIEN POST OPERASI
DENGAN TEKNIK RELAKSASI”
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien lebih memahami dan lebih mengerti
tentang manajemen pengelolaan nyeri pasien post operasi serta cara mengatasi
maupun cara pencegahan nya dengan baik.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Pasien mampu mendefinisikan pengertian nyeri
b. Pasien mampu menjelaskan penyebab timbulnya nyeri
c. Pasien mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
d. Pasien mampu menjelaskan cara mengkaji presepsi nyeri
e. Pasien mampu untuk melakukan Teknik Relaksasi Setelah Post Operasi
3. METODE PENYULUHAN
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
4. SETTING PENYULUHAN
6. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Persiapan media yang akan digunakan
Yang sudah sesuai dengan SAP : Leaflet.
Mempersiapkan tempat yang akan digunakan
Yang sudah sesuai dengan SAP : Di RSUD Kabupaten Tangerang Ruang
Mawar
Persiapan SAP
Persiapan sudah lengkap
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan tentang manajemen pengelolaan nyeri pasien post operasi
berjalan pada pukul 10.0-11.00 WIB
Jumlah peserta seluruh pasien yang ada di kamar 4 ruang mawar.
Selama peyuluhan pasien memperhatikan penjelasan yang disampaikan
Selama penyuluhan pasien bertanya tentang penjelasan materi yang
disampaikan
3. Evaluasi Hasil
Pasien memahami dan dapat menjelaskan Kembali mengenai definisi
nyeri
Pasien memahami dan dapat menjelaskan Kembali mengenai penyebab
timbulnya nyeri
Pasien mampu melakukan Teknik relaksasi
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Nyeri
Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
atau ancaman kerusakan pada jaringan
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan
yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
perasaan takut dan mual. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat subjektif.
Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Neila & Sarah, 2017).
Dapat disimpulkan bahwa Nyeri merupakan pengalaman atau masalah kesehatan
yang tidak menyenangkan untuk seseorang, dimana setiap rasa nyeri yang dirasakan
seseorang pasti berbeda. Ketidaknyamanan terhadap nyeri yang menjadikan sebuah
alasan sesorang untuk meminta pertolongan tenaga medis untuk bisa segera mengatasi
nyeri yang dirasakannya.
B. Penyebab Timbulnya Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman
subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula
spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer
merupakan pengirimdan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya
berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak
neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga
terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal
dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi
desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di
kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik
individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial
merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya anak-
anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri atau
mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi.
Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari,
karena lansia telah hidup lebih lama mereka kemungkinan lebih tinggi untuk
mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk
menginterpretasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai
penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang
sama.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian yang
melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan dengan nyeri
diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna
budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan
untuk klien yang mengalami nyeri.
4. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempersepsikan nyeri
dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu
kehilangan dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan
mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat
cedera karena pukulan pasangannya.
5. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya
lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang
memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau
menderita penyakit kritis, sering kali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan
dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak
kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
6. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebh berat. Nyeri seringkali
lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tiddur yang lelap dibanding
pada akhir hari yang melelahkan.
7. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan
upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi
untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan
massage. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang
lain, maka perawaat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang
klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu
koping terhadap nyeri.
9. Gaya Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa kesepian.
Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah
sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah
klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol
terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan
ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan/total.
2. Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien,
seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain, dimana
tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya tajam, sakit, seperti
diremas, menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
(biarkan pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).
3. Lokasi (R : Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua
bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasikan nyeri
lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari
titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan
bersifat difus (menyebar).
Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
4. Keparahan (S : Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang
dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0 berarti tidak sakit
dan 10 yang paling sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES untuk
pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien dengan kesulitan bicara
5. Durasi (T : Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian
nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa
lama nyeri dirasakan?”
Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-tiba; apakah
nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang; apakah pasien pernah
mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang
muncul merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
3. Tahap kerja
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks 2
h. Usahakan agar tetap konsentrasi
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
j. Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00 dan siang hari
pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam dilakukan sebanyak 3 kali.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
4. Dokumentasi
a. Catat waktu pelaksaan tindakan
b. Catat respon pasien
c. Paraf dan nama perawat juga
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi pada pasien post operasi sangat
dibutuhkan untuk mengurangi gejala nyeri yang dirasakan. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu dengan mengunakan teknik farmakologi dan non
farmakologi. Metode non farmakologi dapat memberikan efek relaksasi
kepada pasien, dapat meringankan ketegangan otot dan emosi, serta dapat
mengurangi nyeri. Disini beberapa teknik non farmakologis yang dapat
diambil adalah teknik nafas dalam, pemberian essensial oil daun melati,
kompres hangat dan terakhir teknik self healing.
Topik Pelaksanaan : Manajemen Pengelolaan Nyeri Pasien Post Operasi Dengan Teknik
RelaksasI
Hari/tgl/ : Jumat, 11 Maret 2022
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Di Ruang Mawar RSUD Kabupaten Tangerang
Sasaran : Sebagian Pasien di Ruang Mawar Kamar 4
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien lebih memahami dan lebih mengerti
tentang manajemen pengelolaan nyeri pasien post operasi dengan Teknik relaksasi
serta cara mengatasi maupun cara pencegahan nya dengan baik.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Pasien mampu mendefinisikan pengertian nyeri
b. Pasien mampu menjelaskan penyebab timbulnya nyeri
c. Pasien mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
d. Pasien mampu menjelaskan cara mengkaji presepsi nyeri
e. Pasien mampu untuk melakukan Teknik Relaksasi Setelah Post Operasi
4. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
Setting Penyuluhan
Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Persiapan media yang akan digunakan
Yang sudah sesuai dengan SAP : Leaflet.
Mempersiapkan tempat yang akan digunakan
Yang sudah sesuai dengan SAP : Di RSUD Kabupaten Tangerang Ruang
Mawar
Persiapan SAP
Persiapan sudah lengkap
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan tentang manajemen pengelolaan nyeri pasien post operasi
berjalan pada pukul 10.0-11.00 WIB
Jumlah peserta seluruh pasien yang ada di kamar 4 ruang mawar.
Selama peyuluhan pasien memperhatikan penjelasan yang disampaikan
Yang sudah dicapai :
Selama penyuluhan pasien bertanya tentang penjelasan materi yang
disampaikan
Yang sudah dicapai : Selama penyuluhan pasien menjawab pertanyaan
yang diajukan
Yang sudah dicapai :
3. Evaluasi Hasil
Pasien memahami dan dapat menjelaskan Kembali mengenai definisi
nyeri
Pasien memahami dan dapat menjelaskan Kembali mengenai penyebab
timbulnya nyeri
Pasien mampu melakukan Teknik relaksasi
Materi Terlampir Leaflet
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Febiola%20.D.P/Downloads/5449-Article%20Text-14282-1-10-
20180219%20(1).pdf diakses pada hari Kamis pada tanggal 10 Maret 2022 pada
pukul 08.35 WIB
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2481/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6 diakses pada hari Kamis pada tanggal 10 Maret 2022 pada pukul
08.40 WIB
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/615-pentingnya-terapi-
untuk-mengatasi-nyeri-post-operasi diakses pada hari Kamis pada tanggal 10
Maret 2022 pada pukul 09.00 WIB
UEU-Undergraduate-14216-lampiran sap-nyeri.Image.Marked.pdf (esaunggul.ac.id)
diakses pada hari Kamis pada tanggal 10 Maret 2022 pada pukul 09.15 WIB