Anda di halaman 1dari 26

GAMMA CAMERA

Diajukan untuk menyelesaikan ujian tengah semester VII


Mata Kuliah Teknik Pesawat Imaging

Oleh :
WAHYU TRIWAHYUNI
NIM : P1337430219093

PROGRAM STUDI D-IV ALIH JENJANG TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedokteran nuklir adalah bidang kedokteran yang memanfaatkan
materi radioaktif untuk menegakkan diagnosis, terapi penyakit serta
penelitian. Secara lengkap Definisi Kedokteran Nuklir menurut WHO adalah
ilmu kedokteran yang dalam kegiatannya menggunakan sumber radiasi
terbuka (“unsealed’) baik untuk tujuan diagnosa, maupun untuk pengobatan
penyakit (terapi), atau dalam penelitian kedokteran.
Kedokteran Nuklir mencakup pemasukan radioisotop ke dalam tubuh
pasien (studi in-vivo) dan dapat pula dengan mereaksikannya dengan bahan
biologis seperti darah, cairan lambung, urine, dan sebagainya, yang berasal
dari tubuh pasien, yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam tabung
percobaan).Kedokteran nuklir didefinisikan sebagai suatu praktik yang
menjadikan pasien mengandung radioaktif untuk keperluan diagnosis dan
terapi. Bahan radioaktif yang biasa digunakan untuk pemeriksaan kedokteran
nuklir disebut dengan radionuklida atau radiofarmaka. Radiofarmaka atau
radionuklida ini diinjeksikan kedalam tubuh pasien (secara internal), atau
dicampurkan ke cairan organ tubuh yang diambil keluar tubuh (secara
eksternal). Kedua cara tersebut dinamakan teknik in vivo. Dalam pemeriksaan
kedokteran nuklir, radioisotop yang masuk kedalam tubuh, atau cairan tadi
dimonitor dari luar dengan peralatan yang disebut instrumentasi kedokteran
nuklir. Ada dua jenis instrumentasi nukir yaitu untuk keperluan diagnosis dan
keperluan terapi. Pada kasus ini, salah satu instrumentasi nuklir yaitu gamma
kamera dapat di golongkan sebagai instrumentasi nuklir jenis diagnostik.
Untuk kepentingan diagnosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
1. Foton (gelombang elektromagnetik) muncul dari elektron energi tinggi
dengan positron yang kemudian menimbulkan peristiwa anihilasi dan
menghasilkann sinar gamma yang dapat dideteksi menggunakan alat dari

2
luar. Pada radionuklida tertentu, pancaran yang di deteksi adalah sinar-x
dalam energi antara 50-300 keV
2. Umur paruh bahan radionuklida yang digunakan berkisar antara beberapa
menit hingga mingguan. Pada umumnya diinginkan untuk tinggal sebesar
5 rad pada organ target setelah proses diagnosis.
3. Perangkat instrumentasi nuklir haruslah bisa melakukan diskriminasi dan
memilih informasi yang hanya berasal dari radiasi gamma primer, selain
itu harus digunakan detector yang memliki respon tinggi yang berbanding
lurus terhadap energi radionuklida yang dideteksi.
4. Sistem instrumentasi yang digunakan haruslah memiliki kemampuan kerja
yang bagus meliputi low price, linear, akurasi tinggi, respon energi linear,
sensivitas yang tinggi, bandwidth lebar. (BATAN, 1993)
Sejak gamma camera ditemukan pertama kali oleh Anger, sejumlah
papers yang mendeskripsikan tentang gamma camera dipublikasikan. Gamma
kamera dalam berbagai diskusi dianggap sebagai parameter dari conventional
scanner, dan perhatian khusus diberikan pada gamma camera karena
karakteristiknya yang unik. Tentu saja, gamma camera perlu dibandingkan
dengan alat scanner yang lain untuk menampilkan keunggulanya. Akhirnya
banyak penelitian yang membahas tentang sensitivitas dan resolusi yang
terbatas dari gamma camera.
Komponen utama gamma camera adalah single crystal dari scintilator
yang merupakan kristal sodium iodida yang dikombinasikan dengan
photomultiplier tubes dan jaringan elektronik untuk mendeteksi letak dari
sinar gamma. Gamma camera yang ada sekarang bisa menghasilkan resolusi
sampai 4.0 mm atau lebih. Gamma camera yang berkembang saat ini sudah
ada yang menggunakan detektor gas, dan detektor semikonduktor. (Bailey,
dkk. 2014)
Intraoperative imaging sangat sering digunakan dalam dunia
kesehatan. Dan penggunaan gamma camera berpotensi untuk meningkatkan
hasil dari operasi. sebagai contoh, dalam sentinel lymph node biopsy,
penggunaan modalitas gamma camera membantu untuk mengidentifikasi

3
lymph node yang lengkap untuk pembedahan (Bailey, dkk. 2014). Dan dalam
kasus tertentu bisa menegakkan kemana saja sel tumor menyebar dari tumor
primer.(Bailey, dkk. 2014)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gamma camera?
2. Apa yang dimaksud dengan radiofarmaka?
3. Apa yang dimaksud dengan Photo Multiplier Tube (PMT)?
4. Apa saja jenis-jenis dari gamma camera?
5. Apa yang dimaksud dengan detector?
6. Apa yang dimaksud dengan collimator?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gamma camera.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan radiofarmaka.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Photo Multiplier Tube
(PMT).
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari gamma camera.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan detector.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan collimator.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan penulis
secara khusus dan pembaca secara umum tentang gamma camera dan
instrument-instrumennya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DASAR FISIKA
Pada prinsipnya alat / pesawat kedokteran nuklir hanya digunakan
sebagai detektor, yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan
radioaktif dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat
sebagai angka-angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan imaging kedokteran
nuklir memerlukan gamma kamera yang mempunyai detektor dalam jumlah
banyak. Satu gamma kamera terdiri dari kolimator, detector / Kristal scintilasi,
Photo Multiplier Tube (PMT), Catode Ray Tube (CRT), dan Pulse Height
Analizer (PHA).

Gambar 1. Kamera Gamma

Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh kristal-
kristal scintilasi berdiameter besar (NaI(Tl)) setelah melalui suatu kolimator.
Kolimator melakukan penajaman pada citra dengan hanya melewatkan sinar
gamma yang searah dengan timbal yang berisikan pipa- pipa kecil yang akan
menumbuk detector. Sinar gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipa-
pipa dan akan diabsorbsi sehingga tidak sampai ke detector (kristal sintilasi). Jadi
radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique tidak dapat

5
mempengaruhi pembentukan citra. Guna kolimator adalah untuk memberikan
penajaman pada citra karena hanya melewatkan sinar gamma yang searah dengan
orientasi lubang kolimator dan menahan gamma hamburan. Sedangkan rumah
timbal menjamin hanya sinar gamma yang datang dari tubuh pasien saja yang
dideteksi.

Gambar 2. Sisi sebelah kiri ilustrasi gambaran dari dua titik sumber radiasi tanpa
menggunakan kolimator. Gambar sisi sebelah kanan ilustrasi gambaran dari dua
titik sumber radisi menggunakan kolimator.

Ketika suatu photon gamma berinteraksi dengan kristal sodium iodida


yang diaktivasi oleh Thallium (NaI(Tl)) maka dihasilkan pulsa pancaran cahaya
(fluorescent light) pada titik interaksi yang intensitasnya sebanding dengan energi
sinar gamma. Pulsa pancaran cahaya tersebut kemudian dideteksi dan dikuatkan
oleh setiap PMT sepanjang permukaan belakang kristal, dimana tabung dengan
jarak terjauh menerima cahaya lebih kecil dari pada tabung yang terdekat.
Efisiensi kristal ini untuk mendeteksi sinar gamma dari xenon 133 (81
keV) dan technetium 99m (140 keV) adalah mendekati 90%, artinya hanya 10%
dari foton gamma yang melalui kristal yang tidak menghasilkan suatu pulsa
cahaya. PMT mengubah pulsa cahaya menjadi suatu sinyal listrik dengan besaran
yang dapat diukur. Kejadian sintilasi pada kristal direkam oleh lebih dari satu
tabungtabung PMT. Koordinat X dan Y dari interaksi ditentukan oleh suatu lirik
tahanan tahanan yang memberikan pembobotan sinyal keluaran dari setiap PMT
menurut posisi geometrinya dibelakang detektor. Secara bersamaan seluruh sinyal
keluaran dari setiap PMT dijumlahkan dan diberi pembobotan. Sinyal tersebut
mempunyai tiga komponen yaitu koordinat spasial sumbu X dan sumbu Y serta

6
suatu sinyal (Z) yang berhubungan dengan intensitas, dimana amplitudonya
sebanding dengan jumlah total energi yang diterima dalam kristal. Sinyal
koordinat X dan Y dapat langsung dikirim ke peralatan penampil gambar (CRT)
atau direkam oleh komputer, sedangkan sinyal Z diolah oleh penganalisis tinggi
pulsa (PHA). PHA menyeleksi dan memisahkan signal- signal radiasi yang
berasal dari sinar hamburan dan yang berasal dari photopeak. Signal- signal yang
sesuai akan diteruskan ke system computer sedangkan yang tidak sesuai akan
ditolak.

Gambar 3. Skema kerja kamera gamma

Sinyal sinyal analog (X,Y dan Z (PHA) yang telah dihasilkan pada proses
sebelumnya akan diproses oleh kartu antarmuka agar dapat diolah lebih lanjut
oleh computer. Sinyal- sinyal analog X dan Y akan diubah menjadi angka- angka
digtal oleh Digital to Analog Converter (DAC). Kemudian kombinasi kedua
angka tersebut digunakan sebagai penunjuk memori computer yang berfungsi
sebagai pencacah kejadian. Sinyal dari PHA digunkan entuk memvalidasi yaitu
memberi informasi pada computer apakah kejadian dapat diproses atau tidak. Jika
dapat diterima, maka akan terbentuk citra organ pada monitor computer dengan
intensitas dari titik-titik gambar (piksel) yang sebanding dengan hasil pencacahan.
Metoda akuisisi ini disebut sebagai model frame atau histogram tingkat keabuan.

7
B. INSTRUMENTASI
Kamera gamma, juga disebut scintillation camera atau Anger camera,
adalah alat pencitraan yang menangkap radiasi radioisotop gamma, sebuah
teknik yang dinamai scintigraphy. Aplikasi dari scintigraphy meliputi
pengembangan obat-obatan baru dan pencitraan nuklir medis untuk melihat
dan menganalisis gamabaran tubuh manusia atau distribusi obat yang
diinjeksikan, dihirup, atau ingested radionuclides emitting gamma rays.
Pencitraan menggunakan kamera gamma merupakan teknologi imaging emisi.
Kamera gamma akan merubah photon gamma yang berhasil diterima oleh
detektor menjadi pulsa cahaya dan selanjutnya dirubah menjadi pulsa
elektronik (voltage signal). Signal tersebut yang akhirnya akan membentuk
citra (image) sesuai dengan ditribusi radionuklida yang dimasukkan kedalam
tubuh. Setiap unit kamera gamma memiliki komponen dasar yang terdiri dari :
1. Kolimator
2. Detektor/ Kristal scintilasi
3. Photo Multiplier Tube (PMT)
4. Cathode Ray Tube (CRT)
5. Pulse Height Analyzer (PHA)
6. Konsole/Panel Kontrol
Kamera gamma jenis digital memiliki beberapa kelebihan dibanding jenis
analog, antara lain dapat melakukan pemrosesan data lebih cepat, karena
selalu dilengkapi dengan unit komputasi yang lebih canggih, dan secara umum
relatif lebih mudah perawatanya. Berikut akan dibahas komponen dasar pada
kamera gamma yang digunakan pada kedoktean nuklir :
1. Kolimator
Sebagaimana pada sistem optik yang memerlukan lensa untuk
memfokuskan cahaya, dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana
untuk memfokuskan sinar gamma detector. Untuk itu diperlukan kolimator
yang terbuat dari timbal yang berisikan pipa-pipa kecil yang disebut

8
dengan septa, dimana arah dari pipa-pipa ini tergantung dari jenis
kolimator. Ada 4 jenis kolimator :
a. Paralel Hole kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang
parallel dengan detektor. Alat ini menekan hampir semua sinar gamma
yang tidak paralel dengan lubang detector yang tidak mempunyai
sistem focusing. Resolusi yang terbaik adalah meletakan objek sedekat
mungkin dengan detektor. Alat ini digunakan untuk objek berukuran
besar.
Kolimator yang paling sering digunakan adalah Paralel Hole
Collimator yang berisi ribuan lubang parallel, lubang yang ada bisa
berbentuk lingkaran, segi empat atau segitiga, meskipun begitu,
biasanya berbentuk heksagonal dan biasa dibuat dari lembaran timbal,
dan beberapa juga ada yang menggunakan lempeng timbal.

Gambar 4. Lubang berbentuk hexagonal

b. Konverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang yang
memusat dari detektor ke objek. Pancaran sinar gamma dari objek
tidak paralel. Kolimator ini dapat digunakan untuk objek yang terletak
pada bagian dalam tubuh. Sensitifitas kolimator akan bertambah jika

9
jarak kolimator ke objek di perbesar. Dua objek yang sama mempunyai
kedalaman yang berbeda dan akan diproyeksikan secara berbeda.
c. Diverging Kolimator
Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang
yang memusat dari objek ke detektor. Sensitifitas kolimator akan
berkurang bila jarak kolimator ke objek diperbesar. Objek yang lebih
besar dari ukuran kolimator dapat dideteksi tanpa terpotong.
d. Pin Hole Kolimator
Mempunyai bentuk kerucut. Mempunyai sebuah lubang dengan jarak
yang tetap dari objek ke detektor. Proyeksi kolimator ini mirip dengan
kamera konvensional sinar gamma setelah melewati pin hole kolimator
akan diterima detektor dengan terbalik. Kolimator ini biasa digunakan
untuk objek yang sangat kecil, misal kelenjar tyroid. Sebuah kolimator
Pinhole sering digunakan untuk memproduksi magnifikasi atau
perbesaran gambar untuk melihat objek-objek yang kecil, seperti
Thyroid Gland atau hip joint. Kolimator ini terdiri dari sebuah lubang
kecil yang memiliki diameter berukuran 3 hingga 5 mm di dalam
selembar timbal atau dengan material tungsten yang berbentuk cone
dengan lubang pada ujungnya

Gambar 5. Pinhole collimator

10
Gambar 6. Jenis-jenis Kolimator

Dengan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipa-


pipa dapat melalui kolimator dan menumbuk detektor. Sedangkan sinar
gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipa-pipa dan akan
diabsorbsi sehingga tidak sampai detektor (kristal skintilasi), hanya
menerima signal dari radionuklida terbatas pada sebagian tertentu didalam
tubuh pasien. Karenanya kolimator dalam menjalankan fungsinya adalah
dengan mengabsorbsi dan menghalangi radiasi photon yang datang diluar
bidang tertentu yang berhadapan dengan permukaan detektor. Sehingga
radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique tidak dapat
mempengaruhi pembentukan citra.
Efektivitas kolimator dalam memproduksi gambar pada detektor
tergantung dari faktor-faktor, antara lain :
1) Dimensi dari kolimator : besar pipa/ukuran hole, jumlah hole, panjang
hole dan tebal septa
2) Jarak dari obyek : makin dekat obyek dengan kamera makin baik
resolusinya, karena itu sangat penting untuk menempatkan pasien
sedekat mungkin dengan kamera
3) Resolusi dan sensitivitas juga sangat dipengaruhi oleh energi sinar
gamma yang diterima, makin tinggi energi yang diterima makin buruk
cahaya yang dihasilkan detektor.

11
2. Detektor / Kristal scintilasi
Detektor terdiri dari scintilasi kristal yang diletakkan di belakang
kolimator, terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal plus Thalium. NaI (Tl)
ini akan mengeluarkan cahaya/scintilisai apabila tertumbuk sinar gamma.
Fungsi utama kristal ini ialah untuk mengubah sinar gamma menjadi
photon. Interaksi photon gamma dengan kristal detektor akan
menyebabkan terjadinya efek penyerapan photoelektrik, sehingga
menghasilkan cahaya fluorosensi yang intensitasnya proposional dengan
kandungan energi dari photon gamma yang bersangkutan. Pada umumnya
diameter kristal detektor bervariasi sekitar 10 s/d 21 inch, dan ketebalan ¼
s.d ½ inch. Semakin luas ukuran bidang kristal semakin luas pula bidang
pencitraan yang dimiliki kamera gamma, sehingga harganya semakin
mahal. Semakin tebal ukuran suatu kristal detektor, derajat resolusi spatial
akan semakin rendah tetapi semakin efektif dalam menangkap radiasi
photon gamma.
Pada daerah kepala kamera scintilasi mengandung sebuah piringan
atau kepingan persegi panjang dari Kristal Thallium yang diaktifkan
dengan Sodium Iodida {Na(Tl)} dengan ketebalan 0,95 mm (3/8 inch)
secara optik berpasangan dalam jumlah besar (biasanya berjumlah 37
hingga 91) dengan photomultiplier tubes (PMTs). Kristal Na(Tl) pada
kamera modern memiliki area yang luas, Kristal persegi panjang biasanya
berukuran 59 x 44,5 cm (23 x 17,4 inch) dengan FOV 53 x 39 cm.

12
Gambar 7. Scintilator

3. Photo Multiplier Tube (PMT)


PMT berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal
elektrik secara terukur. Gamma camera terdiri atas 37 – 91 PMT. PMT
ditempatkan dibagian belakang kristal NaI(Tl) dan berjumlah banyak serta
tersusun dalam suatu konfigurasi. Dengan elektroda pertama yaitu photo
katoda, merubah cahaya menjadi elektron, elektroda selanjutnya yaitu
dynoda, melipat gandakan elektron-elektron dan dynoda terakhir yaitu
anoda, menghasilkan pulsa out put. PMT dihubungkan dengan kristal
secara optis dengan bahan silicon-like materials. Signal scintilasi yang
dihasilkan dari kristal akan diterima/dicatat oleh satu atau lebih PMT.
Signal keluaran PMT memiliki 3 komponen,yaitu : Semua data-data ini
akan terkumpul dalam kolektor dan disimpan dalam memori ini akan
diproses menjadi data visual berupa gambar, grafik maupun angka.

13
Gambar 8. Photo Multiplier Tube (PMT)

4. Cathode Ray Tube (CRT)


Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi 3 (tiga)
signal X, Y, Z. spatial coordinates X dan Y sebagai sumbu , dan
komponen Z sebagai parameter besarnya energi yang masuk dalam kristal
detektor dan diproses oleh PHA. Koordinat X dan Y dapat langsung
diamati pada layar display (CRT) atau didalam komputer. Sedang signal Z
(intensitas) akan diproses lebih lanjut oleh komponen berikutnya, yaitu
PHA.
5. Pulse Height Analyzer (PHA)
PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang (to discard)
signal-signal radiasi yang berasal dari cacah latar (background) dan sinar
hamburan atau radiasi lain dari hasil interferensi isotop, sehingga hanya
foton yang berasal dari photopeak yang dikehendaki yang dicatat. PHA
akan melakukan pemilahan terhadap signal-signal tersebut, selanjutnya
meneruskan signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer,
sedang yang tidak sesuai ditolak. PHA mampu melakukan fungsi tersebut
karena energi yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi signal
skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage signal yang
dikeluarkan oleh PMT.

14
6. Kontrol Panel
Image exposure time ditentukan melalui panel kontrol, dengan pilihan :
a. preset count
b. preset time atau
c. preset ID (information density) untuk citra kompresi.

C. JENIS-JENIS KAMERA GAMMA


1. Kamera Gamma Tipe Removeable Plug
Kamera tipe ini termasuk yang sederhana dan cocok untuk penyinaran
yang searah. Kamera ini dapat digunakan untuk aktivitas sampai dengan 2
curie untuk sumber Co-60 dan 100 curie untuk Ir-192. Pada saat kamera
ini digunakan, maka sumber kamera yang berbentuk konis dapat diangkat
keatas sehingga radiasi akan keluar. Kamera ini juga dapat digunakan
untuk teknik penyinaraan panoramik, dengan mendorong sumber keluar
kamera dengan bantuan sebuah graduate rod.
2. Kamera Gamma Tipe D
Kamera ini termasuk tipe shutter berputar dan cocok digunakan untuk
radiografi pipa-pipa dengan teknik double wall single image. Kamera ini
tersedia untuk aktivitas diatas 7,5 curie untuk Ir-192 atau 1 curie Cs-137.
Kamera tipe ini dapat ditempelkan pada pipa yang akan diradiografi
dengan menggunakan rantai pengikat dan dapat diputar ke berbagai posisi
yang diinginkan bila diperlukan.
Bila kamera akan digunakan maka silinder pemegang sumber dikeluarkan
dari posisi shielding dengan memutar operating handle. Posisi sumber
harus berada ditengah-tengah shielding bila digunakan.
3. Kamera Gamma model Torch
Kamera tipe ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan umumnya
digunakan untuk meradiografi las pada jaringan pipa dan konstruksi
lainnya. Pada saat kamera digunakan maka torch dikeluarkan dari dalam
kamera dan kemudian diletakkan pada shielding holder yang ditempelkan
pada pipa yang akan diradiografi. Shielding yang terdapat pada torch

15
berfungsi sebagai pengaman atau pelindung bagi operator saat bekerja.
Kamera model torch ini tidak direkomendasikan oleh standard
internasional dan bahkan dilarng penggunaannya oleh banyak standard
nasional. Kamera ini didesain untuk sumber dengan aktivitas kecil.
4. Kamera Gamma Radiografi Remote Kontrol
Kamera tipe ini dapat dioperasikan dari jarak agak jauh dari posisi kamera,
sehingga penggunaan kamera jenis ini lebih aman dibandingkan dengan
kamera jenis lainnya. Selain itu, kamera ini sangat cocok digunakan untuk
sumber dengan aktivitas yang besar, dan dapat digunakan untuk aktivitas
sampai dengan 500 curie untuk Ir-192 dan Co-60.

D. RADIOFARMAKA
1. Radiofarmaka
Radiofarmaka merupakan sediaan farmasi dalam bentuk senyawa
kimia yang mengandung radioisotop yang diberikan pada kegiatan
kedokteran nuklir. Sediaan radiofarmaka pada umumnya terdiri dari 2
komponen yaitu radioisotop dan bahan pembawa menuju ke organ target.
Pancaran radiasi dari radioisotop pada organ target itulah yang akan
dicacah oleh detector (gamma kamera) untuk direkostruksi menjadi citra
ataupun grafik intensitas radiasi. Suatu radiofarmaka berupa isotop
radioaktif misalnya Tl-201 atau berupa senyawa yang dilabel dengan
pembawa materi contoh I-131 Hipuran, Tc-99m DTPA.
Produksi sediaan radiofarmaka dapat diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Radioisotop primer medical yaitu radioisotop dalam bentuk
kimia yang sederhana (biasanya an-organik). Diproduksi
dengan cara mengiradiasi atom sasaran dalam reaktor nuklir
atau dalam siklotron.
2. Senyawa bertanda medikal yaitu senyawa yang salh satu
atau lebih dari atom atau gugusnya digantikan dengan atom
unsur radioisotope

16
3. Generator radioisotop ; untuk mendapatkan radioisotop
umur pendek pada lokasi yang jauh dari tempat produksi
radioisotop terutama bagi rumah-sakit yang tidak memiliki
fasilitas reaktor nuklir maka diciptakanlah generator
radioisotop. Generator radioisotop adalah suatu sistem yang
terdiri dua macam radioisotop yaitu radioisotop induk
induk dan radioisotop anak yang keduanya membentuk
pasangan kesetimbangan radioaktif. Radioisotop induk
memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada waktu
paruh radioisotop anak. Radioisotop anak digunakan untuk
keprluan diagnostik maupun terapi.
4. Kit Radiofarmaka ; adalah sediaan non-radioaktif yang
terdiri dari beberapa senyawa kimia yang akan ditandai
dengan radioisotop untuk menjadi sediaan radiofarmaka.
Radioisotop yang paling banyak digunakan adalah
Technitium -99m (Tc-99m) karena punya beberapa
kelebihan, yaitu :
- Waktu Paruh pendek (6,03 jam)
- Memancarkan gamma murni dengan energi 140 kev
- Mempunyai tingkat valensi 1 sampai 7 sehingga mudah
bereaksi dengan senyawa lain.
- Dapat diperoleh dengan cara elusi generator radioisotop.
2. Radionuklida
Radionuklida yang digunakan di kedokteran nuklir adalah hasil
produksi dari reaktor nuklir seperti I-131, Cr-51 dan cyclotron seperti Tl-
201, In-123 namun harganya jauh lebih mahal dibanding dengan reaktor
nuklir atau melalui generator dengan mengilusi isotop induk. Contoh yang
paling dikenal dari radionuklida yang berasal dari generator adalah Tc-
99m yang diilusi dari isotop induk Mo-99 yang pemakainnya paling
banyak di kedokteran nuklir.

17
Penggunaan radionuklida di kedokteran nuklir harus dibedakan
antara pemakaian untuk keperluan terapi dan diagnostik. Untuk
penggunaan terapi diperlukan radionuklida yang massa paruhnya panjang
dan memancarkan radiasi sinar beta yang mempunyai efek biologis tinggi.
Radionuklida yang mempunyai beban radiasi kecil terhadap pasien dan
memiliki energi yang ideal untuk pemeriksaan dengan gamma kamera.
Kriteria yang ideal dimiliki oleh suatu radionuklida untuk keperluan
diagnostik adalah :
a. Waktu paruh : Pendek tetapi tidak lebih pendek dari waktu
pemeriksaan
b. Radiasi : Memancarkan gamma
c. Energi : 50 – 400 keV
d. Sifat kimia : Tidak toxis dan tidak merubah sifat biologis dari
farmaka yang dilabel
e. Ekonomis : Murah dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak
Dari kriteria di atas Tc-99 merupakan radionuklida yang paling memenuhi
syarat karena Tc-99 mempunyai waktu paruh 6 jam, radiasi gamma, energi
146 keV, sifat kimia tidak toxis dan tidak merubah sifat biologis farmaka
yang dilabel dan ekonomis.
3. Zat Pembawa
Untuk membawa aktifitas ke organ yang akan diperiksa diperlukan
senyawa yang mempunyai spesitas terhadap organ tersebut yang biasanya
disebut zat pembawa. Zat pembawa adalah unsur / zat yang dapat
mengikat radionuklida dan membawa ke organ yang akan diperiksa dan
dimetabolisir oleh organ tersebut.
Kemajuan dalam bidang bioteknologi sangat membantu dalam
perkembangan kedokteran nuklir baik dalam jumlah dan produksi dan
jenis zat pembawa tetapi juga teknik-teknik labeling senyawa tersebut
berkembang pesat. Sebagaimana radionuklida zat pembawa ini juga harus
mempunyai kriteria sebagai unsur dari radiofarmaka, yaitu :

18
a. Mudah dilabel dengan radionuklida serta mudah preparasinya tanpa
merubah sifat biologisnya terutama biodistribusi dalam tubuh.
b. Harus terakumulasi atau teralokasi sebagian besar di organ yang akan
diperiksa.
c. Harus bisa dieliminasi dari tubuh dengan waktu paruh yang sesuai
dengan lamanya pemeriksaan.

Tabel 1. Zat pembawa yang sering digunakan adalah sebagai berikut :


ORGAN YANG
NO ZAT PEMBAWA RADIONUKLIDA
DIPERIKSA
1. MDP Tc-99m Tulang
2. DTPA Tc-99m Ginjal (glomurolus)
3. DMSA Tc-99m Ginjal (parenkin)
4. MAA Tc-99m Paru
5. MIBI Tc-99m Jantung
6. HMPAO Tc-99m Otak
7. Hipuran I-131 Ginjal (tubular)
8. N I-131 Tiroid

E. PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi seharusnya diberikan kepada pekerja radiasi
(radiografer) dan orang-orang yang terkait pada saat pemeriksaan (keluarga
pasien dan petugas lain dilingkungan kedokteran nuklir).
1. Proteksi radiasi bagi radiografer dilakukan dengan :
a. Hot lab yang terperisai dengan baik pada saat elusi radionuklida
b. Memakai sarung tangan Pb pada saat melakukan elusi, pencampuran
dengan zat pembawa, penyuntikan radiofarmaka ke pasien dan selama
pemeriksaan.
c. Tidak berada terlalu lama di ruangan pemeriksaan dan jika diperlukan
radiografer menggunakan apron.
2. Proteksi radiasi bagi pasien

19
Dosis radiasi yang diterima pasien termasuk dalam penerimaan dosis
untuk keperluan medik (medical exposure). Pengendalian penyinaran
medik hanya menerapkan azas pembenaran (justification) dan azas
optimasi, artinya suatu prosedur kedokteran yang melibatkan radiasi hanya
layak dilakukan jika memang ada indikasi medik yang kuat dan tidak ada
cara lain yangdapat memberikan informasi medik yang dikehendaki.
Optimasi dilakukan mulai sejak perancangan peralatan dan prosedur kerja.
Perlengkapan lainnya misalnya film terus menerus ditingkatkan
kualitasnya sehingga dengan dosis yang makin kecil dapat diperoleh citra
dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik.
3. Proteksi radiasi bagi keluarga pasien dan petugas lain dilingkungan
kedokteran nuklir dilakukan dengan :
a. Hot lab dan ruang pemeriksaan yang terperisai dengan baik.
b. Tidak diperkenankan berada di dalam ruang pemeriksaan selama
proses pemeriksaan berlangsung.
c. Isolasi pasien yang sudah disuntik radiofarmaka.
4. Masalah limbah radioaktif
Limbah radioaktif untuk pasien diagnostik berupa ekskreta pasien
dan sisa radiofarmaka yang terdapat dalam jarum dan tabung suntik. Untuk
ekskreta pasien disediakan WC khusus radioaktif di unit kedokteran
nuklir. Umur paro biologic radioisotop dalam tubuh pasien pada umumnya
pendek (dibawah satu jam). Sehingga sewaktu pulang praktis
radioaktivitas yang terdapat dalam tubuh pasien telah menjadi sangat
rendah sehingga tidak membuat masalah proteksi radiasi. Kecuali untuk
pasien terapi yang mendapat radioisotop dosis besar sehingga harus
diisolasi di ruang kedap radiasi di rumah sakit selama beberapa hari maka
semua pasien diagnosis kedokteran nuklir tidak perlu menginap di rumah
sakit karena alasan proteksi radiasi.
Perlu pula diketahui bahwa dewasa ini radioisotop yang digunakan
di kedokteran nuklir termasuk golongan berumur paro pendek sehingga

20
dengan prinsip penyimpanan dan peluruhan limbah tersebut dapat dikelola
dengan baik.

F. CITRA YANG DIHASILKAN


1. Renal Scintigraphy

Gambar 9. Normal renal scintigraphy dengan Tc-99m DMSA

2. Kelenjar ludah

Gambar 10. Citra normal kelenjar ludah.

Gambar dinamis dilakukan selama 30 menit dan sitrat stimulus pada lima
belas menit pertama. ROI ditempatkan di kanan dan kiri parotis (merah
dan biru) dan submandibulary (kuning dan hijau) kelenjar dan kurva
aktivitas waktu yang dibuat menunjukkan serapan kuantitatif dan ekskresi
analisis.

21
Gambar 11. Citra abnormal kelenjar ludah.

Tidak ada penyerapan dan non ekskresi pada kelenjar parotis dapat dilihat
pada kurva kuantitatif dengan ROI (merah dan biru).

3. Hati dan Limpa

Gambar 12. Liver-spleen scintigraphy.

Focal hiperplasia nodular. Gambar anterior dan posterior. Fokus


Penyerapan meningkat di hati (panah hitam) dan Limpa (panah merah).

22
4. Paru-paru

Gambar 13. Normal pulmonary scintigraphy.

5. Tulang

Gambar 14. Bone scintigrafi pada orang dewasa.

A. Normal scan
B. Metastase pada ribs kiri.
C. Metastase multiple bone.
D. Monostotic Paget Disease pada hemerus kanan.
E. Hyperparathyroidism.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kamera gamma, juga disebut scintillation camera atau Anger camera,
adalah alat pencitraan yang menangkap radiasi radioisotop gamma,
sebuah teknik yang dinamai scintigraphy.gamma camera merupakan
alat kedokteran nuklir yang digunakan sebagai detektor, yaitu
menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif dalam
tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat sebagai angka-
angka, warna ataupun grafik.
2. Radiofarmaka merupakan sediaan farmasi dalam bentuk senyawa
kimia yang mengandung radioisotop yang diberikan pada kegiatan
kedokteran nuklir. Radiofarmaka diberikan ke pasien untuk tujuan
diagnostik maupun terapi, Radiofarmaka merupakan sumber terbuka
dan ikut metabolisme dalam tubuh.
3. PMT adalah salah satu komponen pada gamma camera yang berfungsi
untuk merubah signal cahaya menjadi signal elektrik secara terukur.
4. Jenis-jenis Gamma camera ada 4 yaitu : Kamera gamma Tipe
Removeable Plug, Kamera gamma tipe D, Kamera gamma model
Torch, Kammera gamma Radiografi Remote Kontrol.
5. Kolimator adalah salah satu komponen pada gamma camera yang
berfungsi untuk memfokuskan sinar gamma ke detector serta
menyerap sinar-sinar yang tidak searah.
6. Detektor adalah salah satu komponen gamma camera yang terdiri dari
scintilasi kristal yang diletakkan di belakang kolimator, terbuat dari
Natrium Iodida (NaI) kristal plus Thalium. NaI (Tl) ini akan
mengeluarkan cahaya/scintilisai apabila tertumbuk sinar gamma.
Fungsi utama kristal ini ialah untuk mengubah sinar gamma menjadi
photon.

24
B. Saran
Perlu adanya pengawasan yang khusus terhadap pasien yang baru saja
melakukan terapi ini, karena dalam tubuh pasien tertanam radiofarmaka
yang memancarkan radiasi gamma sehingga dapat membahayakan bagi
orang disekitarnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ardisasmita, M. Syamsa. 1993. Peningkatan Kemampuan Kamera Gamma


Analog Menggunakan Sistem Berbasis Komputer PC dan Pengembangan
Perangkat Lunak Pengolahan Citra. Pusat Pengenbangan Teknologi
Informasi dan Komputasi: BATAN.

Bailey, D,L, J.L Humm, A. Todd-Pokropek, dan A. Van Aswegen. 2014. Nuclear
Medicine Physics. Vienna, Austria: International Atomic Agency (IAEA)
Vienna International Center.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kamera_gamma

26

Anda mungkin juga menyukai