Anda di halaman 1dari 16

ISSN 1978-3787 (Cetak) 3135

ISSN 2615-3505 (Online)


………………………………………………………………………………………………………
EFEK TEPUNG DAUN Moringa oleifera TERHADAP STRUKTUR MIKROANATOMI
DUODENUM ITIK PENGGING

Oleh
Laili Fitria Zulfa1), Sunarno2), Kasiyati3) & Muhammad Anwar Djaelani4)
1,2,3,4Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

Email: 1laili.fitriazulfa@gmail.com, 2sunzen07@gmail.com , 3atie_bd@yahoo.co.id &


4muhammadanwardjaelani@rocketmail.com

Abstrak
Kelor merupakan tanaman tropis yang dapat digunakan sebagai imbuhan pakan pada unggas. Daun
tanaman ini mengandung serat yang bermanfaat untuk menunjang pencernaan, absorbsi, metabolisme
dan produktivitas unggas. Penggunaan tepung daun kelor dalam konsentrasi yang tepat dapat
mengefektifkan pencernaan, absorbsi, dan memperbaiki struktur duodenum usus halus, dan begitupula
sebaliknya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tepung daun kelor dalam pakan terhadap
diameter lumen dan villi, serta tebal lapisan epitel dan muskuler duodenum usus halus pada itik
Pengging. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3
kali ulangan. Perlakuan meliputi kontrol, perlakuan penambahan tepung daun kelor dalam pakan basal
dengan konsentrasi, berturut-turut 2,5; 5; 7,5; dan 10%. Parameter yang diukur meliputi diameter
lumen dan villi, serta tebal lapisan epitel dan muskuler duodenum. Data hasil pengamatan dianalisis
dengan ANOVA dengan signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun kelor
dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter lumen dan villi, serta tebal lapisan epitel dan
muskuler duodenum (P>0,05) pada itik Pengging. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa serat
pakan dalam tepung daun kelor dengan konsentrasi 2,5-10% tidak dapat meningkatkan diameter
lumen, tinggi villi, tebal lapisan epitel, dan tebal lapisan muskularis pada duodenum itik Pengging.
Kata Kunci: Kelor, Serat, Pakan Basal, Duodenum & Itik Pengging

PENDAHULUAN oris ke ingluvies. Pakan kemudian masuk ke


Itik Pengging merupakan salah satu itik proventrikulus disekresikan oleh sekret lambung
petelur dengan ditunjang oleh nutrien yang tidak yang mengandung pepsin dan HCl. Pakan
terlepas dari proses penguraian di dalam traktus kemudian menuju gizzard terjadi pencernaan
digestivus. Traktus digestivus itik terdiri dari mekanik untuk menghancurkan pakan sebelum
cavum oris, esofagus, crop, proventrikulus, masuk ke intestinum tenue. Pakan yang telah
ventrikulus, intestinum dan kloaka. Proses digesti dihancurkan selanjutnya masuk ke intestinum
pada traktus digestivus berfungsi untuk tenue [2]. Duodenum merupakan segmen awal
mengubah nutrien dari karbohidrat menjadi dari intestinum tenue pada traktus digestivus yang
monosakarida, protein menjadi asam amino, dan melakukan fungsi terbesar dalam kontraksi
mengubah lemak menjadi asam lemak dan segmentasi, sebagai respons terhadap peregangan
griserol sehingga dapat digunakan dalam proses lokal yang ditimbulkan oleh keberadaan pakan
metabolisme [1]. [3].
Proses digesti pada itik dimulai dari cavum Kapasitas daya dukung proses digesti
oris. Itik tidak memiliki gigi, pakan dalam bentuk terhadap pakan yang diberikan dan absorbsi
biji akan ditelan dan akan dibantu oleh saliva. nutrien dapat mempengaruhi perubahan struktur
Saliva itik mengandung amilase sesuai dengan mikroanatomi duodenum yaitu tebal lapisan
jenis pakan yang sebagian besar karbohidrat. epitel [4], tinggi villi [5], luas permukaan lumen
Pakan selanjutnya akan masuk ke dalam esofagus [6] dan tebal lapisan muskular [7]. Perubahan
yang berfungsi menyalurkan pakan dari cavum struktur mikroantomi duodenum dapat
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3136 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
disebabkan dari faktor internal dan faktor kontraksi berbentuk cincin dari kontak langsung
eksternal. Faktor internal yaitu ukuran tubuh, pakan dengan duodenum yang secara perlahan
jenis kelamin, umur, status kesehatan, status bergerak dari bagian atas ke bawah duodenum
fisiologis [8], dan aktivitas mitotik sel punca [3]. [3]. Aktivitas mendorong maju-mundur selama
Faktor eksternal yang juga berperan besar perjalanan, pencampuran secara merata dan
terhadap karakteristik fisik duodenum yaitu penyerapan di lumen duodenum inilah yang dapat
komposisi dan kualitas bahan pakan [9]. mempengaruhi perubahan struktur mikroanatomi
Penggunaan bahan pakan yang kaya serat dapat duodenum.
digunakan sebagai alternatif suplemen pakan Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan
untuk memperbaiki proses pencernaan dan penelitian mengenai penggunaan tepung daun
absorbsi nutrient serta struktur mikroanatomi kelor sebagai bahan pakan dan pengaruhnya
duodenum. Salah satu bahan pakan yang terhadap struktur mikroanatomi duodenum itik
memiliki kriteria tersebut adalah tanaman kelor. Pengging. Mengingat untuk saat ini belum
Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah banyak peneliti yang melaporkan mengenai
tanaman yang banyak ditemui di daerah tropis struktur mikroanatomi duodenum yang mengacu
dan subtropis yang memiliki peran penting pada perbedaan diameter lumen, tinggi vili, tebal
terhadap kecernaan pakan pada itik karena lapisan epitel, dan tebal lapisan muskular pada
berpotensi sebagai sumber serat pakan. Tepung itik Pengging.
daun kelor segar mengandung serat 7,92% dan
daun kelor kering 12,62% [10]. Kebutuhan serat LANDASAN TEORI
pakan itik maksimal pada umur diatas 24 minggu Taksonomi Kelor (Moringa oleifera)
adalah 7,5% [11]. Kandungan serat yang berlebih Kelor adalah tanaman yang tergolong dalam
dapat menurunkan daya cerna. Sebaliknya famili Moringaceae, dikenal dengan nama
kekurangan serat juga menyebabkan gangguan moringa, drumstick (dari bentuk rumah benihnya
struktural dan fisiologis duodenum [12]. Serat yang panjang dan ramping), horseradish tree dari
berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu serat bentuk akarnya yang mirip dengan tanaman
terlarut (soluble fiber) dan serat tidak terlarut horseradish [19]. Tanaman kelor memiliki
(insoluble fiber) [13]. Jenis serat pada tanaman ketinggian 7-10 m, berbatang kayu (lignosus),
kelor termasuk dalam serat soluble fiber dengan tegak berwarna putih kotor, kulit tipis,
kandungan -glukan [14], pektin dan permukaan kasar, percabangan simpodial, arah
oligosakarida [15]. Soluble fiber adalah jenis cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh
serat yang dapat larut dalam air yang akan lurus, dan memanjang [20]. Daun kelor memiliki
berikatan dengan garam empedu membentuk ciri berupa majemuk, bertangkai panjang,
senyawa kompleks, sehingga dapat menghambat tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal
digesti dan absorbsi karbohidrat dan lemak [16]. (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna
Mekanisme digesti dan absorbsi ini dapat hijau muda [21], setelah dewasa berwarna hijau
mempengaruhi lama waktu transit di intestinum tua, bentuk helai daun bulat telur, tipis lemas,
dengan terjadi kontak antara nutrien pakan ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tetapi
dengan mukosa duodenum menjadi lebih lama berbentuk rata dengan susunan pertulangan
[17]. menyirip, permukaan atas dan bawah halus [22].
Serat memiliki manfaat yaitu dapat Kelor dapat tumbuh pada berbagai jenis
membantu gerak peristaltik dan kontraksi tanah kecuali tanah berlempung berat dan
segmentasi yang terbesar terjadi di duodenum menyukai pH tanah netral sampai sedikit asam.
dengan mencegah penggumpalan pakan, Tanaman kelor mentolerir berbagai kondisi
mempercepat laju digesti, dan memicu lingkungan, sehingga mudah tumbuh meskipun
perkembangan struktural duodenum [18]. dalam kondisi ekstrim [23]. Tanaman kelor dapat
Mekanisme segmentasi yang terjadi adalah bertahan dalam musim kering yang panjang dan
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3137
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
tumbuh dengan baik di daerah dengan curah pencernaan dan tingkat absorbsi serta
hujan tahunan berkisar antara 250-1500 mm. penggunaan bahan baku metabolisme memberi
Meskipun lebih tumbuh optimum pada tanah pengaruh pada struktur duodenum usus halus
kering lempung berpasir atau lempung, tetapi [27].
tanaman kelor dapat hidup di tanah yang Kebutuhan serat pakan itik maksimal pada
didominasi tanah liat. Secara umum, parameter umur di atas 24 minggu adalah 7,5% [11].
lingkungan yang dibutuhkan tanaman kelor untuk Kandungan serat yang berlebih dapat
tumbuh dengan baik adalah iklim tropis atau sub- menurunkan daya cerna [12]. Kapasitas daya
tropis, ketinggian 0-2000 meter dpl, suhu 25- cerna serat dan nutrien dalam pakan dipengaruhi
35°C, dan pH tanah 5-9 [22]. oleh luas permukaan epitel duodenum [4],
Tanaman kelor berasal dari dataran diameter villi [5], luas permukaan lumen [6] dan
Subhimalaya, yaitu India, Pakistan, Bangladesh, tebal lapisan muskulus [7] pada intestinum tenue.
dan Afghanistan [24]. Di Indonesia tanaman Pemanfaatan tepung daun kelor dalam pakan
kelor tersebar di seluruh daerah, mulai dari Aceh belum banyak diterapkan pada unggas, khusunya
sampai Meurauke. Tanaman kelor dikenal di pada itik. Tepung daun kelor pada pakan dengan
berbagai daerah, seperti murong (Aceh), munggai konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3% tidak berpengaruh
(Sumatera Barat), kilor (Lampung), kelor (Jawa nyata terhadap performa itik lokal [28].
Barat dan Jawa Tengah), marongghi (Madura), Suplementasi daun kelor 2,5%-10% dapat
kiloro (Bugis), parongge (Bima), kawona memperbaiki profil reproduksi itik Pengging
(Sumba), dan kelo (Ternate) [25]. [27]. Penggunaan tepung daun kelor dalam pakan
Kandungan Serat dalam Daun Kelor sampai 10% tidak memberikan efek negatif
Tanaman kelor, terutama bagian daun telah terhadap penampilan produksi ayam pedaging
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai [29].
sumber serat dan juga sebagai pakan hewan Struktur Duodenum Itik Pengging
termasuk ternak unggas. Kandungan serat daun Bagian pertama intestinum tenue adalah
kelor telah diyakini mempunyai peran besar duodenum. Duodenum merupakan tabung
terhadap kinerja, pertumbuhan, dan produktivitas berbentuk C yang dimulai dari sfingter pilorus
itik, baik pedaging atau petelur. Hasil penelitian lambung sampai flexura duodenojejunalis, yang
melaporkan, serat pakan dibagi menjadi dua dihubungkan dengan hepar oleh suatu
macam yaitu serat yang bersifat larut dalam air ligamentum hepatoduodenal, yang merupakan
(soluble dietary fiber) seperti pektin, beta glukan, bagian dari omentum minus, terikat pada jaringan
dan oligosakarida dan serat yang tidak dapat larut mesentrium yang disebut mesoduodenum [30].
dalam air (insoluble dietary fiber), seperti Duodenum berbentuk huruf U yang terbagi
hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Serat yang menjadi proksimal descenden dan distal ascenden
bersifat larut dalam air akan berikatan dengan [31]. Duodenum intestinum tenue memiliki
komponen penyusun garam empedu dan menjadi struktur mikroanatomi yang terdiri atas empat
molekul kompleks di usus halus. Serat insoluble lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis,
tidak dapat dicerna di usus halus dan akan dan serosa [32).
mengalami pencernaan fermentatif, baik Lapisan mukosa duodenum itik terdiri atas
sebagian atau menyeluruh di usus besar sels-sel epitel kolumnar sederhana, lamina
(intestinum krasum) dengan bantuan enzim propria, dan muskularis mukosa [33]. Mukosa
selulolitik [26]. Produk pencernaan fermentatif duodenum membentuk kerutan-kerutan yang
akan menghasilkan asam-asam lemak rantai disebut plicae circulares [34]. Epitel yang
pendek, seperti asam asetat, butirat dan propionat menutupi villi dengan kripte Liberkuhn yang
yang diabsorbsi dan masuk ke dalam pembuluh terbuka di bagian pangkal villi. Sel-sel piala
limfe yang selanjutnya diedarkan ke seluruh bertumpu pada membran basal di sekitar lumen.
tubuh melalui pembuluh darah. Proses Lamina propia mengisi ruang membentuk inti
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3138 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
villi yang tersusun dari jaringan ikat longgar molekul protein pembawa dan co-transport
secara seluler dan terdapat limfosit yang natrium. Tanpa keberadaan dua molekul
berkumpul sebagai nodul limfatik [35]. Lapisan tersebut glukosa tidak dapat masuk ke epitel
submukosa duodenum itik kurang berkembang, intestinum. Molekul-molekul yang diserap
namun terdapat meissner pleksus, dan pembuluh dengan cara ini adalah glukosa dan asam amino
darah yang muncul sebagai lapisan tipis, yang [39].
menghubungkan jaringan ikat mukosa Mekanisme absorbsi dimulai dari nutrien
muskularis dan muskularis eksterna [36]. Lapisan yang terakumulasi dalam lumen duodenum
muskularis eksterna duodenum itik terdiri dari otot kemudian melewati dan menembus duodenum.
polos disusun menjadi dua lapisan, yaitu lapisan Sebagian besar pencernan dan hampir semua
silkular dalam dan lapisan longitudinal luar [37]. absorbsi nutrien terjadi di dalam intestinum tenue
Lapisan muskularis eksterna duodenum itik [40]. Kontraksi dari otot polos dari mukosa
berorientasi lapisan sirkuler dalam yang tebal dan muskularis pada intestinum membantu proses
bagian lapisan lungitudinal luar yang tipis, pencernaan dan absorbsi dengan cara mengaduk
diantara keduanya terdapat pleksus auerbach isi yang terdapat dalam intestinum dan
[36]. Lebih lanjut dinyatakan bahwa lapisan memompakan cairan (ke dalam darah dan limfa).
serosa duodenum itik merupakan jaringan ikat Glukosa diabsorbsi lebih cepat dari galaktosa,
longgar yang mengandung pembuluh darah, sedangkan galaktosa diabsorbsi lebih cepat dari
jaringan adiposa, dan ditutupi oleh mesothelium. fruktosa. Selama proses absorbsi, sel epitel
Pencernaan dan Absorbsi di Duodenum mengalami peningkatan konsumsi oksigen dan
Duodenum memiliki fungsi dalam proses aktivitas metabolik.
pencernaan dan absorbsi pakan. Duodenum Nutrien yang dicerna di dalam duodenum
melanjutkan proses pencernaan pakan yang telah mendapat penambahan sekret dari hati dan
dilakukan oleh organ traktus digestivus pankreas. Sekret dari hati ini akan disimpan
sebelumnya. Proses pencernaan dalam duodenum dalam empedu dan diteruskan ke duodenum
terdiri atas pencernaan fase luminal dan melalui saluran empedu. Sekret tersebut berupa
membraneus. Berbagai macam nutrien yang garam empedu yang membantu pencernaan
dicerna, meliputi karbohidrat, protein, asam lemak yang terdapat dalam pakan. Adapun,
nukleat, dan lemak. Nutrien akan dicerna menjadi sekret dari pankreas banyak mengandung
molekul yang lebih sederhana yang dibantu oleh berbagai enzim yang membantu pencernaan
enzim-enzim dari pankreas dan enterosit dalam karbohidrat, lemak dan protein [41].
duodenum [38]. Proses absorbsi karbohidrat dimulai
Absorbsi adalah proses transportasi setelah pakan yang dihaluskan melalui
molekul sederhana melalui epitel intestinum, ingluvies masuk duodenum, sehingga enzim
baik melalui transport pasif atau transport aktif. pankreas dikeluarkan dari pankreas ke dalam
Transport pasif artinya proses transportasi duodenum. Garam empedu alkalis dalam waktu
molekul tersebut sederhana, cukup dengan bersamaan dari hati yang disimpan dalam
difusi biasa, dan tidak memerlukan energi. kantong empedu dikeluarkan ke dalam
Molekul-molekul yang dapat diabsorbsi dengan duodenum untuk membantu proses pencernaan.
cara transport pasif adalah air, molekul kecil, Pakan berupa karbohidrat yang terdapat di
molekul inorganik (K+, Na+). Transport aktif dalam intestinum akan dihidrolisis menjadi
yaitu dalam transportasi molekul tersebut monosakarida oleh enzim-enzim pencernaan
diperlukan energi (ATP) dan sering kali perlu [42]. Saluran pencernaan itik memiliki ukuran
molekul pembawa dan molekul co-transport, pendek sehingga organisme pengurai
untuk penyerapan glukosa dari lumen intestinum mempunyai waktu lebih pendek dalam
ke enterosit (epitel intestinum) perlu adanya mengurai karbohidrat yang kompleks menjadi

Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI


Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3139
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
karbohidrat sederhana berupa monosakarida masuk ke sistem sirkulasi darah, dan menuju sel
[43]. target [44].
Proses pencernaan protein pada itik Proses absorbsi nutrien terjadi di
dimulai dari proventrikulus sampai dengan intestinum tenue yang dilakukan oleh sel-sel
intestinum tenue. Protein mengalami proses epitel kolumner silindris yang terdapat pada
denaturasi sebelum dicerna oleh enzim protease villi. Selain sel absorbsi, di dalam vili ini
yang terdapat disepanjang saluran pencernaan terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa),
unggas. Kondisi proventrikulus dan ventrikulus dan sel goblet. Sel-sel goblet terletak terselip
bersifat asam. Kondisi asam ini disebabkan diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih
oleh HCl yang dihasilkan oleh sel mukosa sedikit dan semakin bertambah pada bagian
proventrikulus. Enzim yang terdapat di ileum duodenum. Sel goblet menghasilkan
proventrikulus dan ventrikulus adalah glikoprotein asam yang berfungsi melindungi
pepsinogen yang bersifat tidak aktif. Oleh dan melumasi mukosa pembatas usus halus.
pengaruh HCl, pepsinogen akan diaktifkan Asam amino dan glukosa diabsorbsi oleh sel-sel
menjadi pepsin. Enzim pepsin akan absorbsi pada vili dan diangkut oleh darah
menghidrolisis beberapa ikatan peptida menjadi menuju hati melalui sistem vena porta hepatica.
rantai-rantai peptida kecil yang akan Adapun asam lemak bereaksi terlebih dahulu
mengalami proses hidrolisis lebih lanjut dalam dengan garam empedu membentuk emulsi
intestinum tenue. Ikatan peptida yang dipecah lemak. Emulsi lemak bersama gliserol
dengan proses hidrolisis akan bergerak menuju diabsorbsi oleh sel-sel pada villi. Dari dalam
duodenum. Adapun protein yang terdapat di vili, asam lemak dilepaskan, kemudian asam
dalam duodenum akan dipecah oleh enzim lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak
tripsin yang dihasilkan oleh pankreas menjadi kembali. Lemak yang terbentuk kemudian
asam-asam amino. Asam amino dan glukosa masuk ke dalam pembuluh limfa yang terdapat
akan melewati sel-sel absorbtif, memasuki pada bagian tengah villi. Melalui pembuluh
pembuluh kapiler dan dibawa masuk ke dalam limfa menuju vena terjadi proses emulsi lemak,
sistem sirkulasi sistemik [18]. sedangkan garam empedu masuk ke dalam
Mekanisme absorbsi lemak dalam bentuk darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi
monogliserida, asam lemak dan kolesterol empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat
terjadi di dalam intestinum tenue. Produk diabsorbsi di intestinum tenue akan didorong
pencernaan ini akan bersatu dengan asam menuju intestinum crassum [41].
empedu membentuk misel. Asam empedu akan
bergabung dengan komponen asam lemak METODE PENELITIAN
sehingga lemak dapat melewati media air dan Penelitian ini telah dilakukan di Peternakan
siap diabsorbsi di intestinum tenue. Absorbsi Rakyat di Dukuh Kalijaran, Desa Bawak, Cawas
lemak terjadi melalui permukaan yeyenum. Klaten. Pengamatan dan pengukuran
Lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan mikroanatomi duodenum dilakukan di
gliserol. Gliserol ini akan diangkut ke vena Laboratorium Biologi Dasar Departemen
porta menuju ke hati dan dimetabolisme Biologi, Fakultas Sains dan Matematika,
sebagai sumber energi cadangan. Asam lemak Universitas Diponegoro, Semarang. Pembuatan
akan dibentuk menjadi trigliserida, kemudian preparat histologi duodenum dilaksanakan di
bersama-sama dengan kolesterol dan fosfolipid Laboratorium Kesehatan Hewan, Dinas
akan bergabung dengan protein membentuk Peternakan dan Kesehatan Hewan Semarang.
kilomikron. Molekul ini akan dikeluarkan dari Peralatan yang digunakan pada penelitian
dalam sel pada jaringan epitel mukosa yang ini adalah kandang pemeliharaan 15 petak yang
terdapat dalam intestinum tenue, untuk berukuran 100×150×70 cm3, tempat pakan dan
selanjutnya ditransport ke dalam sistem limfe, tempat minum sistem infus, neraca digital,
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3140 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
timbangan, bak parafin, dissecting set, cutter, Tabel 1. Komposisi bahan pakan
botol sampel, gelas beker, fotomikrograf
Olympus dengan mikrometer, dan seperangkat Konsentrasi Tepung Daun Kelor
Bahan Pakan (%)
alat pembuatan preparat. Bahan yang digunakan, 0 2,5 5 7,5 10
antara lain itik pengging betina (Anas Dedak Padi (%) 60 60 60 60 60
platyrhynchos), tepung daun kelor (Moringa Konsentrat (%) 40 37,5 35 32,5 30
oleifera Lam.), dedak, pakan konsentrat, sekam Tepung Daun 0 2,5 5 7,5 10
Kelor (%)
padi, akuades, garam fisiologis (NaCl 0,95%), Total 100 100 100 100 100
larutan NaCl 0,9%, larutan Buffer Neutral
Formalin (BNF) 10%, alkohol, parafin, toluol, Tabel 2. Kandungan nutrien pakan
xylol, pewarna Hematoksilin-Eosin (HE), kertas
saring, perekat Canada Balsam. Konsentrasi Tepung Daun Kelor (%)
Bahan Pakan
Penelitian ini menggunakan rancangan 0 2,5 5 7,5 10
Energi Metabolis 2631 2681 2791 2841 2880
acak lengkap yang terdiri atas 5 perlakuan dengan (kkal)
3 kali ulangan. Perlakuan berupa suplemen Protein Kasar (%) 17,2 17,6 18,3 19,6 20,1
Lemak (%) 6,2 5,4 5,3 4,3 4,2
tepung daun kelor dalam pakan basal diberikan Kalsium (%) 1,8 2,1 2,6 2,9 3,0
pada itik Pengging yang berjumlah 15 ekor. Serat Kasar (%) 3,1 3,3 3,6 4,1 4,2
Suplemen tepung daun kelor terdiri atas beberapa
konsentrasi, meliputi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan Manajemen Pemeliharaan
10%. Variabel yang diukur adalah diameter Manajemen pemeliharaan itik Pengging
lumen dan villi, tebal lapisan epitel dan muscular dilakukan dengan proses aklimasi selama 7 hari
duodenum pada usus halus. sebelum dipindahkan dan dipelihara pada
kandang penelitian. Kandang penelitian berisi
Persiapan Hewan Penelitian ekor itik. Pakan komersial dan minum diberikan
Itik Pengging yang digunakan pada secara ad libitum. Pakan perlakuan yang
penelitian ini adalah jenis petelur, berumur 6 ditambah tepung daun kelor diberikan secara
bulan, dan dalam kondisi sehat. Itik Pengging teratur dua kali sehari, pada pagi (pukul 07.00
yang sehat dapat diketahui berdasarkan ciri-ciri WIB) dan sore hari (pukul 15.00 WIB). Pakan
khusus yang dimiliki, antara lain kondisi mata perlakuan diberikan selama delapan minggu,
yang jernih, bulu tidak kusam, aktif bergerak, dan dimulai pada itik umur 25 minggu hingga 35
hidung tidak berlendir minggu. Pembuatan pakan dihitung untuk
Pembuatan Pakan dengan Suplementasi konsumsi selama 7 hari. Itik dipelihara di
Tepung Daun Kelor kandang dan dibagi secara acak sesuai rancangan
Pakan itik Pengging yang digunakan penelitian. Itik dipelihara pada temperatur 28-
selama penelitian berbentuk mash semibasah 34oC.
yang sudah diformulasikan dengan tepung daun Pembuatan Larutan Buffer Neutral Formalin
kelor. Komposisi bahan pakan dan kandungan 10%
nutrien pakan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
larutan BNF 10% yaitu 100 ml formaldehid 40%,
900 ml akuades, 4 g NaH2PO4.H2O, dan 6,5 gram
Na2HPO4. Semua bahan dicampur secara merata
kemudian disimpan dalam botol kaca berwarna
gelap dan diberi label.
Isolasi dan Fiksasi Duodenum
Proses isolasi dan fiksasi dimulai setelah
proses dekapitasi. Dekapitasi dilakukan dengan
metode kosher, kemudian dilakukan isolasi
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3141
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
intestinum tenue dari tubuh itik. Metode Kosher memudahkan pemotongan jaringan karena blok
dilakukan dengan cara memotong pembuluh parafin yang terbentuk dapat dilekatkan pada
darah (vena jugularis dan arteri carotis), holder mikrotom tepat di depan pisaunya. Blok
esofagus dan trachea [45]. Organ intestinum parafin kemudian ditunggu sampai keras dan
tenue kemudian dicuci, dipotong 5 cm pada dimasukkan ke dalam lemari es. Proses
bagian duodenum. Potongan duodenum pengirisan atau section dilakukan mengunakan
selanjutnya dicuci dan dipotong 1x1 cm rotary mikrotom dengan tebal 6 µm. Proses
menggunakan larutan garam fisiologis, setelah itu selanjutnya adalah penempelan atau affixing
dimasukkan ke dalam botol sampel berisi larutan irisan parafin ke gelas benda. Proses ini dilakukan
BNF 10% sebagai larutan fiksatif [46]. menggunakan Mayer’s albumin sebagai perekat
Pembuatan Preparat Histologis Duodenum dengan ditambah sedikit akuades agar saat
Metode yang digunakan untuk pembuatan dipanaskan di atas hot plate irisan jaringan dapat
preparat histologi duodenum adalah metode merentang dengan baik [47; 48].
parafin dan pewarnaan Hemotoksilin-Eosin (HE). Pewarnaan Hematoksilin-Eosin
Metode parafin dilakukan dengan urutan fiksasi, Irisan parafin yang telah ditempel pada
pencucian atau washing, dehidrasi, penjernihan gelas benda dibiarkan kering untuk selanjutnya
atau clearing/ dealkoholisasi, infiltrasi parafin, dilakukan pewarnaan HE. Proses pewarnaan
penanaman atau embedding, penyayatan atau diawali dengan deparafinasi. Deparafinasi adalah
section, penempelan atau affixing, pewarnaan proses untuk menghilangkan parafin yang
atau staining, penutupan atau mounting dan terdapat dalam irisan jaringan dengan merendam
pemberian label atau labelling. preparat dalam xylol selama 24 jam. Proses
Organ duodenum difiksasi dalam larutan selanjutnya yaitu pewarnaan atau staining
BNF 10% minimal 48 jam kemudian washing dilakukan dengan pewarna HE. Preparat
dengan alkohol 70%. Hal ini bertujuan untuk selanjutnya dicelup dengan alkohol bertingkat
menghentikan proses enzimatis pada jaringan dan 96%, 90%, 80%, 70%, 50%,30% masing-masing
menjaga bagian-bagian sel terfiksasi pada dilakukan selama 1-2 menit, kemudian
tempatnya. Proses selanjutnya adalah dehidrasi, dimasukkan ke dalam pewarna hematoksilin
proses dehidrasi dimaksudkan untuk menarik air selama 15-20 menit lalu dibilas dengan akuades.
dari jaringan dan mencegah terjadinya Proses selanjutnya dilakukan perendaman
pengerutan sampel. Dehidrasi dilakukan dengan alkohol bertingkat 30%, 50%, 70% apabila
cara merendaman sampel dalam larutan alkohol preparat sudah terwarnai dengan baik. Tahap
dengan konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, berikutnya dilakukan pewarnaan Eosin selama 5
dan alkohol absolut). Proses perendaman masing- menit, apabila pewarnaan sudah merata maka
masing konsentrasi alkohol dilakukan selama 30 dilakukan perendaman alkohol bertingkat 70%,
menit. Proses clearing kemudian dilakukan 80%, 90%, 96%. Tahap mounting merupakan
dengan menggunakan toluol. Proses selanjutnya proses penutupan preparat dengan gelas penutup.
adalah infiltrasi parafin, dilakukan dengan cara Preparat dimasukkan ke dalam xylol selama 24
memasukkan sampel menggunakan campuran jam sebelum dilakukan proses mounting. Preparat
toluol dan parafin dengan masing-masing yang sudah diwarnai kemudian ditutup dengan
perbandingan toluol : parafin dari 3:1, 1:1 dan 1:3 canada balsam dan diberi label untuk selanjutnya
masing-masing selama 30 menit. Jaringan diamati dengan menggunakan mikroskop [47;
selanjutnya dimasukkan ke dalam parafin murni 48].
I, parafin murni II, dan parafin murni III masing- Pengamatan dan Pengukuran Variabel
masing selama 30 menit. Proses infiltrasi parafin Variabel yang diamati pada penelitian ini
dilakukan di dalam oven yang bersuhu 56o C. adalah struktur mikroanatomi duodenum yaitu
Embedding adalah proses penanaman jaringan diameter lumen, tinggi vili, tebal lapisan epitel,
dalam blok parafin. Embedding untuk tebal lapisan muskular duodenum itik. Cara
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3142 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
pengukuran pada sediaan duodenum dari setiap 𝑧2 : Tebal lapisan muskular dari basal villi
ekor itik perlakuan masing-masing dilakukan terendah
pembuatan preparat awetan duodenum. a : Lumen duodenum
Gambar 1. Teknik pengukuran struktur b : Vili duodenum
mikroanatomi duodenum c : Lapisan muskular
d : Lapisan epitel vili
1 : Vili terpanjang
2 : Vili terpendek
3 : Lapisan muskular dari bagian basal villi
tertinggi
4 : Lapisan muskular dari bagian basal villi
terpendek
Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini
dinalisis pola distribusi dan homogenitas data.
Bila data dengan pola distribusi mengikuti pola
distribusi normal dan data menunjukkan
homogen, untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok perlakuan dilakukan uji beda Annova
Setiap hasil preparat diambil 3 irisan secara (Analysis of Variance). Bila terdapat perbedaan
random, dengan setiap 1 irisan dilakukan antar kelompok, dilanjutkan dengan uji Duncan
pengamatan 3 daerah pandang dari masing- pada taraf signifikansi 5% untuk mengetahui
masing variabel, dengan pengukuran seperti pada kelompok yang berbeda. Analisis data
Gambar 1. Pengamatan struktur mikroanatomi menggunakan program SPSS (Statistical Product
duodenum dilakukan secara deskriptif dan of Service Solution) untuk Windows versi 25.0.
kuantitatif menggunakan fotomikrograf Olympus
dengan micrometer. Penentuan diameter lumen, HASIL DAN PEMBAHASAN
tinggi villi, tebal lapisan epitel, dan tebal lapisan Hasil penelitian tentang struktur
muskuler dilakukan dengan menggunakan rumus mikroanatomi duodenum, yang meliputi diameter
perhitungan sebagai berikut: lumen, diameter villi, tebal lapisan epitel, dan
tebal lapisan muskular dianalisis menggunakan
𝑤₁+𝑤₂ 𝑥₁+𝑥₂
𝑤̂= 2 𝑥̂ = 2 ANOVA (analysis of variance) dengan
𝑦₁+𝑦₂ 𝑧₁+𝑧₂ signifikansi 95%. Suplemen tepung daun kelor
𝑦̂ = 2 𝑧̂ = 2 dalam pakan yang diberikan pada itik tidak
Keterangan: berpengaruh nyata terhadap struktur
𝑤̂ : Diameter rata-rata lumen mikroanatomi duodenum. Hal tersebut
𝑤₁ : Diameter lumen sisi terpanjang ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari beberapa
𝑤₂ : Diameter lumen sisi terpendek variabel mikroanatomi duodenum pada
𝑥̂ : Rata-rata diameter vili perlakuan seperti disajikan pada Tabel 3.
𝑥₁ : Diameter bagian vili tertinggi
𝑥₂ : Diameter bagian vili terlebar
𝑦̂ : Rata-rata tebal lapisan epitel vili
𝑦₁ : Tebal lapisan apikal vili
𝑦₂ : Tebal lapisan basal vili
𝑧̂ : Tebal lapisan muskular
𝑧₁ : Tebal lapisan muskular dari basal villi
tertinggi
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3143
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
Tabel 3. Analisis rata-rata diameter lumen, secara nyata menurunkan performa,
diameter vili, tebal lapisan epitel, dan tebal meningkatkan bobot ventrikulus, usus halus, dan
lapisan muskular pada duodenum itik sekum, sebaliknya pakan dengan kandungan serat
Pengging yang lebih rendah seperti pada perlakuan
Variabel penelitian ini diduga dapat meningkatkan
ꝋ lumen ꝋ villi Tebal Tebal
Perlakuan
lapisan lapisan
performa dari usus halus yang diindikasikan
epitel muskuler dengan diameter lumen duodenum yang lebih
K0 2425,14a ± 1126,24a ± 37,39a ± 417,58a ± besar [51]. Hasil penelitian telah membuktikan
70,61 253,62 8,53 187,24
K1 a a
2793,73 ± 1129,62 ± 37,55 ± a a
498,76 ± bahwa serat berperan penting dalam perubahan
667,44 519,63 31,24 155,48 morfologi dan histologi saluran pencernaan,
K2 2042,91a ± 1260,33a ± 40,19a ± 498,15a
287,84 316,16 5,49 ±365,57 termasuk perubahan diameter lumen pada
K3 2811,98 a
± 1542,11 a
± 33,91 a
± 513,38 a
± duodenum [52]. Jenis serat dan sumber serat pada
656,32 519,33 8,77 133,17
K4 2516,05 a a
946,98 ± a
30,11 ± a
358,51 ±
ransum unggas akan berdampak pada performa
± 202,06 57,61 4,88 46,21 dan perubahan morfologi organ dalam terutama
saluran pencernaan [51]. Organ saluran
Keterangan: superskrip yang sama pada baris pencernaan memiliki peran penting terhadap
yang sama menunjukkan hasil berbeda tidak kecernaan bahan pakan, morfologi saluran
nyata (P>0,05). K0= pakan kontrol, K1= pakan pencernaan, merepresentasikan kondisi ternak,
dengan daun kelor 2,5%, K2= pakan dengan dan kemampuan pencernaan.
daun kelor 5%, K3= pakan dengan daun kelor Serat dalam pakan dibutuhkan oleh ternak
7,5%, dan K4= pakan dengan daun kelor 10%. unggas untuk merangsang gerakan pada saluran
Data yang ditampilkan rata-rata ± SD pencernaan. Unggas seperti itik Pengging
Diameter lumen duodenum itik Pengging memiliki kemampuan yang rendah dalam
pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak memanfaatkan serat tetapi tetap
berbeda nyata antara perlakuan dengan kontrol. membutuhkannya dalam jumlah kecil serta dapat
Kondisi ini menunjukkan bahwa suplemen berpengaruh terhadap histologi saluran
tepung daun kelor pada berbagai konsentrasi pencernaan [53]. Penggunaan suplemen tepung
(2,5; 5; 7,5; dan 10%) tidak dapat meningkatkan daun kelor dalam pakan dengan kandungan serat
diameter lumen duodenum itik Pengging. antara 3,07 - 4,21% seperti pada penelitian ini
Diameter lumen duodenum hasil penelitian diduga dapat meningkatkan kecernaan,
berkisar antara 2425,14 - 2516,05 µm. Nilai khususnya terhadap protein dan produk energi.
tersebut tergolong lebih besar dibanding dengan Hasil penelitian lain menunjukkan, pemberian
diameter lumen duodenum normal pada itik ekstrak daun kelor dapat menginduksi sistem
Pengging pada umumnya [49] menyatakan enzim yang berperan dalam melindungi aktivitas
bahwa diameter lumen normal itik Pengging metabolisme di dalam tubuh [54]. Kondisi ini
kurang lebih 1621,3 µm. Perbedaan ini diduga menyebabkan kerja usus halus menjadi lebih
disebabkan oleh kandungan serat dalam pakan. efektif dan efisien dalam memaksimalkan
Analisis kandungan serat pakan hasil pencernaan. Pakan dengan kandungan serat
penelitian ini berkisar antara seperti ini dapat meningkatkan kecernaan pakan
3,07 - 4,21%, lebih rendah dibanding serat dalam dan mengefektifkan kerja usus halus [55]. Lebih
pakan pada perlakuan penelitian yang dilakukan lanjut dinyatakan bahwa perkembangan saluran
sebelumnya [49], yaitu sebesar 8%. Kekurangan intestinal atau usus halus sangat dipengaruhi oleh
serat pada pakan unggas dapat menyebabkan serat dalam pakan dan aliran digesta. Kisaran
gangguan pencernaan, tetapi jumlah serat kasar kandungan serat kasar yang tidak berbeda nyata
berlebihan juga dapat menurunkan kecernaan berpengaruh pada perkembangan dan performa
pakan [50]. Hasil penelitian membuktikan, duodenum usus halus, seperti diameter lumen
penggunaan pakan berserat tinggi dalam ransum
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3144 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
duodenum yang tidak berbeda nyata antar baku metabolism menjadi tidak optimal. Hasil
perlakuan seperti bukti pada penelitian ini. penelitian menunjukkan bahwa keberadaan
Serat yang terkandung dalam tepung daun substrat mempengaruhi proses metabolisme
kelor dapat berupa serat yang bersifat larut dalam tubuh. Ketersediaan substrat yang tidak
(soluble) dan tidak larut (insoluble) selama optimal akan berdampak pada tidak terjadinya
mengalami proses pencernaan di dalam usus peningkatan diameter lumen duodenum dan
halus. Serat pakan yang bersifat larut, seperti beta struktur duodenum pada umumnya [19].
glukan, pektin, maltosa, isomaltosa, maltotriosa, Diameter lumen pada duodenum memeliki
limit dekstrin, dan oligosakarida lainnya dapat keterkaitan erat dengan peningkaan laju
dicerna menjadi karbohidrat reduksi seperti pergantian sel, penurunan tinggi villi, dan
disakarida dan monosakarida. Molekul peningkatan kedalaman crypt lapisan mukosa.
karbohidrat sederhana ini dapat diabsorbsi oleh Serat pakan berupa lignin, selulosa dan
sel-sel epitel kolumner silindris pada duodenum hemiselulosa yang bersifat insoluble dan
usus halus dan didistribusikan ke seluruh sel indigestible dapat menyebabkan tidak
tubuh sebagai bahan baku metabolisme. Hasil optimalnya pencernaan mekanis pada duodenum.
metabolisme dari glukosa akan menghasilkan Hal ini didukung oleh bukti penelitian yang
energi yang digunakan untuk pemeliharaan melaporkan bahwa kandungan serat pakan
jaringan dan mempertahankan integritas seluler. insoluble yang tinggi akan diikuti proses
Serat pakan yang bersifat insoluble seperti lignin, pencernaan dan absorbsi bahan baku
selulosa, dan hemiselulosa tidak dapat dicerna metabolisme yang tidak optimal sehingga
oleh enzim-enzim pencernaan di duodenum usus berdampak pada tidak meningkatnya diameter
halus. Kondisi ini menyebabkan tidak efektifnya villi duodenum dan semakin lebarnya diameter
perluasan permukaan pada plicae sirkularis, villi, lumen duodenum. Sebaliknya, kandungan serat
dan mikrovili (brush border) pada duodenum pakan insoluble yang tinggi namun dalam kisaran
usus halus. Hal ini akhirnya berdampak terhadap yang tepat dapat mempertahankan diameter villi
proses pencernaan dan absorbsi yang tidak dengan ukuran yang normal dan
optimal, tidak hanya terhadap monosakarida mempertahankan diameter lumen duodenum
namun juga terhadap peptida dan asam-asam dalam kondisi yang mendukung proses
amino hasil pencernaan protein atau asam lemak pencernaan dan absorbsi yang optimal [58].
dan gliserol hasil emulsifikasi lemak oleh garam- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
garam empedu. Kandungan serat pakan setelah diameter villi duodenum usus halus pada itik
penambahan suplemen tepung daun kelor tidak Pengging tidak berbeda nyata pada masing-
dapat meningkatkan diameter lumen duodenum. masing perlakuan (P>0,05). Suplemen tepung
Hal ini sebagai akibat belum efektifnya peran daun kelor dalam pakan tidak dapat
serat dalam mengoptimalkan proses pencernaan meningkatkan diameter villi duodenum pada usus
dan absorbsi bahan baku metabolisme pada halus. Diameter vili duodenum hasil penelitian
duodenum [56]. Hal ini juga didukung oleh hasil ini berkisar antara 946,98 - 1542,11 µm. Hasil
penelitian yang menyatakan bahwa tepung daun penelitian lain menunjukkan bahwa rata-rata
kelor dalam pakan dapat menghambat kinerja diameter villi normal itik Pengging adalah 837,7
beberapa enzim pencernaan, diantaranya enzim µm. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh
tripsin, amilase, dan lipase yang menyebabkan kandungan serat dalam pakan. Serat pakan yang
berkurangnya ketersediaan asam-asam amino larut (soluble) seperti pektin yang bersumber dari
yang digunakan untuk mendukung proses daun kelor memiliki sifat lebih rentan untuk
pertumbuhan jaringan [57]. Aktivitas enzim- menjadi koloid setelah mencapai duodenum.
enzim pencernaan yang terganggu berakibat pada Sifat koloid dari serat pakan ini akan membatasi
tidak optimalnya tingkat kecernaan karbohidrat, dispersi produk-produk pencernaan, mencegah
protein, dan lemak sehingga ketersediaan bahan digesta dari permukaan usus halus, kontak
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3145
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
absorbsi, serta memperlambat laju peralihan optimal dan akhirnya berpengaruh terhadap tebal
digesta [59]. Bukti penelitian menunjukkan lapisan epitel duodenum antar perlakuan yang
bahwa sifat fisik serat pakan dapat juga berbeda juga tidak berbeda nyata [60].
dengan efek fungsi fisiologis. Perbedaan ini juga Pemberian tepung daun kelor dalam pakan
diduga diperantarai oleh efek proliferasi sel pada itik Pengging menghasilkan tebal lapisan
mukosa di duodenum. Serat pakan yang paling muskular duodenum yang tidak signifikan
larut adalah pektin. Hasil analisis terhadap (P>0,05). Hasil penelitian ini terlihat antara itik
diameter villi dan diameter lumen yang tidak Pengging kelompok kontrol dengan perlakuan.
signifikan menunjukkan bahwa serat insoluble Suplementasi tepung daun kelor pada penelitian
berdampak pada tidak optimalnya proses ini belum dapat meningkatkan tebal lapisan
pencernaan dan absorbsi bahan baku muskular duodenum itik Pengging. Rata-rata
metabolisme. Beberapa laporan hasil penelitian ukuran tebal lapisan muskular duodenum
menyatakan bahwa pektin dapat menstimulasi berkisar antara 358,51 µm – 513,38 µm. Kondisi
proliferasi sel epitel mukosa dan meningkatkan ini diduga bahwa serat pakan dalam tepung daun
sekresi mukosa duodenum. Konsentrasi serat kelor masih dalam kisaran normal dan tidak
pakan hasil penelitian ini adalah 3,07-4,21%, dan mempengaruhi secara nyata metabolisme
bersifat aman karena masih di bawah dari batas karbohidrat, protein, energi metabolik serta
maksimal yaitu 8% [50]. mekanisme aktivitas kinerja di dalam duodenum.
Suplemen tepung daun kelor pada pakan Hasil penelitian ini memiliki energi metabolik
juga tidak memberi pengaruh signifikan (P>0,05) pakan berkisar 2630,5-2880,4 kkal, dengan
terhadap tebal lapisan epitel duodenum pada itik standar normal untuk itik layer yaitu 2800 kkal.
Pengging. Bukti ini menunjukkan bahwa tepung Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
daun kelor dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5; dan pakan dengan kandungan serat yang tinggi
10% tidak dapat meningkatkan tebal lapisan berpotensi berpengaruh pada tebal lapisan
epitel duodenum. Rata-rata tebal lapisan epitel muscular [61; 62]. Tebal lapisan muskular
duodenum hasil penelitian ini berkisar antara duodenum berkaitan dengan aktivitas stimulasi
30,11- 40,19%. Nilai tersebut masih dalam kontraksi sel otot polos. Bukti penelitian
kisaran normal. Hasil tersebut diduga disebabkan menyatakan bahwa pakan dengan kandungan
oleh keberadaan serat pakan yang bersifat serat yang tinggi dapat menstimulasi gerak
insoluble yang sulit dicerna oleh enzim-enzim peristaltik traktus digestivus yang memberi
pencernaan. Keberadaan serat pakan insoluble kemudahan dalam proses pencernaan. Aktivitas
dapat menyebabkan tidak optimalnya fungsi dan di duodenum akan meningkat seiring dengan
perluasan plicae sirkularis, villi dan microvilli kapasitas pencernaan yang intensif [63]. Serat
(brush border) duodenum sehingga berakibat pakan memiliki digestabilitas rendah dan dalam
pada proses pencernaan dan absorbsi yang tidak jumlah tertentu akan membuat intestinum bekerja
optimal. Faktor lain juga dapat disebabkan oleh lebih keras dan mempertebal lapisan muskular.
adanya serat pakan dalam daun kelor yang Komponen serat dalam daun kelor seperti lignin,
bersifat polar dan bipolar. Sifat serat ini dapat selulosa dan hemiselulosa dapat memicu aktivitas
menyebabkan viskositas digesta akan meningkat, gerakan peristaltik, sehingga tebal lapisan
sehingga dapat mempengaruhi kecernaan dan muskular lebih tebal dan meningkatkan laju
absorbsi nutrien. Bukti penelitian menunjukkan digesta duodenum. Hal ini mendukung
bahwa serat yang memiliki kemampuan mengikat pernyataan [58] dari hasil penelitian yang
air, berpotensi menurunkan difusi hasil-hasil menyatakan bahwa tebal lapisan muskular
pencernaan pada permukaan mukosa duodenum. duodenum pada itik yang mendapatkan pakan
Kandungan serat pakan dengan kisaran yang dengan kandungan lignin, selulosa dan
tidak berbeda nyata akan berpengaruh pada hemiselulosa mempunyai nilai lebih tinggi
proses pencernaan dan absorbsi nutrisi yang tidak
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3146 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
dibanding itik yang mendapat pakan dengan [4] Ruttanavut, J., Yamauchi, K., Goto, H., and
kandungan beta glukan, pektin dan oligosakarida. Erikawa, T., 2009, Effects of dietary bamboo
charcoal powder including vinegar liquid on
PENUTUP growth performance and histological
Kesimpulan intestinal change in aigamo ducks.
Serat pakan dari daun kelor dengan International Journal of Poultry Science,
konsentrasi 2,5-10% tidak dapat meningkatkan No. 3, Vol. 8, pp. 229-236.
diameter lumen, tinggi villi, tebal lapisan epitel, [5] Sugito, M. W., Astuti, D. A., Handharyani, E.,
dan tebal lapisan muskularis pada duodenum usus dan Chairul, 2007, Morfometrik usus dan
halus itik Pengging. Konsentrasi serat pakan performan ayam broiler yang diberi cekaman
antara 2,5%-10% berpengaruh pada proses panas dan ekstrak n-heksana kulit batang
pencernaan dan absorbsi nutrien yang belum jaloh (Salix Tetrasperma Rozb.). Media
optimal sehingga berakibat tidak terjadinya Peternakan, Vol. 30, pp. 198-206.
peningkatan ukuran pada beberapa variable [6] Yao, Y., Xiaoyan, T., Haibo, X., Jincheng,
duodenum yang diamati. K., Ming, X., and Xiaobing, W., 2006, Effect
Saran of choice feeding on performance
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut gastrointestinal development and feed
tentang penambahan tepung daun kelor untuk utilization of broilers. Asian-Aust Journal
mendapatkan konsentrasi yang tepat serta Animal, Vol. 19, pp. 91-96.
mekanisme bahan aktif yang terkandung dalam [7] Kokoszynski, D., Saleh, M., Bernacki, Z.,
tepung daun kelor terhadap optimalisasi proses Kotowicz, M., Sobczak, M., Kujawska, J. Z.,
pencernaan dan absorbsi yang menunjang and Steczny, K., 2018, Digestive tract
terjadinya peningkatan produktivitas itik morphometry and breast muscle
Pengging dan jenis itik lokal lainnya di Indonesia. microstructure in spent breeder ducks
maintained in a conservation programme of
DAFTAR PUSTAKA genetic resources. Archives Animal Breeding,
[1] Mas’adah, S. M., Sunarno, and Djaelani, M. Vol. 61, pp. 373-378.
A., 2018. Application of cinnamon and gotu [8] Wasilewski, R., Kokoszynski, D.,
kola supplements for increasing quail Mieczkowska, A., Bernacki, Z., and
hematological status (Coturnix coturnix Gorska, A., 2015, structure of the digestive
australica). IOP Conf. Series: Journal of system of duck depending on sex and
Physics: Conf. Series, 1217 (2019) 012163, genetic background. Acta Veterinaria Brno,
doi:10.1088/1742-6596/1217/1/012163 Vol. 84, pp. 153-158.
[2] Balqis, U., 2007, Gambaran Histopatologi [9] Prawitasari, R. H., Ismadi, V. D. Y. B., dan
Usus Halus Ayam Petelur yang Estiningdriati, I., 2012, Kecernaan protein
Diimunisasi dengan Protease dan Ditantang kasar dan serat kasar serta laju digesta pada
dengan Dosis 100L2 Ascaridia gali. Skripsi. ayam arab yang diberi ransum dengan
Institut Pertanian Bogor, Bogor. berbagai level Azolla microphylla. Animal
[3] Sunarno, dan Djaelani, M.A., 2011, Analisis Agriculture Journal, No. 1, Vol. 1, pp. 471-
produktivitas itik petelur di kabupaten 483.
semarang berdasarkan indikator nilai [10] Melo, N. V., Vergas, T., Quirino, and Calvo,
konversi pakan, rasio tingkat konsumsi C. M. C., 2013, Moringa oleifera Lam. an
pakan dengan intestinum dan bobot underutilized tree with macronutrients for
intestinum dengan pertambahan bobot human health. Journal Food Agriculture,
badan. Jurnal Sains dan Matematika, No. 2, No. 10, Vol. 25, pp. 785-789.
Vol. 19, pp. 38-42. [11] Nuraeni, S., Djaelani, M. A., Sunarno., dan
Kasiyati, 2019, Nilai haugh unit (HU),
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3147
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
indeks kuning telur (IKT) dan pH telur itik Anatomi dan Fisiologi, No. 1, Vol. 3, pp. 89-
pengging setelah pemberian tepung daun 96.
kelor (Moringa oleifera Lam.). Buletin [20] Amina, S., Ramdhan, T., dan Yanis, M.,
Anatomi dan Fisiologi, No. 2, Vol. 4, pp. 12- 2015, kandungan nutrisi dan sifat fungsional
20. tanaman kelor. Buletin Pertanian Perkotaan,
[12] Sukria, H. A., Nugraha, I. E. S., dan Suci, D. No. 2, Vol. 5, pp. 35-44.
M., 2018, Pengaruh proses steam pada daun [21] Amzu, E., 2014, kampung konservasi kelor:
kelor (Moinga oleifera) dan asam fulvat upaya mendukung gerakan nasional sadar
terhadap performa ayam broiler. Jurnal Ilmu gizi dan mengatasi malnutrisi di Indonesia.
Nutrisi dan Teknologi Pakan, No. 2, Vol. 16, Risalah Kebijakan Pertanian dan
pp. 1-9. Lingkungan. No. 2, Vol. 1, pp. 86-91.
[13] Lattimer, J. M., and Haub, M. D., 2010, [22] Widowati, I., Elfiyati, S., dan
Effects of dietary fiber and its components Wahyuningtyas, S., 2014, Uji aktivitas
on metabolic health. Nutrients, Vol. 2, pp. ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera)
1266-1289. terhadap bakteri pembusuk ikan segar
[14] Sayar, S., Jannink, J. L., dan White, P. J., (Pseudomonas Aeruginosa). PELITA, No. 1,
2005, In vitro bile acid pool are binding of Vol. 9, pp. 146-157.
flours from oat lianes varying in percentage [23] Krisnadi, A. D., 2012, Kelor Super Nutrisi.
and molecular weight distribution of - Blora (ID): Pusat Informasi dan
glucon. Journal of Agriculture and Food Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia,
Chemistry, Vol. 53, pp. 8797-8803. Lembaga Swadaya Masyarakat Media
[15] Pratiwi, H. P., Kasiyati, Sunarno, dan Peduli Lingkungan (LSMMEPELING),
Djaelani, M. A., 2019, Bobot otot dan tulang Yogyakarta.
tibia itik pengging (Anas platyrhyncos [24] Isnan, W., dan Nurhaedah, M., 2017. Ragam
domesticus L.) setelah pemberian imbuhan manfaat tanaman kelor (Moringa oleifera
tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam.) Lamk.) bagi masyarakat. Info Teknis EBONI,
dalam pakan. Jurnal Biologi Tropika, No. 2, No. 1, Vol. 14, pp. 63-75.
Vol. 2, pp. 54-61. [25] Yuniar, A., 2012, Etnobotani Tumbuhan
[16] Varastegani, A., and Dahlan, I., 2014, Obat Oleh Masyrakat Suku Madura Di
Influence of dietary fiber levels on feed Sekitar Pesisir Pantai Besuki Situbondo.
utilization and growth performance in Skripsi. Universitas Negeri Jember, Jember.
poultry. J Anim. Pro. Adv, No. 6, Vol. 4, pp [26] Aminah, S., Ramdhan, T., dan Yanis, M.,
422-429. 2015, Kandungan nutrisi dan sifat fungsional
[17] Ukim C. I., Ojewola, G. S., Obun, C. O., and tanaman kelor (Moringa oleifera). Buletin
Ndelekwute, E. N., 2012, Performance and Pertanian Perkotaan, No. 2, Vol. 5, pp. 35-
carcass and organ weights of broiler chicks 44.
fed graded levels of Acha grains (Digitaria [27] Kasiyati, Djaelani, M. A., and Sunarno,
exilis). Journal of Agriculture and 2019, Effect of suplementation of Moringa
Veterinary Science, No. 2, Vol. 1, pp. 28-33. oleifera leaf powder on reproductive
[18] Hetland, H., Svihus, B., and Choct, M., performance and ovarium morphometry of
2005, Role of insoluble fiber on gizzard pengging duck. International Journal of
activity in layers. J. Appl. Poult. Res, Vol. Poultry Science, No. 7, Vol. 18), pp. 340-
14, pp. 38-46 348.
[19] Sunarno, 2018, Efek suplemen kulit kayu [28] Daryatmo, dan Hakim, M. R., 2017,
manis dan daun pegagan terhadap Performa itik lokal (Anas sp) yang diberi
produktivitas puyuh petelur strain Australia tepung daun kelor (Moringa oleifera) pada
(Coturnix coturnix australica). Buletin
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3148 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
pakan dengan sistem pemeliharaan intensif. maintained in a conservation programme of
JITRO, No. 2, Vol. 4, pp. 33-39. genetic resources. Archives Animal
[29] Sjofjan, O., 2008, Efek penggunaan tepung Breeding, Vol. 61, pp. 373-378.
daun kelor (Moringa Oeifera) dalam pakan [36] Rohmah, N., Tugiyanti, E., dan Roesdiyanto,
terhadap penampilan produksi ayam 2016, Pengaruh tepung daun sirsak
pedaging. Seminar Nasional Teknologi (Announa muricata L) dalam ransum
Peternakan dan Veteriner, Bogor. terhadap bobot usus, pankreas dan gizzard
[30] Wasilewski, R., Kokoszynski, D., itik tegal jantan. Agripet,No. 2. Vol. 16, pp.
Mieczkowska, A., Bernacki, Z., and Gorska, 140-146.
A., 2015, Structure of the digestive system of [37] Abdularazzaq, B., Hassaneen, A. K., Eman,
duck depending on sex and genetic I. S., and Dali, 2018, Histomorphological
background. Acta Veterinaria Brno, Vol. 84, Study of Duodenum of Duck (Anas
pp. 153-158. platyrhncos). Anatomy and Histology
[31] Hernandez, F., Madrid, J., Farcia, V., Department, Qadysiah University, Iraq.
Orengo, J., and Megias, M. D., 2004, [38] Siagian, Y. A., 2016, Gambaran Histologis
Influence of two plant extracts on broilers dan Tinggi Vili Usus Halus Bagian Ileum
performance, digestibility, and digestive Ayam Ras Pedaging yang Di Beri Tepung
organ size. Poultry Sci, Vol. 83, pp. 169-74. Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam
[32] Pio, P. O., Ardana, I. B. K., dan Suastika, P., Ransum. Skripsi. Universitas Hasanuddin,
2017, Efektivitas berbagai dosis asam Makassar.
organik dan anorganik sebagai acidifier [39] Ekastuti, D. R., dan Astuti, D. A., 2005,
terhadap histomorfometri duodenum ayam Potensi Daun Murbei Sebagai Pakan Ternak:
pedaging. Indonesia Medicus Veterinus, No. Produktivitas dan Nilai Nutrisi. Prosiding
1, Vol. 6, pp. 47-54. Seminar Nasional Pengembangan Usaha
[33] Eyhab, R. M. A., Jarad, A. S., Taher, I. A., Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering,
Saffar, F. J. A., and Naji, W. A., 2017, Some Universitas Gadjah Mada, pp. 128-133.
histo-morphometric and histochemical [40] Iriyanti, N, and Hartoyo, B., 2017, Effect of
comparison aspect of the duodenum in synbiotics supplementation in feed on tegal
collard dove (frivaldszky), ruddy shelduck male duck’s internal organs. Animal
(Pallas), and owl (Otus Scors brucei) in Production, No. 1, Vol. 19, pp. 29-35.
South Iraq. Journal of Entomology and [41] Sumiati, 2003, Percentage of Digestive Tract
Zoology Studies, No. 6, Vol. 5, pp. 923-928. Weigh and Internal Organ of Male Local
[34] Inamoto, T., Namba, M., Qi, W. M., Duck (Anasplatyrhyncos) Fed on Varied
Yamamoto, K., Yokoo, Y., Miyata, H., Level of kayambang (Salvinamotesta) in
Kawano, J., Yokoyama, T., Hoshi, N., and Feed. Department of Nutrition and Animal
Kitagawa, H., 2008, An Immunohistochemical Feed, Faculty of Animal Science, Bogor
detection of action and myosin in the Agriculture Institute.
indigenous bacteria-adhering sites of [42] Yuniastuti, 2002, Efek Perendaman Infusa
microvillous columnar epithelial cells in Daun Salam (Syzygium polyantum) terhadap
peyer’s patches and intestinal villi in the rat Kualitas Daging Ayam Postmortem.
jejunoileum. Journal Veteran Medical Biosaintifika, No. 2, Vol. 4, pp. 78-80.
Science, No. 11, Vol. 70, pp. 1153-1158. [43] Alarsi, H., Hendry, A., Sulistyo, B., Dhian,
[35] Kokoszynski, D., Saleh, M., Bernacki, Z., E., Hanifah, T., dan Hafidzul, M., 2013,
Kotowicz, M., Sobczak, M., Kujawska, J. Z., Anatomi dan Fisiologi Pencernaan. Laporan
and Steczny, K., 2018, Digestive tract akhir. Universitas Padjajaran, Sumedang.
morphometry and breast muscle [44] Yao, Y., Xiaoyan, T., Haibo, X., Jincheng,
microstructure in spent breeder ducks K., Ming, X., and Xiaobing, W., 2006, Effect
Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 3149
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
of choice feeding on performance meal. American Journal of Animal and
gastrointestinal development and feed Veterinary Sciences, No. 2, Vol. 8, pp. 79-88
utilization of broilers. Asian-Aust Journal [54] Sunarno, Purnomo, E., Rossida, K. F. P.,
Animal, Vol. 19, pp. 91-96. Aqlinia, M., Falasifah, dan Lailiyah, M.,
[45] Koswara, S., 2009, Pengolahan Unggas. 2019, Aplikasi larutan EMOVA daun kelor
Ebook Pangan. 15 Januari 2020. (Moringa oleifera) dan daun afrika
[46] Suvarna, S. K., Layton, C., and Bancroft, J. (Vernonia amygdalina) dalam menekan
D., 2013, Bancroft’s Theory and Practice of mortalitas ikan nila (Oreochromis niloticus)
Histological Techniques. Churchill pada simulasi transportasi. Jurnal Biologi
Livingstone Elsevier, London. Tropika, No. 1, Vol. 2, pp. 8-15.
[47] Sunarno, Manalu, W., Nastiti, K., dan [55] Davood, S. S., Shariatmadari, F., and
Agungpriyono, D. W., 2013, Perbaikan Yaghobfar, A., 2012, Effects of inclusion of
Respons Seluler pada Penuaan Hipokampus hull-less barley and enzyme supplementation
yang Diperantarai Glutation Hasil of broiler diets on growth performance,
Pemberian Alanin- nutrient
glutamin Dipeptida. Jurnal Veteriner, No. 1, digestion and dietary metabolisable energy
Vol. 14, pp. 61-71 content. Journal of Central European
[48] Sunarno, Goeltoem, R, J., dan Mardiati, S, Agriculture, No. 1, Vol. 13, p.193207
M., 2016. Aplikasi pakan kaya nutrisi [56] Fahey, J. W., 2005, Moringa oleifera: A
dengan suplementasi daging ikan gabus review of the medical evidance for its
(Channa striata) dan perannya dalam nutritional, therapeutic and prophylactic
perbaikan struktur duodenum: kajian in vivo properties. Trees for Life Journal, Vol. 1, pp.
pada tikus wistar yang diberi perlakuan 1-5.
stress. Bioma, No. 1, Vol. 5, pp. 43-60 [57] Rossida, K. F. P., Sunarno, Kasiyati, dan
[49] Apriliyani, N. I., Djaelani, M. A., dan Tana, Djaelani, M. A., 2019, Pengaruh imbuhan
S., 2016. Profil histologi duodenum berbagai tepung daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
itik lokal di Kabupaten Semarang. Bioma, dalam pakan pada kandungan protein dan
No. 2, Vol. 18, pp. 144-150. kolesterol telur itik pengging (Anas
[50] Has, H., Napirah, A., dan Indi, A., 2014, platyrhyncos domesticus L.). Jurnal Biologi
Efek peningkatan serat kasar dengan Tropika, No. 2, Vol. 2, pp. 41-47.
penggunaan daun murbei dalam ransum [58] Sumiati, 2003, Percentage of Digestive Tract
broiler terhadap persentase bobot saluran Weigh and Internal Organ of Male Local
pencernaan. JITRO, No. 1, Vol. 1, pp. 63-69. Duck (Anasplatyrhyncos) Fed on Varied
[51] Iyayi, E. A., Ogunsola, O., and Ijaya, R., Level of Kayambang (Salvinamotesta) in
2005, Effect of three sources of fibre and Feed. Department of Nutrition and Animal
period of feeding on the performance, Feed, Faculty of Animal Science.,Bogor
carcase measures, organs relative weight and Agriculture Institute.
meat quality in broilers. International [59] Rukmiasih, Harapin, Hafidh, H., Harry, T.,
Journal of Poultry Science, No. 9, Vol. 4, pp. and Uhi, S. Y., 2002, High Fiber Feed And
695700. Vitamin E Supplement on the Performance
[52] Hetland, H., and Svihus, B., 2001, Effect of of Mandalung Duck. Laboratory of Beef
oat hulls on performance, gut capacity and Cattle Nutrition, Faculty of Animal Science,
feed passage time in broiler chickens. Br. Bogor Agriculture Institute.
Poultry Sci, Vol. 42, pp. 354-361. [60] Raza, A., Bashir, S., and Tabassum, R.,
[53] Tossaporn, I., 2013, Histological adaptations 2019, An update on carbohydrases: growth
of the gastrointestinal tract of broilers fed performance and intestinal health of poultry.
diets containing insoluble fiber from rice hull
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.9 April 2020
Open Journal Systems
3150 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
J. Anim. Physiol. ANim. Nutr, No. 1, Vol.
102, pp. 56-66
[61] Ferreira, P. M. P., Farias, D. F., de Abreu
Oliveira, J. T., and Carvalho, A. D. F. U.,
2008, Moringa oleifera: bioactive
compounds and nutritional potential. Rev.
Nutr. Campinas, No. 4, Vol. 21, pp. 431-437.
[62] Al-Hmedawy, N. K., Al-Asadi, M. H., and
Al-Hilphy, A. R., 2019, Effect of electric
stimulation on histological traits and color of
carcasses in old duck and chicken. IOP Conf.
Series: Earth and Environmental Science,
No. 012024, Vol. 388, doi:10.1088/1755-
1315/388/1/012024
[63] Friday, O. L., Anaoegwa, V. H., Varel, J. S.,
Dickson, W. G., and Krook. L., 2010. Effects
of dietary fiber and protein concentration on
growth, feed efficiency, visceral organ
weights and large intestine microbial
populations of swine. J. Nutr, Vol. 119, pp.
879-886.

Vol.14 No. 9 April 2020 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI


Open Journal Systems

Anda mungkin juga menyukai